*LAURENCE CHANDRAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Wawancara Psikiatrik
Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara yang dilakukan oleh seorang dokter dan
pasien psikiatrik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penting untuk menilai kondisi
pasien dan membentuk hubungan terapetik antara dokter dan pasien. Dalam wawancara
psikiatrik biasanya pasien mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi dan intim tentang
penderitaan dan kehidupannya kepada dokter. Wawancara ini dapat menjadi sulit karena tidak
semua pasien psikiatri secara sukarela mencari pertolongan dokter, sehingga keinginan untuk
bekerja sama terganggu, misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar oleh polisi atau
keluarganya. Dengan demikian maka sebagian besar waktu dokter untuk mendengarkan,
pengamatan, dan interpretasi yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat.
Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara paling
efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang secara bersama-sama
berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat dijelaskan dan diobati. Pasien-
pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara dengan jelas, dan mudah untuk
diikutsertakan sampai mereka yang mengalami gangguan berpikir, paranoid, berespon terhadap
stimuli internal, dan mengalami disorganisasi yang berat. Wawancara itu sendiri mungkin
bervariasi, tergantung pada tantangan spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa
teknik adalah berlaku universal pada semua situasi, teknik lain terutama dapat diterapkan pada
jenis wawancara tertentu.
Nancy Anderson dan Donald Black telah menuliskan 11 teknik yang sering pada sebagian
besar situasi wawancara psikiatrik.
Dapatkan rapor se-awal mungkin pada wawancara
1. Tentukan keluhan utama pasien.
2. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara.
3. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostic dengan menggunakan
pertanyaan yang terpusat dan terperinci.
4. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk menentukan
dengan akurat jawaban atas pertanyaan.
5. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana kuatnya pikiran
berkaitan.
6. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup.
7. Jangan takut untuk menanyakan tentang topic yang anda atau pasien rasakan sulit atau
memalukan.
8. Tanyakan tentang pikiran atau ide bunuh diri.
9. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir wawancara
10. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan, dan jika mungkin
harapan.
11. Dengan persiapan-persiapan di atas maka seorang dokter psikiatri dapat membuat sebuah
wawancara yang baik, memperoleh kepercayaan dari pasien, yang dapat digunakan untuk
membuat suatu diagnosis yang tepat.
Waktu pemeriksaan
Untuk sebuah konsultasi awal hendaklah suatu wawancara berkisar antara 30 menit
hingga 1 jam, tergantung pada keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik atau pada pasien
dengan penyakit medis biasanya singkat, hal ini dikarenakan oleh pasien yang mungkin
merasakan bahwa wawancara adalah suatu hal yang menegangkan. Wawancara yang panjang
mungkin diperlukan di ruang gawat darurat. Kunjungan yang kedua maupun kunjungan
selanjutnya beserta wawancara psikiatrik yang terus menerus juga bervariasi dalam lamanya.
Pada umumnya setelah wawancara yang pertama, wawancara yang berikutnya
memungkinkan seorang pasien untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan informasi yang telah
diberikan pada kesalahan pertama. Untuk itu perlu untuk ditanyakan apakah ia telah berpikir
mengenai wawancara yang pertama. Pada umumnya, saat rasa nyaman dan akrab pasien dengan
dokter meningkat, mereka menjadi semakin mampu untuk mengungkapkan perincian tentang
kehidupan mereka.
Susunan Tempat Duduk
Cara kursi disusun di tempat periksa dokter psikiatrik dapat mempengaruhi wawancara.
Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada yang melihat ke bawah untuk
melihat lawan bicaranya. Sebagian besar dokter psikiatrik berpikir bahwa lebih disukai untuk
menyusun kursi tanpa adanya perabot lain di antara dokter dan pasien. Jika terdapat beberapa
kursi, maka dokter psikiatrik menentukan kursinya sendiri dan selanjutnya membiarkan pasien
memilih kursi di mana ia akan merasa paling nyaman.
Jika pasien yang sedang diwawancara adalah seorang yang kira-kira berbahaya, maka
pintu ruang wawancara harus dibiarkan terbuka, dokter psikiatrik harus duduk di tempat yang
paling dekat dengan pintu, tanpa ada sesuatu yang menghalangi gerak dokter menuju pintu, dan
jika diperlukan orang ketiga harus diminta untuk berdiri di luar atau bahkan di dalam ruangan,
untuk berjaga-jaga jika terdapat masalah.
Tempat Pemeriksaan
Seorang dokter psikiatrik tidak boleh tidak dikenal sama sekali oleh pasiennya. Oleh
karena itu perlu bagi seorang dokter psikiatrik untuk membangun sebuah image yang baik
kepada pasien mengenai kepribadiannya. Hal ini dapat dibangun antara lain melalui suasana
tempat pemeriksaan. Sebagai contoh, kerapihan, kebersihan ruangan, keserasian antara warna
dinding ruangan, lukisan, perabotan dan tanaman, foto pribadi serta diploma di dinding. Hal ini
secara tidak langsung menggambarkan sebagian mengenai diri dokter psikiatrik walaupun tidak
diungkapkan secara verbal.
Membuat Catatan
Untuk alasan legalitas dan medis, suatu catatan tertulis yang adekuat tentang tiap-tiap
pasien harus dibuat. Catatan pasien juga membantu ingatan dokter psikiatrik mengenai riwayat
penyakit dan pengobatan pasien. Tiap-tiap klinisi harus membuat suatu sistem penyimpanan
catatan dan memutuskan informasi mana yang akan dicatat.
Formulasi Laporan Psikiatri
Formulasi psikiatrik adalah suatu susunan / rangkaian laporan yang di dalamnya termuat
hal-hal yang penting dalam pemeriksaan psikiatri baik dari wawancara maupun observasi
terhadap pasien.
Pemeriksaan psikiatri dan status mental sangat berperan penting dalam hal penegakan
diagnosa oleh karena itu kedua bagian ini haruslah dibuat dan dilaporkan dengan sedetail dan
seinformatif mungkin agar memudahkan para dokter psikiatri untuk menarik kesimpulan dari
hasil pemeriksaan psikiatri serta menyingkirkan diagnosa-diagnosa pembanding sehingga
didapatkan suatu diagnosa yang tepat dan dapat pula dilakukan pengobatan ataupun terapi yang
tepat agar pasien dapat menjalani lagi kehidupannya dengan lebih baik.
Dengan selesainya suatu wawancara dan observasi maka hasil dari pemeriksaan tersebut
dapat dituangkan dalam suatu laporan yang disebut laporan psikiatrik. Laporan ini berisi riwayat
psikiatrik dan hasil dari pemeriksaan mental dari pasien. Laporan ini mengikuti garis besar dari
riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental dasar. Di dalam laporan psikiatrik ini pemeriksa
melaporkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengungkapan pertanyaan penting, tentang pemeriksaan diagnosa lanjutan yang harus
dilakukan.
2. Penambahan suatu ringkasan tentang temuan positif dan negatif.
3. Membuat suatu diagnosis multiaksial sementara.
4. Memberikan prognosis.
5. Memberikan formulasi psikodinamika.
6. Memberikan suatu kumpulan anjuran penatalaksanaan.
Dalam penyusunan suatu laporan psikiatrik diperlukan suatu formulasi yang baku yang
telah disepakati oleh suatu komunitas kedokteran dunia sehingga memudahkan para dokter
psikiatri untuk mencari data dan mengumpulkan informasi yang membantu dokter tersebut untuk
dalam menegakkan diagnosis.
Data Identifikasi
Dalam data identifikasi diberikan ringkasan demografi yang ringkas mengenai nama
pasien, usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, status pendidikan, alamat, nomor telepon,
pekerjaan dan sumber informasi. Data identifikasi ini dapat memberikan suatu gambaran sekilas
mengenai karakteristik dari pasien yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi diagnosis,
prognosis, perawatan dan komplikasinya.
Keluhan Utama
Apa alasan pasien datang ke psikiater ? lebih disukai sesuai dengan kata-kata pasien. Jika informasi itu
bukan dari pasien, catat siapa yang menyampaikan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Latar belakang kronologis dan perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai mencapai puncaknya
sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu muncul (onset), kepribadian ketika sehat,
bagaimana penyakit itu mempengaruhi aktivitas dan hubungan personalnya >> perubahan kepribadian, minat,
suasana perasaan, sikap terhadap orang lain, cara berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas,
perhatian, konsentrasi, daya ingat, bicara ; gejala psikofisiologik >> sifat dan rincian disfungsi, nyeri >> lokasi,
intensitas, fluktuasi, tingkat kecemasan >> umum dan tidak spesifik (free foating), atau spesifik berhubungan
dengan situasi, aktivitas atau objek tertentu ; bagaimana dia menangani kecemasannya >> menghindar,
pengulangan situasi ketakutan, menggunakan obat-obatan atau aktivitas-aktivitas lain yang meringankan.
Gangguan Persepsi
Persepsi adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai rangsang itu disadari
dan dimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi, gangguan persepsi
adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber
internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan
maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal
mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Gangguan persepsi, diantaranya:
Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun.
Halusinasi Pendengaran
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna.
Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek,
memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak/memerintah untuk berbuat
sesuatu seperti membunuh dan merusak.
Halusinasi Penglihatan
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul
bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran
yang mengerikan.
Halusinasi Penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang
dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
Halusinasi Pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita
merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari halusinasi gustatorik.
Halusinasi Perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di bawah kulit.
Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
Halusinasi Seksual
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham kebesaran
terutama mengenai organ-organ.
Halusinasi Kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya
yang bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu
bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik tertentu akibat
pemakaian obat tertentu.
Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
Ilusi
Merupakan interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh
terjadi pada panca indera, misalnya: bunyi angin didengarnya seperti dipanggil nama, bayangan
daun dilihat seperti orang.
Depersonalisasi
Merupakan perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak
seperti biasa lagi, misalnya: pengalaman diluar tubuh/ OBE, salah satu bagian tubuhnya bukan
kepunyaannya lagi.
Derealisasi
Merupakan perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan kenyataan,
misalnya merasakan segala sesuatu seperti dalam mimpi.
Gangguan Somatosensorik
Gangguan somatosensorik pada reaksi konvensi yang dimanifestasikan secara simbolis dan
menggambarkan konflik emosional, gangguan ini dapat berupa:
Anesthesia yaitu hilanganya indera peraba pada kulit yang tidak sesuai dengan anatomi saraf.
Parathesia yaitu berubahnya indera peraba yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Gangguan penglihatan atau pendengaran.
Perasaan nyeri.
Makropsia yaitu objek terlihat lebih besar dari objek yang sebenarnya.
Mikropsia yaitu objek terlihat lebih kecil dari objek yang sebenarnya.
Gangguan Psikofisiologik
Merupakan gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh gangguan
emosi, misalkan pada kulit urtikaria, pada otot dan tulang LBP, pada pernafasan timbul
sesak/asma, pada jantung terjadi palpitasi, pencernaan mual/muntah diare, perkemihan sering
berkemih, mata berkunang-kunang, telinga tinitus.
Agnosia
Adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan sebagai akibat
kerusakan otak.
Pikiran
Pikiran adalah suatu aliran gagasan, asosiasi dan symbol yang mengarah pada tujuan,
dimulai dari adanya masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi
kenyataan serta terjadi dalam urutan yang logis. Disini, gangguan pada pikiran dibagi menjadi 2
yaitu gangguan proses pikir / bentuk pikir dan gangguan isi pikir. Contoh gangguan pada proses
berpikir adalah adanya gangguan dalam hal produktivitas, kontinuitas pikiran dan hendaya
berbahasa. Sedangkan gangguan pada isi pikir adalah terdapatnya preokupasi dan waham.
Pada bagian ini pemeriksa dapat menemukan adanya gangguan dalam hal berpikir antara
lain terdapatnya waham yang biasanya sering muncul pada orang dengan gangguan jiwa, juga
dapat diketemukan pula adanya pembicaraan yang tak berujung pangkal atau juga adanya suatu
ketidaksinambungan antara jawaban pasien dengan pertanyaan yang diberikan oleh kita sebagai
seorang psikiatri. Pasien juga dapat memberikan penjelasan seolah-olah bahwa pikirannya dapat
dibaca orang lain, sepreti disiarkan atau juga disedot sehingga pikirannya menjadi kosong.
Macam-macam keanehan ini dapat diperoleh oleh psikiatri dengan cara mengadakan wawancara
dan melakukan obsevasi dengan baik
Dalam kategori gangguan bentuk pikiran termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik,
dan terarah kepada tujuan.
Dereisme atau pikiran dereistik : titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental
individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak
mengikuti kenyataan, logika, atau pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah
mengatakan
Pikiran otistik : menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam pasien itu sendiri dalam
bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan
keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya
sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.
Bentuk pikiran yang non-realistik : bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan,
umapamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler dan revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan
yang aneh serta tidak masuk akal (merupakan gejala yang menonjol pada skizoprenia hebefrenik di samping
tingkah laku kekanak-kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik tapi kadang-kadang ketiga
gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.
Gangguan arus pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul dalam
berbagai jenis:
Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan. Seoraqng penulis
pernah mendengar seorang pasien berkata,”Nanti besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok
saya sudah berada di rumah, sudah makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi nanti saya
sudah bisa tidur di rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…”.
Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, umpama, “saya mau
makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi inkoherensi. Asosiasi yang sabgat
longgar dapat silihat dari ucapan seorang penderita seperti berikut ini, “….Saya yang menjalankan mobil kita
harus membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”.
Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah sukar ditangkap atau diikuti
maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan
merupakan asosiasi yang longgar secara ekstrim. Seorang penulis pernah menerima surat antara lain sebagai
berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut
pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”.
Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat
Benturan (blocking) : jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak
dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
Logorea : banya bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa control mungkin coherent atau incoherent.
Pikiran melayang (flight of ideas) : perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaran, sehingga suatu
idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah
bercerita, “Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untung saya pakai
kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan…”.
Asosiasi bunyi (clang association) : mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya
pernah didengar, “Saya mau makan di Tarakan, seakan-akan berantakan”.
Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umu.
Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang
sedang dibicarakan.
Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak langsung kepada idea pokok denga
menambahakan banyak hal yang remeh-remeh, yang menjemukan, dan yang tidak relevant.
Main-main dengan kata-kata : menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.
Afasi : mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar
berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi karena kerusakan otak.
Orientasi
Kemampuan individu untuk mengenali obyek atau situasi sebagaimana adanya. Dibedakan atas
orientasi ruang dan waktu :
Orientasi ruang atau spasial : kemampuan individu untuk mengenali tempat ia berada.
Orientasi waktu : kemampuan individu untuk mengenali secara tepat waktu saat individu berada
Perhatian
Usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu. Gangguan perhatian meliputi
ketidakmampuan memusatkan perhatian, mempertahankan perhatian ataupun mengalihkan perhatian.
Distraktibilitas
Ketidakmampuan individu untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian. Konsentrasinya
sangat mudah teralih oleh berbagai stimulus yang terjadi di sekitarnya. Lazim ditemui pada gangguan cemas
akut dan keadaan mania.
Inatensi selektif
Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada objek atau situasi tertentu, biasanya situasi yang
membangkitkan kecemasan.
Kewaspadaan berlebih (hipervigilitas)
Pemusatan perhatian yang berlebihan terhadap stimulus eksternal dan internal sehingga penderita
tampak sangat tegang.
Daya ingat
Proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan kembali.
Ingatan Janga panjang : Ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama terjadi (bertahun-tahun yang lalu).
Ingatan Jangka pendek : Ingatan terhadap pengalaman/informasi yang terjadi dalam beberapa hari
terakhir.
Ingatan Segera : Kemampuan mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, yakni rentang waktu beberapa
detik sampai beberapa menit.
Amnesia : Ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu.
Amnesia anterograde : Apabila hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi setelah titik waktu
kejadian.
Amnesia retrograde : Hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian.
Paramnesia : Terjadinya distorsi ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya.
Daya Nilai
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai dengan situasi tersebut.
Daya nilai sosial
Kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar (situasi nyata dalam kehidupan sehari-
hari) dan bertindak yang sesuai dalam situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di
dalam kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian antisosial maka daya nilai
sosialnya sering terganggu.
Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (termasuk di dalamnya
dari gejala itu sendiri).
Tilikan derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya.
Tilikan derajat 2 : ambivalensi terhadap penyakitnya.
Tilikan derajat 3 : menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.
Tilikan derajat 4 : menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak memahami penyebab sakitnya.
Tilikan derajat 5 : menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak
menerapkan dalam perilaku praktisnya.
Tilikan derajat 6 : menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
Reabilitas
Bagian ini adalah bagian terakhir dari status pemeriksaan mental. Bagian ini
menyimpulkan kesan dokter psikiatrik terhadap reliabilitas pasien dan kemampuan pasien untuk
melaporkan situasi dan keadaannya dengan tepat. Bagian ini merupakan penilaian dokter
terhadap pada kebenaran dan kejujuran pasien. Karena itu dokter psikiatri harus berhati-hati pada
kasus-kasus tertentu yang memungkinkan pasien untuk lebih sering berbohong baik karena malu
ataupun tidak ingin keburukannya diketahui orang lain.
Diagnosa Multiaksial
Klasifikasi diagnostik dibuat menurut edisi empat “American Psychiatric Association’s
Diagnosis dan Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV)”. DSM-IV menggunakan suatu
skema klasifikasi multiaksial yang terdiri dari lima aksis, masing-masing harus dicantumkan
dalam diagnosis.
Aksis I : terdiri dari semua sindroma klinis (contoh : gangguan suasana perasaan,
skizofrenia, gangguan kecemasan umum) dan kondisi lain yang merupakan pusat perhatian
klinis.
Aksis II : terdiri dari ganguan kepribadian dan retardasi mental.
Aksis III : terdiri dari tiap penyakit medis ( contoh : epilepsi, penyakit kardiovaskuler,
penyakit gastrointestinal, gangguan endokrin).
Aksis IV : dimaksudkan pada masalah psikologi dan lingkungan ( contoh : perceraian, kematian
orang yang dicintai,dll).
Aksis V : berhubungan dengan penilaian global yang ditunjukkan oleh pasien selama
wawancara (contoh : fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis): digunakan skala ranking yang
berurutan dari 100 (berfungsi superior) sampai 1 (fungsi sangat terganggu).
Prognosis
Prognosis adalah suatu pendapat tentang kemungkinan perjalanan segera dan di masa
datang, tingkat dan akibat gangguan. Faktor prognosis yang baik dan buruk, seperti yang telah
diketahui dan dituliskan.
Formulasi Psikodinamika
Formulasi psikodinamika adalah suatu ringkasan dari pengaruh psikologis yang diajukan
pada masalah yang menyebabkan gangguan pasien; pengaruh-pengaruh dalam kehidupan pasien
yang berperan dalam penyakit sekarang; faktor lingkungan dan kepribadian yang relevan dalam
menentukan gejala pasien dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut telah berinteraksi dengan
susunan genetika, temperamental, dan biologis pasien; tujuan primer dan sekunder. Suatu garis
besar tentang mekanisme pertahanan utama yang digunakan harus dituliskan.
KESIMPULAN
Tujuan dilakukannya pemeriksaan psikiatrik dan status mental dengan baik adalah untuk
mendapatkan kepercayaan dari pasien dan keluarganya, sehingga dokter dapat mengetahui pasien
secara keseluruhan, dan dapat menentukan diagnosis serta pengobatan yang paling tepat kepada
pasien.
Komponen utama dalam melakukan pemeriksaan psikiatri dengan baik adalah dengan
melakukan wawancara, observasi, dan pemeriksaan status mental secara benar. Hal ini perlu
didukung oleh kemampuan dokter sebagai ahli psikiatri. Menangani pasien secara holistik dapat
memudahkan dokter untuk mendapat gambaran pasien secara keseluruhan, sehingga dokter dapat
mengetahui berbagai riwayat kehidupan pasien, dapat menggali faktor pencetus untuk
penyakitnya, dan faktor-faktor lain yang berkaitan seperti lingkungan. Dengan adanya data yang
lengkap, akan sangat membantu dokter dalam menentukan langkah diagnosis dan terapi yang
tepat. Pengobatan yang lengkap meliputi pengobatanm lfisik, psikologis dan sosiobudaya yang
tidak hanya tertuju pada obat-obatan saja, namun juga terapi yang memang dibutuhkan pasien,
yang sesuai dengan penyebab timbulnya penyakit pada pasien, sehingga kemungkinan untuk
berulangnya penyakit akan semakin kecil.