Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan terutama dalam


perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat,
menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan
upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan
preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah
pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan
peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan
masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini
sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”.

Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah


sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi –
tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta
aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat


merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di
bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat
merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan
(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan
agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk


menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk”
masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan promkes dan penkes ?
2. Apa saja gerakan pemberdayaan masyarakat dalam promkes dan penkes ?
3. Apa saja tujuan pemberdayaan masyarakat

C. Tujuan
a. Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang
gerakan pemberdayaan masyarakat atau klien dalam promkes atau penkes
b. Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini
1. Pembaca dapat mengetahui apa itu PROMKES dan PENKES
2. Pembaca dapat mengetahui gerakan gerakan pemberdayaan masyarakat dalam
promkes dan penkes
3. Pembaca dapat mengetahui tujuan pemberdayaan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pengertian Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).

Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian


community development (pembangunan masyarakat) dan community-based
development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat) dan tahap selanjutnya
muncul istilah pembangunan yang digerakkan masyarakat (Sukandarrumidi, 2007).
Menurut Cornell Empowerment Group Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu
proses sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada masyarakat lokal, dan melibatkan
prinsip saling menghormati, refleksi kritis, kepedulian, dan partisipasi kelompok dan
melalui proses tersebut orang-orang yang kurang memiliki bagian yang setara akan
sumber daya berharga memperoleh akses yang lebih besar dan memiliki kendali akan
sumber daya tersebut (Perkin dan Zimmerman, 1995).

Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan masyarakat


atau community development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok
atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat
juga diartikan sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal
dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki
melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan


kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat
kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan
kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan
mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan
serta secara aktif.

Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi, sosial
(termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan bidang
lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu
masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang
sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau
sebuah kampung di wilayah pedesaan.

Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana pembangunan


selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan.
Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial.
Isbandi Rukminto Adi (2008) menyatakan pembangunan masyarakat digunakan
untuk menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan


dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan
kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat
(desa) kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality
development).

UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata
peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu
memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat
desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana
sehat dan lain-lain.

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007).
Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
:

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi


individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara
– cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan
dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar
kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya
adalah pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan
atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan.
Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai
indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat
dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan
saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung
dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya
kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat,
baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan
atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

 Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :

1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang


mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal
mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,
gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat
yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi
dan sebagainya.
Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat

1. Input

Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.

2. Proses

Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang


dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan.

3. Output

Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat,
jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang
kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan
keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.

4. Outcome

Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan


angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi
kesehatan.

Ciri Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan


masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat
memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat
tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut :
1. Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun pemukiman elite
atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi adanya pimpinan atau
tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah,
ketua RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu
melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
2. Organisasi masyarakat (community organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik
formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-
koperasi dan sebagainya.
3. Pendanaan masyarakat (Community Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat
digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di
Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini
semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
4. Material masyarakat (community material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah
satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang
berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
5. Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan
masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
6. Teknologi masyarakat (community technology)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan
pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang
ditengahnya ditaruh kaca. Untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan
sebagainya.

2.4 Prinsip Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

Prinsip gerakan pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan


kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat
bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses
memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung
keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk
sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih
ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun
melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber
daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena
tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik
tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau
provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya,
melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam
masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat
agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan
yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan
fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan
lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan
bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat,
kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
Dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan kesempatan
kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh
sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional
yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam
pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah:
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih,
maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat,
pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan pemerintah daerah
setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air
bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam
masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan
kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk
memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan
berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

Jenis Gerakan Pemberdayaan Masyarakat

2.8.1 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan
posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun 1982. Saat
ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi
lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang
terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi.
Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali
seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan
kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi,
busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak
akan mudah dihindarkan jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.

Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:

1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.

Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah
posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

2.8.2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat dalam
menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta
kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan
pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan
imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta
pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.

Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu
kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan
kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu
mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk
setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak
menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan
melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mamou
mengurangi kesenjangan ekonomi.

2.8.3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam
pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat
setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)

Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM
yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan
menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan berbagai program
kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa
pengembangan POD antara lain :

1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya


2. POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa pondok
pesantren.

2.8.4. Dana Sehat

Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam


implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai
berikut :

1. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34


kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota
4. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan
kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.

Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi


anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes,
jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai
wahana memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan
kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan
keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau
bentuk JPKM lainnya.
2.8.5 Lembaga Swadaya Masyarakat

Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun
sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105
organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi
LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi
profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.

Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan.


2. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan.
3. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemampuan sendiri.
4. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan
kesehatan.
5. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang kesehatan.

2.8.6. Upaya Kesehatan Tradisional

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran
serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag
peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat
tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat
dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati
gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi
ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat, upaya
pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan.

2.8.7. Pos Gizi (Pos Timbangan)


Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk
kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang
selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi
berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan
terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang
gizi.

Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan
PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan
tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas
(dirujuk)

2.8.8. Pos KB Desa (RW)

Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara
rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program
berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah
dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau
petugas KB ditingkat kecamatan.

2.8.9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa
namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar
pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun
pedesaan.

2.8.10. Saka Bhakti Husada (SBH)

SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag


kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk
membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak, penggalang berusia
14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota
dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.
2.8.11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)

Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang
sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan
pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.

2.8.12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lingkungan


terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan limbah rumah
tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh
warga.

2.8.13. Karang Taruna Husada

Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW yang
besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan
kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan
sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan
lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada
pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong
pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.

2.8.14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan


pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayanan
kesehatan di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan
puskesmas dna puskesmas pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat
rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana
tertera di atas.

Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat lebih didominasi pada pemberdayaan aspek sikap mental,


oleh karena itu landasan utama strategi pemberdayaan masyarakat adalah strategi
“memanusiakan manusia”. Konsep pemberdayaan mengandung dua variabel; yang
diberdayakan “dan” yang memberdayakan “Pihak” yang memberdayakan “ dapat
berasal dari luar sistem “yang diberdayakan” atau dari “yang diberdayakan” itu
sendiri. Akan tetapi karena demikian lemahnya posisi “yang diberdayakan” sehingga
ia memiliki kemampuan terbatas untuk memberdayakan diri maka masalah ini lebih
banyak membahas pemberdayaan masyarakat yang dipadukan oleh sistem diluar
sistem kelompok sasaran.

1. Peningkatan mutu dan kuantitas pendidikan formal dan non formal

Peningkatan pendidikan merupakan suatu usaha untuk menambah pengetahuan


dan keterampilan masyarakat sesuai dengan bidang keahlian yang dibutuhkan.
Pendidikan tidak selalu harus bernuansa formal, tetapi dapat juga dituangkan sebagai
pendekatan pendidikan non forma. Misalnya melalui pelatihan, praktek lapangan,
magang, studi banding, dll.

2. Peningkatan mutu dan frekuensi penyuluhan

Penyuluhan adalah salah satu dari contoh pendidikan non formal yang
pembahasan materinya sangat fleksibel (disesuaikan dengan kebutuhan sasaran),
penyuluhan diterapkan dengan sistem pendidikan orang dewasa dengan sasarannya
adalah orang orang yang sudah mempunyai banyak pengalaman di bidangnya.

3. Kegiatan pendampingan

Untuk membantu masyarakat menemukan potensi diri untuk mengulangi masalah


yang dihadapi. Pendampingan masyarakat konsepnya adalah menjembatani
masyarakat untuk lebih akses terhadap berbagai kebutuhan baik yang bersifat materil
maupun non materil. Tenaga pendamping berperan sebagai fasilitator untuk
menstimuli pensolusian masalah dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat. Tenaga
pendamping juga memfasilitasi untuk mendekatkan masyarakat kepada berbagai
akses misalnya akses informasi, akses pemodalan, hukum, undang undang, dan
berbagai fasilitas yang memang diperuntukan guna pengembangan usaha produktif
masyarakat.

4. Penyebaran informasi

Kurangnya akses informasi yang dibutuhkan masyarakat dapat disebabkan oleh


dua permasalahan pokok. Pertama karena informasi yang masih bersifat eklusif
(dengan sengaja informasi tidak tersebar kepada umum tertentum, kecuali dengan
korbanan tertentu misalnya informasi yang tersebar di internet, informasi yang ada di
pusat data bisnis indonesia), informasi yang ada di berbagai lembaga pemerintah
yang tidak di sebar luaskan. Aksesnya masyarakat terhadap informasi jenis ini perlu
di bantuoleh pemerintah dengan lebih mensosialisasikan informasi “mahal” tersebut
kepada masyarakat misalnya melalui berosur, terbitan berkala, radio dan televisi.
Informasi dimagsud contohnya berkaitan dengan produk unggulan, sumber bahan
baku, dan informasi, saran. Kedua adalah kelemahan masyarakat sendiri dalam
mengakses informasi yang sebenarnyta sudah tersedia di lingkungan mereka. Hal ini
dapat di sebabkan oleh motivasi masyarakat yang rendah untuk mengakses informasi
tersebut atau keterbatasan masyarakat karena buta huruf. Dalam kasus kedua ini
pemberdayaan dapat di upayakan dengan kampanye pentingnya informasi bagi
masyarakat.

5. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat

Kelembagaan masyarakat desa yang selama ini dijadikan sarana pemberdayaan


petani adalah koperasi/KUD dan kelompok tani (poktan). Akan tetapi, upaya
pemberdayaan terhadap dua lembaga ini tak pernah tuntas dilakukan. Karena itu,
menjadi wajar jika pemberdayaan petani juga berlangsung setengah mati. Padahal,
secara statistik petani atau penduduk desa merupakan kelompok masyarakat terbesar.
Di lain pihak kita juga sadar bahwa selama ini pemerintah menggantungkan harapan
pemenuhan ketersediaan pangan nasional ditangan dan dipundak para petani tersebut.
Harapan ini menjadi termunculkan ketika badai krisis ekonomi yang mempurukkan
konglomerat agung ternyata masih dapat diatasi oleh petani.
a. Penumbuhan kelompok produksi masyarakat.
b. Pemberdayaan koperasi.

6. Penggalangan kemitraan dengan pihak luar

Pemberdayaan masyarakat melalui upaya kemitraan dapat berlangsung dengan


mempertemukan kesesuaian usaha antara pengusaha besar dengan usaha usaha yang
berkembang dimasyarakat. Bidang usaha yang dapat dikembangkan melalui
kemitraan meliputi bermacam pola kerjasama, misalnya penyediaan bahn baku, bahan
setengah jadi, atau bahan jadi yang dipasarkan secara massal oleh bapak angkat.
Penggalangan juga sangat membutuhkan kehadiran tenaga pendamping, karena antara
pengusaha besar (bapak angkat) dengan pengusaha kecil (masyarakat) terdapat
berbagai ketimpangan misalnya pengetahuan, permodalan, skill, manajemen, dll.
Tenaga pendamping dibutuhkan untuk menjembatani berbagai perbedaan antara
kedua pemitra tersebut.

7. Pemberdayaan kelembagaan asli masyarakat yang terbukti masih eksis


8. Memperbanayak temuan-temuan teknologi tepat guna dalam berbagai aspek
9. Penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana penunjang

Kehidupan masyarakat sesuai peranan yang ada di masyarakat tersebut, misalnya


perbaikan saluran irigasi untuk petani, bimbingan teknologi baru untuk para pengrajin
makanan tradisional dan sebagainya.
7 Langkah – Langkah Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai
proses dan sebagai hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat adalah suatu
perubahan yang signifikan dalam aspek sosial politik dalam aspek sosial politik yang
dialami oleh individu dan masyarakat, yang seringkali berlangsung dalam waktu
yang cukup panjang, bahkan seringkali lebih dari 7 tahun (Raeburn,1993).
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994)
mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut,
yaitu:
a. Pemberdayaan personal.
b. Pengembangan kelompok kecil.
c. Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraan.
e. Aksi sosial dan politik.
Dengan demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup
luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan internal
masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership) dan
jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang
mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan
mengikuti langkah-langkah:
1. keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka waktu
kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat
yang terpinggirkan.Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan
partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat
bersama-sama menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory
planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua pihak
tersebut selama program berlangsung dan setelah program dievaluasi.Sering terjadi
apabila sutu kegiatan berhasil, banyak pihak bahkan termaksud yang tidak
berpartisipasi, berebut saling claim tentang peran diri maupun kelompoknya.
Sebaliknya jika program tidak berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang
sebenarnya berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan adanya
kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi). Marginalisasi adalah
sutu proses sejarah masyrakat yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang
memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari agar ini tidak
semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif.
2. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan
pada tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi
kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku
yang secara spesifik berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan
biasanya berpusat bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang
berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
proses yang terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan
kelompok kecil, pengembangan dan penguatan pengorganisasian mayrakat,
pengembangan dan penguatan jaringan antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi
pemberdayaan meliputi: pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya
masyarakat sebagai pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat (community responsibility), fasilitasi upaya mengembangkan jejaring
antar masyarakat, serta advokasi kepada pengambil keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan manajemen.Implementasi strategi serta
manajemen program pemberdayaan dilakukan dengan cara: a.meningkatkan peran
serta pemercaya (stakeholder), b.menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah, c.
mengembangkan kepemimpinan local, d.membangun keberdayaan struktur
organisasi, e. meningkatkan mobilisasi sumber daya, f. memperkuat kemampuan
stakeholder untuk “bertanya mengapa?”, g. meningkatkan control stakeholder atas
manajemen program, dan h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
5. Evaluasi program.Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan
lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi,
hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun
sesudah kegiatan selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan
pada proses pemberdayaannya daripada hasilnya.

2.8 Cara Pendekatan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Terbagi Dua


a) Makro:
· Membangun komitmen disetiap jenjang
· Mengembangkan masyarakat (critical mass)
· menyediakan petujuk pelaksnaan dan biaya operasional
· monitoring dan evaluasi serta koordinasi
b) Mikro :
· Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul
dari adanya kebutuhan masyarakat(demand creation) yang diperoleh melalui
pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
· Membuat model model percontohan dan prototipe pengembangan
masyarakat, seperti menerapkan pendekatan edukatif dan manajemen ARRIF
(Analisis, Rumusan,Rencana, Intervensi, Forum komunikasi)
· Beberapa tolok ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan
antara lain : peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan kampnye
kesehatan oleh masyarakat dan peningkatan dana sehat /JPKM
2.9 Sasaran Utama
1. Sasaran utama dari gerakan pemberdayaan adalah individu dan keluarga,
serta kelompok masyarakat, terutama masyarakat yang terkena masalah maupun
beresiko terkena masalah, baik dikota maupun didesa. Contoh: ditatanan rumah
tangga adalah para ibu, ditatanan institusi pendidikan adalah murid-murid disarana
pelayanan adalah petugas kesehatan.
2. Tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi
3. Lintas sektor
4. Petugas kesehatan
2.10 Indikator dan Kunci Keberhasilan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
1. Adanya petugas kesehatan yang mampu melakukan upaya gerakan
pemberdayaan.
2. Adanya sarana yang mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan
kesehatan.
3. Adanya forum komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/ partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan (PHBS).
4. Adanya kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di desa.
5. Adanya data hasil SMA.
6. Adanya rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS) di desa hasil
MMD.
7. Adanya kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
8. Adanya dokumentasi proses dan hasil kegiatan.
9. Adanya rencana tindak lanjut atau kegiatan yang berkesinambungan.
10. Adanya dukungan sumberdaya maupun kebijakan dari pengambil keputusan
maupun lintas sektor terkait.

2.11 Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Di Rumah Sakit

a. Pemberdayaan Individu Pasien


Terdapat tiga kategori pasien, yaitu (1) pasien yang sedang sakit akut, (2)
pasien yang dalam penyembuhan, dan (3) pasien dengan penyakit kronis. Selama
pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas kesehatan
dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari
penderitaan. Suasana seperti ini tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan.
Namun petugas kesehatan sudah dapat mulai merencanakan upaya Pemberdayaan
yang nanti akan dilakukannya. Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan,
umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun
tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak acuh karena mereka sudah
terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti ini, Pemberdayaan memang
harus dimulai dari awal, yaitu dari menciptakan kesadaran akan adanya masalah.
Adapun pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda
seperti misalnya agresif, apatis, atau menarik diri. Hal ini karena penyakit kronis
umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial ekonomi
kepada penderita-nya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas
kesehatan sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan promosi
kesehatan atau Pemberdayaan.
Tujuan pemberdayaan terhadap individu-individu pasien adalah agar yang
bersangkutan:
Mengembangkan pengertian dan sikap tentang penyakit yang dideritanya,
sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan kemudian terdorong untuk:
a. Membantu mempercepat penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatannya. Misalnya dengan selalu mengikuti secara tekun anjuran petugas
kesehatan Rumah Sakit dalam pengobatan penyakitnya.
b. Mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sedang dideritanya.
c. Mencegah terjadinya penularan penyakitnya kepada orang lain.
d. Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang lain agar tidak terserang
oleh penyakit yang sedang dideritanya.
e. Mengembangkan pengertian dan sikap tentang peman-faatan sarana
kesehatan secara benar (sesuai dengan kaidah rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya
tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan ke Puskesmas terdekat terlebih dulu.
Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan menentukan apakah ia perlu dikirim ke Rumah
Sakit atau tidak.
Metode yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pi-lihan atau kombinasi
dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan, yang dilakukan di samping
tempat tidur pasien (bedside health promotion). Bagi pasien-pasien yang sudah
hampir sembuh, metode-metode yang dipilih dapat dilakukan secara berkelompok
dalam satu ruangan. Media komunikasi yang digunakan dapat berupa pilihan atau
kombinasi dari: lembar balik, gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah
digunakan dan dibawa (bila digunakan untuk bedside health promotion).

b. Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
Pemberdayaan terhadap keluarga/kelompok ditujukan untuk
mengembangkan pengertian dan kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk:
1. Dukungan moral dan atau material dalam penyem-buhan penyakit.
2. Upaya mencegah agar penyakit yang diderita pasien tidak menular kepada
orang lain.
3. Upaya mencegah agar jika pasien sudah sembuh tidak terserang kembali
oleh penyakit yang sama.
Jadi pemberdayaan keluarga/kelompok yang dilakukan di Rumah Sakit ini
dapat pula disebut sebagai Bina Suasana di lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan
keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya dilakukan sebelum atau sesudah
keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu dengan jalan mengelompokan serta
mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan, sesuai dengan penyakit pasien yang
dijenguknya.
Metode yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari:
dialog, demonstrasi, diskusi dan bimbingan.Media komunikasi yang digunakan juga
dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: slide, radio spot, poster, gambar/foto, dan
skema, atau media lain.
2.12 Peran Petugas Rumah Sakit
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian
masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap
program tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat
merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di
bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat
merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan
(empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan
agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk”
masyarakat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai