Anda di halaman 1dari 22

a.

Pembahasan
Pada BAB ini peneliti membahas proses telaah yang terjadi antara teori dan
kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada tanggal 31 Maret, 06
April, 07 April, 12 April, 14 April, 21 April. meliputi hasil implementasi dan
evaluasi selama 3 minggu, pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan
pada pengkajian lansia dengan masalah osteoartritis.
1) Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
yang akurat, lengkap , sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan
dalam standa praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association
2017) (Hidayaningsih 2007, as cited in Aziz,2017 p.16)
Peneliti melakukan pengkajian pada Ny.T ditemukan hasil pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2018 pukul 08.00 WIB di Kp.Cilaku
empang RT 01/01 Desa Sukasari Kec.Cilaku Cianjur. Klien menderita
osteoartritis sejak kurang lebih 3 tahun terakhir. Dari riwayat kesehatan Ny.T,
klien tidak pernah memiliki riwayat alergi obat dan pernah mengalami penyakit
gastritis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien menunjukan tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36.5°C. Lalu pada
pengkajian Ny.A ditemukan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 06
April 2018 pukul 08.00 WIB di Gg. Pustri RT 05/02 Desa Sirnagalih, Cianjur.
Klien menderita osteoarthritis kurang lebih 2 tahun terakhir. Dari riwayat
kesehatan Ny.A, klien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital klien menunjukan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88x/menit,
respirasi 22x/menit, suhu 36.5°C.

1
2

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga
perawat menjadi akuntabel (NANDA 2012)
Menurut Asmadi (2008) komponen-komponen dalam pernyataan
diagnosa keperawatan meliputi Masalah (problem), Penyebab (etiology), Data
(sign and symptom). Menurut Asmadi (2008) diagnosa keperawatan ada tiga
tipe yaitu Diagnosa keperawatan aktual, diagnosa keperawatan risiko,
diagnosa keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang
menjelaskan tetang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki
potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data
maladaptif atau paparan terhadap masalah kesehatan sebelumnya. Perawat
mencari dan mendokumentasikan data kedalam 2 tipe yang berkaitan dengan
pasien, yakni subjektif dan objektif data (Gordon, 2008). Menurut Herdman
& Kamitsuru (2014) mendefinisikan data subjektif adalah sesuatu yang
didasarkan perasaan dan opini dibandingkan dengan fakta, sedangkan data
objektif adalah didasarkan pada fakta dibandingkan dengan perasaan atau
opini.
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 31 Maret 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
pegal pegal pada area ekstremitas bawah disertai nyeri, cepat lelah kekuatan otot
+5/+5. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan bahwa dari
beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas utama yaitu
nyeri, intoleransi aktivitas.
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 06 April 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
3

pegal pegal pada area ekstremitas bawah disertai nyeri, cepat lelah kekuatan otot
+4/+4. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan bahwa dari
beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas utama yaitu
nyeri, intoleransi aktivitas dan resiko tinggi cedera.
Pada kasus Ny.T tidak munculnya diagnosa keperawatan gangguan citra
diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ini dikarenakan Ny.t
mengatakan menerima segala perubahan dalam tubuhnya, klien mengatakan
tidak merasa malu dengan bagian tubuh yang memiliki gangguan, klien
mengatakan tidak memiliki perasaan negatif terhadap tubuhnya yang memiliki
gangguan, serta Ny.T tidak terlihat selalu menyembunyikan bagian tubuhnya
yang memiliki gangguan. Selanjutnya pada Ny.T juga tidak muncul diagnosa
keperawatan ketidakefektifan koping yang berhuubungan dengan gaya hidup
atau perubahan peran yang aktual atau dirasakan dikarenakan Ny.T mampu
menghadapi situasi serta Ny.T tidak terlihat menunjukan perilaku destruktif pada
dirinya atau orang lain. Berikutnya pada Ny.T tidak muncul diagnosa
keperawatan defisiensi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan
salah persepsi, kurang informasi dikarenakan Ny.T mengatakan telah mengetahui
masalahnya saat klien melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan terdekat,
serta klien menunjukan persepsi yang tepat terhadap masalahnya.
Pada kasus Ny. A tidak munculnya diagnosa keperawatan gangguan citra
diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ini dikarenakan Ny.A
mengatakan menerima segala perubahan dalam tubuhnya, klien mengatakan
tidak berfokus pada fungsi/kekuatan/penampilan dimasa lalu, klien mengatakan
tidak memiliki perasaan negatif terhadap tubuhnya yang memiliki gangguan,
klien mengatakan tidak merasa malu dengan bagian tubuh yang memiliki
gangguan, serta Ny.A tidak terlihat selalu menyembunyikan bagian tubuhnya
yang memiliki gangguan. Selanjutnya pada Ny.A juga tidak muncul diagnosa
4

keperawatan ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan gaya hidup atau


perubahan peran yang aktual atau dirasakan dikarenakan Ny.A mampu
menghadapi situasi, klien mengatakan mampu mengikuti informasi dari petugas
kesehatan saat melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan terdekat, klien
mengatakan mampu mengorganisasikan informasi yang didapat, klien
mengatakan mampu untuk meminta bantuan terhadap orang lain serta Ny.A tidak
terlihat menunjukan perilaku destruktif pada dirinya atau orang lain. Berikutnya
pada Ny.A tidak muncul diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan dan
informasi yang berhubungan dengan salah persepsi, kurang informasi
dikarenakan Ny.A mengatakan telah mengetahui masalahnya saat klien
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan terdekat, serta klien
menunjukan persepsi yang tepat terhadap masalahnya, tidak menunjukan
perilaku yang berlebihan terhadap penyakitnya.
3) Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan
(Asmadi, 2008). Menurut Asmadi (2008), tahap perencanaan memiliki beberapa
tujuan penting, diantaranya sebagai alat komunikasi perawat dan tim kesehatan
lainya, meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi klien, serta
mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang ingin
dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas
urutan diagnosa keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria
evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan.
a. Membuat Prioritas Urutan Diagnosis Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan (tahap kedua), perawat
dapat mulai membuat urutan prioritas diagnosis. Penentuan prioritas ini
dilakukan karena tidak semua diagnosis keperawatan dapat diselesaikan
dalam waktu bersamaan. Pada tahap ini perawat dan klien bersama-sama
5

menentukan diagnosis keperawatan mana yang harus dipecahkan lebih dulu


dan memprioritaskannya. Penentuan prioritas dapat dibuatkan skala prioritas
tertinggi sampai prioritas terendah. Ini dilakukan dengan mengurutkan
diagnosis keperawatan yang dianggap paling mengancam kehidupan sampai
diagnosis yang tidak terlalu mengancam kehidupan.
b. Merumuskan Tujuan
Setelah menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas,
perawat perlu merumuskan tujuan untuk masing-masing diagnosis. Tujuan
ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi masalah secara
umum, sedangkan tujuan jangka pendek dimaksudkan untuk mengatasi
etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan ini
keperawatan harus SMART, yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas),
measurable (dapat diukur), achievable (dapat dicapai, ditetapkan bersama
klien), realistic (dapat tercapai dan nyata), dan timing (harus ada target
waktu).
c. Merumuskan Kriteria Evaluasi
Penyusunan kriteria hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di ataranya, kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan,
bersifat khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat,
didengar, dan diukur oleh orang lain.
d. Merumuskan Intervensi Keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus
memperhatikan beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan intervensi
keperawatan. Kriteria tersebut, antara lain :
1) Memakai kata kerja yang tepat.
2) Bersifat spesifik.
3) Dapat dimodifikasi.
6

Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang


independen dan intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi
keperawatan independen adalah intervensi keperawatan yang dilakukan
perawat terhadap klien secara mandiri tanpa peran aktif dari tenaga
kesehatan lain. Intervensi keperawatan kolaboratif adalah intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien dalam bentuk
kerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan pada tanggal 31 April 2018
pukul 08.30 WIB pada pasien yaitu dengan kriteria hasil nyeri berkurang,
menunjukan penurunan signifikan, memutuskan tindakan yang tepat bagi Ny.T
adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri berhubungan
dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi
sendi, peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji lokasi, intensitas, dan
tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang baru, bantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait dengan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, ajarkan relaksasi teknik mengurangi
ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan
tingkatkan relaksasi masase, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, beri
kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan ber posisi yang nyaman,
tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat penurun tekanan darah sesuai indikasi.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu intoleransi aktivitas
yang berhubungan dengan perubahan otot, peneliti menyusun perencanaan
antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan rusakan. Kaji
secara teratur fungsi motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan klien melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, berikan tindakan
nonfarmakologis rom aktif, pantau kemajuan dan perkembangan
7

kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, kolaborasi dengan ahli


fisioterapi untuk melatih fisik klien.
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu resiko cedera yang
berhubungan dengan penurunan fungsi tulang, peneliti menyusun
perencanaan anatara lain kaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan
keluarga, identifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin meningkatkan
potensi jatuh, monitor gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan
dan tingkat kelelahan dengan ambulasi, ajarkan pasien bagaimana jika jatuh,
untuk meminimalkan cedera.
Lalu, berdasarkan rencana keperawatan yang dilakukan pada tanggal 06 April
2018 pukul 14.30 WIB pada pasien yaitu dengan kriteria hasil tekanan darah
dalam batas normal, menunjukan nyeri berkurang yang signifikan, memutuskan
tindakan yang tepat bagi Ny.A adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri
berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi distruksi sendi, peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji
lokasi, intensitas, dan tipe nyeri, obsevasi nyeri ke daerah yang baru, ,
bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu
klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, ajarkan
relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, ajarkan
metode distraksi selama nyeri akut, beri kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan ber posisi yang nyaman, tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri dan hubungkan dengan berapa lama nyeri akan
berlangsung, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penurun
tekanan darah sesuai indikasi.
b. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu intoleransi aktivitas
yang berhubungan dengan perubahan otot, peneliti menyusun
perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan
8

rusakan. Kaji secara teratur fungsi motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit,
berikan tindakan nonfarmakologis rom aktif, pantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien.
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu resiko cedera
berhubungan dengan penurunan fungsi tulang, peneliti menyusun
perencanaan anatara lain kaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan
keluarga, identifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh, monitor gaya berjalan (terutama kecepatan),
keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi, ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.
4) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi 2008)
Jenis-jenis Implementasi Keperawatan Menurut Asmadi (2008) dalam
melakukan implementasi keperawatan terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan, yaitu :
a. Independent implementations adalah suatu tindakan yang dilakukan
secara mandiri oleh perawat tanpa petunjuk dari tenaga kesehatan lainnya.
Independent implementations ini bertujuan untuk membantu klien dalam
mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti
contoh : membantu klien dalam memenuhi activity daily living (ADL),
9

memberikan perawatan diri, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman


dan bersih untuk klien, memberikan dorongan motivasi, membantu dalam
pemenuhan psiko-sosio-spiritual klien, membuat dokumentasi, dan lain-
lain.
b. Interdependent/collaborative implementations adalah tindakan perawat
yang dilakukan berdasarkan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.
Contohnya dalam pemberian obat, harus berkolaborasi dengan dokter dan
apoteker untuk dosis, waktu, jenis obat, ketepatan cara, ketepatan klien,
efek samping dan respon klien setelah diberikan obat.
c. Dependen implementations adalah pelaksanaan rencana tindakan
medis/instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi, psikolog, psikoterapi,
dan lain-lain dalam hal pemberian nutrisi kepada klien sesuai dengan diet
yang telah dibuat oleh ahli gizi dan latihan fisik sesuai dengan anjuran
bagian fisioterapi.
Tahap-Tahap Implementasi Keperawatan Menurut Purwaningsih &
Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus diperhatikan oleh perawat
dalam melakukan implementasi keperawatan, yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Prainteraksi
1) Membaca rekam medis klien
2) Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan
professional pada diri sendiri
3) Memahami rencana keperawatan secara baik
4) Menguasai keterampilan teknis keperawatan
5) Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan
6) Mengetahui sumber daya yang diperlukan
7) Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan
10

8) Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur


keberhasilan
9) Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul
10) Penampilan perawat harus meyakinkan
b. Tahap Perkenalan
1) Mengucapkan salam
2) Mengorientasikan/memperkenalkan nama
3) Menanyakan nama, alamat dan umur klien
4) Menginformasikan kepada klien tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat
5) Memberitahu kontrak waktu, berapa lama akan dilakukannya
tindakan.
6) Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang tindakan
dan bertanya kepada klien setuju atau tidak pada tindakan yang akan
dilakukan
c. Tahap Kerja
5) Menjaga privacy klien
6) Melakukan tindakan yang sudah direncanakan
7) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan
adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa
aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang
telah diberikan
d. Tahap Terminasi
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya
setelah dilakukan tindakan oleh perawat
2) Berikan feedback yang baik kepada klien dan puji atas kerjasama
klien
3) Kontrak waktu selanjutnya
4) Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan la8kukan terminasi
11

5) Berikan salam sebelum meninggalkan pasien


6) Lakukan pendokumentasian
Pada kasus yang pertama, yakni pada Ny.T Berdasarkan masalah keperawatan
tersebut peneliti melakukan implementasi selama 3 hari sesuai dengan tujuan,
kriteria, standard dan intervensi yang telah dibuat sesuai diagnosa prioritas
utama.
a. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi distruksi sendi.
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 31 April 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, , membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi
teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman, meningkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 06 April 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, , membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi
teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman, meningkatkan
12

pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan dengan


berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 12 April 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, , membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi
teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman, meningkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan otot.
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal
31 April 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, melakukan tindakan nonfarmakologis rom
aktif, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal
06 April 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, melakukan tindakan nonfarmakologis rom
aktif, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
13

3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal


12 April 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, melakukan tindakan nonfarmakologi rom
aktif, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
Lalu, pada kasus yang kedua pada klien Ny.A. Berdasarkan masalah
keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi selama 3 hari sesuai
dengan tujuan, kriteria, standard an intervensi yang telah dibuat sesuai diagnosa
prioritas utama.
a. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses distruksi sendi.
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 07 April 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, , membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi
teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman, meningkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 14 April 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, , membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi
14

teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi


intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman, meningkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 21 April 2018 yaitu mengkaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri,
mengobsevasi nyeri ke daerah yang baru, , membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengajarkan relaksasi
teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi masase, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, memberi kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan memberi posisi yang nyaman, meningkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal
07 April 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, melakukan tindakan nonfarmakologi rom
aktif, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal
14 April 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
15

ekstremitas yang tidak sakit, melakukan tindakan nonfarmakologi rom


aktif, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan kedua pada tanggal
21 April 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motoric, mengatur
posisi fisiologis, mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit, melakukan tindakan nonfarmakologi rom
aktif, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
c. Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
07 April 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan
keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan (terutama
kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi,
mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.
Dan mengevaluasi hasil tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
14 April 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan
keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan (terutama
kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi,
mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.
Dan mengevaluasi hail tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada tanggal
21 April Maret 2018 yaitu mengkaji ulang riwayat jatuh bersama pasien
dan keluarga, mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh, memonitor gaya berjalan (terutama
16

kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi,


mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.
Dan mengevaluasi hasil tindakan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment) (Asmadi 2008). Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, ini dilakukan setelah selesai
mengimplementasikan rencana keperawatan. Perumusan evaluasi formatif
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP yakni subjektif
(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisa data
(pembandingan data dengan teori), dan perencanaan. Evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan, ini bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang digunakan untuk
mendapatkan hasil evaluasi dilakukan dengan wawancara pada akhir layanan,
menanyakan respon klien dan keluarga, dan mengadakan pertemuan pada
akhir layanan. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :
b) Tujuan Tercapai Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
c) Tujuan tercapai sebagian Jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
17

d) Tujuan tidak tercapai Jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan


dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
Pada hari terakhir tanggal 12 April 2018 pukul 14.30 WIB, peneliti
menyimpulan dari semua evaluasinya pada Ny.T adalah diagnosa nyeri
berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi
distruksi sendi, evaluasi yang dilakukan pada diagnosa pertama hari ketiga,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang lutut ekstremitas bawah, skala nyeri 2-10. Analisa masalah teratasi,
implementasi lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan
untuk melakukan relaksasi dan istirahat ketika nyeri terasa. Lalu pada diagnosa
hambatan intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik,
evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua hari ketiga, dengan data subjektif
klien mengatakan pegal pegal tidak terlalu terasa pada area eksteremitas bawah
dan data objektif cepat lelah, kekuatan otot +5/+5, menunjukan perbaikan
mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada
evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa
kesehatannya dilayanan kesehatan dan anjurkan untuk terus dilakukan massage
kaki. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan pegal pegal tidak terlalu terasa dan data objektif tidak
terdapat kejadian jatuh. Analisa masalah teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Pada hari terakhir tanggal 21 April 2018 pukul 14.30 WIB, peneliti
menyimpulan dari semua evaluasinya pada Ny.A adalah diagnose nyeri
berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi
distruksi sendi , evaluasi yang dilakukan pada diagnosa pertama hari ketiga,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang lutut ekstremitas bawah, skala nyeri 3-10. Analisa masalah teratasi,
18

implementasi lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga


kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan
untuk melakukan relaksasi dan istirahat ketika nyeri terasa. Lalu pada diagnosa
hambatan intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik,
evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua hari ketiga, dengan data subjektif
klien mengatakan pegal pegal tidak terlalu terasa pada area eksteremitas bawah
dan data objektif cepat lelah, kekuatan otot +4/+4, menunjukan perbaikan
mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada
evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa
kesehatannya dilayanan kesehatan dan anjurkan untuk terus dilakukan massage
kaki. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan pegal pegal tidak terlalu terasa dan data objektif tidak
terdapat kejadian jatuh. Analisa masalah teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.

8) Analisis PICOT
Intervensi keperawatan menurunkan intensitas nyeri lutut pada lansia yang
mengalami osteoarthritis di Puskesmas Sukasari tanggal 31 Maret 2018, 06 April
2018, 07 April 2018, 12 April 2018, 14 April 2018, dan 21 April 2018.
Kasus I Kasus II
P Ny.T (P/65 tahun) Ny.A (P/65 tahun)
1. Osteoartritis 1. Osteoatritis
2. Nutrisi : Baik 2. Nutrisi : Baik
3. Eliminasi : Baik 3. Eliminasi : Baik
4. Mobilisasi : Terbatas 4. Mobilisasi : Terbatas
5. Personal Hygiene : Baik 5. Personal Hygiene : Baik
6. Istirahat dan tidur : Cukup 6. Istirahat dan tidur : Cukup
19

I Rom aktif pada ekstremitas Rom aktif pada ekstremitas


bawah (Fleksi dan Ekstensi) bawah (Fleksi dan Ekstensi)
C Rom aktif tanggal 31 Maret, 06 Rom aktif tanggal 06 April
April 2018, 12 April 2018. 2018, 12 April 2018, 21 April
Dengan durasi waktu 10 menit. 2018. Dengan durasi waktu 15
menit
O Nyeri teratasi, skala nyeri Nyeri teratasi, skala nyeri
berkurang dari 3-2 (0-10) berkurang 2-4 (0-10)

T Menurut jurnal oleh Theresia Menurut jurnal oleh Theresia


Titin Marlina dengan judul Titin Marlina dengan judul
“Efektifitas Latihan Terhadap “Efektifitas Latihan Terhadap
Penurunan Intensitas Pasien Penurunan Intensitas Pasien
Osteartritis Lutut di Osteartritis Lutut di
Yogyakarta” latihan lutut secara Yogyakarta” latihan lutut secara
statistic efektif untuk statistic efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri menurunkan intensitas nyeri
(p=0,0004), factor berat badan (p=0,0004), factor berat badan
efektif untuk menurukan efektif untuk menurukan
intensitas nyeri (p=0,013) intensitas nyeri (p=0,013)
sedangkan variable lain yaitu sedangkan variable lain yaitu
usia, jenis kelamin, kecemasan, usia, jenis kelamin, kecemasan,
dan aktivitas fisik lain tidak dan aktivitas fisik lain tidak
efektif menurunkan intensitas efektif menurunkan intensitas
nyeri. Sedangkan secara simultan nyeri. Sedangkan secara simultan
variable independen efektif variable independen efektif
mempengaruhi variable mempengaruhi variable
dependen sebesar 28,7%. dependen sebesar 28,7%.
Dengan jangka waktu 4 minggu. Dengan jangka waktu 4 minggu.
Sedangkan, menurut hasil jurnal Sedangkan, menurut hasil jurnal
dari Rani Prasati dan Awaiful dari Rani Prasati dan Awaiful
Azza dengan judul “ Pengaruh Azza dengan judul “ Pengaruh
Range Of Motion Aktif Range Of Motion Aktif
Terhadap Adaptasi Nyeri Pada Terhadap Adaptasi Nyeri Pada
Wanita Lanjut Usia Di Upt Wanita Lanjut Usia Di Upt
Pelayanan Social Lanjut Usia Pelayanan Social Lanjut Usia
Kabupaten Bondowoso” Kabupaten Bondowoso”
terdapat peningkatan yang terdapat peningkatan yang
bermakna (p<0,05) antara bermakna (p<0,05) antara
pengukuran pertama dan kedua, pengukuran pertama dan kedua,
pertama dan ketiga pada fleksi pertama dan ketiga pada fleksi
sendi lutut kiri, meskipun sendi lutut kiri, meskipun
20

terdapat peningkatan rom sendi terdapat peningkatan rom sendi


lutut kiri antara pengukuran lutut kiri antara pengukuran
pertama dan ketiga sebesar 35 pertama dan ketiga sebesar 35
derajat dan antara pengukuran derajat dan antara pengukuran
pertama-kedua sebesar 31,87 pertama-kedua sebesar 31,87
derajat. Dengan jangka waktu 3 derajat. Dengan jangka waktu 3
minggu. minggu.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengkajian pada lansia dengan osteoarthritis di wilayah
Puskesmas Sukasari di dapatkan hasil nyeri pada ekstremitas bawah atau
lutut.
2. Dari hasil pengkajian masalah keperawatan pada lansia dengan
osteoarthritis di wilayah Puskesmas Sukasari nyeri, intoleransi, dan resiko
cedera.
21

3. Rencana tindakan keperawatan yang dibuat sesuai pengkajian pada lansia


dengan osteoarthritis di wilayah Puskesmas Sukasari yaitu ROM aktif
4. Tindakan keperawatan pada lansia dengan osteoarthritis di wilayah
Puskesmas Sukasari ROM aktif.
5. Hasil dari evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan osteoarthritis
di wilayah Puskesmas Sukasari masalah teratasi .
6. Hasil penerapan ROM aktif pada klien dengan osteoarthritis di wilayah
Puskesmas Sukasari terbukti efektif menurunkan skala nyeri berkurang.

B. SARAN
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pihak-
pihak yang membutuhkan langsung karya tulis ilmiah ini.
b. Bagi Puskesmas
Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan terutama untuk lansia dengan orteoarthritis.

c. Bagi Keluarga
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai latihan ROM aktif terhadap penurunan intensitas nyeri lutut
pada lansia yang mengalami osteoarthritis.
a) Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi
untuk penerapan latihan ROM aktif pada lansia dengan orteoarthritis.
b) Bagi Penulis
1) Melakukan sosialisasi lebih lanjut tentang pengaruh rom aktif
terhadap klien yang mengalami osteoartitis.
2) Meningkatkan keterampilan penulis mengenai asuhan keperawatan
pada lansia dengan orteoartritis.
22

Anda mungkin juga menyukai