Pembahasan
Pada BAB ini peneliti membahas proses telaah yang terjadi antara teori dan
kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada tanggal 31 Maret, 06
April, 07 April, 12 April, 14 April, 21 April. meliputi hasil implementasi dan
evaluasi selama 3 minggu, pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini memfokuskan
pada pengkajian lansia dengan masalah osteoartritis.
1) Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
yang akurat, lengkap , sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan
dalam standa praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association
2017) (Hidayaningsih 2007, as cited in Aziz,2017 p.16)
Peneliti melakukan pengkajian pada Ny.T ditemukan hasil pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2018 pukul 08.00 WIB di Kp.Cilaku
empang RT 01/01 Desa Sukasari Kec.Cilaku Cianjur. Klien menderita
osteoartritis sejak kurang lebih 3 tahun terakhir. Dari riwayat kesehatan Ny.T,
klien tidak pernah memiliki riwayat alergi obat dan pernah mengalami penyakit
gastritis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien menunjukan tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36.5°C. Lalu pada
pengkajian Ny.A ditemukan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 06
April 2018 pukul 08.00 WIB di Gg. Pustri RT 05/02 Desa Sirnagalih, Cianjur.
Klien menderita osteoarthritis kurang lebih 2 tahun terakhir. Dari riwayat
kesehatan Ny.A, klien memiliki riwayat hipertensi. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital klien menunjukan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88x/menit,
respirasi 22x/menit, suhu 36.5°C.
1
2
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga
perawat menjadi akuntabel (NANDA 2012)
Menurut Asmadi (2008) komponen-komponen dalam pernyataan
diagnosa keperawatan meliputi Masalah (problem), Penyebab (etiology), Data
(sign and symptom). Menurut Asmadi (2008) diagnosa keperawatan ada tiga
tipe yaitu Diagnosa keperawatan aktual, diagnosa keperawatan risiko,
diagnosa keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang
menjelaskan tetang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki
potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data
maladaptif atau paparan terhadap masalah kesehatan sebelumnya. Perawat
mencari dan mendokumentasikan data kedalam 2 tipe yang berkaitan dengan
pasien, yakni subjektif dan objektif data (Gordon, 2008). Menurut Herdman
& Kamitsuru (2014) mendefinisikan data subjektif adalah sesuatu yang
didasarkan perasaan dan opini dibandingkan dengan fakta, sedangkan data
objektif adalah didasarkan pada fakta dibandingkan dengan perasaan atau
opini.
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 31 Maret 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
pegal pegal pada area ekstremitas bawah disertai nyeri, cepat lelah kekuatan otot
+5/+5. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan bahwa dari
beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas utama yaitu
nyeri, intoleransi aktivitas.
Data diperoleh pada pengkajian pada tanggal 06 April 2018 didapatkan
data fokus yang mengangkat masalah kesehatan klien adalah klien mengeluh
3
pegal pegal pada area ekstremitas bawah disertai nyeri, cepat lelah kekuatan otot
+4/+4. Berdasarkan data diatas peneliti dapat mengambil keputusan bahwa dari
beberapa analisa data, maka peneliti menegakkan diagnosa prioritas utama yaitu
nyeri, intoleransi aktivitas dan resiko tinggi cedera.
Pada kasus Ny.T tidak munculnya diagnosa keperawatan gangguan citra
diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ini dikarenakan Ny.t
mengatakan menerima segala perubahan dalam tubuhnya, klien mengatakan
tidak merasa malu dengan bagian tubuh yang memiliki gangguan, klien
mengatakan tidak memiliki perasaan negatif terhadap tubuhnya yang memiliki
gangguan, serta Ny.T tidak terlihat selalu menyembunyikan bagian tubuhnya
yang memiliki gangguan. Selanjutnya pada Ny.T juga tidak muncul diagnosa
keperawatan ketidakefektifan koping yang berhuubungan dengan gaya hidup
atau perubahan peran yang aktual atau dirasakan dikarenakan Ny.T mampu
menghadapi situasi serta Ny.T tidak terlihat menunjukan perilaku destruktif pada
dirinya atau orang lain. Berikutnya pada Ny.T tidak muncul diagnosa
keperawatan defisiensi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan
salah persepsi, kurang informasi dikarenakan Ny.T mengatakan telah mengetahui
masalahnya saat klien melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan terdekat,
serta klien menunjukan persepsi yang tepat terhadap masalahnya.
Pada kasus Ny. A tidak munculnya diagnosa keperawatan gangguan citra
diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ini dikarenakan Ny.A
mengatakan menerima segala perubahan dalam tubuhnya, klien mengatakan
tidak berfokus pada fungsi/kekuatan/penampilan dimasa lalu, klien mengatakan
tidak memiliki perasaan negatif terhadap tubuhnya yang memiliki gangguan,
klien mengatakan tidak merasa malu dengan bagian tubuh yang memiliki
gangguan, serta Ny.A tidak terlihat selalu menyembunyikan bagian tubuhnya
yang memiliki gangguan. Selanjutnya pada Ny.A juga tidak muncul diagnosa
4
rusakan. Kaji secara teratur fungsi motoric, atur posisi fisiologis, ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit,
berikan tindakan nonfarmakologis rom aktif, pantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien.
c. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu resiko cedera
berhubungan dengan penurunan fungsi tulang, peneliti menyusun
perencanaan anatara lain kaji ulang riwayat jatuh bersama pasien dan
keluarga, identifikasi karakteristik lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh, monitor gaya berjalan (terutama kecepatan),
keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi, ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cedera.
4) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi 2008)
Jenis-jenis Implementasi Keperawatan Menurut Asmadi (2008) dalam
melakukan implementasi keperawatan terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan, yaitu :
a. Independent implementations adalah suatu tindakan yang dilakukan
secara mandiri oleh perawat tanpa petunjuk dari tenaga kesehatan lainnya.
Independent implementations ini bertujuan untuk membantu klien dalam
mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti
contoh : membantu klien dalam memenuhi activity daily living (ADL),
9
a. Tahap Prainteraksi
1) Membaca rekam medis klien
2) Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan
professional pada diri sendiri
3) Memahami rencana keperawatan secara baik
4) Menguasai keterampilan teknis keperawatan
5) Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan
6) Mengetahui sumber daya yang diperlukan
7) Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan
10
8) Analisis PICOT
Intervensi keperawatan menurunkan intensitas nyeri lutut pada lansia yang
mengalami osteoarthritis di Puskesmas Sukasari tanggal 31 Maret 2018, 06 April
2018, 07 April 2018, 12 April 2018, 14 April 2018, dan 21 April 2018.
Kasus I Kasus II
P Ny.T (P/65 tahun) Ny.A (P/65 tahun)
1. Osteoartritis 1. Osteoatritis
2. Nutrisi : Baik 2. Nutrisi : Baik
3. Eliminasi : Baik 3. Eliminasi : Baik
4. Mobilisasi : Terbatas 4. Mobilisasi : Terbatas
5. Personal Hygiene : Baik 5. Personal Hygiene : Baik
6. Istirahat dan tidur : Cukup 6. Istirahat dan tidur : Cukup
19
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengkajian pada lansia dengan osteoarthritis di wilayah
Puskesmas Sukasari di dapatkan hasil nyeri pada ekstremitas bawah atau
lutut.
2. Dari hasil pengkajian masalah keperawatan pada lansia dengan
osteoarthritis di wilayah Puskesmas Sukasari nyeri, intoleransi, dan resiko
cedera.
21
B. SARAN
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pihak-
pihak yang membutuhkan langsung karya tulis ilmiah ini.
b. Bagi Puskesmas
Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan terutama untuk lansia dengan orteoarthritis.
c. Bagi Keluarga
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai latihan ROM aktif terhadap penurunan intensitas nyeri lutut
pada lansia yang mengalami osteoarthritis.
a) Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan referensi
untuk penerapan latihan ROM aktif pada lansia dengan orteoarthritis.
b) Bagi Penulis
1) Melakukan sosialisasi lebih lanjut tentang pengaruh rom aktif
terhadap klien yang mengalami osteoartitis.
2) Meningkatkan keterampilan penulis mengenai asuhan keperawatan
pada lansia dengan orteoartritis.
22