Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada akhir dekade ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam menjelaskan daya saing
suatu organisasi atau perusahaan. Pergeseran paradigma ini telah melahirkan ilmu pengetahuan
baru yang kemudian dikenal dengan Knowledge Management. Disiplin ilmu baru ini pada
dasarnya lebih memberikan penekanan pada pentingnya Intangible Assets dari pada tangible
assets. Ini berarti bahwa sumberdaya manusia yang cerdas dan hak atas kekayaan intelektual
menjadi aset yang lebih penting dari pada aset fisik ataupun financial yang dimiliki organisasi.
Pernyataan yang sama mengenai Intangible Assets meningkatkan nilai perusahaan,
dikemukakan oleh Rhenald Kasali. Rhenald Kasali 2010, dalam bukunya menjelaskan bahwa
intangiblemerupakan satu-satunya sumber keunggulan perusahaan yang bersifat riil dan
berkesinambungan, melekat pada manusia dan bersifat information-based. Perusahaan yang
stagnan berfokus pada harta-harta fisik (tangible assets), yaitu kekayaan yang kasat mata,
sedangkan perusahaan yang progresif memobilisasi harta nirwujud. Harta benda berwujud
menjadi milik pemilik pemegang saham, sedangkan harta nirwujud melekat di dalam maupun
diluar perusahaan. Intangible yang berada dalam perusahaan, melekat pada diri karyawan dalam
bentuk keterampilan, kerjasama tim, tata nilai dan budaya perusahaan, reputasi dan teknologi.
Intangible yang berada diluar perusahaan melekat pada pelanggan dalam bentuk brand image,
customer loyalty dan dukungan.
Aset Tetap Tak Berwujud atau Intangible Assets merupakan Aset tetap yang secara fisik
tidak dapat dilihat bentuknya, akan tetapi memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan. Jenis
Aset tidak berwujud berdasarkan masa manfaatnya dapat di golongkan menjadi dua, yang
pertama yaitu Aset tak berwujud dengan masa manfaatnya yang dibatasi oleh undang-undang,
peraturan/persetujuan atau oleh sifat Aset itu sendiri, seperti hak paten, hak cipta, dan franchise.
Yang kedua, Aset yang tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas, seperti trade-mark
dan goodwill. Intangible Assets\ juga dikenal dengan intellectual assets, intellectual capital,
intellectual property, atau knowledge capital. Contoh-contohnya meliputi copyrights, patents,

1
intellectual property, goodwill, brands, trademarks, ideas, dan relationships. Rhenald Kasali
mendefinisikan intangible dengan mengemukakan karakteristik dari intangible yaitu, sebagai
sesuatu yang tidak mudah diperoleh dalam tempo singkat; sekali diperoleh oleh perusahaan,
terus dikembangankan pada area-area baru; melekat pada manusia (Karyawan dan Pelanggan);
tidak mudah dibajak.
Intangble assets (Boos,2003), aset tidak berwujud adalah aset non-fisik yang
memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh laba diatas laba perusahaan yang mungkin
akan diperoleh hanya dengan aset fisik. Intangible Assets sulit untuk dinilai untuk beberapa
alasan. Pertama, Intangible Assets jarang diperdagangkan pada pasar ekstrenal. Kedua,
Intangible Assets seringkali ditransfer dalam tangible assets. Ketiga, Intangible Assets terkadang
sulit untuk dideteksi. Dikarenakan beberapa kesulitan tersebut, para praktisi professional
mencoba untuk melacak aset nirwujud ini dengan proxy yang pasti separti royalti, pembayaran
lisensi (license fees) dan deviden.
Pencatatan Aset ini tidak berbeda dengan pencatatan Aset berwujud. Aset ini dicatat
sebagai cost. Cost disini termasuk seluruh biaya yang berhubungan dengan pembelian atau
perolehan hak itu sehingga menjadi milik perusahaan. Jika Aset ini diperoleh dengan
menukarkannya dengan Aset lain bukan kas, maka dicatat menurut harga pasar yang wajar dari
Aset yang diserahkan atau harga pasar dari Aset tidak berwujud itu jika dianggap akurat.
Aspek positif pada aset tidak berwujud yaitu, perkembangan nilai perusahaan dapat
menghasilkan nilai pasar yang lebih besar melalui pendapatan perusahaan yang lebih tinggi
(Eberhart et al. 2004). Juga penelitian dari sudut pandang ekonomi, (Breshi et al. 2000)
berpendapat bahwa konsentrasi industri dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
inovasi perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan industri yang bonafit cenderung memimpin
dalam aplikasi paten.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini dibuat karena kurangnya pemahaman pengetahuan mengenai Aset Tak
Berwujud . Permasalahan dalam penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pencatatan dan penilaian Aset tidak berwujud tersebut?
2. Bagaimana penghentian dan pelepasan Aset tidak berwujud?

