Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia adalah mahluk hidup yang selalu menyerukan kebaikan, cinta dan
kebenaran. Tetapi, disisi lain manusia juga mempunyai sisi negatif yaitu mahluk
satu-satunya yang dapat membunuh diri dan sesamanya tanpa suatu alasan yang
jelas, selain untuk mencari sebuah kesenangan. Sehingga dibutuhkan alternatif
yang dapat menyelesaikan masalah itu.

Filsafat merupakan suatu induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab


pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta sampai masalah sosial. Meskipun seperti
itu, filsafat belum bisa menyelesaikan seluruh problema dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini berdasarkan pengalaman kehidupan manusia pada zaman
dahulu, sehingga dibutuhkan suatu unsur komplementer dalam melengkapi filsafat
tersebut yaitu pendidikan. Karena pada hakikatnya, pendidikan digunakan untuk
mendewasakan manusia. Sehingga, ditarik kesimpulan bahwa filsafat dan
pendidikan harus saling melengkapi satu sama lain, karena kedua unsur tersebut
tidak bisa berdiri sendiri dalam memecahkan problema kehidupan manusia dan
munculah filsafat pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana filsafat pendidikan?
2. Bagaimana filsafat pendidikan sebagai sistem?
3. Bagaimana substansi filsafat pendidikan ?
4. Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui filsafat pendidikan
2. Mengetahui filsafat pendidikan sebagai sistem
3. Mengetahui ruang substansi filsafat pendidikan
4. Mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Pendidikan


Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang berdiri pada makna
dan hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan ke dalam satu
tema khusus, maka ia pun memiliki makna tersendiri yang menunjuk ke dalam
suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan. Kendatipun filsafat pendidikan
telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, namun bukanlah
berarti bahwa kajiannya hanya sekedar menelaah sendi-sendi pendidikan dan atau
filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.

Ketika konsenterasi dan fokus kajian filsafat ditujukan pada persoalan-


persoalan yang berhubungan dengan seluk beluk pendidikan secara khusus, maka
berarti upaya filosofis diarahkan pada suatu bidang kajian yang dalam hal ini
adalah problem kependidikan sebagai sebuah realitas. Upaya semacam inilah yang
disebut dengan filsafat pendidikan. Atas dasar ini pula, maka pengenalan secara
komprehensif tentang filsafat pendidikan, mestilah pula diawali dengan
pemberian pemahaman yang mendalam mengenai filsafat pemahaman akan
filsafat sangat menentukan sistem dan pola yang akan ditempuh oleh seseorang
dalam menggunakan daya pikirnya memandang realitas. Hal ini tentu memiliki
konsekuensi dan aplikasi pada kegiatan filsafat pendidikan sebagai implementasi
metode filsafat di bidang pendidikan.
Bila pengertian filsafat yang telah dibahas pada bab sebelumnya dikaitkan
dengan masalah pendidikan, tentu berimplikasi pada upaya-upaya berpikir krisis,
sistematis, radikal dan universal tentang berbagai persoalan yang berkenaan
dengan seluk beluk dunia pendidikan dan kemajuan pendidikan itu sendiri.
Filsafat pendidikan secara langsung memberikan perhatiannya pada apa yang
merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun dalam
orientasi. Hal yang membedakan aktivitasnya hanyalah pada konsenterasinya
yang ditujukan untuk menganalisis realitas yang terbatas dalam berbagai problem
dan isu pendidikan.

2
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para ahli.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
sebagai jalan untuk mngatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.
Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-
maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. Dalam hal ini, filsafat, filsafat
pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany menyebutkan bahwa filsafat
pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat
dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan. M.
Arifin M.Ed. mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan
permasalahan pendidikan. Ali Khalil Abu Al-Ainain mengemukakan pula bahwa
filsafat pendidikan adalah upaya berpikir filosofis tentang realitas kependidikan
dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi
kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam
bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falssafah
umum dan menitikberatkan paa pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang
menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan
pendidikan secara praktis.
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya piker
(intelektual), maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia.
Sementara menurut Thompson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total
dengan tanpa ada batas atau implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode
atau alat-alatnya, tapi juga meneliti dengan saksama hal-hal yang dimaksud.
Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu
upaya untuk menemukan hakikat masalah, sedangkan suatu hakikat itu dapat
dibakukan melalui proses kompromi.
Menurut Imam Barnadib, filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis
filosofis terhadap bidang pendidikan. Sedangkan menurut Brubachen, filsafat

3
pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan
filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat
pendidikan itu berarti secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya
kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjadi
ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan,
karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap.
Untuk mendapatkan pngertian filsafat pendidikan yang lebih sempurna
(jelas), ada baiknya kita melihat beberapa konsep mengenai pengertian pendidikan
itu sendiri. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan ruhani anak didik menuju terbentuknya manusia yang
memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud kepribadian yang
utama atau idealadalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap
mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran
atau prinsip-prinsip nilai (filsafat) yang menjadi pandangan hidup secara individu,
masyarakat maupun filsafat bangsa dan Negara.
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa
filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan
yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

2.2 Filsafat Pendidikan sebagai Sistem

Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitu systema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti
“system, susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara
berpikir atau model berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

4
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk
mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan bangsa mencakup
seluruh bangsa; warga Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa
memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan kehidupan,kognitif,
piskomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.
Seperti dikatakan di buku ajar Filsafat Pendidikan Unimed Filsafat
pendidikan terujud ddengan menarik garis linier, antara filsafat dan pendidikan.
Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung dalam pendidikan
dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu
cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Bila konsep dasar tentang
kenyataan yang pada hakikatnya, menurut idealism, adalah sama dengan hal-hal
bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan
itu adalam mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan kerohanian
pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu
menghadapi masalah atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti
memerlukan jawabn yang tidak semata-mata berada dalam ruang lingkup
pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini
memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab dengan
menggunakan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara
spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan-kemungkinan tersebut
dengan mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan
sangat memadai dalam mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian
utama dalam ilmu pendidikan umumnya.

5
2.3 Substansi Filsafat Pendidikan

Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah


sebagai bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan
perlu menengahkan tentangkonsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di
Indonesia teraktualisasi dengan berdasar pada prakti dan praktik. Praktik sebagai
acuan sebagai yang didasarkan pada landasan yang tersusundalam bentuk
kebijakan dalam pelaksaan pendidikan. Hal ini sekaligus sebagai acuan yang
harus dipedomani dalam praktek pelaksanaan pendidikan. Pancasila dan Undang-
undang dasar dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan
terhadap pelaksanaan pendidikan.

2.4 Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah ini dapat disimpulkan bahwa objek evaluasi,ruang lingkup dan
subjek evaluasi sangat berperan dalam proses pembelajaran dan penting dalam
pendidikan .Objek evaluasi terdiri dari aspek input,output dan transformasi
sedangkan subjek evaluasi ini merupakan orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi dalam bidang pendidikan .

1.2 Saran
Demikianlah makalah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika yang
berjudul “Objek,Ruang Lingkup dan Subjek Evaluasi”,Semoga dengan membaca
makalah ini pembaca dapat memahami benar tentang objek evaluasi,ruang
lingkup evaluasi dan subjek-subjek evaluasi.Karena dengan mempelajari materi
ini kita dapat mengetahui tentang berbagai cara dalam proses belajar mengajar dan
aspek apa saja yang ada dalam pembelajaran ,khusunya dalam lingkungan
sekolah.Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan yang harus
dilengkapi,untuk mencapai kesempurnaan tentunya. Kami hanyalah manusia biasa
yang penuh dengan kekurangan, untuk itu penulis mohon dengan segala
kerendahan hati, untuk memberikan Saran dan Kritiknya yang bersifat
membangun, dengan harapan agar makalah ini bisa lebih sempurna.

7
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Tri. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.

Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta,


Pustaka Sinar Harapan
[1] Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), hlm. 36
[2] H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 3
[3] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1991), hlm. 18

[4] M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1988), hlm. 22
[5] Dr. H. Jalaluddin , Dr. Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), cet. IV, hlm. 24-25
[6] Irvan Jaya Musrida Batosai,

Agustina,R .(2014).Konsep Dasar Evaluasi Belajar


http://digilib.uinsby.ac.id/1458/5/Bab%202.pdf .Di akses 26 Agustus 2017.

Anshar.(2013).Pengertian Objek,subjek dam Alat-alat Evaluasi. http://anshar-


mtk.blogspot.co.id. Diakses 26 Agustus 2017
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran (edisi revisi). Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar – Dasar Evaluasi Dalam Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Saifulwahan.(2012).Objek,Subjek Evaluasi. http://saifulwhn.lecture.ub.ac.id.Di
akses 26 Agustus 2017.

Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta

Winarno.(2013).Evaluasi Pembelajaran.
http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id.Diakses 27 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai