Anda di halaman 1dari 19

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


RUMAH SEHAT TERPADU DOMPET DHUAFA
NO. :
TENTANG
PANDUAN NILAI, ETIKA DAN KEPERCAYAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat
akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tantangan bagi
profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan yang
berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis
pada etika dan moral yang tinggi.
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang
muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya
menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana
nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.
B. Tujuan
Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, nilai-nilai dan kepercayaan masing-
masing. RS Rumah Sehat Terpadu DD membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan
pasien dan keluarga pasien dengan tujuan :
1. Memahami dan melindungi nilai budaya, psikososial serta nilai spiritual setiap pasien.
2. Menghargai nilai-nilai dan kepercayaan pasien serta memberikan informasi yang sesuai dengan
pelayanan kesehatan
C. Rumusan Masalah
Kebijakan ini berlaku di RS Rumah Sehat Terpadu DD

BAB II
ETIKA, MORAL DAN NILAI-NILAI DALAM KEPERAWATAN

A. Etika
1. Pengertian

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 1


Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David (1978)
berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang diharapkan dan criteria tertentu untuk
suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi perilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.2002. 7).
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan
salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari
kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata
dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak
dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang
menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan
kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI. Profesi menyusun kode etik berdasarkan
penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh
organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan
menghargai kepercayaan serta nilai individu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap orang lain.
2. Tipe-Tipe Etik
a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada
lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 2


dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan
b. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah
etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).
c. Nursing Ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
3. Teori Etik
a. Utilitarian
Utilitarian berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka
pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah
“the greatest happiness of the greatest number ”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang
terbesar.
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat
tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal
yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada
dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata deon yang berasal dari Yunani yang
artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada
pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban,
jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak
terpasak pada konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi melaksanakan terlebih
dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme yang mempertimbangkan
hasilnya lalu dilakukan perbuatannya.
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
4. Prinsip-Prinsip Etik
a. Otonomi (Autonomy)
Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien
adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan
pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 3


Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya adalah
seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip
otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan
yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau
injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah
bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah.
b. Berbuat Baik (Beneficience)
Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata lain
doing good yaitu melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan
tidak merugikan orang lain , tidak membahayakan pasien . Apabila membahayakan, tetapi
menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus menghargai keputusan pasien
tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawatpun yang terbaik bagi pasien dan keluarga.
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Beberapa contoh prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah, seorang
pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi pasien tersebut
harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian
tranfusi bertentangan dengan keyakinanya, dengan demikian perawat mengambil tindakan
yang terbaik dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelah
pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya. Perawat tidak memberikan
tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat
yang terbaik dan menghargai pasien.
c. Keadilan (Justice)
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari
justice (Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar
dari tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya
setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 4


dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan
konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat dari alokasi
sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan jenis, tetapi dapat
diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkannya
sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus, 2000).
Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan di
ruang penyakit bedah, sebelum operasi pasien harus mendapatkan penjelasan tentang
persiapan pembedahan baik pasien di ruang VIP maupun kelas III, apabila perawat hanya
memberikan kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip justice ini.
d. Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid killing
Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan manusia
(pasien), tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson (2000 :113) menjelasakan
tentang masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang kata lainya tindak menentukan
hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan pada dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau
meninggal.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Prinsip :
Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau
penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan
orang lain.
Ketika menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus
mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs
(1997 : 40) perawat harus menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi
tertentu misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding killing, Pasien dan
keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati. Sehingga perawat dalam
mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang lain yaitu beneficience,
nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik, tidak membahayakan dan
menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup atau mati. Mati disini bukan berarti
membunuh pasien tetapi menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi
pasien dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
e. Kejujuran (Veracity)
Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu berkata
benar atau mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu kuajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain atau pasien (Sitorus,
2000).

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 5


Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien
menanyakan berbagai hal tentang penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan fisik seperti, “berapa tekanan darah saya suster?”, bagaimana hasil laboratorium
saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya dijawab perawat dengan benar
sebab berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya hubungan saling percaya
antar individu dimanapun berada.
Namun demikian untuk menjawab pertanyaan secara jujur diatas perlu juga dipikirkan
apakah jawaban perawat membahayakan pasien atau tidak, apabila memungkinkan maka
harus dijawab dengan jawaban yang jelas dan benar, misalnya pasien menanyakan hasil
pemeriksaan tekanan darah maka harus dijawab misalnya, 120/80 mmHg, hasil laboratorium
Hb 13 Mg% dan sebagainya.
Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban
yang sebenarnya tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban ; hasil ukur
tekanan darahnya baik, laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik saja, padahal
nilai hasil ukur tersebut baik buruknya relatif bagi pasien.
f. Menepati Janji (Fidelity)
Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat berarti
siap memikul sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan bahwa membuat
suatu janji atau sumpah merupakan prinsip dari fidelity atau kesetiaan. Dengan demikian
fidelity bisa diartikan dengan setia pada sumpah dan janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40)
menuliskan tentang fidelity sama dengan keeping promises, yaitu perawat selama bekerja
mempunyai niat yang baik untuk memegang sumpah dan setia pada janji.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 6


menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya,
yaitu kewajiban memperatankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien yang
meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring (Sitorus, 2000 : 3). Prinsip fidelity
ini dilanggar ketika seorang perawat tidak bisa menyimpan rahasia pasien kecuali dibutuhkan,
misalnya sebagai bukti di pengadilan, dibutuhkan untuk menegakan kebenaran seperti
penyidikan dan sebagainya.
Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat tidak
menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik
diagnosa medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya
(Gangguan pertukaran gas, Defisit nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia
pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium, kondisi ketika mau meninggal dan sebagainya.

g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
B. Moral
1. Pengertian
Secara umum, etika dan moral adalah sama, tetapi etik memiliki terminologi yang sedikit
berbeda dengan moral. Bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis
atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu, sedangkan moral biasanya merujuk pada
standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika
dalam agama, hukum, adat dan praktek professional. Moral mendeskripsikan perilaku aktual,
kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Sedangkan etik digunakan
untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah
dideskripsikan sebagai etik perawatan. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan
standard dan prinsip-prinsip yang menjadi panutan dalam berperilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia.
2. Konsep moral dalam praktik keperawatan
Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan, mempunyai berbagai dasar penting
seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa haru dan menghormati martabat
Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 7
manusia. Tetapi yang lazim di gunakan dan menjadi bahan kajian di praktik keperawatan adalah :
advokasi, akuntabilitas, dan loyalitas.
a. Advokasi
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapapun”. Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi adalah; “memberi
informasi dan member bantuan” kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien.
Member informasi bererti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan
pasien. Memberikan bantuan mempunyai dua peran yaitu:
1) Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai
hak dan tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak
tertekan dengan pengaruh orang lain.
2) Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi
keputusan pasien (Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)
b. Akuntabilitas
Yaitu dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat
menerima konsekwenasi dari tindakan tersebut (Kozier, Erb, (1991). Menurut Fry (1990)
akuntabilitas mempunyai dua komponen yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti
bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan
undang-undang dapat dibenarkan atau absah. Akuntabilitas juga dapat dipandang dalam
sistim hirarki dari tingkat Individu, institusi/professional dan tingkat social.
1) Individu direflesikan dalam proses pembuatan keputusan etika perawat, kompetensi dan
integritas
2) Institusi direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang keperawatan atau
audit keperawatan
3) Professional direfleksikan dalam standar praktik keperawatan
4) Social direfleksikan dalam undang-undang yang mengatur praktik keperawatan
c. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan
hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan perawat.
Hubungan professional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji,
menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian keputusan bersama
(Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia, 1991).
Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang mempertahankan
dan memperkuat anggota masyarakat keperawatan dalam mencapai tujuan. Loyalitas juga
dapat mengancam asuhan keperawatan bila terjadi konflik antara teman sejawat. Argument
dari Creasia 1991 untuk memepertahankan loyalitas adalah :
1) Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana
bila informasi dari pasien harus di diskusikan secara professional

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 8


2) Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat (celotehan) dan
berbagai persoalan, yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit,
harus didiskusikan dengan umum (terbuka dengan masyarakat)
3) Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman sejawat
4) Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota
profesi (perawat).
C. Nilai-Nilai
1. Pengertian
Nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Nilai menggambarkan cita-
cita dan harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Sistem nilai dalam suatu organisasi
adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal.
Nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap
penting dalam masyarakat (Kimball Young)
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek
(A.W.Green).
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama
serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari (Woods)
M.Z.Lawang menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang
pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.
Hendropuspito menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena
mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
Karel J. Veeger menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-
pengertian (sesuatu di dalam kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan. Dengan
kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan moral.
2. Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu
proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan
profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional,
yaitu:
a. Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian. Estetika
secara sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan
bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Keperawatan sebagai salah satu konsep ilmu pelayanan jasa
diharapkan mempunyai standar estetika dalam pelayanannya. Konsep nilai estetika mungkin
berada dalam ranah aktualisasi diri dalam penerapannya. (Moslow). jadi dengan kata lain,
untuk menerapkan konsep estetika dalam keperawatan, dibutuhkan seseorang yang sudah
mempunyai pemikiran dan kualitas sebagai orang yang sudah dalam tahapan aktualisasi diri.

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 9


b. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain
termasuk keperawatan, komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta
ketekunan.
c. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan
sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi .
d. Freedom (Kebebasan ) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
e. Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap
martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan,
pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
f. Justice (Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
g. Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas, kejujuran,
keunikan dan reflektifitas yang rasional.
3. Pengembangan Dan Transmisi Nilai-Nilai
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan
berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya.
Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana
yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi
dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai
cara antara lain:
a. Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana
dia bergaul
b. Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan
memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan
nilai-nilai yang berbeda
c. Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung
kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem
nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena
kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut
d. Penghargaan dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan
bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman
bila menunjukkan perilaku yang tidak baik
e. Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu
dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan
dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya
sendiri.
4. Klarifikasi Nilai-Nilai (Values)

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 10


Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem
nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan
seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya
dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional
atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai
mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga
fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan.
a. Pilihan:
1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu
2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang
diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang
diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
b. Penghargaan:
1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasien atau klien serta sejawat)
atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang
dilakukan
2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
c. Tindakan:
1) Nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi
dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin
disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta
selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasien
dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif
dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia
yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena
itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta
konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk
menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

D. Kode Etik Keperawatan Indonesia


1. Pengertian
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 11


nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
2. Fungsi Kode Etik Perawat
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status profesional
dengan cara sebagai berikut:
a. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami
dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh
masyarakat.
b. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
c. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga
profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai
seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
d. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.
3. Kode etik keperawatan Indonesia :
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktek
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar
terus-menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 12


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

E. Perilaku Etik Profesional


Perawat memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas
berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang
perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal
dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat mencoba dan
mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika.
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat; menerima
tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosia dan spiritual yang memungkinkan
untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan
penyuluhan kesehatan.
Pelayanan profesional berdasarkan pada kebutuhan manusia, yang tidak membedakan
kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital
terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan
kepercayaan bahwa perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang
menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah laku
berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak.
Dalam hal ini, perawat seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan
berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan.
1. Pendekatan Berdasarkan Prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bioetika untuk menawarkan
bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan
prinsip dalam etika biomedik antara lain;
a. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas
otonomi setiap orang.

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 13


b. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
c. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya
d. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam
bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi
bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati
kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk
tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak
masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih
memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan
karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip
mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan.
Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih
membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat terhadap sesuatu yang penting
dalam etika.
2. Pendekatan Berdasarkan Asuhan
Ketidak puasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik
mengarahkan banyak perawat untuk memandang “care” atau asuhan sebagai fondasi dan
kewajiban moral. Hubungan perawat dengan pasien merupakan pusat pendekatan berdasarkan
asuhan, dimana memberikan langsung perhatian khusus kepada pasien, sebagaimana dilakukan
sepanjang kehidupannya sebagai perawat. Perspektif asuhan memberikan arah dengan cara
bagaimana perawat dapat membagi waktu untuk dapat duduk bersama dengan pasien atau
sejawat, merupakan suatu kewajaran yang dapat membahagiakan bila diterapkan berdasarkan
etika. Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi :
a. Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan.
b. Meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadap martabat klien atau pasien sebagai
manusia.
c. Mau mendengarkan dan mengolah saran-saran dari orang lain sebagai dasar yang mengarah
pada tanggung-jawab professional.
d. Mengingat kembali arti tanggung-jawab moral yang meliputi kebajikan seperti: kebaikan,
kepedulian, empati, perasaan kasih-sayang, dan menerima kenyataan. (Taylor,1993).
Asuhan juga memiliki tradisi memberikan komitmen utamanya terhadap pasien dan
belakangan ini mengklaim bahwa advokasi terhadap pasien merupakan salah satu peran yang
sudah dilegimitasi sebagai peran dalam memberikan asuhan keperawatan. Advokasi adalah
memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut
merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem
pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat yang

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 14


memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu
mengingat hal-hal sebagai berikut:
a. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya
terhadap pasien.
b. berikan prioritas utama terhadap pasien dan masyarakat pada umumnya.
Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam
kesembuhan pasien. Bila menghargai otonomi, perawat harus memberikan informasi yang akurat,
menghormati dan mendukung hak pasien dalam mengambil keputusan.
3. Pelaksanaan Etik dan Moral Dalam Pelayanan Klinis Keperawatan
Aplikasi dalam praktek klinis bagi perawat diperlukan untuk menempatkan nilai-nilai dan
perilaku kesehatan pada posisinya. Perawat bisa menjadi sangat frustrasi bila membimbing atau
memberikan konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasien kurang memperhatikan status kesehatannya.
Pertama-tama yang dilakukan oleh perawat adalah berusaha membantu pasien untuk
mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri.
Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kasus sebagai berikut: Seorang pengusaha yang
sangat sukses dan mempunyai akses di luar dan dalam negeri sehingga dia menjadi sibuk sekali
dalam mengelola usahanya. Akibat kesibukannya dia sering lupa makan sehingga terjadi
perdarahan lambung yang menyebabkan dia perlu dirawat di rumah sakit. Selain itu dia juga
perokok berat sebelumnya. Ketika kondisinya telah mulai pulih perawat berusaha mengadakan
pendekatan untuk mempersiapkannya untuk pulang. Namun perawat menjadi kecewa, karena
pembicaraan akhirnya mengarah pada keberhasilan serta kesuksesannya dalam bisnis. Kendati
demikian upaya tersebut harus selalu dilakukan dan kali ini perawat menyusun list pertanyaan dan
mengajukannya kepada pasien tersebut. Pertanyaannya, “Apakah tiga hal yang paling penting
dalam kehidupan bapak dari daftar dibawah ini ?” Pasien diminta untuk memilih atas pertanyaan
berikut:
a. Bersenang-senang dalam kesendirian (berpikir, mendengarkan musik atau membaca).
b. Meluangkan waktu bersama keluarga.
c. Melakukan aktifitas seperti: mendaki gunung, main bola atau berenang.
d. Menonton televisi.
e. Membantu dengan sukarela untuk kepentingan orang lain.
f. Menggunakan waktunya untuk bekerja.
Langkah berikutnya adalah mengajaknya untuk mendiskusikan prioritas yang dibuat
berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya, dengan mengikuti klarifikasi nilai-nilai sebagai berikut:
a. Memilih: Setelah menggali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasien, misalnya
stress yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktifitasnya,
maka sarankan kepadanya memilih secara bebas nilai-nilai kunci yang dianutnya. Bila dia
memilih masalah kesehatannya, maka hal ini menunjukkan tanda positif.
b. Penghargaan: Berikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasien dan promosikan nilai-
nilai tersebut dan bila memungkinkan dapatkan dukungan dari keluarganya. Contoh: istri dan

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 15


anak anda pasti akan merasa senang bila anda memutuskan untuk berhenti merokok serta
mengurangi kegiatan bisnis anda, karena dia sangat menghargai kesehatan anda.
c. Tindakan: Berikan bantuan kepada pasien untuk merencanakan kebiasaan baru yang
konsisten setelah memahami nilai-nilai pilihannya. Minta kepada pasien untuk memikirkan
suatu cara bagaimana nilai tersebut dapat masuk dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang
perlu diucapkan perawat/bidan kepada pasennya: “Bila anda pulang, anda akan menemukan
cara kehidupan yang berbeda, dan anda menyatakan ingin mulai menggunakan waktu demi
kesehatan anda”.
BAB III
TATA LAKSANA

Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, nilai-nilai kepercayan masing-masing.
Maka rumah sakit membangun kepercayaan dan komunikasi dengan pasien untuk memahami dan
melindungi nilai budaya, psikososial serta nilai spiritual setiap pasien.
Hasil pelayanan pasien akan bertambah baik, bila pasien dan keluarga yang tepat atau mereka
yang tepat berhak mengambil keputusan diikutsertakan dalam keputusan pelayanan dan proses yang
sesuai untuk kedua belah pihak baik pasien, keluaga pasien atau perawat.
Nilai-nilai yang sangat diperlukan oleh perawat yaitu, Kejujuran atau jujur, Care atau peduli,
Empati, Lemah lembut, Ketepatan setiap tindakan, Menghargai orang lain, Berbuat baik.
Untuk meningkatkan hak pasien di rumah sakit, Dalam pelaksanaan memberikan asuhan
keperawatan pasien, petugas kesehatan atau staf harus terlebih dahulu memahami peran dalam
mengidentifikasi nilai dan kepercayaan, dan petugas harus melindungi hak pasien atau keluarga dan nilai
atau kepercayaan tersebut harus dihargai di dalam proses pelayanan dengan cara melakukan pendekatan
mengenai konsep nilai, konsep norma, konsep budaya, dan konsep agama dan hubungannnya dalam
keperawatan adalah :
1. Petugas melakukan pengkajian tentang nilai kepercayaan dalam keperawatan dan mengidentifikasi
nilai-nilai kepercayaan.
2. Petugas menemukan nilai-nilai/budaya dan kepercayaan pasien yang tidak sesuai dengan
pelayanan kesehatan pada saat assessmen
3. Petugas meminta pasien menjelaskan lebih dalam terkait nilai-nilai/budaya/kepercayaan tersebut.
4. Petugas kesehatan mengklarifikasi dari sudut pandang kesehatan dan kebijakan rumah sakit
5. Petugas mengikutsertakan pasien atau keluaga untuk mengambil keputusan dalam proses
pelayanan kesehatan apakah pasien mau/tidak untuk menerima nilai baru yang sesuai dengan
kebijakan rumah sakit atau
6. Jika pasien setuju maka petugas melakukan pendekatan dan meminta pasien menandatangani
lembar edukasi terintegrasi yang tertuliskan persetujuan pasien

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 16


7. Jika pasien tidak setuju, maka petugas harus melindungi hak pasien dan keluarga mengerti dan
menghormati nilai-nilai kepercayaan pasien dan meminta pasien menandatangani lembar penolakan
tindakan.
8. Petugas melaporkan kepada atasan di unit kerjanya untuk mendapatkan arahan penyelesaian
masalah dan memberikan pelayana dengan penuh perhatian dan hormat guna menjaga martabat
pasien dengan tujuan:
a. Supaya perawat dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai keinginan pasien.
b. Agar pasien merasa nyaman dengan tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
c. Supaya tidak terjadi kesalahpahaman antara pasien dengan perawat.
d. Asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik.

BAB IV
PENUTUP

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 17


Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien,
masyarakat atau profesi lain, maka kita harus memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika dan moral
disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang
menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat
memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Rumah Sakit
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa,

Dr. Yahmin Setiawan, MARS


Direktur Utama

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 18


Panduan Nilai, Etika, Kepercayaan Halaman 19

Anda mungkin juga menyukai