2
1.3 Tujuan Penyusunan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan cara pencatatan dan penilaian Aset tidak berwujud tersebut.
2. Menjelaskan cara penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud.

1.4 Manfaat Penyusunan


Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pentingnya aset tidak berwujud, dan menjadi
masukan dan kerangka acuan bagi pemilik entitas dalam mengambil keputusan investasi pada
aset tidak berwujud.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Aset Tidak Berwujud


Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) aset tidak berwujud adalah aset non-
moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif. Aset tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depa dari
Aset tersebut, dan
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat dikur secara andal.

Tabel 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19 (Revisi 2009)

Perihal PSAK 19 (revisi 2009)


Termasuk aset tidak berwujud yang terjadi dari kontrak dengan
Ruang lingkup
pemegang polis
Nilai spesifik entitas adalah nilai sekarang dari arus kas entitas yang
diharapkan timbul dari meneruskan menggunakan aset dan dari
Definisi
pertukaran aset tersebut pada akhir masa manfaatnya atau diharapkan
muncul saat menetapkan kewajiban
 Teridentifikasi secara individu atau keseluruhan.
 Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas apakah hak
tersebut dapat ditransfer atau terpisah dari entitas atau dari hak &
kewajiban lainnya
Keteridentifikasian
Contoh biaya yang dapat diatribusikan:
Perolehan terpisah
 Imbalan kerja karyawan (IAS 19)
 Biaya untuk menguji
 Imbalan profesional
Contoh biaya yang tidak dapat diatribusikan:

4
 Biaya untuk memperkenalkan produk atau jasa baru
 Biaya memindahkan usaha ke tempat atau ke tingkat konsumen baru.
 Biaya administrasi dan overhead lainnya
Tidak termasuk jumlah tercatat aset tak berwujud:
Pengakuan biaya
 Biaya ditangguhkan sampai aset dapat digunakan sesuai keinginan
pada jumlah
manajemen.
tercatat aset
 Kerugian awal operasi
Akuisisi sebagai  Harga perolehan adalah nilai wajar pada saat akuisisi
bagian dari  Pihak pengakuisisi mengakui asset terpisah dari goodwill dalam proses
kombinasi bisnis penelitian & pengembangan pemberi aset
Teknik mengukur  Menerapkan beberapa gambaran transaksi saat ini ke dalam indikator
nilai wajar aset tak yang mengarahkan profitabilitas aset
berwujud yang  Mengurangi perkiraan arus kas yang akan datang dari aset
diperoleh dari
kombinasi bisnis
 Pemerintah mengalokasikan aset tak berwujud kepada entitas
Akuisisi dengan
 Entitas dapat mengakui harga perolehan dengan nilai wajar atau nilai
hibah pemerintah
nominal
Aset tak berwujud
Harga perolehan diukur dengan nilai wajar, kecuali:
diperoleh melalui
 Transaksi kurang mengandung substansi komersial
pertukaran
 Nilai wajar aset yang diterima atau diserahkan tidak dapat diandalkan
Pengeluaran
Dihapus karena telah dijelaskan dalam paragraf lain dalam IAS 38
setelah perolehan
Pengukuran
Entitas dapat memilih model harga perolehan atau model revaluasi
setelah pengakuan
Entitas dapat menentukan:
Masa manfaat
 Masa manfaat terbatas
ekonomis
 Masa manfaat tidak terbatas
Masa manfaat tak  Tidak diamortisasi
terbatas  Pengujian penurunan nilai aset setiap tahun & ketika terdapat indikasi

