Makalah Lingkungan Hidup
Makalah Lingkungan Hidup
Indonesia adalah adalah salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alam.
Melimpah ruahnya sumber daya alam Indonesia sudah sangat terkenal sejak zaman dulu.
Penjajahan yang terjadi di tanah air tercinta ini pun awalnya adalah karena ingin menguasai
potensi sumber daya alam tersebut.
Indonesia yang selama ini dikenal sebagai negara subur dengan kondisi alam yang sangat
mendukung ditambah dengan potensi sumber daya mineral yang juga sangat melimpah ruah,
baru bisa digolongkan sebagai negara berkembang dengan sebagian besar masyarakat belum
sejahtera dan makmur. Sementara itu potensi sumber daya alamnya sudah mulai menipis, dan
bahkan habis serta meninggalkan lingkungan hidup yang rusak.Melihat kenyataan ini, terdapat
sesuatu yang tidak tepat dalam pengelolaan, khususnya dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Aturuan-aturan yang ada belum mampu menjadi pengendali baik dalam prosesnya mencapai
tujuan sehingga tujuannya belum tercapai tetapi telah menimbulkan berbagai masalah dalam
lingkungan.
a. Kerusakan Hutan
Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang
perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap
keseimbangan ekosistem dunia. Pembukaan lahan terjadi melalui penebangan, pembakaran dan
pertambangan. Bekas lahan pertambangan batu bara, timah, minyak bumi dan emas, hampir
semuanya menjadi areal yang rusak dan tercemar yang sulit ditanggulangi.
Menurut WALHI kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,7 juta hektar pertahun dan jumlah itu
menurut World Reserach Institut 72 persen hutan telah hilang dari jumlah 130 juta hektar hutan
Indonesia. Hal ini tidak hanya mendatang banjir di mana-mana, tetapi juga ikut mempercepat
pemanasan global yang berakhir dengan kehancuran alam. Indonesia menjadi negara dengan
laju deforestasi tercepat di seluruh dunia. Lajudeforestasi yang pada periode 1985-1997 adalah
1,6 juta hektar per tahun meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001.
Setiap menit area hutan setara dengan luas lima lapangan sepak bola dihancurkan, sebagian besar
untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pulp and paper. Kehancuran hutan tersebut tidak
hanya merugikan Indonesia dalam jangka panjang akan tetapi juga memberikan sumbangan yang
signifikan atas ketidakstabilan iklim dunia.
Sudah menjadi hukum alam, bila salah satu komponen dari suatu komunitas atau suatu ekosistim
dirusak, maka secara berantai komponen-komponen yang lainnya ikut rusak.Padahal keberadaan
hutan sangat berguna bagi keseimbangan hidrologik danklimatologik, termasuk sebagai tempat
hidup dan berlindungannya binatang serta tempat terjadinya siklus kehidupan berbagai makhluk.
Tanpa hutan, semuanya yang ada disana menjadi terhenti.
Selain hutan, juga terjadi penurunan tingkat kesuburan tanahnya yang disebabkan pemakaian
teknologi kimiawi yang over dosis. Awalnya manusia ingin memperoleh hasil yang banyak
dengan pemakaian pupuk buatan tersebut, tetapi dalam jangka waktu tertentu bahan tersebut
merubah tekstur tanah. Bahkan pemakaian pupuk kimiawi secara terus menerus ikut merusak
ekosistem pertanian, diantaranya semakin resistensi dan resurjensinya hama dan penyakit
tanaman. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa kembali alam menjadi semakin urgen,
khususnya pemakaian bahan-bahan organik dalam pertanian.
b. Sampah
Salah satu alasan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah karena sampah telah menjadi permasalahan Nasional sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat. Artinya pemerintah menyadari bahwa pengelolaan
sampah selama ini belum secara komprehensif dan terpadu serta perilaku masyarakat yang
kurang terpuji sehingga menyebabkan terganggunya kesehatan, dan ketidakamanan bagi
lingkungan. Menurut UU ini, pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Melihat persoalan sampah yang ada di kota-kota besar memberikan tanda bahwa Undang-
undang ini belum memberi pengaruh yang berarti. Volume sampah di Jakarta terus meningkat
yang setiap tahun jumlah sampah yang dihasilkan naik sebesar 5 persen atau 337 ton per tahun.
Kini produksi sampah warga Ibu Kota, Jakarta mencapai 6.663 ton per hari atau 27.996 meter
kubik. "Setiap dua hari sampah Jakarta setara dengan candi Borobudur," kata ahli teknik
lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali dalam sebuah diskusi. Sayang pertambahan
jumlah sampah ini tidak diimbangi dengan kemampuan pengelolaan sampah yang baik, sehingga
tempat pembuangan akhir yang menjadi andalan Jakarta di Bantargebang seluas 108 hektare akan
penuh dalam jangka waktu delapan tahun lagi. "Harus ada solusi. Tidak ada kota yang bangkrut
gara-gara berinvestasi mengelola sampah," katanya. Senada dengan itu, aktivis lingkungan
Maryanto, mengatakan sampah yang dihasilkan di Jakarta menimbun bencana yang dahsyat.
"Bagai bom waktu, kejadian meledaknya tempat pembuangan sampah seperti di Leuwigajah
(Bandung) bisa saja terjadi," katanya. Kondisi makin diperparah oleh sikap konsumtif dan
kurangnya kesadaran masyarakat, misalnya pemakaian kantong plastik dan tissu yang suka
berlebihan.
c. Polusi Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
serta mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Jenis zat pencemar menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida
(CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon (O3), Hidro Karbon (HC), PM 10, partikel debu ( PM 2,5
), TSP (debu), dan Pb (Timah Hitam), ditambah dengan mikro organisme seperti virus dan
bakhteri.Kehadiran partikel-partikel ini memang tidak bisa dihindari karena akibat aktivitas
manusia sehari-hari, apalagi ruang hutan sudah semakin hilang.
Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia. Dalam skala global,
Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan
Bangkok, Thailand) dengan kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam
udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia
pada tahun 2004.
Penyebab utama dari polusi udara di Jakarta adalah emisi kendaraan bermotor yang
menyumbang polutan ± 70 persen. Kenyataan ini tidak mengherankan karena berdasarkan data
Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak
termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan
dengan peningkatan jumlah mencapai 10,9 persen per tahun. Jumlah ini melebihi penduduk DKI
Jakarta yang pada bulan Maret 2009 tercatat 8.513.385 jiwa.
Peningkatan laju polusi udara di Jakarta disebabkan juga oleh kurangnya ruang terbuka
hijau kota. Ruang hijau kota di samping kenyamanan, perlindungan, peneduh, keindahan dan
penyerap air hujan juga sebagai tempat sirkulasi udara yaitu dengan menyerap karbon dioksida
(CO2) dan menghasil oksigen.
d. Masalah Air
Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan
ini mengakibatkan menurunnya kualitas air sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air
tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin
memprihatinkan, terutama di kota-kota baik besar maupun kecil.
Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia, berasal
dari limbah pemukiman seperti berupa sampah organik dan sampah ; limbah pertanian; dan
limbah industri termasuk pertambangan adalah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sungai-
sungai dan kali-kali menjadi sasaran pembuangan dari limbah-limbah tersebut sehingga airnya
bukan saja tidak jernih karena ditimbuni oleh berbagai sampah dan kotoran tetapi sumber
timbulnya berbagai bibit penyakit. Kalau kondisi ini terus berlanjut, maka air tanah sebagai
sumber air bagi masyarakat juga akan ikut tercemar dan tidak layak pakai.
Persoalan air tidak hanya datang dari pencemaran, tetapi juga kesulitan dalam
memperoleh air bersih. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi,
bahkan pada sungai-sungai di desa sekalipun. Di Jakarta permukaan air tanah rata-rata turun
antara 0,5-3 m pertahun disebabkan penyedotan yang dilakukan rumah tangga-rumah tangga dan
industri-industri. Di sisi lain sebenar curah hujan cukup tinggi 1700 mm/tahun ditambah aliran
dari daerah Puncak (3000 mm/tahun), mestinya membuat Jakarta berlimpah air tanah karena dari
dua sumber tersebut akan masuk ke dalam tanah, tetapi ternyata tidak. Berarti ada yang urus dan
salah kelola khususnya pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan hilangnya tandon-tandon
air.
Lingkungan Indonesia Masa Dulu dan Masa Kini