Diabetes
Diabetes
DIABETES MELLITUS
Disusun Oleh :
ALVIRA LINTANG KIRANA
NIM. 201510300511029
B. Etiologi
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk
terserang diabetes melitus dibanding dengan orang yang
tidak gemuk.
c. Faktor genetic
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus
orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita diabetes
melitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena.
Jika kedua orang tua menderita diabetes, insiden diabetes
pada anak-anaknya meningkat, tergantung pada umur
berapa orang tua menderita diabetes. Risiko terbesar bagi
anak-anak terserang diabetes terjadi jika salah satu atau
kedua orang tua mengalami penyakit ini sebelum berumur
40 tahun. Riwayat keluarga pada kakek dan nenek kurang
berpengaruh secara signifikan terhadap cucunya.
C. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2011,
klasifikasi Diabetes Melitus adalah sbb:
3. Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi
glukosa dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini
merupakan komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya
toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala Akut
Gejala penyakit DM ini dari satu penderita ke penderita
lainnya tidaklah sama ; dan gejala yang disebutkan di sini adalah
gejala yang umum tibul dengan tidak mengurangi kemungkinan
adanya variasi gejala lain, bahkan ada penderita diabetes yang
tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu. Pada
permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak, yaitu :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Berat badan turun dengan cepat ( bisa 5- 10 kg dalam
waktu 2-4 minggu.
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan
penderita akan jatuh koma ( tidak sadarkan diri ) dan di
sebut koma diabetik.
2. Gejala Kronik
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
c. Rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti di atas
bantal atau kasur.
d. Kram
e. Mudah mengantuk.
F. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa darah, yaitu :
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, sindrom hiperglikemik
hiperosmolar non-ketotic (HHNK).
2. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-
kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin,
detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak
segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya
kematian.
3. Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan, yaitu :
makrovaskuler, mikrovaskular, dan penyakit neuropati.
a. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati, dan
neuropati merupakan kelainan yang lebih sering timbul
setelah pubertas, namun juga dapat terjadi selama periode
prepurbertas memberikan efek yang tidak sama pada
masing-masing individu dalam hal komplikasi.
b. Neuropati
Menurut Batubara (2010), sistem saraf sentral dan perifer
juga terkena oleh diabetes. Pola keterlibatan yang paling
sering adalah neuropati perifer simetris di ekstremitas
bawah yang mengenai, baik fungsi motorik maupun
sensorik, terutama yang terakhir. Walaupun gejala klinis
kelainan saraf pada anak dan remaja jarang didapatkan
namun eberadaan kelainan subklinis sudah didapatan.
Evaluasi klinis dari pemeriksaan saraf perifer harus meliputi
Anamnesis, Penentuan sensasi vibrasic.
c. Komplikasi makrovaskuler
Penelitian tentang penebalan intima-media pada karotis
merupakan tanda yang sensitif untuk timbulnya komplikasi
makrovaskuler yaitu penyakit jantung koroner dan penyakit
serebro vaskuler.
G. Penatalaksanaan
2. Pemberian insulin
Insulin harus terus diberikan dengan dosis biasa meskipun
anak tidak makan. Pada penderita diabetes yang sakit mungkin
akan menimbulkan hiperglikemia akibat glukoneogenesis atau
glikolisis karena kerja hormon anti insulin. Bila kadar glukosa
darah > 250 mg/dL, segera lakukan pemeriksaan keton darah. Bila
keton darah >1mmol/L berarti dosis insulin kurang dan perlu
ditambah . Bila kadar glukosa darah >250mg/dL dan keton darah
<1 mmol/L, tidak perlu ditambahan insulin dan periksa kembali
glukosa darah setelah 2 jam. Pemberian insulin tambahan pada
balita sebesar 1U dapat menurunkan glukosa darah rata-rata 100
mg/dL, sedangkan pada anakn sekolah dan remaja dosis tersebut
mungkin hanya menurunkan glukosa darah sebesar 30-50 mg/dL.
Penambahan dosis insulin dapat juga dilakukan dengan
memperhitungkan 5-20% dari total dosis harian,tergantung situasi.
7. Penyuluhan
Lingkungan pasien DM tipe-1 amat penting. Kerabat
pasien harus mengetahui prinsip-prinsip menangani pasien DM
tipe-1 yang sedang sakit. Insulin harus tetap diberikan meskipun
pasien DM tipe-1 yang sedang sakit tidak mau makan atau hanya
mau makan sedikit. Glukosa darah pasien dapat meningkat selama
sakit karena glukoneogenesis. Muntah merupakan gejalah serius
yang perlu penangan segera. Adanya keton dalam urin atau darah
yang disertai kadar glukosa darah yang tinggi merupakan tanda
kurangnya kerja insulin, dan bila hal ini tidak segera diatasi maka
pasien akan jatuh ke dalam KAD yang mengancam jiwa.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap dimana perawat
mengumpulkan data secara sistematis, memilih dan mengatur data
yang dikumpulkan dan mendokumentasikan data dalam format
yang didapat. Untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian
tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan (Tarwoto, 2012). Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini yang terbagi
atas :
a. Pengumpulan data
b. Anamnese
c. Riwayat kesehatan sekarang dan dulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat psikososial
f. Genogram
g. Pola kegiatan sehari-hari
h. Pola persepsi management kesehatan
i. Pola nutrisi dan metabolism
j. Pola eliminasi
k. Pola tidur dan istirahat
l. Pola aktivitas dan latihan
m. Pola persepsi dan konsep diri
n. Pola hubungan dan peran
o. Pola seksual dan reproduksi
p. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
q. Pola tata nilai dan kepercayaan
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan darah
b. Urine
c. Kultur pus
4. Analisa Data
5. Diagnosa
Kegagalan Produksi
Produksi glukagon berlebih
insulin
Risiko
kekurangan Meningkatkan Produksi gula
volume cairan Gula darah dari lemak
dan protein
Osmolaritas
meningkat
Membuang
Massa tubuh Fatique
Poliuri Polidipsi Poliphagi
nekrosis Kerusakan
Gangguan perfusi integritas kulit
jaringan
Pembedahan: amputasi
Road, Ansari. 2012. RSSDI Textbook Of Diabetes Melitus. Edisi 2. India : Jaypee
Brother Medical Publishers.