5
penurunan nilai

Mengestimasi nilai
yang dapat Tidak terdapat ketentuan mengenai hal ini
diperoleh kembali
Penghentian dan Keuntungan dari pelepasan tidak diklasifikasikan sebagai revenue
pelepasan (diakui sebagai gain / loss)

Berdasarkan masa manfaatnya, Aset tak berwujud ini digolongkan sebagai berikut:
1. Aset yang tidak berwujud dengan masa manfaat yang dibatasi oleh undang-undang,
peraturan/persetujuan atau oleh sifat Aset itu sendiri, seperti hak patent, hak cipta,
franchise.
2. Aset yang tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas seperti, trademark,
goodwill.

2.2 Karakteristik Aset Tidak Berwujud


Intangible assest umumnya memiliki dua karakteristik utama yaitu, ketiadaan
eksistensifisik dan tingkat ketidakpastian yang tinggi terkait dengan manfaat masa depannya.
Intangible assetss juga dikenal dengan intellectual capital, intellectual capital, intellectual
property, atau knowledge capital. Contoh-contohnya meliputi leasehold, copyrights, patent,
intellectual property,goodwill, brands, trademarks, ideas, dan relationships. Daftar ini dengan
mudah dapat diperluas sehingga mencakup elemen-elemen seperti creativity, innovation,
professionalism dan loyalty.
Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya yang berjudul Accounting for Intangible assetsss
(2010), memaparkan 3 karakteristik utama yang dimiliki asset tak berwujud (intangible assetss),
yaitu:
 Kurang memiliki eksistensi fisik. Tidak seperti Aset berwujud seperti properti,
pabrik, dan peralatan, Aset tidak berwujud memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan atau privilage yang diberikan kepada perusahaan yang
menggunakannya.

6
 Bukan merupakan instrumen keuangan. Aset seperti deposito bank, piutang usaha,
dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi
fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aset atau Aset tidak berwujud. Aset ini
merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk
menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
 Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi. Aset tidak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam Aset ini biasanya
dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.

Aset tidak berwujud melekat pada manusia dan bersifatinformationbased, memiliki


elemen mendasar yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu intangibles internal dan intangibles
eksternal. Intangibles internal berada dalam perusahaan, melekat pada karyawan dalam bentuk
keterampilan, kerjasama tim, tata nilai dan budaya perusahaan, reputasi, dan teknologi;
sedangkan intangibles eksternal berada diluar, melekat pada konsumen dan stakeholder (para
penyalur, distributor, pemerintah, komunitas) dalam bentuk brand image, customer loyalty, dan
dukungan.

2.3 Jenis-Jenis Aset Tidak Berwujud


Akuntansi pada Aset tak berwujud bergantung pada apakah Aset tak berwujud itu
mempunyai umur manfaat terbatas atau tidak terbatas. Terdapat banyak sekali Aset tak
berwujud, yang sering kali dikelompokan menjadi enam kategori besar, yaitu:
1. Aset tak berwujud yang terkait dengan pemasaran
Aset Tidak Berwujud yang terkait dengan pemasaran terutama digunakan di dalam
pemasaran atau promosi produk dan jasa. Contohnya adalah merek dagang atau nama
dagang, susunan dewan direksi di surat kabar, nama domain internet, dan perjanjian
nonpersaingan.
Bentuk umum dari Aset tak berwujud yang berhubungan dengan pemasaran adalah
merek dagang (trademark) atau nama dagang (tradename). Suatu merek dagang (trademark)
atau nama dagang (tradename) adalah suatu kata, frasa atau simbol yang membedakan atau
mengidentifikasi suatu perusahaan atau produk tertentu. Hak untuk menggunakan merek

7
dagang atau nama dagang menurut Common Law, baik terdaftar maupun tidak, secara
eksklusif berada pada berada pada pengguna awal selama mereka harus menggunakannya.
2. Aset tak berwujud yang terkait dengan pelanggan
Aset tidak berwujud yang terkait dengan pelanggan dihasilkan dari interaksi dengan
pihak luar. Contohnya adalah daftar pelanggan, catatan pesanan atau catatan produksi,
dan hubungan dengan pelanggan yang terikat kontrak maupun yang tidak.
3. Aset tak berwujud yang terkait dengan seni
Aset tidak berwujud yang terkait dengan seni termasuk hak kepemilikan naskah drama,
karya sastra, karya musik, gambar-gambar, foto, audiovisual, dan materi video. Hak cipta
melindungi hak kepemilikan ini. Suatu hak cipta (copyrights) merupakan hak yang diberikan
pemerintah kepada para penulis, pelukis, pemusik, pematung, dan seniman lain atas kreasi
dan ekspresi mereka.
4. Aset tak berwujud yang terkait dengan kontrak
Aset tidak berwujud yang terkait dengan kontrak merupakan nilai dari hak yang muncul
dari perjanjian kontrak. Contoh dari waralaba (franchise), yaitu perjanjian lisensi, ijin
bangunan, hak siaran, dan kontrak jasa atau pasokan. Bentuk umum dari Aset tak berwujud
yang berhubungan dengan kontrak adalah waralaba.
5. Aset tak berwujud yang terkait dengan teknologi
Aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi berkaitan dengan inovasi atau
kemajuan teknologi. Contoh dari teknologi yang dipatenkan dan rahasia dagang diberikan
oleh pemerintah. Paten (patent) memberikan kepada pemegangnya hak eksklusif untuk
menggunakan, membuat, dan menjual suatu produk atau proses selama periode 20 tahun
tanpa campur tangan atau pelanggaran dari pihak lain. Dengan hak eksklusif ini, keuntungan
dapat diraih. Sebagai contoh: perusahaan seperti Merck, Polaroid, dan Xerox didirikan atas
dasar paten. Dua jenis utama paten adalah paten produk (product patent), yang mencakup
produk fisik aktual, dan paten proses (process patent), yang mengatur proses untuk membuat
produk.
6. Goodwill
Meskipun perusahaan diijinkan untuk mengkapitalisasi biaya tertentu guna
mengembangkan aset yang dapat diidentifikasi secara khusus seperti paten dan hak cipta,
namun jumlah yg dikapitalisasi biasanya tidak signifikan. Jumlah Aset tidak berwujud yang

8
material dicatat ketika perusahaan membeli aset tidak berwujud, terutama dalam situasi yang
melibatkan pembelian bisnis lain (seringkali disebut sebagai penggabungan usaha).
Dalam penggabungan usaha, biaya (harga beli) dibebankan, jika memungkinkan ke aset
berwujud yang dapat diidentifikasikan serta aset tak berwujud bersih, dan sisanya dicatat dalam
akun Aset tidak berwujud yang disebut goodwill. Goodwill seringkali disebut sebagai Aset yang
paling tidak berwujud dari aset tidak berwujud, karena goodwill hanya dapat diidentifikasi
pada bisnis secara keseluruhan. Satu-satunya cara agar goodwill itu dapat dijual adalah dengan
menjual bisnis.
Jenis-jenis Intangible assetss:
1. Leasehold
Leasehold merupakan hak yang diperoleh dari kontrak penggunaan Aset tertentu selama
periode tertentu. Karena ini merupakan hal yang baru di Indonesia dan memiliki banyak
permasalahan, maka dalam akuntansi terdapat pembahasan tersendiri (mengenai leasing).
2. Patent
Patent adalah hak khusus yang diterima oleh mereka yang mendapatkan penemuan-
penemuan baru, apakah dalam produk, sistem, pola ataupun formulaformula lainnya. Di
Amerika Serikat hak patent ini diberikan selama 17 tahun.
3. Copyright
Copyright adalah hak khusus yang diberikan kepada pengarang, pencipta, komponis,
untuk mempublikasikan, menjual karangan-karangannya. Di Amerika Serikat hak ini
diberikan selama 50 tahun. Sejak tahun 1990 Indonesia sudah memiliki UU Hak Cipta.
4. Trade Mark/Trade Name
Trade Mark/Trade Name adalah pengakuan (perlindungan hukum) dari pemerintah
terhadap penjual, cap label maupun tanda-tanda lain dari perusahaan maupun produknya.
Pengakuan ini biasanya diberikan selama perusahaan menggunakannya. Untuk
menentukan umur penggunaan hak ini lebih banyak ditentukan oleh perusahaan/pemilik
Trademark tersebut. Biasanya nama-nama (merek) terkenal dapat dijual kepada pihak
lain tetapi dengan diikuti pembayaran royalty yang biasanya didasarkan pada pendapatan
penjualan. Di Indonesia telah diberlakukan UU No. 19/1992 tentang Ketentuan Pokok
Mengenai Merk.

9
5. Organization Cost
Dalam proses pendirian perusahaan banyak dikeluarkan biaya-biaya seperti, akte notaris,
biaya pendaftaran pada Departemen Kehakiman, biaya promosi, biaya pendaftaran
saham, emisi, perizinan, surat-surat dan lain-lain. Karena biaya yang dikeluarkan ini akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan selama perusahaan itu berdiri maka
pengeluaran ini dianggap sebagai intangible assets yang akan diamortisasikan sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan.
6. Franchise
Hak ini diberikan kepada seseorang atau perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha
seperti memasarkan suatu produk dan jasa memakai merk perusahaan lain pada suatu
daerah tertentu dan dalam waktu tertentu.
7. Goodwill
Perusahaan yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu, kelebihankelebihan,
maupun keuntungan lebih lainnya disebut memiliki goodwill. Kelebihan-kelebihan ini
disebabkan oleh karena kemampuan, kualitas produk, letak yang strategis, dukungan
pemerintah, kemampuan/reputasi manajemen, maupun yang lain-lain, walaupun suatu
perusahaan memiliki goodwill belum tentu harus dibuat perkiraan goodwill. Goodwill
hanya boleh dicatat apabila terjadi transaksi, misalnya melalui pembelian, masuk/keluar
sekutu, merger akuisisi, dan lain-lain.

Salah satu jenis intangible assetss yang memperoleh porsi kajian yang cukup besar,
mungkin paling besar dibandingkan dengan yang lain, adalah goodwill. Apa itu goodwill?
Goodwill merupakan bagian dari Aset dalam neraca yang mencerminkan kelebihan pembayaran
atas Aset yang dibutuhkan perusahaan dibandingkan dengan nilai pasar. Atau, intangible assets
merepresentasikan jumlah yang lebih besar dari nilai buku yang dibayar oleh suatu perusahaan
untuk mengakuisisi perusahaan lain. Secara teoretis, goodwill merupakan nilai sekarang dari
kelebihan laba dari suatu perusahaan pada masayang akan datang (Wikipedia, 2008).
Goodwill dapat timbul dari akuisisi. Goodwill yang timbul akibat akuisisi mencerminkan
pembayaran yang dilakukan oleh pengakuisisi untuk mengantisipasi manfaat ekonomi yang akan
diperoleh pada masa depan. Manfaat ekonomi tersebut dapat dihasilkan dari sinergi antar assets

10
yang diakuisisi. Manfaat ini juga dapat timbul dari assets yang tidak memenuhi persyaratan
untuk diakui dalam laporan keuangan, namun pengakuisisi bersedia membayarnya. Pada
saat dibukukannya suatu akuisisi, mungkin goodwill yang diakui tidak merefleksikan manfaat
ekonomi pada masa depan bagi pengakuisisi. Hal tersebut dapat terjadi karena sejak dilakukan
negosiasi telah terjadi penurunan terhadap ekspektasi future cash flows dari assets yang
diakuisisi.
Dalam transaksi akuisisi dapat terjadi negative goodwill. Jika cost of the acquisition lebih
rendah daripada interest pengakuisisi atas nilai wajar assets dan kewajiban yang dapat
diidentifikasi pada tanggal transaksi, maka nilai wajar nonmonetary assets yang diakuisisi harus
diturunkan secara proporsional sampai seluruh selisih tersebut tereliminasi. Apabila nilai wajar
non-monetary assets sudah diturunkan seluruhnya, namun ternyata masih terdapat sisa selisih
yang belum tereliminasi, maka sisa selisih tersebut diakui sebagai negative goodwill dan
diperlakukan sebagai deferred income. Secara sistematis jumlah tersebut diamortisasi selama
suatu periode yang tidak, kurang dari dua puluh tahun.

2.4 Klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk Aset Tidak Berwujud

Klasifikasi untuk Aset Tidak Berwujud:


a) Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aset tak berwujud dapat diperoleh dengan
cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang
lain. Cara lain untuk memperoleh Aset tak berwujud adalah dengan cara membuatnya
sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.
b) Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek
dagang , dan wiralaba. Aset tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya
dapat diturunkan dari nilai Aset yang berhubungan denganya. Contohnya adalah
goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen
atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
c) Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa Aset tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya,
yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya

11
dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini
secara terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh Aset tak
berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill
hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan
Aset lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi Aset lainya secara
simultan.
d) Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa Aset tak
berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada
perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki
umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan
dalam kontrak lease.

Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud


Akuntansi untuk Aset tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa
yang diaplikasikan untuk Aset tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan peralatan yaitu :
a) Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.
b) Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
c) Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang
diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pencatatan dan Penilaian Aset Tidak Berwujud

1. Mencatat Biaya Pembelian Aset Tak Berwujud


Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi
dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan
hukum, dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi
merupakan biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari Aset yang
diterima, mana yang lebih dapat ditentukan.
Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis Aset tak berwujud
Cara Akuisisi
Jenis Pembelian Dibuat secara internal
a.Aset tak Berwujud a.Di kapaitalisasikan a.Dibebankan atau
yang dapat
pada biaya akuisisi. dikapitalisasi tergantung
diidentifikasi secara
terpisah ( hak paten, b. Diamortisasi selama pada Aset tak berwujud
merek dagang, dan umur hukum atau
tertentu.
biaya organisasi ) estimasi masa manfaat
mana yang lebih b. Jika dikapitalisasi, akan
singkat dengan umur di amortisasi sebagai Aset
maksimum 40 tahun tak berwujud yang dibeli.
b.Aset tak berwujud a. Dibebankan pada saat
yang tidak dapat
terjadinya.
diidentifikasi secara
terpisah ( goodwill ) b. Tidak tersedia pilihan
untuk pengkapitalisasian,
sehingga tidak akan ada
amortisasi

2. Mencatat Biaya Aset Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.


Kadang kala perusahaan membuat sendiri Aset tak berwujud, seperti paten. Hanya
biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan Aset tak berwujud tersebut
hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya

13
penelitian yang sangat besar untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya
untuk mendapatkan paten tersebut yang dikapitalisasi sebagai Aset. Karena kendala ini,
biaya yang dikapitalisasi untuk Aset tak berwujud yang dibuat secara internal mungkin
tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk Aset tak
berwujud yang dibeli melalui transaksi yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya
Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur Aset tak
berwujud :
 Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat
maksimum.
 Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat
mengubah batas umur masa manfaat Aset tersebut.
 Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi
umur manfaat.
 Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
 Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi
keunggulan kompetitif yang sudah ada.
 Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan
dengan layak.
 Apakah Aset tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur
manfaat efektif yang bervariasi.
Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya
Aset tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau
umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur
manfaatnya.
a. Penurunan Nilai Aset Tak Berwujud
Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari
penggunaan Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang
belum diamortisasikan, maka Aset tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian
penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai
buku Aset yang telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat Aset tersebut,
tetapi periode amortisasi tidak lebih dari 40 tahun.

14
b. Pelepasan Aset Tak Berwujud
Ketika sebuah Aset tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang
belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan
diakui dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil
bersih dari pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.
3. Penilaian Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud pada awal perolehannya harus diakui sebesar harga perolehannya,
untuk periode berikutnya aset tidak berwujud dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Penentuan
harga perolehan aset tidak berwujud bergantung pada cara perolehannya. Aset tidak
berwujud yang diperoleh melalui pembelian atau transaksi kas lainya maka harga
perolehannya adalah sebesar jumlah uang yang dibayarkan dan atau yang akan dibayarkan.
Bila aset tidak berwujud diperoleh melalui proses pertukaran dengan aset lainnya maka harga
perolehannya adalah sebesar taksiran harga pasar dari aset yang digunakan sebagai penukar.
Berdasarkan PSAK 19 paragraf 27 (revisi 2009) biaya perolehan aset tidak berwujud
terdiri dari:
1. Harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat; dan
2. Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset
tersebut sehingga siap untuk digunakan.
Selama umurnya, harga perolehan aset tidak berwujud harus dilakukan amortisasi. Dalam
PSAK 19 (revisi 2009) dinyatakan bahwa:
Jumlah yang dapat diamortisasikan dari aset tidak berwujud harus dialokasikan secara
sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Masa manfaat aset tidak
berwujud dapat ditentukan oleh suatu entitas, yaitu manfaat terbatas ataupun masa manfaat
yang tidak terbatas. Amortisasi mulai dihitung saat aset tidak berwujud siap digunakan.

3.2 Pengehentian dan Pelepasan Aset Tidak Berwujud


Suatu aset tidak berwujud harus dihentikan pengakuannya bila:
1. dalam (proses) pelepasan; atau
2. ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

15
Keuntungan atau kerugian muncul dari penghentian pengakuan suatu aset tidak
berwujud harus ditetapkan sebagai perbedaan antara nilai bersih pelepasan (jika ada) dan
nilai wajar aset. Hal tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi ketika aset dihentikan
pengakuannya (kecuali PSAK 30 (revisi 2007): sewa mengecualikan hal tersebut seperti
dalam sebuah penjualan dan penyewaan kembali). Keuntungan tidak boleh diakui sebagai
pendapatan.

Pelepasan suatu aset tidak berwujud dapat dilakukan dengan berbagai cara (contohnya,
melalui penjualan, melalui sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan
tanggal penghapusan aset seperti itu, suatu entitas menerapkan kriteria dalam PSAK 23
(revisi 2009): Pendapatan untuk mengakui pendapatan dari penjualan barang. PSAK 30
(revisi 2007): Sewa diterapkan pada penghapusan dengan cara penjualan dan sewa
kembali

Sesuai dengan prinsip pengakuan dalam paragraf 21, jika suatu entitas mengakui biaya
penggantian sebagian dari aset tidak berwujud ke dalam jumlah tercatat aset tidak
berwujudnya, maka entitas juga menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian
yang diganti, Jika tidak praktis bagi entitas untuk menentukan nilai wajar bagian sebuah
aset yang diganti tersebut, entitas boleh menggunakan biaya proses penggantian sebagai
indikator berapa nilai perolehan dari bagian pengganti pada saat pengganti tersebut
diperoleh atau di kembangkan secara internal.

Pada kasus perolehan kembali hak dalam suatu kombinasi bisnis, jika selanjutnya hak
diterbitkan kembali (dijual) ke pihak ketiga, jumlah tercatat terkait, jika ada, harus
digunakan dalam menentukan keuntungan atau kerugian saat penerbitan ulang.

Imbalan yang dapat diterima pada saat penghapusan suatu aset tidak berwujud diakui
pada awalnya sesuai dengan nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk aset tidak berwujud
tersebut ditangguhkan, maka imbalan yang diterima diakui sesuai (equivalent) dengan
harga tunai. Perbedaan antara jumlah nominal dari imbalan dan harga tunai equivalen
diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan yang
menggambarkan penghasilan pada piutang.

16
Amortisasi suatu aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas tidak berakhir jika
aset tersebut tidak lagi digunakan, kecuali aset tersebut sudah sepenuhnya disusutkan atau
digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam sekelompok
aset lepasan yang digolongkan sebagai aset dimiliki untuk di jual) sesuai dengan PSAK
58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aset tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu Aset yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti
pemilikan Aset tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aset tidak berujud
mungkin timbul dari:
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aset tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi
fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek
amortisasi, klasifikasi Aset Tak Berwujud yaitu cara akuisisi (manner of acquisition), dapat
diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang
diharapkan (period of expected benefit).
Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aset tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan prinsip
biaya, Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi,
menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama
dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
Sesuai dengan prinsip biaya, Aset tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan
biaya ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka Aset tak berwujud jarang mempunyai
nilai residu. Biaya Aset tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat
ditetntukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur
manfaatnya. Pada umumnya Aset tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi
Aset tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah Aset tetap.

18
4.2 Saran
Setelah disusunnya makalah mengenai aset tak berwujud, diharapkan setiap masyarakat,
organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan dapat menerapkan peraturan mengenai
Aset tidak berwujud ini sesuai dengan peraturan yang telah disusun dalam PSAK maupun IFRS.
dan setiap perusahaan lebih memperhatikan lagi lebih detail mengenai Aset tidak Berwujud.

19
DAFTAR PUSTAKA

PSAK 19 Revisi 2009 Aset Tidak Berwujud


http://akuntansi2011a.blogspot.co.id/2013/01/aset-tidak-berwujud.html
https://www.academia.edu/28273406/Akuntansi_Keuangan_I_-_Aset_Tak_Berwujud
https://www.akuntansionline.id/macam-perolehan-nilai-aset-tak-berwujud/
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/07/memahami-akuntansi-aset-tak-berwujud/
https://www.scribd.com/doc/292342848/STUDI-KASUS-Aset-Tidak-Berwujud
http://eprints.undip.ac.id/49138/1/08_NOVIANI.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-19-revisi-2009-Aset-Tidak-
Berwujud.pdf

20
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penyusunan ....................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penyusunan ..................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................................... 4
LANDASAN TEORI .................................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Aset Tidak Berwujud .................................................................................................. 4
2.2 Karakteristik Aset Tidak Berwujud .............................................................................................. 6
2.3 Jenis-Jenis Aset Tidak Berwujud .................................................................................................. 7
2.4 Klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk Aset Tidak Berwujud ......................................... 11
Klasifikasi untuk Aset Tidak Berwujud: ................................................................................................. 11
BAB III ....................................................................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 13
3.1 Pencatatan dan Penilaian Aset Tidak Berwujud ......................................................................... 13
3.2 Pengehentian dan Pelepasan Aset Tidak Berwujud .................................................................... 15
BAB IV ....................................................................................................................................................... 18
PENUTUP .................................................................................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 18
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai