Anda di halaman 1dari 152

Penyajian Data Informasi

Kementerian Pemuda dan Olahraga

Tahun 2009
Penyajian Data Informasi
Kementerian Pemuda dan Olahraga
Tahun 2009

Kementerian Pemuda dan Olahraga


PENYAJIAN DATA INFORMASI
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
TAHUN 2009

ISBN: 978-979-1278-21-8
Ukuran Buku: 15,7 cm x 24 cm
Jumlah Halaman: 135 + xiii

Penyusun:
Tim Penyusun

Editor:
Tim Penyusun

Gambar Kulit:
Tim Penyusun

Diterbitkan oleh:
Biro Perencanaan
Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

i
PENYAJIAN DATA INFORMASI
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
TAHUN 2009

ISBN: 978-979-1278-21-8
Ukuran Buku: 15,7 cm x 24 cm
Jumlah Halaman: 135 + xiii

Penanggung Jawab
Deddy Kusdinar

Ketua
Thobias Tubulau

Tim Penyusun
Ahmad Musawir
Nurhasanah
Jeffery V. Palar
Asmiaty Sy
Yordania
Kunto Widyatmoko
Rio Wilarso
Fanny R. Saputra
Silmiyanti Zurlen
Ali Rajabiy
Achmad Syauqi

Penyiapan Data BPS


Badan Pusat Statistik

Diterbitkan oleh:
Biro Perencanaan
Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

ii
SAMBUTAN
SEKRETARIS KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
REPUBLIK INDONESIA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, karena
hanya atas limpahan kasih dan sayang-Nya, kita masih diberi
kesempatan untuk berkarya, berbakti, mengabdi dan berbuat terbaik
bagi nusa dan bangsa.

Dalam rangka mewujudkan kepemudaan dan keolahragaan yang


berdaya saing sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Kementerian Pemuda dan
Olahraga telah mencanangkan strategi pembangunan yang lebih
mengarah kepada peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam
berbagai bidang pembangunan dan peningkatan budaya dan prestasi
olahraga di tingkat nasional dan internasional untuk meningkatkan daya
saing pemuda dan olahraga.

Guna mendukung pengembangan bidang kepemudaan dan


keolahragaan tersebut maka seluruh perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian program kepemudaan dan keolahragaan dilaksanakan
berdasarkan data yang up-to-date, secara terintegrasi, transparan,
akuntabel, dan tepat waktu.

Buku Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga


Tahun 2009 dirancang agar dapat memberikan gambaran kondisi dan
proyeksi bidang kepemudaan dan keolahragaan melalui beragam data
dan informasi kepemudaan dan keolahragaan yang telah dihimpun oleh
Biro Perencanaan Sekretariat Kementerian Pemuda dan Olahraga dan
Badan Pusat Statistik yang didukung oleh Unit-Unit Organisasi Teknis

iii
lingkup Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Dinas Pemuda dan
Olahraga/Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga se-Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu hingga terbitnya buku ini. Semoga apa yang tersaji dalam
buku ini bermanfaat bagi para pengguna data, baik dari kalangan
akademisi, praktisi maupun masyarakat luas dan dapat dijadikan
referensi dalam mendukung kegiatan dan perencanaan kebijakan baik di
pusat maupun daerah.

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga

Drs. Wafid Muharam, MM


NIP. 19600709 198803 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Penyajian Data Informasi Kementerian Pemuda dan Olahraga 2009


merupakan publikasi yang menyajikan informasi mengenai kepemudaan
dan keolahragaan di Indonesia. Data dan Informasi pemuda yang
disajikan meliputi kependudukan, pendidikan, kesehatan, angkatan
kerja, pemberdayaan pemuda, proyeksi pemuda, serta pemuda dan
pengentasan kemiskinan. Informasi kependudukan mencakup jumlah
dan persebaran pemuda, pemuda menurut jenis kelamin, status
perkawinan dan partisipasi pemuda dalam keluarga berencana.
Informasi aspek pendidikan antara lain mencakup partisipasi sekolah,
dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Informasi aspek kesehatan
meliputi angka kesakitan dan jenis keluhan kesehatan. Pembahasan
angkatan kerja meliputi tingkat partispasi angkatan kerja pemuda dan
angka pengangguran di kalangan pemuda. Informasi pada aspek
pemberdayaan pemuda mencakup ketersediaan fasilitas olahraga,
prestasi olahraga dan sains yang dicapai pemuda Indonesia dan Sarjana
Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3). Publikasi ini juga
menyajikan proyeksi pemuda sampai tahun 2015. Pembahasan pemuda
dan pengentasan kemiskinan, meliputi kemiskinan dan umur dan
peranan pemuda dalam pengentasan kemiskinan.

Sumber data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini berasal
dari berbagai sumber antara lain: Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Panel Maret 2005 dan Susenas Panel Maret 2008, Susenas
Kor Juli 2008, Sensus Potensi Desa (PODES) 2005 dan PODES 2008,
dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2008. Ketiga sumber
data tersebut berasal dari kegiatan survei/sensus yang diselenggarakan
Badan Pusat Statistik (BPS). Selain ketiga sumber data tersebut, dalam
publikasi ini menggunakan pula data yang bersumber dari Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Kementerian Pemuda dan
Olahraga khususnya mengenai pencapaian prestasi olahraga dan
Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan.

v
Publikasi ini merupakan publikasi tahunan Kementerian Pemuda dan
Olahraga. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Semoga publikasi ini bermanfaat. Kritik dan
saran sangat kami harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang.

Jakarta, Desember 2009

Tim Penyusun

vi
DAFTAR ISI

Halaman
Sambutan............................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................. vii
Daftar Tabel ......................................................................................... ix
Daftar Gambar ..................................................................................... xi
Daftar Lampiran ................................................................................... xii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................ 4
1.3 Sumber Data ...................................................................... 6
1.4 Sistematika Penyajian ....................................................... 7
Bab 2 Kependudukan .......................................................................... 9
2.1 Jumlah dan Persebaran Pemuda ...................................... 10
2.2 Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Provinsi................ 13
2.3 Status Perkawinan Pemuda .............................................. 14
2.4 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana .............. 15
Bab 3 Pendidikan ................................................................................. 19
3.1 Tingkat Partisipasi Sekolah ............................................... 19
3.2 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ............................. 22
3.3 Buta Aksara ....................................................................... 23
Bab 4 Kesehatan ................................................................................. 25
4.1 Angka Kesakitan Pemuda ................................................. 27
4.2 Jenis Keluhan Kesehatan .................................................. 29
Bab 5 Pemuda dan Angkatan Kerja .................................................... 31
5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda ..................... 33
5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka ........................................ 34
Bab 6 Pemberdayaan Pemuda............................................................ 37
6.1 Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP-3) ..... 41
6.2 Pelatihan Tenaga Keolahragaan ...................................... 42
6.3 Pengembangan Kader Kewirausahaan Pemuda dan
Peningkatan Kelembagaan Kewirausahaan Pemuda ....... 45
Bab 7 Prestasi Pemuda ....................................................................... 49
7.1 Prestasi Pemuda di Asian Youth Games 2009 ................. 49
7.2 Prestasi Pemuda di ASEAN Primary School
Sport Olympiad (APSSO) III/2009 ..................................... 51
7.3 Prestasi Pemuda dalam Pekan Olahraga Pelajar
Nasional ............................................................................. 52
7.4 Prestasi Pemuda di Bidang Sains ..................................... 55
7.5 Penghargaan Terhadap Atlet Berprestasi ......................... 61

vii
Bab 8 Permasalahan dan Kriminalitas Pemuda .................................. 64
8.1 Pemuda sebagai Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas ............. 67
8.2 Pemuda sebagai Pelanggar Lalu Lintas ............................ 69
8.3 Kenakalan Remaja ............................................................ 72
8.4 Pelaku Kriminalitas Anak dan Remaja .............................. 73
Bab 9 Pemuda dan Pengentasan Kemiskinan .................................... 76
9.1 Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin
dan Rumah Tangga Tidak Miskin ...................................... 77
9.1.1 Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga ............ 77
9.1.2 Wanita/Pemudi Sebagai Kepala Rumah Tangga ... 79
9.1.3 Rata-rata Umur Kepala Rumah Tangga Miskin ...... 80
9.1.4 Rata-rata Lama Bersekolah Kepala Rumah
Tangga ................................................................... 80
9.1.5 Distribusi Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin,
Head Count Index Menurut Jenis Kelamin
KepalaRumah Tangga ........................................... 81
9.2 Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Jenis
Kelamin Pemuda dan Provinsi ......................................... 82
9.3 Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Tingkat
Pendidikan Pemuda dan Provinsi ..................................... 84
9.4 Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Lapangan
Pekerjaan, Status/Kedudukan Dalam Pekerjaan
Utama Pemuda dan Provinsi ............................................ 86
9.5 Peran Pemuda dalam Program Penanggulangan
Kemiskinan ........................................................................ 88
9.5.1 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri ....................................................... 90
9.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan (P2KP) ................................................... 92
Bab 10 Proyeksi Pemuda ..................................................................... 94
10.1 Metode Proyeksi .............................................................. 94
10.2 Hasil Proyeksi .................................................................. 95

Daftar Pustaka ..................................................................................... 98


Lampiran .............................................................................................. 100

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Daerah
Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 ............... 15
Tabel 2.2 Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin menurut
Partisipasi dalam Keluarga Berencana dan Daerah
Tempat Tinggal, Tahun 2008 .............................................. 17
Tabel 3.1 Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah
dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 ........................................... 20
Tabel 3.2 Angka Buta Aksara Pemuda menurut Daerah
Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin,Tahun 2008 .................. 24
Tabel 4.1 Angka Kesakitan Pemuda menurut Jenis Kelamin
dan Pulau/Kepulauan, Tahun 2008 ..................................... 28
Tabel 4.2 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan
Kesehatan dan Jenis Kelamin,Tahun 2008 ........................ 29
Tabel 6.1 Jumlah Tenaga Olahraga yang Dilatih menurut
Jenisnya Tahun 2006-2009 .................................................. 44
Tabel 6.2 Rekapitulasi Pengembangan Kader Kewirausahaan
Pemuda, Tahun 2005-2009 .................................................. 47
Tabel 7.1 Perolehan Medali Kejuaraan Asian Youth Games 2009 ...... 50
Tabel 7.2 Perolehan Medali APSSO III 2009 ....................................... 52
Tabel 7.3 Perolehan Medali dalam Pekan Olahraga Pelajar
Nasional menurut Provinsi, Tahun 2009 .............................. 53
Tabel 7.4 Perolehan Medali Cabang Eksibisi dalam Pekan
Olahraga Pelajar Nasional menurut Provinsi,
Tahun 2009 ........................................................................... 54
Tabel 7.5 Siswa Terbaik OSN 2009 Tingkat SMA ............................... 61
Tabel 7.6 Jumlah Rumah Yang Diberikan Sebagai Hadiah Kepada
Olahragawan Berprestasi, Tahun 2007-2008 ...................... 62
Tabel 8.1 Profesi Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas menurut
Provinsi, Tahun 2008 .......................................................... 68
Tabel 8.2 Profesi Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas menurut
Provinsi, Tahun 2008 .......................................................... 71
Tabel 8.3 Persentase Peristiwa Penting Gangguan Kamtibmas
(PPGK) Khusus, Tahun 2008 ............................................... 72
Tabel 8.4 Komposisi Orang Yang Terlibat Perkara Pidana,
Tahun 2008 ......................................................................... 73

ix
Tabel 9.1 Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan
Rumah Tangga Tidak Miskin menurut Daerah,
Tahun 2008 ......................................................................... 78
Tabel 9.2 Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin,
Head Count Index, menurut Jenis Kelamin
Kepala Rumah Tangga, Tahun 2008 ................................... 82
Tabel 9.3 Persentase Pemuda Rumah Tangga Miskin
menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan
Provinsi, Tahun 2008 .......................................................... 83
Tabel 9.4 Distribusi Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah
Tangga Miskin menurut Provinsi dan Pendidikan,
Tahun 2008 ......................................................................... 85
Tabel 9.5 Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga
Miskin menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan,
Tahun 2008 ......................................................................... 87
Tabel 9.6 Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga
Miskin menurut Provinsi dan Status Pekerjaan,
Tahun 2008 ......................................................................... 89
Tabel 10.1 Perbandingan Jumlah Pemuda Tahun 2005 dan
Proyeksi Pemuda Tahun 2010 dan 2015 .......................... 96

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Persentase Pemuda menurut Pulau,Tahun 2008 .......... 11
Gambar 3.1 Partisipasi Sekolah Pemuda menurut Daerah
Tempat Tinggal, Tahun 2008 ......................................... 21
Gambar 3.2 Persentase Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan, Tahun 2008 ......................................... 22
Gambar 4.1 Angka Kesakitan Pemuda menurut Daerah
dan Jenis Kelamin, Tahun 2008....................................... 28
Gambar 5.1 Diagram Ketenagakerjaan,Tahun 2008 .......................... 32
Gambar 5.2 Komposisi Ketenagakerjaan Pemuda, Agustus 2008 ..... 32
Gambar 5.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda menurut
Jenis Kelamin, Tahun 2007-2008 .................................... 33
Gambar 5.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda menurut
Jenis Kelamin,Tahun 2007-2008 ..................................... 35
Gambar 6.1 Jumlah SP-3 menurut Angkatan ..................................... 42
Gambar 8.1 Persentase Profesi Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas,
Tahun 2008 ...................................................................... 67
Gambar 8.2 Persentase Profesi Pelanggar Lalu Lintas,
Tahun 2008 ...................................................................... 70

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Jumlah dan Rasio Pemuda menurut Provinsi dan
Jenis Kelamin, Tahun 2008 ........................................... 101
Lampiran 2 Jumlah Pemuda dan Kepadatan Pemuda menurut
Provinsi, Tahun 2008 ..................................................... 102
Lampiran 3 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana
menurut Provinsi dan Daerah, Tahun 2008 .................. 103
Lampiran 4 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan
Partisipasi Sekolah, Tahun 2008 ................................... 105
Lampiran 5 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tingkat
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan
Jenis Kelamin, Tahun 2008 ........................................... 106
Lampiran 6 Persentase Pemuda menurut Ketidakmampuan
Baca-Tulis dan Provinsi, Tahun 2008 ............................ 108
Lampiran 7 Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi,
Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 ........................ 109
Lampiran 8 Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi dan
Daerah, Tahun 2008 ....................................................... 110
Lampiran 9 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis
Keluhan Kesehatan dan Provinsi, Tahun 2008 ............. 111
Lampiran 10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Tahun 2007-2008...113

Lampiran 11 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Provinsi


Daerah, dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 ........................ 114
Lampiran 12 Tingkat Pengangguran Terbuka, Tahun 2007-2008 ..... 115
Lampiran 13 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi
Daerah, dan Jenis Kelamin, Tahun 2008 ..................... 116
Lampiran 14 Proyeksi Pemuda Berumur 16-30 Tahun menurut
Provinsi, Tahun 2005-2015 (dalam ribuan) .................. 117
Lampiran 15 Proyeksi Pemuda Laki-Laki Berumur 16-30 Tahun
menurut Provinsi, Tahun 2005-2015
(dalam Ribuan) ............................................................. 119
Lampiran 16 Proyeksi Pemuda Perempuan Berumur 16-30 Tahun
menurut Provinsi, Tahun 2005-2015
(dalam Ribuan) ............................................................. 121
Lampiran 17 Rasio Jenis Kelamin Pemuda 2005 dan Proyeksi
Pemuda Tahun 2006-2015 menurut Provinsi ............... 123

xii
Lampiran 18 Jumlah Pelatih PPLP Menurut Cabang Olahraga
per Provinsi Tahun 2008 ................................................ 125

Lampiran 19 Jumlah Atlet PPLP Menurut Cabang Olahraga


per Provinsi Tahun 2008 ................................................ 129

Lampiran 20 Data Sarana dan Prasarana Olahraga


menurut Provinsi Tahun 2008 ....................................... 133

xiii
Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang

Sejarah perjalanan suatu bangsa sejatinya tidak lepas dari keberadaan


dan peran pemuda. Sejarah telah mencatat bahwa dalam
perkembangan peradaban dunia, pemuda senantiasa membuktikan
perannya sebagai pelaku lahirnya sebuah peradaban baru. Demikian
juga dengan sejarah lahirnya bangsa Indonesia. Di republik ini, peran
pemuda sangat jelas terlihat pada awal perjuangan kemerdekaan, masa
kemerdekaan itu sendiri, dan pasca kemerdekaan bangsa.

Kiprah pemuda di Indonesia diawali pada permulaan tahun 1908 yang


ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini
kemudian mengkristal dengan dideklarasikannya momentum besar,
yakni Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober tahun 1928. Selain
sebagai catatan penting dalam mempersatukan perjuangan pemuda,
semangat Sumpah Pemuda juga terbukti menjadi penopang utama
pencapaian kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945.

Titik-titik sejarah gerakan pemuda juga terlihat pada awal lahirnya Orde
Baru tahun 1966 dengan tuntutan pembubaran Partai Komunis
Indonesia (PKI), Peristiwa Malari tahun 1974, dan perjuangan memasuki
Orde Reformasi pada tahun 1998. Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi
bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usaha-
usaha perbaikan bangsa.

Dalam perspektif demografis, yang dimaksud pemuda adalah orang


yang berfikir dewasa yang berusia antara 16-30 tahun (UU No. 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan). Pemuda dalam perspektif sosiologis
merupakan anggota masyarakat berusia produktif yang secara sadar
mengambil perannya dalam konteks memajukan kehidupan dirinya dan

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 1


masyarakat. Sedangkan dalam perspektif politik, pemuda merupakan
individu atau komunitas warga negara yang terus-menerus menempa diri
tanpa mengenal batas waktu dan mengaktualisasikan segenap
potensinya untuk menjadi pemimpin di masa depan.

Peran strategis pemuda dan torehan sejarah yang bermakna dalam


kehidupan berbangsa seolah menjadi euforia apabila melihat kondisi
pemuda hari ini. Menjadi sebuah fakta tak terbantahkan bahwa pemuda
hari ini juga turut menjadi bagian dari permasalahan bangsa. Tidak
sedikit pemuda yang terjerumus pada masalah-masalah sosial seperti
kriminalitas, tawuran, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif
(NAPZA), dan HIV/AIDS. Rendahnya kepedulian pemuda terhadap
berbagai permasalahan masyarakat (bangsa) juga telah menjadikan
sebagian pemuda menjadi kalangan yang apatis, acuh, dan egois.
Selain itu, menjamurnya budaya permisif, budaya hedonis, dan budaya
kebarat-baratan telah melunturkan semangat kepribadian nasional dan
nilai-nilai luhur bangsa.

Permasalahan pemuda lainnya adalah rendahnya kualitas pemuda yang


tercermin dari banyaknya pemuda yang menganggur (sekitar 17,36
persen, diolah dari sakernas 2008), berpendidikan rendah (63,11 persen
berpendidikan SMP atau ke bawah), dan mempunyai minat baca yang
rendah. Sedangkan rendahnya budaya dan prestasi olahraga tercermin
dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia yang hanya
mencapai 0,280 (Sports Development Index/SDI) nasional pada tahun
2006 serta menurunnya prestasi olahraga pada ajang internasional.

Pemuda akan senantiasa menempati posisi penting dan strategis,


sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk
berkiprah di masa depan. Oleh karena itu, pemuda harus disiapkan dan
diberdayakan agar memiliki kualitas dan keunggulan daya saing, guna
menghadapi tuntutan, kebutuhan, serta tantangan dan persaingan di era
global. Pembangunan bidang kepemudaan merupakan mata rantai tak

2 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya dan
masyarakat Indonesia seluruhnya.

Keberhasilan pembangunan pemuda sebagai sumber daya manusia


(SDM) yang berkualitas dan memiliki keunggulan daya saing,
merupakan salah satu kunci untuk membuka peluang bagi keberhasilan
di berbagai sektor pembangunan lainnya. Oleh karena itu, pembangunan
kepemudaan dianggap sebagai salah satu program yang tidak dapat
diabaikan dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan.

Dengan memperhatikan berbagai permasalahan serta besarnya potensi


dan peran penting yang dimiliki oleh pemuda, maka sudah sewajarnya
apabila pemerintah memberi perhatian yang besar pada kelompok ini.
Dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dijelaskan bahwa
pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas sumber
daya manusia, pembangunan karakter kebangsaan (nation building) dan
partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan. Kebijakan
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan kepemudaan ini
kemudian diwujudkan dalam 2 prioritas pembangunan nasional pemuda
yaitu: penguatan pembentukan karakter bangsa (nation and character
building) dan peningkatan kapasitas dan daya saing pemuda. Sementara
itu, pembangunan olahraga diarahkan pada peningkatan budaya
olahraga dan prestasi olahraga di kalangan masyarakat.

Prioritas pembangunan pemuda dalam RPJPN ini kemudian dituangkan


dalam kerangka umum (grand design) pembangunan nasional
kepemudaan (Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, 2009).
Dalam grand design tersebut dijelaskan bahwa pembangunan
kepemudaan difokuskan pada semua pemuda, baik yang berpotensi
maupun yang bermasalah. Selain itu, hal penting lainnya adalah bahwa
pembangunan kepemudaan pada masa yang akan datang, tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah (pusat) saja, tetapi juga pemerintah
daerah dan seluruh lapisan masyarakat.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 3


Pembangunan di bidang kepemudaan secara khusus ditangani oleh
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. Kementerian Negara
Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas membantu presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemuda dan olahraga.
Dua produk undang-undang yang yang telah ditelurkan dalam kurun
waktu 2004-2009 adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2009 tentang Kepemudaan.

Untuk mendukung pembangunan di bidang kepemudaan dan olahraga


yang terarah dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berbasis
data pemuda dan olahraga yang akurat. Data pemuda dan olahraga ini
dapat menjadi acuan dalam upaya perencanaan, pembangunan, dan
pemberdayaan pemuda sebagaimana tertuang dalam RPJPN 2005-
2025. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu dilakukan
kegiatan penyediaan data pemuda dan olahraga yang berkelanjutan dan
mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Keberadaan data ini diharapkan
dapat membantu perencanaan berbagai program pembangunan pemuda
dan olahraga di masa mendatang yang dapat dipertanggungjawabkan.

1.2 Tujuan

Penyajian Data dan Informasi Kementerian Negara Pemuda dan


Olahraga Tahun 2008 ini bertujuan untuk:

1. Menyajikan gambaran kondisi (profil) pemuda Indonesia dilihat dari


aspek jenis kelamin, umur, pendidikan, kesehatan, dan
ketenagakerjaan. Profil ini akan memberikan gambaran mengenai
sumber daya pemuda Indonesia sehingga diharapkan dapat
diketahui kualitas pemuda dari aspek pendidikan dan kesehatan.
Selain itu diharapkan pula dapat diketahui angka penyerapan tenaga
kerja dan tingkat pengangguran di kalangan pemuda.

2. Menyajikan data ketersediaan fasilitas olahraga di setiap provinsi.


Ketersediaan fasilitas merupakan syarat mutlak memasyarakatkan

4 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


olahraga di masyarakat. Adalah suatu kemustahilan apabila
mengharapkan prestasi olahraga yang tinggi tanpa memperhatikan
ketersediaan fasilitas, karena itu perlu diketahui ketersediaan
fasilitas olahraga di setiap provinsi.

3. Menyajikan data tingkat pencapaian prestasi keolahragaan pemuda


Indonesia. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan di
bidang olahraga adalah tingkat pencapaian prestasi. Pada dasarnya
semua kegiatan pembangunan bidang olahraga, baik yang berupa
sarana dan prasarana, regulasi dan kebijakan bermuara pada tujuan
meningkatnya prestasi di bidang keolahragaan.

4. Menyajikan data pemuda sebagai salah satu kelompok penduduk


yang mempunyai potensi besar untuk melakukan pelanggaran
berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalulintas, kenakalan remaja
dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan tindak pidana.
Permasalahan dan kriminalitas pemuda dipandang perlu disajikan
dalam laporan ini karena diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan masukan untuk membuat perencanaan
pembangunan kepemudaan.

5. Menyajikan karakteristik rumah tangga miskin, termasuk di dalamnya


adalah rumah tangga miskin yang kepala rumah tangganya adalah
pemuda.

6. Menyajikan data proyeksi pemuda Indonesia sampai tahun 2015


terutama setelah disetujuinya UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan (batasan umur 16-30 tahun). Proyeksi penduduk
diperlukan terutama terkait dengan perencanaan program
pembangunan di masa mendatang. Dengan harapan, dapat disusun
suatu program yang tepat guna dan tepat waktu.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 5


1.3 Sumber Data

Sumber data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini sebagian
besar bersumber dari survei atau sensus yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) yang meliputi:

1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Maret 2006 dan


Susenas Panel Maret 2007 dan Kor Juli 2008. Susenas adalah
survei tahunan yang diselengarakan BPS melalui pendekatan rumah
tangga. Sampel Susenas meliputi seluruh wilayah Indonesia. Data
yang dicakup meliputi variabel sosial dan ekonomi masyarakat.

2. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2008. Sakernas


merupakan kegiatan survei tahunan khusus mengenai angkatan
kerja. Sampel Sakernas mencakup seluruh wilayah Indonesia.

3. Data tingkat pencapaian prestasi pemuda Indonesia dalam arena


olahraga bersumber dari Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI), Kementerian Pemuda dan Olahraga serta website-website
yang berhubungan.

4. Data Sarjana Pendamping Penggerak Pembangunan di Perdesaan


tahun 2008 dari Kemenegpora.

5. Data pemuda sebagai salah satu kelompok penduduk yang


mempunyai potensi besar untuk melakukan pelanggaran
berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalulintas, kenakalan remaja
dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan tindak pidana bersumber
dari Laporan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes
Polri) tahun 2007 dan 2008.

6. Data proyeksi pemuda yang diolah dari Proyeksi Penduduk


Indonesia per Provinsi tahun 2005-2015.

6 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


1.4 Sistematika Penyajian

Publikasi Penyajian Data dan Informasi Kementerian Negara Pemuda


dan Olahraga Tahun 2008 ini dibagi menjadi 10 bab. Bab pertama
adalah pendahuluan, yang membahas mengenai latar belakang, tujuan,
sumber data dan sistematika penulisan. Bab ke-dua menyajikan
masalah kependudukan yang meliputi jumlah dan persebaran pemuda,
pemuda menurut jenis kelamin, status perkawinan, dan partisipasi
pemuda dalam keluarga berencana. Bab ke-tiga mengenai pendidikan
yang mengulas tentang partisipasi sekolah, pendidikan tertinggi yang
ditamatkan dan buta aksara.

Bab ke-empat membahas tentang kesehatan yang mencakup angka


morbiditas dan pemuda yang mempunyai keluhan kesehatan. Bab ke-
lima membahas pemuda dan angkatan kerja yang meliputi partisipasi
pemuda dalam angkatan kerja, dan angka pengangguran. Bab ke-enam
tentang pemberdayaan pemuda yang meliputi peran serta pemuda
dalam keolahragaan, di bidang sains, serta prestasi sarjana penggerak
pembangunan di perdesaan. Bab ke-tujuh membahas pemuda sebagai
salah satu kelompok penduduk yang mempunyai potensi besar untuk
melakukan pelanggaran berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalu
lintas, kenakalan remaja dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan
tindak pidana. Bab ke-delapan, membahas mengenai pemuda dan
pengentasan kemiskinan. Bab ke-sembilan yang merupakan bab
terakhir, mengenai proyeksi jumlah pemuda sampai tahun 2015.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 7


8 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009
Kependudukan 2
Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran.
Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan suatu negara bisa diukur
dari kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, kemajuan suatu
bangsa juga bisa diukur berdasarkan indikator kependudukan. Ada
kaitan yang erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju
pertumbuhan penduduk, termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang
sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih
kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan
sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya
manusia yang makin baik akan tercermin dalam produktivitas yang
makin tinggi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan sasaran utama


dari pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014. Sasaran ini tidak
mungkin tercapai apabila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah-
masalah kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak
meratanya tingkat persebarannya. Oleh karena itu, dalam perencanaan
pembangunan, data kependudukan memegang peranan penting. Data
kependudukan yang lengkap dan akurat akan mempermudah
perencanaan pembangunan secara lebih tepat.

Pada publikasi ini, akan disajikan data kependudukan, khususnya


kelompok usia 16-30 tahun yang terkategori sebagai pemuda. Penyajian
ini menjadi penting karena berkaitan dengan peran strategis pemuda di
dalam pembangunan bangsa. Data dan informasi yang akan disajikan ini
meliputi jumlah dan persebaran pemuda di Indonesia, rasio jenis kelamin
pemuda menurut kelompok umur, status perkawinan pemuda, dan
partisipasi pemuda dalam Keluarga Berencana (KB).

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 9


2.1 Jumlah dan Persebaran Pemuda

Jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah setiap tahun menjadi
tantangan yang serius bagi pemerintah. Selain jumlahnya yang besar,
persebaran penduduk yang tidak merata juga menyebabkan
ketimpangan pembangunan antar wilayah. Dengan demikian, informasi
mengenai persebaran penduduk, khususnya pemuda, dapat menjadi
acuan pemerintah dalam menentukan tingkat konsentrasi pembangunan.
Daerah dengan konsentrasi pemuda yang tinggi misalnya, seharusnya
mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah agar potensi yang
dimiliki pemuda dapat diberdayakan. Usaha ini misalnya dilakukan
dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat meminimalisasi
arus urbanisasi maupun perpindahan pemuda dari suatu wilayah ke satu
wilayah saja.

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 sebesar 228,5 juta jiwa
(Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2015, BPS). Dari jumlah ini, sekitar
62,6 juta (27,4 persen) penduduk adalah kelompok pemuda yang terdiri
dari sekitar 50,1 persen laki-laki dan 49,9 persen perempuan. Kondisi ini
memperlihatkan bahwa proporsi pemuda laki-laki dan perempuan hampir
sama.

Hasil susenas 2008 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk


Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di daerah perdesaan (51,7
persen). Namun demikian, kondisi sebaliknya justru terjadi pada
penduduk yang terkategori sebagai pemuda. Lebih dari separuh
pemuda (51,90 persen) justru lebih memilih tinggal di daerah perkotaan.
Kondisi ini menjadi salah satu fakta baru bahwa pemuda sekarang
cenderung ’nyaman’ untuk tinggal di daerah perkotaan. Kecenderungan
ini bisa dipahami mengingat selama ini kawasan perdesaan sering
diidentikkan dengan daerah yang terbelakang, jauh dari berbagai
fasilitas umum, dan kurang menjanjikan secara ekonomi. Dengan
kondisi yang demikian, maka banyak pemuda (penduduk) yang

10 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


kemudian lebih memilih untuk beraktivitas (bekerja) dan tinggal di daerah
perkotaan.

Persebaran pemuda menurut wilayah hasil proyeksi penduduk dapat


dilihat pada Gambar 2.1. Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa secara umum,
persebaran pemuda masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera.
Di kedua pulau ini, persentase jumlah pemuda mencapai 79 persen dari
total jumlah pemuda di Indonesia. Padahal luas wilayah kedua pulau ini
hanya sekitar 31 persen dari total luas wilayah Indonesia. Sedangkan di
Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
yang luas wilayahnya sekitar 2/3 dari wilayah Indonesia, persentase
pemudanya tidak lebih dari sepertiga.

Gambar 2.1. Persentase Pemuda menurut Pulau, Tahun 2008

5.30%

5.80%
56.80%
7.30%

1.10%

1.20%

22.50%

Sumatera Jawa Nusa Tenggara Kalimantan


Sulawesi Maluku Papua

Sumber: Diolah dari Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2015, BPS

Gambaran ketimpangan persebaran pemuda ini telah menimbulkan


kesenjangan perkembangan antar wilayah. Ketimpangan pembangunan
ini terutama terjadi antara Jawa dan luar Jawa, antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antar
berbagai kota di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa menurut
garis Wallace, KBI meliputi seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Bali, sedangkan KTI meliputi seluruh provinsi di Pulau
Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, NTB, dan NTT.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 11


Persebaran pemuda menurut provinsi (hasil proyeksi) dapat dilihat pada
Lampiran 1. Provinsi Jawa Barat (11,1 juta), Jawa Timur (9,5 juta), dan
Jawa Tengah (8,6 juta) adalah tiga provinsi terbanyak pemudanya.
Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, dan
Papua Barat adalah beberapa provinsi yang jumlah pemudanya kurang
dari 300 ribu.

Banyaknya pemuda yang tinggal di Pulau Jawa menyebabkan


kepadatan pemuda pada pulau ini menjadi sangat tinggi. Di Pulau Jawa
2
secara umum, kepadatan pemuda mencapai 274 jiwa setiap km .
Bahkan di Provinsi DKI Jakarta yang luas wilayahnya hanya sekitar 664
2
km (0,5 persen dari luas Pulau Jawa), kepadatan pemuda mencapai
2
4.060 jiwa per km . Kondisi sebaliknya justru banyak dijumpai pada
wilayah Indonesia bagian timur. Provinsi Papua misalnya, di pulau yang
luasnya mencapai 16,70 persen dari total luas wilayah Indonesia ini,
setiap kilometer perseginya hanya didiami sekitar 2 orang pemuda saja.

Melihat jumlah dan persebaran pemuda yang sangat timpang antara


Pulau Jawa dan luar Jawa, antara kota-kota di Pulau Jawa dan kota-kota
di daerah Indonesia Timur, maka menjadi wajar apabila proses
pembangunan akhirnya mengalami hambatan. Akibat dari terhambatnya
proses pembangunan ini, banyak wilayah di Indonesia yang masih
terisolir dari akses fasilitas umum. Selain itu, banyak daerah yang sulit
berkembang menjadi wilayah yang strategis karena daya dukung
wilayah dan keuangan yang tidak memadai. Pada akhirnya, efek
kumulatif dari ketimpangan pembangunan ini adalah timbulnya
urbanisasi yang tidak terkendali, khususnya pada kota-kota besar di
Pulau Jawa.

Pada beberapa wilayah, ketimpangan pembangunan juga telah


berakibat langsung pada munculnya semangat kedaerahan pada titik
yang paling ekstrim, yang diwujudkan dalam bentuk gerakan
separatisme. Sementara itu, upaya-upaya percepatan pembangunan
pada wilayah yang relatif masih tertinggal tersebut, meskipun telah

12 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


dimulai sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu, hasilnya masih belum
dapat sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di wilayah
tersebut (Propenas 2004-2009).

Hasil proyeksi pemuda memperlihatkan bahwa kepadatan pemuda


tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 4.060 pemuda per
kilometer persegi, diikuti DI Yogyakarta yang mencapai 313
2
pemuda/km . Sedangkan untuk daerah di luar Jawa, kepadatan tertinggi
2
masing-masing terdapat di Provinsi Lampung (61 pemuda/km ) untuk
2
Pulau Sumatera, Bali (149 pemuda/km ) untuk Nusa Tenggara,
2
Kalimantan Selatan (25 pemuda/km ) untuk Pulau Kalimantan, Sulawesi
2
Selatan (46 pemuda/km ) untuk Pulau Sulawesi, dan Papua Barat
2
(21 pemuda/km ) untuk Pulau Papua dan Maluku.

Melihat realitas dan tantangan pembangunan yang belum merata, maka


sesuai dengan prioritas pembangunan pemuda sebagaimana diatur
dalam UU Nomor 17 Tahun 2007, pemuda harus menjadi garda
terdepan dalam setiap proses pembangunan. Partisipasi aktif ini harus
diwujudkan dalam peningkatan kualitas SDM pemuda baik dari sisi
keilmuan maupun keterampilan dan keterlibatan langsung dalam setiap
proses pembangunan.

2.2 Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Provinsi

Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan antara penduduk laki-


laki dengan 100 penduduk perempuan. Data RJK berguna untuk
pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan jender,
terutama berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan
perempuan secara lebih merata.

Berdasarkan hasil Proyeksi 2008, RJK di Indonesia mencapai angka


100. Sedangkan pada kategori pemuda, RJK mencapai angka 100,5.
Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah pemuda laki-laki di Indonesia
ternyata relatif sama dengan pemuda perempuan. Sementara itu jika
dirinci menurut provinsi terlihat bahwa lebih dari separuh provinsi di

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 13


Indonesia, mempunyai RJK di atas RJK nasional. Meskipun demikian,
ada juga dua provinsi yang mempunyai RJK kurang dari 90. Kedua
provinsi tersebut adalah DKI Jakarta (88,2), dan Kepulauan Riau (82,2).

2.3 Status Perkawinan Pemuda

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perkawinan menegaskan


bahwa umur terendah perempuan untuk dapat melakukan perkawinan
adalah 16 tahun, sedangkan untuk laki-laki adalah 21 tahun. BPS
sendiri mendefinisikan seseorang berstatus kawin apabila pada saat
pencacahan mereka terikat dalam perkawinan, baik yang tinggal
bersama maupun terpisah, yang menikah secara sah maupun yang
hidup bersama yang oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sah
sebagai suami istri.

Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa sekitar 42,21 persen pemuda di Indonesia
telah berstatus kawin. Apabila dirinci menurut jenis kelamin terlihat
perbedaan persentase yang sangat besar antara pemuda laki-laki dan
perempuan. Persentase laki-laki yang berstatus kawin hanya sekitar 31
persen saja, sementara persentase perempuan yang berstatus kawin
mencapai 53 persen. Sedangkan apabila dilihat menurut daerah tempat
tinggal terlihat bahwa persentase pemuda di perkotaan yang berstatus
kawin lebih kecil dibandingkan dengan pemuda di perdesaan, khususnya
pada pemuda laki-laki (27,64 persen).

14 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Daerah
Tabel 2.1:
Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Tahun 2008

Daerah Tempat Tinggal Belum Cerai Cerai


Kawin
dan Jenis Kelamin kawin hidup mati
(1) (2) (3) (4) (5)
Perkotaan 62,12 36,68 0,99 0,21
Laki-laki 71,75 27,64 0,50 0,10
Perempuan 52,85 45,38 1,45 0,32
Perdesaan 50,16 48,20 1,36 0,28
Laki-laki 64,42 34,69 0,74 0,15
Perempuan 36,04 61,58 1,98 0,40
Perkotaan + Perdesaan 56,38 42,21 1,17 0,24
Laki-laki 68,21 31,05 0,62 0,13
Perempuan 44,85 53,09 1,70 0,36
Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

Persentase pemuda Indonesia yang berstatus cerai hidup dan cerai mati
masing-masing sebesar 1,17 persen dan 0,24 persen. Dari jumlah ini,
persentase perceraian pemuda perempuan (baik cerai hidup maupun
cerai mati) hampir tiga kali persentase perceraian pada laki-laki.
Besarnya persentase perceraian pemuda perempuan ini kemungkinan
sangat erat kaitannya dengan usia pertama sewaktu menikah
(sebagaimana batasan usia perempuan pada UU Perkawinan) yang
relatif masih sangat muda. Selain itu besarnya persentase perceraian
pada pemuda perempuan kemungkinan disebabkan oleh adanya emosi
dan pola pikir (pemuda perempuan) yang cenderung tidak stabil dan
cepat berubah dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

2.4 Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana (KB)

Dalam 20 tahun mendatang, Indonesia menghadapi tekanan jumlah


penduduk yang makin besar. Jumlah penduduk yang pada tahun 2008
sebesar 228,5 juta orang diperkirakan meningkat menjadi sekitar 247,6
juta orang pada tahun 2015. Sejalan dengan itu berbagai parameter
kependudukan diperkirakan akan mengalami perbaikan yang ditunjukkan

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 15


dengan menurunnya angka kelahiran, meningkatnya usia harapan hidup,
dan menurunnya angka kematian bayi.

Meskipun demikian, pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan


penduduk penting diperhatikan untuk menciptakan penduduk tumbuh
seimbang dalam rangka mendukung terjadinya bonus demografi atau
lebih tepat dengan istilah jendela kesempatan yang ditandai dengan
jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk
usia non-produktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal
untuk meningkatkan kualitas SDM, daya saing, dan kesejahteraan
rakyat.

Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu bentuk


komitmen pemerintah Indonesia dalam rangka menekan jumlah
penduduk. Program yang mulai diluncurkan pada 29 Juni 1970 ini telah
menunjukkan keberhasilan yang ditandai dengan penurunan tingkat
fertilitas, yaitu mulai dari 5,61 anak per wanita pada tahun 1968 menjadi
4,68 pada tahun 1977, dan mencapai 2,27 anak per wanita pada tahun
2000 (www.datastatistik-indonesia.com).

Salah satu isu penting bagi kelangsungan pembangunan KB adalah


desentralisasi. Sesuai dengan Kepres Nomor. 103/2001, yang kemudian
diubah menjadi Kepres Nomor. 9/2004, bahwa sebagian kewenangan di
bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten/
kota. Dengan adanya peraturan tersebut, masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan KB sampai saat ini adalah belum seluruh pemerintah
kabupaten/kota menetapkan KB sebagai isu strategis dalam
pengendalian pertumbuhan penduduk dan pemenuhan hak-hak
reproduksi penduduk.

Pelaku KB adalah pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang
istrinya berusia 15-49 tahun. Dengan melihat batasan umur ini, maka
sebagian pemuda masuk sebagai salah satu kategori pelaku KB dan
terkategori pula sebagai pasangan usia subur. Oleh karena itu, peran

16 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


pemuda dalam upaya pengendalian jumlah dan kualitas penduduk
menjadi bagian yang penting.

Hasil Susenas 2008 menunjukkan bahwa persentase pemuda


perempuan berstatus kawin atau cerai di Indonesia yang sedang
menggunakan alat KB atau berpartispasi dalam KB telah mencapai
57,46 persen (Tabel 2.2). Di sisi lain yang tidak pernah menggunakan
alat KB sebesar 25,86 persen dan tidak menggunakan lagi sebesar
16,69 persen. Jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, ternyata
persentase pemuda perempuan di perdesaan yang menggunakan alat
KB lebih besar daripada pemuda perkotaan. Hal ini merupakan indikasi
bahwa sosialisasi kesadaran untuk melakukan program KB dengan
ditandai kesadaran pemuda perempuan perdesaan untuk mengikuti
program KB lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan
perkotaan.

Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin menurut Partisipasi


Tabel 2.2:
dalam Keluarga Berencana dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2008

Partisipasi dalam Keluarga Berencana


Daerah Tempat
Tinggal Sedang Tidak Tidak pernah
menggunakan menggunakan lagi menggunakan
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan 56,65 16,95 26,41

Perdesaan 58,11 16,47 25,41

Total 57,46 16,69 25,86


Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

Partisipasi pemuda perempuan terhadap program KB menurut provinsi


sangat beragam (lihat Lampiran 3). Sulawesi Utara merupakan provinsi
dengan tingkat persentase pengguna alat KB paling tinggi (70,1 persen).
Sedangkan Papua dan Papua Barat terkategori sebagai provinsi dengan
persentase pengguna alat KB terendah (26,34 persen dan 29,47
persen). Rendahnya pencapaian program KB di kalangan pemuda ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan pemuda

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 17


terhadap fungsi dan peranan program KB dalam usaha pengendalian
pertumbuhan penduduk. Selain itu, pembangunan KB selama ini belum
dipandang sebagai suatu investasi yang mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi di masa
yang akan datang.

18 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Pendidikan 3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan didefinisikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok
orang dan lain-lain, usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sementara
itu menurut wikipedia, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan sangat berperan dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia, khususnya bagi pemuda.

Melalui pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas, akan mampu


menghasilkan manusia-manusia yang unggul, cerdas, dan kompetitif.
Pendidikan merupakan fondasi dasar untuk menyiapkan SDM bangsa
yang berkualitas, khususnya bagi pemuda yang notabene merupakan
SDM potensial yang akan menjadi penggerak aktif pembangunan
bangsa.

Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan di Indonesia dapat


dilihat dari beberapa indikator, di antaranya tingkat partisipasi sekolah,
tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan angka buta aksara.
Ketiga indikator yang disebutkan di atas akan dibahas pada bab ini, baik
menurut jenis kelamin maupun daerah tempat tinggal.

3.1 Tingkat Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah terdiri dari tiga kriteria, yaitu belum atau tidak
pernah bersekolah, masih atau sedang bersekolah, dan tidak bersekolah
lagi. Partisipasi sekolah ini merujuk kepada jenjang pendidikan formal.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 19


Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, sampai pendidikan tinggi.

Pemuda masih termasuk penduduk aktif di pendidikan formal, yaitu


pendidikan menengah dan pendidikan tinggi berdasarkan usia yang
dijadikan standar menurut jenjang pendidikan di Indonesia atau rentang
usia yang dianjurkan pemerintah dan umum. Usia 16 tahun merupakan
bagian dari kelompok usia standar untuk jenjang pendidikan SMA.

Tingkat partisipasi sekolah menggambarkan bagaimana status pemuda


dalam jenjang pendidikan formal. Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa lebih dari
80 persen pemuda baik laki-laki maupun perempuan, sudah tidak duduk
di bangku sekolah formal lagi atau tidak bersekolah lagi.

Selain itu, ternyata masih ada pemuda yang sama sekali belum pernah
mengenyam pendidikan formal, yaitu sebesar 1,02 persen pemuda laki-
laki dan 1,50 persen pemuda perempuan.

Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin,


Tabel 3.1:
Tahun 2008

Belum/Tidak Masih/Sedang Tidak Bersekolah


Jenis Kelamin
Pernah Sekolah Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 1.02 18.07 80.91

Perempuan 1.50 16.62 81.88

Total 1.27 17.34 81.40


Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS.

Sementara itu, sebanyak 18,07 persen pemuda laki-laki dan 16,62


persen pemuda perempuan masih berstatus sekolah. Berdasarkan
komposisi pendidikan tersebut, menunjukkan bahwa masih adanya bias
jender dalam dunia pendidikan di Indonesia.

20 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Selama ini ada pendapat bahwa adanya ketimpangan pendidikan antara
masyarakat perdesaan dengan perkotaan. Data Susenas 2008
mendukung pendapat tersebut. Gambar 3.1 memperlihatkan bahwa
persentase pemuda yang belum/tidak pernah mengenyam pendidikan
formal di perdesaan lebih tinggi dibanding yang tinggal di perkotaan,
yaitu 2,10 persen berbanding 0,50 persen. Ketimpangan yang serupa
juga terjadi pada kategori masih sekolah, yaitu pemuda yang
masih/sedang bersekolah di perdesaan hanya sebesar (13,52 persen)
sedangkan di perkotaan mencapai (20,86 persen). Sementara itu, jumlah
pemuda yang tidak bersekolah lagi di perkotaan sebanyak 78,65 persen
dan di perdesaan 84,38 persen.

Gambar 3.1: Partisipasi Sekolah Pemuda menurut


Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2008
84.38
78.65

20.86
13.52
0.50 2.10

Perkotaan Perdesaan

Belum/Tidak pernah sekolah Masih sekolah Tidak bersekolah lagi

Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS.

Mengamati partisipasi sekolah pemuda per provinsi yang disajikan pada


Lampiran 4, pemuda yang tidak/belum pernah sekolah secara umum
tidak terlalu bervariasi, angkanya berkisar antara 0,30 s.d. 5,10 persen,
kecuali Papua. Persentase pemuda yang tidak pernah sekolah di
Provinsi Papua mencapai 23,86 persen, suatu angka yang sangat tinggi
dibandingkan dengan propinsi lainnya. Sementara itu di provinsi
tetangganya, yaitu Papua Barat, pemuda yang tidak pernah sekolah
hanya sebesar 5,10 persen. Kedua angka tersebut menunjukkan

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 21


perbedaan yang sangat signifikan, walaupun Papua Barat dulunya
pecahan dari Papua.

3.2 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh pemuda dapat menjadi


acuan dalam membuat perencanaan tenaga kerja dan memberi
gambaran tentang kualitas sumber daya tenaga kerja yang tersedia di
suatu wilayah, serta dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pembangunan pendidikan di wilayah tersebut.

Data pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda merupakan


persentase pemuda yang menamatkan jenjang pendidikan tertentu
terhadap jumlah pemuda.

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa sumber daya pemuda Indonesia


sebesar 30,83 persen berpendidikan SMA, 30,81 persen berpendidikan
SMP, 23,33 persen berpendidikan SD, dan 6,06 persen yang
berpendidikan perguruan tinggi. Sementara itu, masih terdapat 8,97
persen pemuda yang tidak punya ijazah pendidikan formal.

Gambar 3.2: Persentase Pemuda menurut Pendidikan


Tertinggi yang Ditamatkan, Tahun 2008

6.06% 8.97%

30.83% 23.33%

30.81%

Tidak Punya SD SMP SMA PT

Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS.

22 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Pola serupa terjadi di hampir semua provinsi (lihat Lampiran 5), kecuali
Lampung, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Papua Barat, dan Papua. Persentase pemuda yang tidak punya
ijazah di 7 provinsi tersebut berkisar antara 16,16 persen sampai 32,49
persen, angka yang paling tidak sama dengan yang lulus SD. Jika
dilihat menurut jenis kelamin, komposisi pendidikan tertinggi yang
ditamatkan per propinsi juga sama dengan nasional, hanya saja
persentase yang tidak punya ijazah pada pemuda laki-laki pada
umumnya lebih besar dari pemuda perempuan.

3.3 Buta Aksara

Angka buta aksara merupakan indikator yang mengukur persentase


penduduk (pemuda) yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin.
Tinggi rendahnya angka buta aksara di suatu wilayah dapat menjadi
salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan sumber daya manusia
di bidang pendidikan.

Kualitas pemuda pun dapat dicerminkan oleh data buta aksara ini.
Persentase pemuda dengan angka buta aksara yang tinggi perlu
mendapat perhatian. Kemampuan baca tulis adalah modal dasar
pemuda untuk mengembangkan diri dan membangun bangsanya.

Berdasarkan data Susenas 2008 yang disajikan pada Tabel 3.2, secara
nasional persentase pemuda yang tidak bisa membaca dan menulis
huruf latin mencapai 0,90 persen, di perkotaan 0,23 persen dan
perdesaan 1,63 persen.

Angka buta aksara menurut jenis kelamin di perdesaan masih


memperlihatkan adanya sedikit ketertinggalan dan keterbatasan
kesempatan bagi perempuan dalam mengenyam pendidikan. Di
perdesaan, persentase perempuan yang buta aksara mencapai 2,08
persen sementara laki-laki 1,17 persen. Perbedaan tersebut juga terjadi
di perkotaan namun tidak nyata, yaitu perempuan 0,27 persen dan laki-
laki 0,18 persen.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 23


Angka Buta Aksara menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin,
Tabel 3.2:
Tahun 2008

Kategori Perkotaan Perdesaan Total


(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 0.18 1.17 0.66
Perempuan 0.27 2.08 1.13
Total 0.23 1.63 0.90
Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

Mengamati keragaman angka buta aksara per provinsi di Lampiran 6,


tampak bahwa di perkotaan jauh lebih homogen dibandingkan di
perdesaan. Angka buta aksara di perkotaan berkisar antara 0,00 persen
(DI Yogyakarta dan Lampung) dan 1,79 persen (Nusa Tenggara Barat).
Dari rentang nilai tersebut, ada 2 provinsi yang mencapai sedikitnya 1
persen dan 26 provinsi yang kurang dari 0,5 persen. Sebaliknya di
perdesaan, angka buta aksara sangat beragam yaitu dari 0,22 persen
(DI Yogyakarta) sampai 26.71 persen (Papua). Dari rentang nilai
tersebut ada 13 provinsi yang mencapai sedikitnya 1 persen dan 6
propinsi yang kurang dari 0,5 persen. Jika dilihat secara keseluruhan
maka angka buta aksara tertinggi terdapat di Papua (20,01 persen) dan
terendah di DKI Jakarta (0,01 persen).

24 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kesehatan 4
Mempertahankan sebuah negara membutuhkan sebuah regenerasi.
Regenerasi bukan hanya untuk mempertahankan sebuah eksistensi,
lebih dari itu regenerasi juga berarti kesempatan untuk mewujudkan
ambisi sebuah negara. Oleh karena itu generasi muda memiliki posisi
yang penting dan menjadi poros bagi punah tidaknya sebuah negara.
Selain itu generasi muda menjadi harapan terwujudnya cita-cita sebuah
negara.

Dewasa ini bahaya yang mengancam generasi muda indonesia adalah


penggunaan Narkoba yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Maraknya perilaku menyimpang dari generasi muda tersebut dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari.
Pemuda yang mempunyai perilaku menyimpang, semakin hari semakin
rapuh digerogoti oleh zat-zat adiktif penghancur syaraf serta merusak
kesehatan, dan yang sangat berbahaya adalah penularan virus
mematikan HIV/AIDS melalui penggunaan jarum suntik pengguna
Narkoba yang digunakan secara bergantian, akibatnya generasi harapan
bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.

Oleh karena itu sebagai pencegahan dan memerangi penggunaan dan


penyalahgunaan Narkoba diadakanlah “Kongres Pemuda/Pelajar Anti
Narkoba 2008” yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional
(BNN) dari tanggal 9-11 Desember 2008 yang lalu di Taman Mini,
Cibubur Jakarta.

Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka menumbuhkan


kepedulian komunitas pemuda, pelajar dan mahasiswa dari 29 provinsi
yang telah dipilih terhadap bahaya akibat penyalahgunaan Narkoba di
lingkungan mereka. Tidak hanya itu, kongres juga sekaligus dirancang

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 25


sebagai suatu proses pembelajaran di antara peserta melalui diskusi,
presentasi, dan motivasi diri dan kepemimpinan.

Banyak hal yang disampaikan dalam kongres, mulai dari yang bersifat
pembekalan tentang Narkoba oleh Kepala Pusat Pencegahan Lakhar
BNN, Brigjen Pol. Drs. Anang Iskandar, SH, MH, Peran Pemuda dalam
Mengantisipasi Perubahan oleh salah seorang Pejabat Menpora, dan
Cerdas Tanpa Narkoba oleh Diknas.

Tekad dan komitmen seluruh peserta yang digaungkan ke seluruh


komunitas pemuda, pelajar dan mahasiswa di seluruh tanah air adalah:
Mewujudkan Kepemimpinan Masa Depan Anti Narkoba.

Rumusan hasil kongres nasional pemuda Indonesia Anti Narkoba 2008 :

1. Berkomitmen untuk tetap menjaga hidup sehat dan tetap jauh dari
penyalahgunaan Narkoba.
2. Mendesak pemerintah untuk merubah paradigma dan UU yang
mengatur tentang kedudukan pemakai sebagai tersangka menjadi
korban yang harus mendapat pengobatan.
3. Meminta agar pemerintah menyediakan tempat-tempat
terpai/rehabilitasi di daerah-daerah.
4. Mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan atau
menyediakan anggaran untuk program P4GN.
5. Meminta kepada BNN agar mengusulkan test urine bagi seluruh
pejabat/calon pejabat pemerintah pusat maupun daerah.
6. Meminta kepada presiden untuk menindak apabila terdapat bukti
keterlibatan pejabat dalam kasus Narkoba.
7. Agar BNN memberikan penghargaan kepada ormas pemuda, pelajar
dan mahasiswa yang berhasil melaksanakan sosialisasi bahaya
Narkoba.
8. Mengusulkan untuk membangun pusat informasi bahaya Narkoba di
setiap daerah yang mudah diakses.

26 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


9. Membentuk wadah bersama bagi alumnus peserta kongres sebagai
follow up serta ajang peningkatan kualitas SDM Satgas Luhpen di
daerah.
http://www.bnn.go.id/konten.php?nama=KegiatanCegah&op=detail_
kegiatan_cegah&id=88&mn=2&smn=f

4.1 Angka Kesakitan Pemuda

Angka kesakitan pemuda adalah gambaran mengenai kondisi kesehatan


pemuda yang dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan. Angka ini
menggambarkan persentase pemuda yang mengalami gangguan
kesehatan sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari.

Secara nasional, pada tahun 2008 pemuda yang mengalami gangguan


keluhan kesehatan sebesar 11,90 persen dan angka kesakitan laki-laki
(11,53 persen) lebih rendah dibanding perempuan (12,53 persen). Pola
seura juga terjadi baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan hanya
saja angka di perkotaan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan angka
di perdesaan (Gambar 4.1). Ini terjadi karena kesadaran, pengetahuan
dan pola hidup sehat di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan
perdesaan. Selain itu, fasilitas kesehatan di perkotaan lebih banyak
daripada di perdesaan.

Jika dilihat menurut pulau, angka kesakitan pemuda tertinggi berada di


Nusa Tenggara sebesar 18,43 persen, Maluku di urutan kedua sebesar
17,81 persen dan Pulau Jawa pada urutan terendah sebesar 10,55
persen. Data angka kesakitan pemuda menurut pulau dan jenis kelamin,
secara rinci disajikan pada Tabel 4.1, sedang menurut provinsi dan jenis
kelamin disajikan pada Lampiran 7.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 27


Angka Kesakitan Pemuda menurut Daerah dan Jenis Kelamin,
Gambar 4.1:
Tahun 2008

13.80
13.31
14 12.81 12.25
P 11.53 11.90
10.84
e 12 10.34 10.60
r
10
s
e 8 Laki-laki
n
6 Perempuan
t
a Total
4
s
e 2

0
Perkotaan Perdesaan Total

Daerah

Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

Angka Kesakitan Pemuda menurut Jenis Kelamin dan


Tabel 4.1:
Pulau/Kepulauan, Tahun 2008

Angka Kesakitan
Pulau/Kepulauan
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Sumatera 11,59 12,37 11,98

Jawa 10,14 10,94 10,55

Nusa Tenggara 18,50 18,36 18,43

Kalimantan 11,49 12,23 11,86

Sulawesi 15,74 15,53 15,63

Maluku 16,82 18,80 17,81

Papua 16,28 16,72 16,50

Indonesia 11,53 12,25 11,90


Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

28 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Angka kesakitan di perkotaan yang lebih rendah dari angka di perdesaan
tidak terjadi di semua provinsi. Lampiran 8 menunjukkan ada 4 provinsi
yang angka kesakitan pemuda di perkotaannya justru lebih tinggi
dibanding perdesaan. Keempat provinsi tersebut berutur-turut dari yang
angka kesakitan pemudanya paling tinggi adalah Papua Barat (kota =
19,38 persen - desa = 16,61 persen), Lampung (kota = 14,07 persen -
desa = 12,95 ), D.I Yogyakarta (kota = 9,31 persen - desa = 8,25
persen), dan Kep.Bangka Belitung (kota = 13,00 persen - desa = 12,77).
Secara total, 5 provinsi dengan angka kesakitan tertinggi berturut-turut
adalah Nusa Tenggara Timur (24,12 persen), Gorontalo (23,58 persen),
Sulawesi Tengah (20,97 persen), Maluku Utara (19,53 persen), dan
Sulawesi Barat (19,48 persen). Tahun 2008, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta mencetak angka kesakitan terendah sebesar (9,02 persen).

4.2 Jenis Keluhan Kesehatan

Hasil Susenas 2008 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan pilek dan


batuk paling banyak diderita pemuda dibandingkan penyakit yang lain.
Persentase pemuda yang sakit, menurut jenis keluhan kesehatan tidak
ada perbedaan yang nyata antara laki-laki dan perempuan. Persentase
pemuda yang sakit menurut jenis keluhan dan jenis kelamin disajikan
pada Tabel 4.2, sedang menurut provinsi disajikan pada Lampiran 9.

Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan


Tabel 4.2:
Jenis Kelamin, Tahun 2008

Jenis Keluhan
Jenis
Kelamin Sakit Sakit
Panas Batuk Pilek Asma Diare Lainnya
Kepala Gigi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Laki-laki 34,34 46,03 46,77 3,72 4,68 19,19 7,37 30,22

Perempuan 30,14 41,05 44,77 3,92 4,94 24,00 8,08 32,57

Total 32,08 43,36 45,70 3,83 4,82 21,77 7,75 31,49


Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 29


30 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009
Pemuda dan Angkatan Kerja 5
Salah satu modal dasar bagi gerak roda pembangunan adalah tenaga
kerja yang berkualitas. Pemberdayaan angkatan kerja untuk bekerja
akan sangat membantu program pemerintah dalam mengurangi angka
pengangguran dan meningkatkan produktifitas. Apalagi jika angkatan
kerja mampu membuka lapangan kerja, tentu hal ini sangat diharapkan.

Pemerintah, dalam rangka menentukan kebijakan yang tepat untuk


menangani masalah terkait ketenagakerjaan, membutuhkan data yang
tepat dan akurat agar segala kebijakan dapat terlaksana secara efektif
dan efisien. Keadaan angkatan kerja dan struktur ketenagakerjaan,
merupakan data pokok yang dapat menggambarkan kondisi
perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di satu
wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan usia, komposisi penduduk dibedakan menjadi Penduduk


Usia Kerja (PUK) dan Penduduk Bukan Usia Kerja. Di Indonesia, PUK
adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Dari seluruh PUK pada
bulan Agustus 2008, sekitar 37,78 persennya adalah pemuda. Skema
struktur ketenagakerjaan disajikan pada Gambar 5.1.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 31


Gambar 5.1 Diagram Ketenagakerjaan

Penduduk

Usia Kerja Bukan Usia Kerja

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Bekerja Menganggur Mengurus


Sekolah Lainnya
Rumah Tangga

Sedang Sementara Mencari Mempersiapkan Merasa Tidak Sudah Punya Pekerjaan


Tidak Mungkin Mendapat
Bekerja Bekerja Pekerjaan Usaha Pekerjaan Tetapi Belum Mulai Kerja
Sumber: Sakernas, Agustus 2008, BPS

Pemuda adalah penduduk yang berusia 16-30 tahun. Dari diagram


ketenagakerjaan, pemuda termasuk PUK. Komposisi ketenagakerjaan
pemuda kondisi Agustus 2008 disajikan pada Gambar 5.2

Gambar 5.2 Komposisi Ketenagakerjaan Pemuda, Agustus 2008

Pemuda

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja


63.11% 36.89%

Bekaerja Menganggur Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya


82.64% 17.36% 41.37% 48.20% 10.43%

Sumber: Sakernas, Agustus 2008, BPS

Dari skema tersebut terlihat bahwa dari seluruh pemuda, 63,11


persennya merupakan angkatan kerja yang 82,64 persennya bekerja.

32 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda

Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan besaran relatif


dari pasokan tenaga kerja yang mampu memproduksi barang atau jasa
dalam suatu kegiatan perekonomian. TPAK merupakan persentase
jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Berikut ini
disajikan TPAK pemuda pada bulan Agustus Tahun 2007-2008.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda menurut


Gambar 5.3:
Jenis Kelamin, Tahun 2007-2008

80 77.8 77.5

75

70

65 62.36 63.11

60

55 2007
48.8 2008
50 47.3

45

40
Laki-laki Perempuan Total

Sumber: Sakernas, Agustus 2007 dan Agustus 2008, BPS

Dari Agustus 2007 hingga Agustus 2008, TPAK pemuda laki-laki


mengalami sedikit penurunan sebesar 0,3 persen dari 77,8 persen
menjadi 77,5 persen, sedangkan TPAK pemuda perempuan mengalami
peningkatan sebesar 1,5 persen dari 47,3 persen menjadi 48,8 persen.
Secara umum, TPAK pemuda mengalami peningkatan sekitar 0,75
persen, yaitu dari 62,36 persen menjadi 63,11 persen. Peningkatan
TPAK ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional
yang relatif semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh terhadap
faktor-faktor produksi di Indonesia. Data TPAK pemuda menurut
provinsi, wilayah, dan jenis kelamin disajikan pada Lampiran 10.

Jika dilihat menurut provinsi (Lampiran 11), Provinsi Kepulauan Riau


mengalami peningkatan TPAK pemuda terbesar senilai 7,23 persen, dari

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 33


64,50 persen pada tahun 2007 menjadi 71,73 persen pada tahun 2008,
diikuti DKI Jakarta (5,39 persen) dan Banten (4,38 persen). Walaupun
secara nasional, TPAK pemuda mengalami peningkatan, namun ada 16
provinsi mengalami penurunan TPAK pemuda. Penurunan TPAK
terbesar terjadi di Provinsi NTT sebesar 4,44 persen, yaitu dari 70,17
persen menjadi 65,73 persen.

Walaupun cukup penting, indikator TPAK tidak menggambarkan


komposisi ketenagakerjaan penduduk pada kelompok angkatan kerja.
Indikator yang menggambarkan komposisi penduduk pada kelompok
angkatan kerja adalah tingkat pengangguran terbuka.

5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang membutuhkan


perhatian serius dari pemerintah. Pengangguran merupakan
konsekuensi ketidakmampuan lapangan kerja menyerap angkatan kerja
yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan lapangan kerja yang tersedia
relatif terbatas dan tidak mampu menyerap para pencari kerja yang
senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Tingkat pengangguranan yang tinggi akan menimbulkan
berbagai masalah di bidang sosial dan ekonomi.

Konsep pengangguran yang digunakan adalah mereka yang belum


bekerja dan sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan usaha,
atau tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, atau yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran dengan konsep-definisi tersebut biasa disebut sebagai
pengangguran terbuka.

Indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok


pengangguran diukur dengan indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT). TPT merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap
jumlah angkatan kerja. Berikut ini disajikan TPT pemuda pada bulan
Agustus Tahun 2007-2008.

34 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Tingkat Pengangguranan Terbuka Pemuda menurut
Gambar 5.4:
Jenis Kelamin, Tahun 2007-2008

22 21.6

21

20 19.7
19.04
19

18 2007
17.4 17.36
2008
17

15.9
16

15
Laki-laki Perempuan Total

Sumber: Sakernas, Agustus 2007 dan Agustus 2008, BPS

Kondisi TPT pemuda pada Agustus 2008 mengalami penurunan


dibandingkan keadaan Agustus 2007. Persentase pengangguran
pemuda pada Agustus 2008 sebesar 17,36 persen atau turun 1,68
persen dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang sebesar 19,04
persen.

Jika dilihat menurut provinsi (Lampiran 12), Provinsi Sulawesi Tengah


mengalami penurunan TPT pemuda terbesar senilai 10 persen, dari
20,20 persen menjadi 10,20 persen, diikuti Sumatera Barat (4,36 persen)
dan Sulawesi Selatan (3,17 persen). Walaupun secara nasional, TPT
pemuda mengalami penurunan, namun ada 5 provinsi mengalami
peningkatan TPT pemuda yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (0,19
persen), Bengkulu (1,02 persen), Lampung (0,80 persen), NTT (0,48
persen) dan Maluku Utara (1,61 persen). Peningkatan TPT terbesar
terjadi di Provinsi Maluku Utara, yaitu dari 11,58 persen menjadi 13,19
persen. Data TPT rinci menurut provinsi, wilayah, dan jenis kelamin
tahun 2008 disajikan pada Lampiran 13.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 35


36 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009
Pemberdayaan Pemuda 6
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar
dengan tingkat pertumbuhan yang terkendali dan berkualitas, akan
sangat mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Selanjutnya, pemuda sebagai generasi penerus, penanggung jawab,
dan pelaku pembangunan di masa depan, memiliki proporsi yang relatif
besar dari penduduk Indonesia, yaitu 27,38 persen untuk tahun 2008
(diolah dari Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2015, BPS, 2008).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN 2009-2014) adalah
menciptakan Indonesia yang aman dan damai; menciptakan Indonesia
yang adil dan demokratis; dan meningkatkan kesejahteraan rakyat serta
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007). Pembangunan pemuda diarahkan
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan
karakter kebangsaan (nation building) dan partisipasi pemuda di
berbagai bidang pembangunan, terutama di bidang ekonomi, sosial
budaya, iptek dan politik, serta memiliki wawasan kebangsaan dan
beretika bangsa Indonesia.

Pemuda memiliki posisi penting dalam pembangunan bangsa. Mereka


menjadi major human resources, kelompok strategis dengan vitalitas
“agent of change” (unsur perubahan) dalam kehidupan berbangsa,
bermasyarakat, dan bernegara. Ia juga menjadi pewaris regenerasi
masa depan peradaban bangsa. Karena itu, pemuda harus ditempatkan
sebagai kelompok strategis dan potensial untuk kepemimpinan nasional,
yang menjadi sumber daya produktif pembangunan di bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 37


Pemuda mesti diposisikan sebagai pemilik idealisme yang bisa
menentukan paradigma seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa, negara,
dan masyarakat. Sehingga, pemuda ditempatkan sebagai agent of
change dalam melakukan perubahan yang sangat fundamental
sekalipun. Karena, ternyata pemuda sebagai salah satu pusat
perubahan alternatif seringkali menjadi tumpuan dan harapan, bila peran
perubahan yang seharusnya diemban oleh negara tidak memuaskan
atau terkendala oleh berbagai masalah.

Ada beberapa kilasan sejarah yang mencatat peran pemuda sebagai


anak bangsa yang turut berkontribusi terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara, yaitu: Pertama, peran dalam kemerdekaan sebuah
bangsa; Kedua, peran dalam reformasi politik sebuah bangsa; Ketiga,
peran dalam rekonstruksi idiologi sebuah bangsa. Dalam konteks
sejarah Indonesia, para pemuda Indonesia telah terlibat dalam
membebaskan bangsanya dari penjajahan. Mereka melakukan
konsolidasi nasional dalam bentuk Sumpah Pemuda 1928 untuk
memadukan militansi, kemampuan berorganisasi, dan sensitivitas global
yang menjadi modal semangat perjuangannya mencetuskan Proklamasi
Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus 1945.

Selanjutnya, melalui sejarah pergerakan yang cukup panjang, gerakan


pemuda pelajar dan mahasiswa telah memberikan bukti perubahan yang
signifikan. Titik-titik sejarah gerakan pemuda pelajar dan mahasiswa di
Indonesia dapat dilihat pada tahun 1966 (menuntut pembubaran PKI),
tahun 1974 (peristiwa Malari), dan tahun 1998 perjuangan pemuda
pelajar dan mahasiswa berhasil meruntuhkan rezim pemerintahan Orde
Baru sehingga Indonesia memasuki Orde Reformasi. Citra positif yang
melekat pada gerakan pemuda merupakan modal sosial yang cukup
untuk menjadi bahan bakar perubahan. Modal dan citra positif tersebut
adalah kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah
kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama.
Pemuda sebagai pemegang peran potensi pembangunan dan
merupakan generasi penerus bangsa, tenaga kerja produktif bangsa,

38 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


memiliki peran penting di dalam menggerakkan arah pembangunan dan
menentukan masa depan bangsa, sehingga perlu diupayakan
peningkatan kualitasnya. Pemuda dituntut untuk menjadi sumber daya
yang bermutu, yang memiliki kemampuan bersaing dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Kemampuan tersebut meliputi penguasaan ilmu
pengetahuan yang terus berkembang, teknologi dan seni, bekerja secara
profesional, dan menghasilkan karya unggul yang mampu bersaing di
pasar global. Oleh karena itu, diperlukan penyusunan kebijakan dalam
program-program pembangunan pemuda. Program-program kebijakan
pembangunan pemuda ini perlu mendapat perhatian dan pemikiran
prioritas di dalam agenda pembangunan melalui penyusunan kebijakan
dan program, dan bila tidak ditangani dengan baik, maka akan
merugikan perkembangan negara di masa yang akan datang.

Kegiatan Prioritas Bidang Kepemudaan:


1. Sosialisasi UU Tentang Kepemudaan dan Penyusunan PP serta
Peraturan Menteri sebagai tindak dari UU Tentang Kepemudaan;
2. Kepemimpinan Pemuda Bersih Narkoba dan HIV, AIDS
“Pantas Juara”;
3. Pelatihan Wirausaha Muda Dalam dan Luar Negeri;
4. Pusat Kajian Kepemimpinan Pemuda;
5. Fasilitasi Pengembangan Lembaga Kewirausahaan Pemuda;
6. Pengembangan Moral dan Etika Pemuda Indonesia;
7. Pendidikan Kesadaran Bela Negara Bagi Pemuda;
8. Pengembangan Prasarana dan Sarana Pusat Pendidikan Pemuda
dan Mahasiswa;
9. Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP3); dan
10. Pengembangan Sentra Pemberdayaan Pemuda.

Oleh karena itu, pembangunan pemuda memiliki peran stategis dalam


peningkatan kualitas SDM. Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM
juga dilakukan malalui pembangunan olahraga yang bertujuan untuk
menciptakan manusia yang sehat, ulet dan berjiwa sportif. Kebijakan di

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 39


bidang olahraga diarahkan untuk mewujudkan kebijakan dan
manajemen olahraga; meningkatkan budaya dan prestasi olahraga
secara berjenjang termasuk pemanduan bakat, pembibitan dan
pengembangan bakat; dan meningkatkan kemitraan antara pemerintah
dan masyarakat termasuk dunia usaha dalam mendukung
pembangunan olahraga. Saat ini telah ditunjukkan kepedulian
pemerintah terhadap pembangunan pemuda. Hasil yang dicapai
pembangunan pemuda dan olahraga di antaranya adalah disahkan dan
disosialisasikannya UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 17/2007 tentang
Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga, serta Peraturan
Pemerintah No. 18/2007 tentang Pendanaan Keolahragaan;
disahkannya Undang-Undang No 40 tentang Kepemudaan;
dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan pemuda; dioptimalkannya
peran sarjana penggerak pembangunan di perdesaan; disusunnya Sport
Deevelopment Index (SDI) sebagai indikator keberhasilan keolahragaan
nasional; dan dilaksanakannya pembinaan keolahragaan melalui event
Olahraga Pelajar Nasional. Penyusunan dan pembinaan ini merupakan
sinyal kuat bahwa adanya keseriusan pemerintah dalam pengembangan
dan peningkatan peran pemuda dan olahraga sebagai dua pilar bangsa
dalam menunjang pembangunan nasional.

Bab ini mengulas tentang pemuda serta prestasi pemuda baik lingkup
nasional maupun internasional. Pembahasan difokuskan pada peran
serta kegiatan pemuda dalam olahraga dan prestasi yang telah dicapai
pemuda Indonesia. Pembahasan kegiatan pemuda terbatas pada peran
serta pemuda dalam olahraga. Prestasi pemuda dilihat dari bidang
olahraga, sains dan prestasi kepeloporan pemuda di tingkat nasional
dalam program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3)
serta organisasi kepemudaan di Indonesia, Prestasi Generasi Muda
Indonesia dan Organisasi Kepemudaan.

40 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


6.1 Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP-3)

Program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3) adalah


salah satu model program pemberdayaan pemuda untuk pengentasan
kemiskinan di daerah perdesaan yang melibatkan pemuda
berpendidikan tinggi (sarjana). Peserta program SP-3 adalah sarjana
dari berbagai disiplin ilmu yang dikontrak untuk memfasilitasi dan
menggerakkan pembangunan di wilayah perdesaan. Kriteria untuk
menjadi SP3 antara lain mempunyai sikap kemandirian dan jiwa
patriotisme serta mampu menjadi perintis untuk melakukan terobosan-
terobosan di perdesaan dengan meningkatkan profesionalisme dalam
mentransfer ilmu dan teknologi di perdesaan, terutama dalam
menyukseskan program gerakan ekonomi kerakyatan.

Program SP-3 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam


mengatasi permasalahan rendahnya kualitas sumber daya manusia
(SDM) di daerah pedesaan yang menyebabkan ketertinggalan dalam
pembangunan. Di sisi lain pemerintah juga menghadapi permasalahan
dalam pemanfaatan dan pemberdayaan para sarjana di perkotaan
sebagai sumber daya manusia bagi pembagunan.

Melalui program ini, diharapkan tenaga SP-3 dapat mengatasi kedua


permasalahan tersebut, yaitu kelangkaan SDM yang berkualitas di desa
dan permasalahan melimpahnya sumber daya sarjana di perkotaan
dengan mengubah paradigma sarjana dari mencari kerja menjadi
mencipta lapangan kerja atau berwirausaha.

Program SP-3 merupakan program unggulan Kementrian Negara


Pemuda dan Olahraga yang akan mampu meningkatkan peran
kepemimpinan, kepeloporan, dan kemandirian pemuda, khususnya
pemuda yang terdidik dan pemuda-pemuda di perdesaan.

Program SP-3 bertujuan untuk mendorong dan memfasilitasi peran


pemuda dalam membantu percepatan pembangunan desa di berbagai
sektor, terutama sektor ekonomi yang berbasis pada sumber daya lokal.
Tujuan ini dapat dilakukan antara lain melalui pendidikan kecakapan

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 41


hidup kewirausahaan bagi pemuda desa. Gambar 6.1 menyajikan
perkembangan jumlah SP-3 dari angkatan 1 sampai angkatan 20.

Gambar 6.1: Jumlah SP-3 menurut Angkatan


1600 1,565
1,470
1500 1,455

1400 1,375 1,335

1300
1200
1100
1000
Juimlah

900 781 880


835
780
800 785

700
600 527 530
475 457 480 465 465
500 403
400
300
200
100
0

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19
1

9
Angkatan

Sumber: Kemenpora 2009

6.2 Pelatihan Tenaga Keolahragaan

Memberikan keterampilan sebanyak–banyaknya melalui pelatihan


adalah mata rantai yang tak bisa terpisahkan dalam meningkatkan dan
mengembangkan tenaga dan pembina keolahragaan. Satu mata rantai
yang tak terkait namun menjadikan permasalahan dan kendala tersendiri
dalam pelaksanaan kegiatan antara lain :

1. Masih rendahnya jumlah dan kualitas pelatih dan pengelolala


olahraga

2. Penyebaran jumlah dan kualitas pelatih tidak merata

3. Rendahnya profesionalisme Tenaga dan Pembina Keolahragaan

4. Masih banyak penyelenggaraan kegiatan yang belum berjenjang

5. Belum maksimalnya kerjasama dengan instansi terkait

6. Masih ada tumpang tindih program kegiatan.

42 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


7. Belum memadainya data base tenaga dan pembina keolahragaan
yang akurat.

8. Kemampuan berbahasa Inggris bagi pengelola dan pelaku olahraga


masih sangat kurang.

9. Masih lemahnya sistem rekrutment para pelatih pada promosi


degradasi.

10. Anggaran dana peningkatan Mutu Tenaga dan Pembina


Keolahragaan baik di Pusat maupun di daerah masih sangat
terbatas.

11. Masih sangat terbatasnya Tenaga dan Pembina Keolahragaan


khususnya bagi wasit dan juri yang tersedia, untuk promosi ke level
internasional.

Pada tataran operasional untuk mewujudkan rencana kegiatan


diperlukan rangkaian tahapan–tahapan secara berjenjang serta
berkesinambungan agar dapat tercipta prestasi olahraga yang
membanggakan. Berkaitan dengan hal tersebut dari tahun 2006 sampai
2009 pemerintah telah melatih 2.112 orang tenaga pelatih baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Pelatihan tidak terbatas pada pelatih
olahraga namun juga kegiatan pendukung seperti Pelatih Kordinator
Relawan Olahraga, Instruktur Pengembangan Terapi Masage, dan
pelatih laboratorium olahraga, Pelatihan tersebut menghasilkan tenaga
bertaraf nasional dan internasional. Data selengkapnya disajikan pada
Tabel 6.1.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 43


Jumlah Tenaga Olahraga yang Dilatih menurut Jenisnya,
Tabel 6.1
Tahun 2006-2009

No Jenis Pelatihan 2006 2007 2008 2009 Jumlah


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nasional 180 807 499 452 1938
1TOT Pelatih Tingkat Dasar 60 60 120
2TOT Pelatih Tingkat Muda 60 40 100
3TOT Pelatih Tingkat Madya 84 84
4TOT Koordinator Relawan
Olahraga 80 119 199
5 TOT Instruktur Pengembangan
Terapi Masage 40 50 90
6 Pelatihan Tenaga Laboratorium
Olahraga 40 40 80
7 Pelatihan Masage 86 25 111
8 Pelatihan CPR 50 25 75
9 Pelatihan Cedera Olahraga 40 40
10 Pelatih Analisa Data 50 80 130
11 Pelatihan Tenaga Relawan 80 80
12 Pelatihan Gizi Olahraga 37 45 82
13 Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar 121 80 67 268
14 Pelatihan Pelatih Tingkat Muda 107 80 40 227
15 Pelatihan Pelatih Tingkat Madya 42 42
16 Pelatihan Pelatih Fisik Level I Nasional 80 130 210
Internasional 31 87 56 174
17 Instruktur Teknis Laboratorium 8 8
18 Administrator Sport Management 9 9
19 Pelatihan Pelatih & Wasit Catur 4 4
20 Pelatihan Pelatih & Wasit Woodball 5 5 6 16
21 Pelatihan Pelatih Bowlling 20 20
22 Pelatihan Wasit Panahan 3 3
23 Pelatihan Wasit Silat 22 22
24 Pelatihan Wasit Senam 5 5
25 Pelatihan Laboratorium Olahraga 8 8
26 Strenght & Condition Level I (ASCA) 10 17 37 64
27 Strenght & Condition Level II (ASCA) 10 10
28 Magang Pelatih di Luar Negeri
(Renang, Cano, dan Anggar) 3 2 5
Jumlah 180 838 586 508 2112
Sumber: Kemenpora 2009

44 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


6.3 Pengembangan Kader Kewirausahaan Pemuda dan
Peningkatan Kelembagaan Kewirausahaan Pemuda

Pemuda memegang peranan penting sebagai ujung tombak dalam


meningkatkan keunggulan daya saing bangsa. Dinamika dan euforia
kehidupan global yang diwarnai oleh persaingan yang semakin ketat,
menuntut bangsa ini untuk sesegera mungkin melakukan rekayasa
percepatan membangun keunggulan daya saing pemuda. Pemuda
Indonesia harus memiliki keunggulan dalam penguasaan keterampilan,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemuda juga harus
memiliki keunggulan etos kerja dan kewirausahaan.

Mengembangkan kewirausahaan pemuda dimaksudkan untuk


menjadikan pemuda sebagai wirausahawan dan mengembangkan
kiprah kewirausahaan muda sebagai aktor penggerak tumbuhnya
kegiatan ekonomi dan industri di kota dan desa. Pembangunan ekonomi
berkelanjutan mutlak memerlukan pelaku ekonomi dari angkatan muda
yang jumlahnya besar dengan kapasitas kemampuan produktivitas
ekonomi yang juga tinggi. Peran itulah yang bisa dimainkan oleh
wirausahawan muda.

Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian


pemuda Indonesia adalah melalui pengembangan kader kewirausahaan
pemuda dan peningkatan dan pemberdayaan kelembagaan
kewirausahaan pemuda.

Dalam kaitan program pengembangan kader kewirausahaan pemuda


dan peningkatan kelembagaan wirausaha pemuda ini, kewirausahaan
diartikan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang berani memulai,
menjalankan, dan mengembangkan usaha dengan cara memanfaatkan
segala kemampuan dalam hal membeli bahan baku dan sumber daya
yang diperlukan, membuat produk dengan nilai tambah yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen, dan menjual produk sehingga bisa
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para karyawan, diri
sendiri, perusahaan, dan masyarakat sekitarnya.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 45


Tujuan pengembangan kader kewirausahaan pemuda dan peningkatan
dan kelembagaan kewirausahaan pemuda adalah:

1. Meningkatkan penguasaan pengetahuan, wawasan, keterampilan,


sikap dan kemampuan kewirausahaan bagi pemuda.
2. Memperkokoh semangat, jiwa dan kultur kewirausahaan di kalangan
pemuda dan generasi muda.
3. Meningkatkan kemandirian, kapasitas, kompetensi, kreativitas,
profesionalitas, dan daya saing wirausahawan muda Indonesia.
4. Menumbuhkembangkan produktivitas, daya saing wirausaha muda
pada tataran lokal, domestik dan internasional.
5. Memperkuat dan meningkatkan kapasitas kelembagaan
kewirausahaan pemuda di tingkat lokal, daerah, dan nasional.
6. Meningkatkan peran dan kontribusi wirausaha muda dalam
memajukan ekonomi, industri, perdagangan, membuka kesempatan
kerja, meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran pengembangan kader kewirausahaan pemuda dan peningkatan


kelembagaan kewirausahaan pemuda adalah pemuda berusia 18 – 30
tahun, pengangguran atau belum bekerja, sosial ekonomi rendah,
korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Sasaran tersebut berada
pada desa yang memiliki karakteristik desa pantai, desa pertanian, dan
perkotaan (slum area) yang akan dijadikan target program
pengembangan kewirausahaan pemuda dan peningkatan kelembagaan
kewirausahaan pemuda.

Program yang telah dilaksanakan dibidang pengembangan kader


kewirausahaan dan kelembagaan pemuda dari tahun 2005 sampai
dengan 2009 dapat dilihat dalam Tabel 6.2.

46 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Rekapitulasi Pengembangan Kader Kewirausahaan Pemuda,
Tabel 6.2:
Tahun 2005-2009

Sasaran yang Dicapai


No Kegiatan
2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah
1 Pendidikan dan Pelatihan Teknis 4065
a. Pelatihan Kader Kewirausahaan 160 135 200 300 270 1075
Bidang Aquabisnis
b. Pelatihan Kader Kewirausahaan 250 490 400 600 100 1840
Bidang Agribisnis
c. Pelatihan Kader Kewirausahaan 350 440 160 100 100 1150
Bidang Jasa dan Industri Kreatif
2 Penyelenggaraan Sosialisasi/Workshop/Desiminasi/Seminar/Publikasi 3003
a. Block Grant - - 1125 960 500 2585
b. Workshop - - 100 - 80 180
c. Fasilitasi Pameran - 50 30 27 31 138
d. Fasilitasi Inkubasi Bisnis Wirausaha Muda 100 100
3 Penyelenggaraan Lomba, Sayembara, dan Festival 1270
a. Lomba Inovasi Bisnis
- Peserta 48 90 - - - 138
- Pemenang 11 9 - - - 20
b. Lomba Bisnis Plan
- Peserta - - 414 363 - 777
- Pemenang - - 10 10 - 20
c. Pemilihan Wirausaha Muda Teladan/Berprestasi
- Peserta - - 220 84 51 355
- Pemenang - - 10 10 10 30
Sumber: Kemenpora, 2009

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 47


48 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009
Prestasi Pemuda 7
Prestasi yang telah dicapai dalam arena kompetisi baik di tingkat
regional maupun internasional sering dijadikan sebagai indikator untuk
mengevaluasi program di dalam penyusunan rencana strategis
pembangunan pendidikan, pemuda dan olahraga, terutama yang bersifat
pendidikan/pembinaan. Namun, keberhasilan program pendidikan/
pembinaan bukan hanya dinilai dari tingkat pencapaian prestasi yang
telah diperoleh, banyak hal lain yang ikut berperan. Akan tetapi karena
prestasi merupakan salah satu bentuk output yang mudah untuk
dievaluasi, sehingga sering dijadikan sebagai acuan keberhasilan suatu
program. Keunggulan prestasi hanya dapat dilihat melalui arena
kompetensi. Bab ini akan mengulas prestasi pemuda Indonesia pada
kompetisi olahraga dan sains, baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional yang diselenggarakan tahun 2009, prestasi pemuda yang
diperoleh di masa lalu sudah disajikan pada publikasi tahun 2008.

7.1 Prestasi Pemuda di Asian Youth Games 2009

Sebanyak 45 atlet muda memperkuat kontingen Indonesia dalam Asian


Youth Games I. Mereka akan tampil di delapan cabang olahraga, yakni
renang, voli pantai, atletik, layar, menembak, basket, boling, serta loncat
indah. Asian Youth Games I berlangsung di Singapura, Senin (29/6)
hingga Selasa (7/7). Sebanyak 43 negara dari 45 negara anggota
Dewan Olimpiade Asia (OCA) mengirimkan kontingen. Sekitar 1.000
atlet berlaga dalam ajang yang baru pertama kali diselenggarakan itu.
Mereka semua harus berusia kurang dari 17 tahun. Ada 10 cabang
olahraga yang digelar dalam Asian Youth Games I. Dua cabang yang
tidak diikuti Indonesia adalah sepak bola serta tenis meja. Namun,
kontingen Indonesia harus puas berada di peringkat ke-21 dari 43
peserta, dengan perolehan satu-satunya medali perunggu untuk

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 49


kontingen Indonesia diraih oleh pasangan voli pantai putra Ade Candra/I
Gede Eka Agustiawan. Dua cabang terakhir, boling dan layar gagal
meraih medali. Dua negara lain yang juga meraih satu medali perunggu
adalah Bahrain dan Myanmar.

Untuk kawasan Asia Tenggara, nasib atlet remaja tidak berbeda jauh
dengan senior mereka karena tertinggal dari Thailand, Singapura,
Vietnam dan Filipina. Nasib Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja,
Laos dan Brunei yang gagal meraih satu medali pun. Sedangkan
Thailand dan Singapura, saingan Indonesia di SEA Games, berhasil
menembus dominasi Jepang dengan menempati posisi ke tiga dan ke
empat (Tabel 7.1).

Tabel 7.1: Perolehan Medali Kejuaraan Asean Youth Games 2009


No. Negara Emas Perak Perunggu
(1) (2) (3) (4) (5)
1 China 25 16 11
2 Korsel 18 16 17
3 Thailand 11 7 2
4 Singapura 8 5 14
5 Hongkong 5 8 5
6 Jepang 5 6 4
7 India 5 3 3
8 Kazakhstan 4 6 4
9 Kuwait 3 3 5
10 Korut 1 3 4
11 Iran 1 3 1
12 Taiwan 1 2 7
13 Yemen 1 0 0
14 Qatar 0 2 0
15 Vietnam 0 2 0
16 S. Arabia 0 1 2
17 Srilangka 0 1 2
18 Makau 0 1 0
19 Filipina 0 1 0
20 Uzbekistan 0 1 0
21 Uzbekistan 0 0 3
22 Filipina 0 0 3
23 Bahrain 0 0 1
24 Indonesia 0 0 1
25 Myanmar 0 0 1
26 Pakistan 0 0 1
Sumber: www.antara news.com

50 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


7.2 Prestasi Pemuda di ASEAN Primary School Sport Olympiad
(APSSO) III/2009

Kontingen Indonesia kembali meraih gelar juara umum pada event


ASEAN Primary School Sport Olympiad (APSSO) III/2009 yang
berlangsung di Jakarta. Dari seluruh (19) set medali yang diperebutkan,
kontingen Indonesia kembali tampil teratas dengan meraih 11 medali
emas, 7 perak, dan 11 perunggu diikuti Singapura 4 emas, 1 perak dan 1
perunggu.

Kejayaan Indonesia kali ini dilengkapi dengan gelar juara di cabang


bergengsi sepak bola setelah di final tim Indonesia-1 menundukkan
Indonesia-3 dengan skor tipis 1-0. Sedangkan medali perunggu diraih
Malaysia yang menundukkan tim Indonesia-2 dengan skor telak 6-1
pada pertandingan di Lapangan B Senayan Jakarta. Sementara Vietnam
meraih 2 emas, 6 perak dan 4 perunggu, diikuti Malaysia dan Thailand
yang masing-masing kebagian 1 emas, tetapi Malaysia ditambah 5 perak
dan 7 perunggu, sedangkan Thailand ditambah 2 perunggu.

Pada perburuan medali emas hari terakhir, para pebulutangkis muda


Indonesia meraih 2 medali emas, 3 perak dan 4 perunggu. Sementara
Malaysia kebagian 1 emas, 1 perak dan 1 perunggu, Thailand 1 emas
berikut 2 perunggu dan Filipina kebagian 1 perunggu. Di cabang catur
Indonesia meraup empat medali emas dari enam nomor yang
dipertandingkan. Anastasia Patricks yang sebelumnya meraih juara di
momor individual standar, Sabtu meraih pula gelar juara di nomor catur
cepat perorangan (rapid chess). Dua medali emas cabang ini jatuh ke
tangan Vietnam melalui nomor standar perorangan putra dan catur cepat
perorangan putra.

Namun di cabang tenis meja, Singapura melakukan sapu bersih


membawa pulang 4 medali emas berikut 1 perak, diikuti Vietnam di
urutan kedua dengan 2 perak dan 3 perunggu. Sedangkan Indonesia
kebagian 1 perak dan 3 perunggu dan Malaysia 2 perunggu. Data
perolehan medali selengkapnya disajikan pada Tabel 7.2.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 51


Tabel 7.2: Perolehan Medali APSSO III, 2009

Negara Emas Perak Perunggu Total


(1) (2) (3) (4) (5)
Indonesia 11 7 11 29

Singapura 4 1 1 6

Vietnam 2 6 4 12

Malaysia 1 5 7 13

Thailand 1 0 2 3

Brunei 0 0 1 1

Filipina 0 0 1 1

Myanmar 0 0 0 0
Sumber: Kemenpora

7.3 Prestasi Pemuda di Pekan Olahraga Pelajar Nasional

Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) adalah ajang adu prestasi


olahraga antar pelajar yang digelar setiap 2 tahun sekali. Popnas juga
merupakan suatu proses pembinaan olahraga secara dini untuk
mencapai prestasi olahraga yang terbaik. Sebagai mata rantai
pembinaan nasional, Popnas memiliki peran yang sangat strategis,
karena dari Popnas bisa dilihat bibit-bibit atlet nasional dan proses
pembinaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu Popnas merupakan
indikator keberhasilan pembinaan olahraga usia dini yang dilakukan di
setiap daerah.

Popnas yang ke-10 diselenggarakan tanggal 2-11 November tahun 2009


di Yogyakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh pelajar tingkat SD sampai
SMA/sederajat dari seluruh provinsi. Popnas 2009 memfasilitasi 18
cabang olah raga dengan 233 nomor pertandingan untuk
memperebutkan 764 medali.

52 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Perolehan Medali dalam Pekan Olah Raga Pelajar Nasional ke-10 menurut
Tabel 7.3:
Provinsi, Tahun 2009

No Provinsi: Emas Perak Perunggu Poin


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Jawa Timur 45 27 48 354
2 DKI Jakarta 28 34 32 274
3 Jawa Tengah 27 26 30 243
4 Jawa Barat 24 31 21 234
5 Riau 16 6 18 116
6 Bali 12 7 12 93
7 DI. Yogyakarta 4 10 14 64
8 Sumatera Selatan 6 9 6 63
9 Kalimantan Timur 6 7 12 63
10 Sumatera Barat 7 5 12 62
11 Lampung 7 6 5 58
12 Sumatera Utara 4 7 10 51
13 Jambi 2 5 12 37
14 Sulawesi Tenggara 2 4 7 29
15 Kalimantan Selatan 2 5 3 28
16 Nusa Tenggara Barat 2 4 3 25
17 Papua 2 4 3 25
18 Sulawesi Selatan 1 2 8 19
19 Banten 1 3 3 17
20 Maluku Utara 3 0 1 16
21 Maluku 3 0 1 16
22 Bangka Belitung 1 2 4 15
23 Kalimantan Barat 0 3 4 13
24 Gorontalo 2 0 2 12
25 Bengkulu 1 1 4 12
26 Nusa Tenggara Timur 2 0 1 11
27 Sulawesi Tengah 1 1 0 8
28 Sulawesi Utara 1 1 0 8
29 Kepulauan Riau 1 0 2 7
30 Nanggroe Aceh D. 0 2 1 7
31 Kalimantan Tengah 0 1 4 7
32 Sulawesi Barat 0 0 0 0
33 Papua Barat 0 0 0 0
Sumber: Kemenpora

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 53


Perolehan Medali Cabang Eksibisi dalam Pekan Olah Raga Pelajar Nasional
Tabel 7.4:
ke-10 menurut Provinsi, Tahun 2009

No Provinsi: Emas Perak Perunggu


(1) (2) (3) (4) (5)
1 DI. Yogyakarta 9 0 3
2 Jawa Barat 4 3 4
3 DKI Jakarta 1 3 1
4 Sulawesi Selatan 0 4 2
5 Banten 0 2 0
6 Kalimantan Timur 1 0 0
7 Riau 0 1 2
8 Jawa Tengah 0 1 2
9 Sumatera Barat 0 1 1
10 Jawa Timur 0 0 3
11 Jambi 0 0 2
12 Nusa Tenggara Timur 0 0 1
13 Kalimantan Selatan 0 0 1
14 Kalimantan Barat 0 0 1
15 Sulawesi Tenggara 0 0 1
16 Sulawesi Tengah
17 Sulawesi Utara
18 Sulawesi Barat
19 Bangka Belitung
20 Nusa Tenggara Barat
21 Lampung
22 Bali
23 Sumatera Selatan
24 Papua
25 Kepulauan Riau
26 Papua Barat
27 Kalimantan Tengah
28 Maluku Utara
29 Gorontalo
30 Maluku
31 Sumatera Utara
32 Nanggroe Aceh D.
33 Bengkulu
Sumber: Kemenpora

54 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Berdasarkan perolehan medali yang disajikan pada Tabel 7.3, tampak
bahwa sebagian besar provinsi di Jawa mendominasi perolehan medali,
baik emas, perak maupun perunggu. Provinsi Jawa Timur menduduki
urutan pertama dengan jumlah perolehan medali emas sebanyak 45
buah, perak 27 buah, dan perunggu 48 buah dengan poin 354. Urutan
kedua sampai kelima diduduki oleh DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan Riau. Sementara Provinsi Sulawesi Barat, dan Papua Barat
tidak memperoleh medali.

7.4 Prestasi Pemuda di Bidang Sains

Tim Indonesia telah mampu menunjukkan prestasi yang patut


dibanggakan, karena telah berhasil mengukir prestasi di arena
kompetensi kejuaraan tingkat dunia di bidang sains. Bidang sains yang
dikompetisikan adalah Matematika, Fisika, Biologi, dan Komputer.
Bidang Matematika, Fisika, dan Biologi ini dianggap sebagai ilmu-ilmu
dasar sains. Tingkat penguasaan ilmu-ilmu dasar suatu bangsa
dianggap merupakan salah satu modal utama bagi suatu bangsa dalam
mengikuti ajang kompetensi serta menjadi salah satu indikator seberapa
jauh kiat suatu bangsa dalam keseriusannya mempelajari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dunia pendidikan dasar dan menengah di tanah air selama tahun 2009
kembali menorehkan prestasi dengan mempertahankan tradisi
memboyong belasan medali dari keberhasilan siswa/siswi SD hingga
SMA di berbagai ajang kompetisi dan olimpiade internasional bidang
matematika dan sains. Para pelajar Indonesia kembali unjuk gigi dalam
ajang kompetisi internasional. Setelah tahun 2008 lalu hanya
mendapatkan dua medali, tahun ini prestasi pelajar Indonesia
mengalami peningkatan dengan meraih empat medali yakni, satu medali
emas dan tiga medali perak pada ajang International Young Inventor
Project Olympiad (IYIPO) ke-3 di Tbilisi, Georgia, 14-16 Mei. Adapun,
untuk satu medali emas dipersembahkan Ridho Assidicky (Sragen
Boarding Bilingual School) untuk kategori biologi, dan tiga medali perak

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 55


dipersembahkan oleh Putut dan Huda (keduanya dari SMA Semesta
Semarang) untuk kategori biologi, Muhammad Royan (Sragen Boarding
Bilingual School) dan Rahmat Hidayah (SMA Pribadi Depok School)
untuk kategori matematika, dan Muhammad Masruh Baldawi (SMP
Negeri 2 Watumalang, Wonosobo) untuk kategori fisika. Yang lebih
mengejutkan, tambah Ahmad, proyek biologi Ridho Assidicky yang
mengangkat tema Potential Ornamental Plants as Noise Reducing
Factors atau ’Potensi Tanaman Ornamental Sebagai Peredam
Kebisingan’, berhasil mengalahkan proyek-proyek para peserta dari
negara maju lainnya untuk kategori biologi pada ajang tahunan yang
diikuti 50 proyek dari 21 negara tersebut.

Sedangkan pada kejuaraan International Enviroment Project Olympiad


(INEPO) mewakili nama Indonesia, dua siswa SMA Pribadi Bandung,
Arief Akbar Muhamad (16) dan Arman Deskiharto (17) berhasil meraih
medali perunggu/juara ketiga di bidang kimia pada International
Enviroment Project Olympiad (Inepo) Euroasia 2009 di Baku, Azerbaijan.
Kedua siswa yang tergabung dalam satu tim itu mengusung makalah
dan hasil penelitian potensi biji bengkuang yang dijadikan insektisida
segara. Ditambahkan Arief, keduanya berhasil menemukan formula yang
benar-benar alami untuk membasmi hama ulat kroup atau ulat kubis.

Indonesia juga menunjukkan kebolehannya di kejuaraan Dreamline


Design Competition dengan meraih medali perak. Lomba karya ilmiah
yang diadakan 11-13 April 2009 di Ankara, Turki. “Tongkat tersebut
diciptakan oleh dua siswa kelas dua SMA Semesta Yossy Amiko
Subagia dan R. Aqsa Aditya Gunadarma,” kata Kepala Sekolah SMP-
SMA Semesta, Moh. Haris, di Semarang, Senin (20/4).’The dream stick’
merupakan sebuah tongkat yang dibuat khusus bagi penderita tunanetra
dalam menentukan arah jalan mereka, tongkat ini telah dilengkapi
dengan komponen-komponen berupa sebuah sensor gelombang yang
terdapat pada ujung tongkat dan akan memancarkan sinyal berupa
getaran kepada penderita tunanetra jika di depannya ada sesuatu yang
menghalangi. Dalam jarak setengah meter, penderita tunanetra yang

56 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


menggunakan tongkat tersebut akan menyadari ada tidaknya sesuatu
yang menghalangi tanpa menyentuhnya. Dan yang lebih hebatnya lagi,
lanjut dia, sebagian besar komponen tongkat ini terbuat dari barang
bekas, kecuali pada bagian sensor.

Sedangkan di kejuaraan International Conference of Young Scientists


(ICYS), 7 emas diperoleh pelajar Indonesia. Di ajang lomba penelitian
dan presentasi tingkat dunia atau International Conference of Young
Scientists (ICYS) 2009 di Polandia 24-28 April, pelajar Indonesia
mengharumkan nama Indonesia dengan meraih enam emas, satu perak,
dan tiga perunggu.Perolehan dua medali emas didapat dari bidang fisika
oleh Guinandra Lutfan Jatikusumo (SMA Taruna Nusantara) dengan
penelitian berjudul “Menghilangkan Asap dan Debu dari Tank Perang”,
serta Idelia Chandra (SMA St Laurensia) yang meneliti perbedaan suara
secara fisika dalam Gamelan Bali. Medali emas lainnya dari bidang
dipersembahkan Nugra Akbari (SMA Global Mandiri) dengan yang
mempresentasikan penelitian soal batik yang dapat didesain lewat
fractal. Selanjutnya, tiga medali emas didapat dari bidang ekologi
dipersembahkan J Karli (SMA Cita Hati) yang mempresentasikan soal
durian yang ternyata ega membunuh nyamuk, Gabriella Alicia Kosasih
(SMA St Laurensia) soal bakteri ega memutus rantai molekul oli
sehingga mudah dihancurkan tanah, dan Fernanda Novelia (SMA Petra
3) soal cara mengontrol hama dengan cara efektif. Di tempat terpisah,
empat pelajar Indonesia yakni Dede Chyntia, Evelyn Wibowo, Reza Dwi
Aji, dan Luthfi Rais yang ikut dalam Olimpiade Energi Teknik dan
Lingkungan di di Houston, Amerika Serikat, pada 15-20 April lalu juga
mempersembahkan medali emas dan perak. Peserta berasal dari 60
negara ditambah 40 peserta dari negara bagian AS. Dalam
presentasinya di bidang lingkungan, Dede dan Evelyn meneliti
penggunaan debu terbang hasil pembakaran batu bara untuk
mengurangi keasaman pada air hujan serta mengurangi polusi udara.
Atas penelitian ini, Dede dan Evelyn mendapat medali emas. Adapun
Reza dan Luthfi meneliti bidang energi dengan tema memaksimalkan

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 57


energi matahari untuk penggunaan manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Keduanya meraih medali perak.

Pelajar SMP Indonesia yang bertanding di International Junior Science


Olympiad (IJSO) yang berakhir pada Selasa (16/12) di Changwon, Korea
Selatan, berhasil menyabet prestasi prestisius sebagai juara pertama
dalam tes eksperimen. Predikat tes eksperimen terbaik itu mendongkrak
perolehan medali yang diraih tim Indonesia. Keenam siswa SMP yang
mewakili Indonesia mampu menyumbangkan empat medali emas, empat
medali perak, dan satu medali perunggu. IJSO ke-5 itu diikuti 257 siswa
dari 48 negara peserta dan lima negara sebagai pengamat. Kompetisi
sains bagi anak berumur 15 tahun ke bawah itu meliputi biologi, fisika,
dan kimia yang berlangsung dalam tiga tahap yaitu tes kompetisi, teori,
dan eksperimen. Kompetisi tahun ini dinilai lebih berat dari sebelumnya
karena peserta melonjak 30 persen. Pelajar Indonesia yang mewakili
meraih medali emas adalah Andhika Tangguh Pradhana (SMP Al Azhar
III Bintaro Jakarta), medali perak disumbangkan oleh Fuad Ikhwanda
(SMPN I Padang Panjang, Sumatera Barat), Erwin Wibowo (SMP
Susteran Purwokerto, Jawa Tengah), Jessica Handojo (SMP Santa
Ursula DKI Jakarta) dan Florencia Irena (SMP Santa Ursula DKI
Jakarta), serta medali perunggu diraih Abidah Rahmah (SMP Islam Nurul
Fikri Banten). Salah satu kelompok eksperimen Indonesia yang berhasil
meraih predikat tes eksperimen terbaik menambah tiga medali emas.

Pada kesempatan yang berbeda putra-putri Indonesia kembali


mengharumkan nama bangsa dalam Kejuaraan Olimpiade Fisika
Internasional (IPHO). Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) berhasil
mempertahankan medali emas dalam kejuaraan International Physics
Olympiad (IPHO) ke-40 di Merida Yucatan Mexico pada 12-19 Juli 2009.
Kelima siswa Indonesia yang meraih medali, yaitu Fernaldo Richtia
Winnerdy dari SMAK BPK Penabur, Gading Serpon, Banten meraih
emas dengan nilai 38,40. Winson Tanputraman dari SMAK 1 BPK
Penabur, Jakarta, meraih perak dengan nilai 32,6. Selanjutnya, Dzuhri
Radityo Utomo dari SMAN 1 Yogyakarta, meraih perak dengan nikai

58 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


30,00. Andri Pradana dari SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta, meraih medali
perak dengan nilai 25,45 dan Paul Zakaria Fajar Hanakata dari SMAN 1
Denpasar, Bali, meraih perunggu dengan nilai 21,75.

Pada Olimpiade Kimia Internasional atau International Chemistry


Olympiad (IchO) ke-41 bulan Juli 2009 di Cambridge, Inggris, tim
nasional olimpiade Indonesia meraih satu perak dan tiga perunggu.
Olimpiade Kimia Internasional tahun 2009 yang diikuti oleh 262 pelajar
dari 66 negara. Medali perak dipersembahkan Ivana Polim, siswa SMA
Sutomo 1, Medan. Dua medali perunggu lainnya dipersembahkan Dimas
Ramadhan Abdilla, siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang dan
Adhitya Mangalaputra, siswa SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta. Prestasi ini
menurun dibandingkan pada 12-21 Juli 2008 di Budapest, Hungaria
berhasil memboyong satu medali emas, satu perak dan satu perunggu.
Peroleham medali ini melebihi target yang ditetapkan yakni dua perak
dan dua perunggu, dan sekaligus persembahan medali emas sejak
keikutsertaan Indonesia pada tahun 1997.

Berikut ini bukti terbaru potensi menonjol putra putri Indonesia. Tim
Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) 2009 yang terdiri dari Angelina
Veni Johanna (SMA 1 BPK Penabur, Jakarta), Reinardus Surya
Pradhitya (SMA Kanisius, Jakarta), Risan (SMAN 1 Tangerang), dan
Christanto Handojo (SMA Kanisius, Jakarta), berhasil memenangkan
dua medali perak dan satu medali perunggu dari ajang International
Olympiad in Informatics (IOI) 2009 di Plovdiv, Bulgaria. Medali perak
pertama diraih Angelina dengan skor 506, dan medali perak kedua atas
nama Reinardus dengan skor 502. Sementara medali perunggu
diperoleh atas nama Risan dengan skor 445. Prestasi tahun 2009
menurun di bandingkan tahun lalu yang berhasil meraih emas dan tiga
perunggu. Namun ada catatan baru yang telah ditorehkan dan layak
untuk dibanggakan, yaitu untuk pertama kalinya peserta putri Indonesia
mendapatkan medali. Itu pun langsung medali perak dengan skor terbaik
di antara semua peserta Indonesia.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 59


Pelajar SD dan SMP Indonesia berhasil meraih peringkat kedua dalam
ajang Olimpiade Matematika Junior Tingkat Dunia atau International
World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) yang
berlangsung di Durban, Afrika Selatan pada 5-10 Juli 2009. Indonesia
yang mengirimkan 12 pelajar SD dan SMP membawa pulang 13 medali
perunggu, 1 medali perak, dan 3 merit award atau penghargaan untuk
penampilan terbaik. Meskipun hanya mendapatkan medali perunggu dan
perak, prestasi para siswa itu perlu mendapatkan apresiasi. Sebab,
pesaing yang mereka hadapi rata-rata berusia di atas 16 tahun. Padahal
siswa Indonesia masih berusia SD dan kelas 1 SMP. Peraihan medali
oleh Tim Matematika Indonesia itu terdiri dari 8 medali perunggu
diperoleh melalui individual contest, 1 medali perak untuk team contest,
2 medali perunggu untuk team contest, dan 3 medali perunggu untuk
group award. Lomba tersebut diikuti pelajar dari 35 negara.

Selain itu pada Tahun 2009 Provinsi DKI Jakarta kembali membuktikan
keunggulannya pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) VIII dengan
menjadi juara umum. Tahun sebelumnya, siswa-siswi dari provinsi ini
juga menjadi juara umum pada OSN VII di Makassar. Dalam OSN kali
ini, DKI Jakarta mengumpulkan 22 medali emas, 36 perak, dan 26
perunggu. Peringkat kedua diraih oleh siswa dari Jawa Tengah dengan
12 medali emas, 24 perak, dan 37 perunggu, sedangkan DI Yogyakarta
menempati peringkat ketiga dengan memperoleh 8 medali emas, 6
perak, dan 16 perunggu. OSN yang berlangsung sejak Senin (3/8) lalu,
Sabtu (8/8) pagi ditutup oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas), Suyanto, di Hall C2, Jakarta Internasional Expo,
Kemayoran, Jakarta. OSN tahun ini diikuti 1.447 siswa dari berbagai
provinsi di Indonesia, terdiri atas 198 siswa SD/MI, 297 siswa SMP/MTs,
dan 866 siswa SMA/MA. Bidang yang dilombakan meliputi matematika
dan IPA untuk tingkat SD/MI; matematika, fisika, dan biologi untuk
tingkat SMP/MTs; dan matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi,
komputer, ekonomi, dan kebumian untuk tingkat SMA/MA.

60 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Tabel 7.5: Siswa Terbaik OSN 2009 Tingkat SMA
Nama Sekolah Keterangan
(2) (3) (4)
Bidang Matematika
Johan Gunardi SMAK 5 BPK Penabur, Jakarta Teori Terbaik
Bidang Fisika
Raditya Weda B. SMAN 1 Yogyakarta Teori Terbaik
Kevin Soedyatmiko SMAN 12 Jakarta Praktik Terbaik
Bidang Kimia
Manoel Y Manuputty SMAK Penabur Gading Serpong, Banten Praktik Terbaik
Bidang Informatika/Komputer (Tidak Ada Pemenang)
Bidang Biologi
Danang Crysnanto SMAN 1 Wonogiri, Jateng Teori Terbaik
dan Absolute
Winner
Irfan Haris SMAN 1 Pringsewu, Lampung Teori dan Praktik
Terbaik
Bidang Astronomi
Adicitra Sima SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta Teori Terbaik
dan Absolute
Winner
Septian Gilang P. SMAN 1 Yogyakarta Praktik Terbaik
Bidang Kebumian
Sarah Sausan SMAN 3 Malang Teori Terbaik
dan Absolute
Winner
Fajar Februani A. SMAN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah Praktik terbaik

7.5 Penghargaan Terhadap Atlet Berprestasi

Penghargaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan motivasi atlet


untuk berprestasi. Bentuk penghargaan yang diberikan kepada para
atlet yang berprestasi biasanya berupa sertifikat, tropy, pendidikan,
pekerjaan, uang, dan banyak lagi yang berupa materil.

Dalam rangka menghargai para olahragawan yang telah berprestasi


karena berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional,
pemerintah telah memberi hadiah rumah seharga Rp. 100.000.000,-.
Penyerahan hadiah rumah dilakukan secara bertahap, pada tahun 2007
diserahkan sebanyak 101 unit dengan waktu penyerahan Tanggal 7 Juni

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 61


2007 sebanyak 44 unit, 30 Agustus 2007 sebanyak 24 unit, dan 31
Oktober sebanyak 33 unit. Pada tahun 2008 diserahkan lagi rumah
sebanyak 90 unit dengan waktu penyerahan tanggal 6 Juni 2008 dan 25
September 2008 masing-masing sebanyak 45 unit. Data rinci jumlah
hadiah rumah per cabang olahraga serta tahun penyerahan disajikan
pada Tabel 7.6
Jumlah Rumah yang Diberikan Sebagai Hadiah kepada
Tabel 7.6:
Olahragawan Berprestasi, Tahun 2007-2008

No. Cabang Olah Raga 2007 2008


(1) (2) (3) (4)
1 Aerobic Gymnastic 1
2 Anggar 4 1
3 Angkat Berat 1 4
4 Angkat Besi 8 7
5 Atletik 9 10
6 Balap Sepeda 7 6
7 Bilyar 1 1
8 Binaraga 3
9 Bola Voli 3
10 Bowling 2
11 BPOC 6
12 Bulu Tangkis 5 4
13 Dayung 6 8
14 Gulat 4 6
15 Judo 6 5
16 Karate 6 5
17 Kempo 5
18 Loncat Indah 1
19 Menembak 1
20 Panahan 2 1
21 Pencak Silat 8 6
22 Renang 2
23 Senam 1 2
24 Sepak Bola 2
25 Soft Ball 1
26 Tae Kwon Do 5 6
27 Tenis Meja 4
28 Tinju 9 5
29 Wushu 1
Jumlah 101 90
Sumber: Kemenpora, 2009

62 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 63
Permasalahan dan Kriminalitas Pemuda 8
Upaya mempersiapkan, membangun dan memberdayakan pemuda agar
mampu berperan serta sebagai pelaku aktif pembangunan bangsa
ternyata bukan persoalan sederhana. Upaya ini masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan dan tantangan. Ironinya, berbagai permasalahan
sosial yang muncul tersebut ternyata melibatkan atau dilakukan pemuda.

Problematika dan permasalahan kekinian pemuda yang kerap kali


muncul di kalangan pemuda seperti tawuran dan kriminalitas,
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza),
minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penyakit menular,
penyaluran aspirasi dan partisipasi, serta apresiasi terhadap kalangan
pemuda. Apabila permasalahan ini tidak memperoleh perhatian atau
penanganan bijaksana, maka akan memiliki dampak yang luas dan
mengganggu kesinambungan, kestabilan dalam pembangunan nasional,
bahkan mungkin akan mengancam integras bangsa.

Permasalahan lain adalah ketahanan budaya dan kepribadian nasional


di kalangan pemuda yang semakin luntur, yang disebabkan cepatnya
perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, akibat dari derasnya
arus informasi global yang berdampak pada penetrasi budaya asing. Hal
ini mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku pemuda Indonesia.
Persoalan tersebut dapat dilihat kurang berkembangnya kemandirian,
kreativitas, serta produktivitas di kalangan pemuda sehingga pemuda
kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan karakter
bangsa.

Permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah era globalisasi yang


terjadi di berbagai aspek kehidupan sangat mempengaruhi daya saing
pemuda sehingga pemuda baik langsung maupun tidak langsung
dituntut untuk mempunyai keterampilan baik bersifat keterampilan praktis

64 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


maupun keterampilan yang menggunakan teknologi tinggi untuk mampu
bersaing dalam menciptakan lapangan kerja/mengembangkan jenis
pekerjaan yang sedang dijalaninya. Berbagai permasalahan tersebut
dihadapkan pada tantangan pembangunan yang masih kompleks.
Setidaknya, tantangan pembangunan bidang pemuda dalam kurun
waktu ke depan adalah munculnya gerakan demokrasi dan era
globalisasi yang akan memunculkan persoalan baru di bidang
kepemudaan. Hal ini akan memberikan dampak pada persoalan identitas
dan integritas bangsa di kalangan pemuda juga akan mengancam
kesatuan dan persatuan bangsa. Tantangan lain adalah belum
terumuskannya kebijakan pembangunan bidang pemuda secara serasi,
menyeluruh, terintegrasi dan terkoordinasi antara kebijakan di tingkat
nasional dengan kebijakan di tingkat daerah. Problematika pemuda
sungguh kompleks, dari yang bersifat sosial seperti krisis mental, krisis
eksistensi dan dekadensi moral sampai permasalahan kriminalitas,
ekonomi seperti pengangguran dan kemiskinan.

Kriminalitas akan senantiasa ada sepanjang kehidupan manusia baik


pada negara berkembang maupun negara maju. Menurut Broom,
Leonard (1981) menyebutkan bahwa kriminal merupakan prilaku
menyimpang, namun demikian tidak semua prilaku menyimpang masuk
ke dalam tindak kriminal. Perkembangan empiris mengarahkan
kecenderungan adanya ancaman pada posisi strategis pemuda. Karena
hal tersebut, pemuda perlu mendapat perlindungan dan pengarahan.
Perlindungan legalitas, telah diketahui bersama bahwa saat ini
Kemenegpora telah mempunyai Undang-undang Kepemudaan. Menurut
Sakhyan Asmara, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian
Pemuda dan Olahraga, substansi Undang-undang Kepemudaan tidak
mengatur pemuda secara fisik, melainkan mengatur tentang fungsi yang
dititikberatkan kepada perlindungan, pemberdayaan, dan
pengembangan pemuda. Tujuannya ialah agar para pemuda dan
organisasi/lembaga kepemudaan dapat berdaya, berkembang serta
berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 65


Pemuda memegang peran penting sebagai pelaku perubahan sosial
yang konstruktif. Di lain pihak perubahan sosial yang destruktif juga
masuk melalui pemuda. Misalnya, idealisme positif pemuda terancam
dengan pola hidup hedonisme yang menghantui kehidupan mereka.
Pola hidup ini telah mengubah sebagian pemuda dari idealismenya
kepada kehidupan serba instan. Penyakit pemuda yang merusak antara
lain pelanggaran di dalam berlalulintas, pelaku kecelakaan lalu lintas dan
pelaku yang terlibat tindak pidana.

Bab ini juga menyoroti pemuda sebagai salah satu kelompok penduduk
yang mempunyai potensi besar untuk melakukan pelanggaran
berlalulintas maupun pelaku kecelakaan lalu lintas, kenakalan remaja
dan anak sebagai pelaku tindak kejahatan tindak pidana. Pembahasan
di bab ini bersumber dari Laporan dari Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia (Mabes Polri). Data Mabes Polri merupakan data
registrasi hasil pelaporan, yaitu data tahun 2007 dan 2008. Data laporan
Mabes Polri ini merupakan data yang dikumpulkan menyeluruh dari
seluruh wilayah Indonesia melalui Kepolisian Daerah (Polda) beserta
jajarannya dan memiliki kesinambungan series yang terjaga. Data yang
disajikan berupa data antar Polda (provinsi) dan perkembangan antara
Tahun 2007-2008.

Data Mabes Polri merupakan data yang berasal dari laporan,


pengaduan, tertangkap tangan, dan diketahui langsung oleh Polisi. Data
tersebut merekam laporan tindak kriminal dengan fokus pelaku
(pelanggar). Data laporan ini tidak terlepas dari permasalahan sifat data
registrasi pada umumnya. Salah satu permasalahan pengumpulan data
kriminal adalah adanya tindak kriminal yang tidak dilaporkan atau tidak
terdeteksi, atau yang disebabkan adanya variasi terhadap definisi
pelanggaran kriminal yang selama ini dipahami di masyarakat umum.
Karena hal tersebut, menyebabkan data kriminal hasil laporan
(biasanya) lebih rendah dari kenyataan. Permasalahan dan kriminalitas
pemuda dipandang perlu disajikan dalam laporan ini karena diharapkan
dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk membuat

66 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


perencanaan pembangunan kepemudaan. Oleh karena itu untuk
membuat perencaan yang lebih terarah dalam menyusun kebijakan ke
depan dalam upaya memelihara dan meningkatkan peran serta pemuda
sebagai tulang punggung negara.

8.1 Pemuda sebagai Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas

Tingkat gangguan kamtibnas pelaku kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas)


berdasarkan laporan dari Mabes Polri tahun 2008 memperlihatkan
tingkat yang cukup memprihatinkan, yaitu pelaku Laka Lantas profesi
mahasiswa/pelajar menduduki peringkat ke dua dengan jumlah pelaku
sebesar 12.298 kejadian di bawah urutan profesi lain-lain sebesar
37.764 kejadian. Kemudian diikuti profesi pengemudi, PNS, dan
TNI/Polri di peringkat ketiga, keempat dan kelima dengan jumlah pelaku
masing-masing sebesar 9.076 kejadian, 4.749 kejadian dan 908 kejadian
(Gambar 8.1).

Gambar 8.1. Persentase Profesi Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas,


Tahun 2008

1.30%
13.97%

13.00%

54.11%

17.62%

TNI/Polri PNS Pengemudi Mhsw/pelajar Lain-Lain

Sumber: Polri
Pelaku Laka Lantas profesi mahasiswa/pelajar tertinggi tercatat di
Provinsi Jawa Timur sebesar 3.049 diikuti Provinsi Jawa Tengah dan
DKI Jakarta masing-masing sebesar 2.648 dan 1.636 kejadian.
Sementara itu, provinsi dengan pelaku Laka Lantas profesi mahasiswa

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 67


Profesi Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Provinsi,
Tabel 8.1:
Tahun 2008

TNI- Mhsw/
Provinsi PNS Pengemudi Lain-lain
Polri Pelajar
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nanggroe Aceh D. 17 119 310 110 14
Sumatera Utara 102 105 514 500 2113
Sumatera Barat 12 113 502 331 1154
Riau - 679 180 492 1445
Jambi - - - - -
Sumatera Selatan - - - - -
Bengkulu - - - - -
Lampung 15 41 125 111 1109
Kep. Bangka Belitung - 37 124 54 42
Kep. Riau - 5 48 6 67
DKI Jakarta - - 195 1636 3736
Jawa Barat 47 86 463 360 1400
Jawa Tengah 170 693 2466 2648 4722
DI Yogyakarta 69 1384 112 1040 684
Jawa Timur 249 830 1485 3049 7348
Banten 3 30 386 261 1564
Bali 19 48 144 206 1064
Nusa Tenggara Barat 13 43 95 112 473
Nusa Tenggara Timur 4 36 369 235 294
Kalimantan Barat 31 33 46 144 511
Kalimantan Tengah 9 142 247 225 295
Kalimantan Selatan - 94 116 179 60
Kalimantan Timur 7 19 24 118 295
Sulawesi Utara 16 22 141 51 244
Sulawesi Tengah 70 - - - -
Sulawesi Selatan - 63 517 186 1138
Sulawesi Tenggara 10 29 191 66 366
Gorontalo 19 45 70 81 298
Maluku 12 28 110 52 209
Maluku Utara - - - - -
Papua 14 13 38 31 83
Total 908 4749 9076 12298 30764
Sumber: Laporan Mabes Polri, 2008

68 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


pelajar terendah pada tahun 2008 tercatat di Provinsi Kepulauan Riau
dengan 6 kejadian (Tabel 8.1). Jumlah Laka Lantas pada tahun 2008
sebesar 55.040 kejadian, mengalami kenaikan sebesar 3,18 persen
dari tahun 2007 yang sebesar 53.343 kejadian. Meningkatnya jumlah
kecelakaan lalu lintas pada tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun
2007 dimungkinkan disebabkan hal-hal sebagai berikut:

1. Masih rendahnya tingkat kesadaran hukum dan kesabaran


pemakai/pengguna jalan yang cenderung ngebut di jalan raya yang
mengabaikan faktor keamanan baik kendaraan yang dikemudikan
maupun pengguna jalan raya lainnya terutama dilakangan
mahasiswa/pelajar.

2. Kurang memadainya sarana dan prasarana serta kondisi jalan raya


denga pesatnya laju pertumbuhan/populasi kendaraan bermotor
setiap tahun.

3. Kurang ketatnya pengawasan/pemberian Surat Ijin Mengemudi


(SIM), sehingga masyarakat (mahasiswa/pelajar) dengan mudah
mendapatkan SIM.

4. Kecelakaan lalu lintas menunjukkan kondisi lalu lintas yang masih


kurang tertib, sehingga dibutuhkan manajemen lalu lintas yang
mampu menghadapi populasi pertambahan penduduk, kendaraan
dan pemukiman serta upaya penegakan hukum di bidang lalu lintas.

8.2 Pemuda sebagai Pelanggar Lalu Lintas

Tingkat gangguan kamtibnas pelanggaran lantas berdasarkan laporan


dari Mabes Polri tahun 2008 juga memperlihatkan tingkat yang cukup
memprihatinkan, di mana pelanggaran lantas profesi mahasiswa/pelajar
menduduki peringkat ke tiga dengan jumlah pelanggar sebesar 557.507
kejadian di bawah urutan profesi Lain-lain dan pengemudi sebesar
2.260.193 dan 621.394 kejadian. Kemudian diikuti profesi PNS, dan
TNI/Polri di peringkat ke tiga, ke empat dan ke lima dengan jumlah
pelanggar masing-masing sebesar 149.560 kejadian dan 7.316 kejadian.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 69


(Gambar 8.2).

Gam bar 8.2. Persentase Profesi Pelanggar Lalu Lintas,


2008

0.20%

4.16%
17.28%

62.86%

15.50%

TNI/Polri PNS Pengem udi Mhsw /pelajar Lain-Lain

Pelaku pelanggaran lantas profesi mahasiswa/pelajar tertinggi tercatat di


Provinsi Jawa Timur sebesar 118.991 diikuti Provinsi Jawa Tengah dan
DKI Jakarta masing-masing sebesar 116.532 dan 50.653 kejadian.
Sementara itu, provinsi dengan pelanggaran lantas profesi
mahasiswa/pelajar terendah pada tahun 2008 tercatat di Provinsi Maluku
Utara dengan 961 kejadian (Tabel 8.2). Jumlah pelanggaran lantas
pada tahun 2008 sebesar 3.595.970 kejadian, mengalami penurunan
sebesar 15,13 persen dari tahun 2007 yang sebesar 4.237.255 kejadian.
Menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas pada tahun 2008 bila
dibandingkan dengan tahun 2007 dimungkinkan disebabkan hal-hal
sebagai berikut:

a. Meningkatnya kegiatan sosialisasi bidang lalu lintas dan aktifnya


kegiatan penegakan hukum di lapangan.

b. Meningkatnya profesionalisme dalam penegakan hukum personil Polri


dalam melaksanakan tugas di lapangan/jalan raya.

70 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Tabel 8.2: Profesi Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas Menurut Provinsi, Tahun 2008

TNI- Mhsw/
Provinsi PNS Pengemudi Lain-lain
Polri Pelajar

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Nanggroe Aceh D. 1.364 4.727 17.298 17.531 9.879
Sumatera Utara 858 7.474 32.843 38.441 156.541
Sumatera Barat 22 5.553 12.822 16.286 48.936
Riau 7 4.101 6.200 6.593 58.612
Jambi - - - - -
Sumatera Selatan - - - - -
Bengkulu - - - - -
Lampung - 2.923 9.590 5.348 77.943
Kep. Bangka Belitung - 544 11.065 3.778 2.405
Kep. Riau 1 579 622 1.186 11.642
DKI Jakarta - 6.204 150.526 50.653 281.162
Jawa Barat 42 7.561 47.899 41.219 156.316
Jawa Tengah 317 36.487 159.822 116.532 116.532
Di Yogyakarta - 7.357 615 6.361 48.986
Jawa Timur 4.061 27.392 61.246 118.991 467.806
Banten 1 3.598 7.942 5.754 35.260
Bali - 5.566 10.439 17.956 41.352
Nusa Tenggara Barat 251 3.889 3.782 15.906 27.297
Nusa Tenggara Timur - 5.566 10.439 17.956 41.352
Kalimantan Barat 16 602 265 4.972 21.434
Kalimantan Tengah 6 1.392 4.361 13.974 26.448
Kalimantan Selatan - 8.204 13.071 38.998 8.654
Kalimantan Timur 70 2.041 3.921 9.154 41.052
Sulawesi Utara 232 2.735 18.285 4.730 20.641
Sulawesi Tengah - 1.984 6.175 2.903 11.691
Sulawesi Selatan - 233 24.645 2.086 33.144
Sulawesi Tenggara 9 1.129 2.677 3.007 8.767
Gorontalo 37 1.230 3.526 4.517 12.052
Maluku 20 1.047 1.307 1.507 2.380
Maluku Utara - 567 1.032 961 2.581
Papua 2 742 1.617 2.067 12.642
Total 7.316 149.560 621.394 557.507 2.260.193
Sumber: Laporan Mabes Polri, 2008

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 71


8.3 Kenakalan Remaja

Polri telah mengelompokkan tujuh belas jenis gangguan Kamtibnas


sebagai Peristiwa Penting Gangguan Kamtibnas (PPGK) Khusus. Ke
tujuh belas jenis gangguan yang dimaksud adalah sara, pemogokan,
unjuk rasa, Curanmor roda 2, Curanmor roda 4, pencurian kawat
telepon, pencurian kayu, pencurian dengan senpi, pencurian dengan
senjata tajam, pembajakan, kenakalan remaja, perkelahian TNI/Polri,
perkara koneksitas, Laka Lantas korban mati, laka kereta api korban
mati, laka laut korban mati, dan laka udara korban mati dengan jumlah
kejadian yang terjadi pada tahun 2008 sebanyak 53.071 kejadian
(Gambar 8.3).

Persentase Peristiwa Penting Gangguan Kamtibmas


Tabel 8.3:
(PPGK) Khusus, Tahun 2008

Peristiwa Persentase
(1) (2)
Curanmor Roda 2 59.63
Laka Lantas Korban Mati 13.05
Unjuk Rasa 9.70
Curanmor Roda 4 5.95
Pencurian Kayu 5.65
Pencurian dengan Senjata Tajam 2.21
Pencurian Kawat Telepon 1.33
Laka Kereta Korban Mati 1.20
Pencurian dengan Senpi 0.65
Pembajakan 0.28
Pemogokan 0.15
Laka Laut Korban Mati 0.09
Kenakalan Remaja 0.06
Laka Udara Korban Mati 0.04
Perkelahian TNI/Polri 0.01
Sara 0.00
Perkara Koneksitas 0.00
Sumber: Laporan Mabes Polri, 2008

Kenakalan remaja tertinggi tercatat di Provinsi Jawa Barat sebesar 10


kejadian diikuti Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara masing-
masing sebesar 9 dan 4 kejadian. Sementara itu, provinsi dengan

72 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


kenakalan remaja terendah pada tahun 2008 tercatat di Provinsi DKI
Jakarta dengan 2 kejadian. Jumlah kenakalan remaja pada tahun 2008
sebesar 31 kejadian yaitu: DKI Jakarta, 2 kejadian; Jawa Barat, 10
kejadian; Jawa Tengah, 3 kejadian; Jawa Timur, 3 kejadian; Sulawesi
Utara, 9 kejadian dan Sulawesi Tenggara, 4 kejadian.

8.4 Pelaku Kriminalitas Anak dan Remaja

Selama tahun 2008, jumlah tindak kriminalitas yang dilaporkan sebanyak


346.921 kejadian. Dari sejumlah kasus yang dilaporkan, tercatat 197.423
jumlah pelaku laki-laki maupun perempuan. Gambaran pelaku
kriminalitas tahun 2008 ditandai kekhawatiran dengan meningkatnya
jumlah pelaku tindak kriminalitas yang masih berusia anak-anak dan
remaja. Terungkap pada tahun 2008 berdasarkan laporan Polri secara
keseluruhan, jumlah anak-anak dan remaja pelaku tindak kriminalitas
sebanyak 3.280 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.797 orang
dan perempuan sebanyak 483 orang, meningkat sebesar 4,3 persen
dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 3.145 orang (Tabel 8.4).

Tabel 8.4: Komposisi Orang yang Terlibat Perkara Pidana, Tahun 2008

Keterangan Jumlah Persentase


(1) (2) (3)
Jenis Kelamin 197423 100.00
- Laki-laki 192131 97.32
- Perempuan 5292 2.68
Klasifikasi Umur
Dewasa 194143 100.00
- Laki-laki 189334 97.52
- Perempuan 4809 2.48
Anak 3280 100.00
- Laki-laki 2797 85.27
- Perempuan 483 14.73
Kewarganegaraan 197423 100.00
- WNI 196906 99.74
- WNA 517 0.26
Sumber: Laporan Mabes Polri, 2008

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 73


Meningkatnya jumlah tindak kriminalitas maupun pelaku tindak
kriminalitas merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Kondisi
ini secara langsung maupun tidak langsung pada gilirannya akan
mempengaruhi laju roda pembangunan dalam rangka mewujudkan
kondisi masyarakat yang sejahtera. Namun demikian, hal lain yang lebih
memprihatinkan adalah adanya keterlibatan anak-anak dan remaja
sebagai pelaku tindak kriminalitas. Anak-anak dan remaja adalah calon
pemimpin bangsa yang akan melaksanakan tugas pembangunan pada
masa mendatang. Sejalan dengan perannya sebagai aset bangsa dan
negara, upaya untuk mencegah keterlibatan anak-anak dan remaja
dalam dunia kriminalitas merupakan langkah strategis yang perlu
didukung oleh semua pihak, terutama pemerintah.

74 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 75
Pemuda dan Pengentasan Kemiskinan 9
Pemuda selalu memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa di
setiap masa. Mereka adalah tulang punggung dari perubahan. Peran
penting yang mereka jalankan juga dihadapkan kepada berbagai
permasalahan. Permasalahan krusial bagi bangsa ini yang turut
menimpa pemuda Indonesia adalah masalah kemiskinan.
Ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya,
akan menjadi faktor penghambat terbesar dalam menjalankan
pembangunan di negeri ini.

Dalam lingkup kemiskinan, pemuda dapat menjadi subjek maupun objek.


Menjadi subjek karena dengan usia yang produktif mereka dapat
berperan dalam penanggulangan kemiskinan. Namun, di sisi lain,
mereka juga dapat menjadi objek karena mereka terkungkung dalam
lembah kemiskinan.

Mengingat pemuda adalah penerus generasi sebelumnya untuk masa


yang akan datang, maka jika pemuda dapat terentaskan dari
kemiskinan, niscaya mereka akan dapat memutuskan mata rantai
lingkaran kemiskinan (cycled poverty) dari rumah tangga tersebut yang
tentu saja akan menyelamatkan rumah tangga tersebut untuk masa yang
akan datang.

Informasi karakteristik rumah tangga miskin dapat menjadi instrumen


tangguh dalam rangka mengambil kebijakan yang menitikberatkan pada
kondisi hidup orang miskin pada umumnya dan pemuda khususnya.
Penanggulangan kemiskian menjadi tepat sasaran (sesuai dengan
kebutuhan penduduk miskin) dengan melihat informasi profil
kemiskinannya.

Profil kemiskinan dapat mengungkap persoalan-persoalan mendasar


yang dihadapi oleh penduduk miskin dan akar persoalan yang selalu

76 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


menjerat penduduk miskin sehingga tidak mampu terlepas dari
kemiskinan dari waktu ke waktu. Apakah permasalahan lebih berakar
pada orangnya, masalah infrastruktur/struktural atau masalah
ketrampilan, dan sebagainya. Profil kemiskinan juga dapat mendukung
usaha-usaha menurunkan kemiskinan agregat melalui pendekatan
wilayah/geografis.

Perbedaan karakteristik rumah tangga miskin dan rumah tangga tidak


miskin dapat mengungkap beberapa catatan mengenai persoalan
mendasar kemiskinan.

9.1 Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan


Rumah Tangga Tidak Miskin

Karakteristik sosial demografi rumah tangga miskin dan tidak miskin


merupakan informasi dasar mengenai rumah tangga tersebut yang
mencakup rata-rata jumlah anggota rumah tangga (orang yang telah
tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal kurang
dari 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga),
persentase wanita sebagai kepala rumah tangga, rata-rata usia kepala
rumah tangga, dan rata-rata lama bersekolah kepala rumah tangga.

9.1.1 Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga yang besar identik dengan rumah tangga
miskin karena rumah tangga miskin cenderung memiliki tingkat
kelahiran yang tinggi, yang berimplikasi kepada jumlah anggota rumah
tangga yang besar. Jumlah anggota rumah tangga dapat menjadi
penentu tahapan kesejahteraan keluarga, semakin besar jumlah anggota
keluarga, semakin cenderung keluarga tersebut termasuk dalam
golongan keluarga miskin. Jumlah anggota rumah tangga yang besar,
apalagi sebagian besar diantaranya merupakan penduduk usia non
produktif, akan menambah tanggungan bagi anggota rumah tangga yang
produktif.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 77


Kecenderungan jumlah anggota rumah tangga miskin di Indonesia lebih
besar dibanding jumlah anggota rumah tangga tidak miskin. Pola serupa
juga terlihat pada rumah tangga yang dikepalai oleh pemuda, baik yang
tinggal di daerah perdesaan maupun perkotaan (lihat Tabel 9.1.).

Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah


Tabel 9.1:
Tangga Tidak Miskin menurut Daerah, 2008

Karakteristik Rumah Tangga/Daerah Miskin Tidak Miskin


(1) (2) (3)
1. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga
- Perkotaan (K) 3.99 2.76
- Perdesaan (D) 3.97 3.24
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 3.98 3.00
2. Persentase wanita sebagai kepala rumah tangga
- Perkotaan (K) 6.09 15.80
- Perdesaan (D) 6.24 5.53
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 6.20 10.64
3. Rata-rata usia kepala rumah tangga (tahun)
- Perkotaan (K) 27.17 26.13
- Perdesaan (D) 27.12 26.95
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 27.14 26.54
4. Rata-rata lama bersekolah kepala rumah tangga
- Perkotaan (K) 7.40 10.69
- Perdesaan (D) 6.01 7.53
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 6.39 9.10
Sumber: Susenas Juli 2008

Pada Tabel 9.1. terlihat perbedaan rata-rata jumlah rumah tangga miskin
dan tidak miskin yang dikepalai oleh pemuda. Rata-rata jumlah anggota
rumah tangga tidak miskin yang dikepalai pemuda berkisar sekitar 2
sampai 3 orang, sedangkan untuk rumah tangga miskin, rata-rata jumlah
anggota rumah tangganya berkisar antara 3 sampai 4 orang. Usia
pemuda yang berada pada rentang usia 16-30 tahun menyebabkan
jumlah anggota rumah tangga tidak terlalu besar karena pada rentang
usia tersebut merupakan usia awal membangun rumah tangga.

Rumah tangga dengan kepala rumah tangga berusia 16-30 tahun dan
anggota rumah tangga yang banyak cenderung akan tidak mampu

78 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


memenuhi kebutuhan dasarnya. Banyaknya anggota rumah tangga
menyebabkan bertambahnya biaya konsumsi rumah tangga, baik
konsumsi makanan maupun bukan makanan. Sementara pendapatan
rumah tangga tidak bertambah.

9.1.2 Wanita/Pemudi sebagai Kepala Rumah Tangga

Di usia yang masih relatif muda (16-30 tahun), wanita atau pemudi
kadangkala harus menjalani peran ganda dalam kehidupannya, baik
sebagai ibu rumah tangga dan ibu yang bekerja. Peran ganda ini pun
sering bertambah pada kondisi tertentu yang mana mereka harus
mengambil tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga karena sudah
tidak adanya suami atau suami tidak dapat menafkahi lagi.

Hubungan antara gender dan kemiskinan mungkin juga mengindikasikan


strategi lain dalam penurunan kemiskinan. Dari Tabel 9.1 terlihat bahwa
distribusi persentase pemudi sebagai kepala rumah tangga miskin pada
tahun 2008 mencapai 6,20 persen sedangkan pada kelompok rumah
tangga tidak miskin hampir mencapai dua kali lipatnya, yaitu mencapai
10,64 persen. Pola yang sama terlihat di perkotaan, persentase pemudi
sebagai kepala rumah tangga di kelompok rumah tangga tidak miskin
jauh lebih besar dibanding di kelompok rumah tangga miskin. Pola
berbeda ditunjukkan di perdesaan, walaupun perbedaan antara rumah
tangga miskin dan tidak miskin yang dikepalai wanita tidak besar.
Persentase rumah tangga miskin yang dikepalai oleh wanita lebih besar
dibanding rumah tangga tidak miskin.

Besarnya persentase rumah tangga yang dikepalai oleh pemudi masuk


dalam kategori miskin di wilayah perdesaan dapat disebabkan oleh
masih sulitnya pemudi di perdesaan untuk bekerja dengan
upah/pendapatan yang memadai. Sulitnya mendapat pekerjaan dapat
disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan pemudi sehingga
keterampilan yang dimiliki terbatas.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 79


9.1.3 Rata-rata Umur Kepala Rumah Tangga Miskin

Rata-rata umur kepala rumah tangga digunakan untuk melihat


produktifitas kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.
Pada Tabel 9.1. terlihat rata-rata umur kepala rumah tangga yang
dikepalai oleh pemuda/pemudi pada kelompok rumah tangga miskin dan
kelompok rumah tangga tidak miskin hanya berselisih satu tahun, yaitu
di kelompok rumah tangga miskin berkisar sekitar 27 tahun, sedangkan
di kelompok rumah tangga tidak miskin sekitar 26 tahun. Pola serupa
juga terlihat di perkotaan dan perdesaan, yaitu rata-rata usia kepala
rumah tangga miskin dan tidak miskin hanya berselisih satu tahun.

Jika dilihat dari segi produktifitas, usia penduduk yang dikategorikan


sebagai pemuda, yaitu 16-30 tahun merupakan usia produktif penduduk
sehingga otomatis, rata-rata usia kepala rumah tangga yang dikepalai
oleh pemuda termasuk usia produktif. Dalam usia produktif tersebut,
umumnya mereka sudah masuk ke dunia kerja. Dengan pekerjaan yang
dimiliki, diharapkan mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
dan bagi kelompok rumah tangga miskin akan membantu mereka untuk
keluar dari kemiskinan.

9.1.4 Rata-rata Lama Bersekolah Kepala Rumah Tangga

Kemiskinan dan pendidikan memiliki hubungan yang erat karena


pendidikan memainkan peranan kunci dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan penurunan kemiskinan. Penduduk yang berpendidikan
lebih tinggi memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan memiliki peluang
yang kebih kecil untuk menjadi miskin. Meningkatkan pendidikan jelas
merupakan prioritas utama untuk memperbaiki standar hidup dan dan
menurunkan kemiskinan.

Seperti terlihat pada Tabel 9.1. Rata-rata lama sekolah kepala rumah
tangga di kelompok rumah tangga miskin lebih rendah dibanding
kelompok rumah tangga tidak miskin. Perbedaan yang mencolok terlihat
secara nasional, rata-rata kepala rumah tangga di kelompok rumah

80 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


tangga miskin hanya sekitar 6 tahun, jika disetarakan dengan jenjang
pendidkan formal di Indonesia, maka 6 tahun tersebut hanya setingkat
SD saja. Sedangkan, rata-rata lama sekolah kepala rumah tangga pada
kelompok rumah tangga tidak miskin sekitar 9 tahun, jika disetarakan
setingkat SMP. Di perkotaan pun menunjukkan hal yang serupa, rata-
rata lama bersekolah kepala rumah tangga pada kelompok rumah
tangga miskin jauh lebih rendah dibanding pada kelompok rumah tangga
tidak miskin. Demikian pula di wilayah perdesaan menunjukkan pola
yang sama, namun dengan tingkatan yang berbeda dengan wilayah
perkotaan.

9.1.5 Distribusi Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, Head Count


Index menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga

Dalam setiap rumah tangga, peran kepala rumah tangga cenderung


diambil oleh laki-laki. Mereka berperan sebagai pelindung, pemberi
nafkah, dan bertanggung jawab atas segala keputusan dalam suatu
rumah tangga. Bukti empiris memperlihatkan bahwa persentase pemuda
sebagai kepala rumah tangga jauh lebih besar dibandingkan dengan
perempuan/pemudi. Pada kelompok rumah tangga miskin baik yang
tinggal di perkotaan maupun perdesaan tercatat di atas 93 persen rumah
tangga dikepalai oleh laki-laki. Sebenarnya, pola yang sama
diperlihatkan oleh kelompok rumah tangga tidak miskin, yaitu persentase
laki-laki sebagai kepala rumah tangga jauh lebih besar dibanding
perempuan, namun persentase lebih rendah dibanding kelompok rumah
tangga miskin, kecuali di daerah perdesaan.

Di samping distribusi rumah tangga miskin dan tidak miskin menurut


jenis kelamin kepala rumah tangga, pada Tabel 9.2. ditunjukkan juga
pada Head Count Index (persentase rumah tangga miskin dari jumlah
rumah tangga menurut jenis kelamin kepala rumah tangga). Head Count
Index untuk rumah tangga yang dikepalai oleh wanita tercatat sebesar
5,71 persen, artinya dari jumlah rumah tangga yang dikepalai wanita
ternyata ada sekitar 5,71 persen yang dikategorikan sebagai rumah

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 81


tangga miskin. Sedangkan, dari jumlah rumah tangga yang dikepalai
laki-laki ternyata ada sekitar 9,85 persen yang dikategorikan sebagai
rumah tangga miskin.

Tabel 9.2. Persentase Rumah tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head Count
Index menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Tahun 2008

Karakteristik Rumah Tangga/Daerah Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3)

1. Rumah Tangga Miskin


- Perkotaan (K) 93.91 6.09
- Perdesaan (D) 93.76 6.24
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 93.80 6.20

2. Rumah Tangga Tidak Miskin


- Perkotaan (K) 84.20 15.80
- Perdesaan (D) 94.47 5.53
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 89.36 10.64

3. Head Count Index


- Perkotaan (K) 5.94 2.13
- Perdesaan (D) 13.04 14.57
- Perkotaan + Perdesaan (K+D) 9.85 5.71
Sumber: Susenas Juli 2008

9.2 Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Jenis Kelamin


Pemuda dan Provinsi
Sebelumnya telah dibahas distribusi rumah tangga miskin yang dikepalai
oleh pemuda telah dilihat menurut tempat tinggal, yaitu perkotaan dan
perdesaan. Selanjutnya adalah distribusi rumah tangga miskin yang
dikepalai oleh pemuda yang penyebarannya menurut provinsi.

82 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Persentase Rumah Tangga Miskin menurut Jenis Kelamin Kepala
Tabel 9.3:
Rumah Tangga dan Provinsi, Tahun 2008

Jenis Kelamin Kepala Rumah


Provinsi Tangga Miskin
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3)
Nanggroe Aceh Darussalam 79.06 20.94
Sumatera Utara 88.07 11.93
Sumatera Barat 85.20 14.80
Riau 88.66 11.34
Jambi 84.09 15.91
Sumatera Selatan 91.01 8.99
Bengkulu 89.74 10.26
Lampung 91.28 8.72
Kep. Bangka Belitung 86.79 13.21
Kep. Riau 83.97 16.03
DKI Jakarta 89.12 10.88
Jawa Barat 88.57 11.43
Jawa Tengah 86.54 13.46
DI Yogyakarta 90.09 9.91
Jawa Timur 85.34 14.66
Banten 89.94 10.06
Bali 95.09 4.91
Nusa Tenggara Barat 78.80 21.20
Nusa Tenggara Timur 89.43 10.57
Kalimantan Barat 91.10 8.90
Kalimantan Tengah 89.27 10.73
Kalimantan Selatan 81.32 18.68
Kalimantan Timur 91.45 8.55
Sulawesi Utara 91.70 8.30
Sulawesi Tengah 91.06 8.94
Sulawesi Selatan 82.84 17.16
Sulawesi Tenggara 84.02 15.98
Gorontalo 92.06 7.94
Sulawesi Barat 86.63 13.37
Maluku 92.23 7.77
Maluku Utara 94.06 5.94
Papua Barat 92.60 7.40
Papua 95.09 4.91
Indonesia 87.26 12.74
Sumber: Susenas Juli 2008

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 83


Pada Tabel 9.3. terlihat persentase rumah tangga miskin yang dikepalai
oleh pemuda jauh lebih tinggi dibanding rumah tangga miskin yang
dikepalai oleh pemudi. Seluruh provinsi juga memperlihatkan pola yang
sama. Diantara ketiga puluh tiga provinsi di Indonesia, persentase rumah
tangga miskin yang dikepalai oleh pemuda tertinggi adalah Provinsi Bali
dan Papua yang mencapai 95,09 persen. Ini sama artinya dengan
persentase rumah tangga miskin yang dikepalai oleh pemudi di kedua
provinsi tersebut adalah yang terkecil. Sebaliknya, rumah tangga miskin
yang dikepalai oleh pemudi paling banyak tercatat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (sebesar 21,20 persen). Ini berarti pada rentang usia 16-
30 tahun banyak pemudi di Nusa Tenggara Barat yang berperan sebagai
kepala rumah tangga, yang mengambil alih tanggung jawab di dalam
rumah tangga miskin. Selain di Nusa Tenggara Barat, jumlah rumah
tangga miskin yang dikepalai oleh pemudi lebih dari 20 persen juga
tercatat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mencapai 20,94
persen.

9.3 Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Tingkat Pendidikan


Pemuda dan Provinsi

Tingkat pendidikan anggota rumah tangga miskin cenderung rendah. Hal


ini terkait dengan ketidakmampuan mereka dalam mengakses tempat
pelayanan pendidikan. Rendahnya tingkat pendidikan kepala rumah
tangga menyebabkan rendahnya penghasilan, sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak-anaknya, untuk
tingkat minimal sekalipun.

84 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Distribusi Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga
Tabel 9.4:
Miskin menurut Provinsi dan Pendidikan, Tahun 2008

Tidak/ belum
Provinsi SD SMP SMU PT
tamat SD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Nanggroe Aceh Darussalam 27.27 38.75 19.31 13.69 0.98
Sumatera Utara 27.10 33.06 22.73 16.56 0.55
Sumatera Barat 42.11 30.72 14.37 11.90 0.90
Riau 35.36 36.61 14.30 12.82 0.92
Jambi 39.81 31.72 16.48 11.98 0.00
Sumatera Selatan 33.52 40.63 15.26 10.16 0.43
Bengkulu 36.25 33.48 17.45 12.35 0.47
Lampung 42.95 36.17 12.14 8.58 0.16
Kep. Bangka Belitung 43.72 43.13 6.88 5.63 0.64
Kep. Riau 20.97 34.84 20.98 21.63 1.59
DKI Jakarta 22.09 28.32 24.96 24.62 0.00
Jawa Barat 41.67 43.17 8.80 6.04 0.33
Jawa Tengah 41.01 43.83 8.74 6.29 0.13
DI Yogyakarta 32.57 36.40 16.13 14.20 0.69
Jawa Timur 41.14 41.61 10.37 6.39 0.50
Banten 52.95 32.69 9.21 4.78 0.36
Bali 30.48 38.34 14.06 17.12 0.00
Nusa Tenggara Barat 46.67 31.65 12.82 8.14 0.72
Nusa Tenggara Timur 46.07 38.31 9.22 5.87 0.53
Kalimantan Barat 45.76 33.52 11.56 8.94 0.22
Kalimantan Tengah 28.93 48.98 12.27 9.52 0.31
Kalimantan Selatan 44.95 32.53 14.96 7.40 0.17
Kalimantan Timur 34.09 39.32 15.15 10.81 0.63
Sulawesi Utara 35.73 35.42 14.34 13.99 0.52
Sulawesi Tengah 32.56 41.58 15.55 9.98 0.33
Sulawesi Selatan 42.43 35.28 13.22 7.80 1.27
Sulawesi Tenggara 33.41 35.30 17.85 13.01 0.42
Gorontalo 62.01 28.62 5.41 3.96 0.00
Sulawesi Barat 39.21 37.36 11.80 11.46 0.18
Maluku 23.16 44.16 16.67 15.29 0.73
Maluku Utara 39.14 35.95 11.96 12.24 0.71
Papua Barat 23.66 37.14 17.75 16.87 4.57
Papua 19.81 33.78 21.60 22.11 2.69
Indonesia 39.18 39.68 12.01 8.65 0.47
Sumber: Susenas Juli 2008

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 85


Tabel 9.4. memperlihatkan sebagian besar kepala rumah tangga miskin
berpendidikan rendah, yaitu hanya tamatan SD yang mencapai 39,68
persen. Bahkan persentase kepala rumah tangga miskin yang
tidak/belum tamat SD cukup besar, yaitu mencapai 39,18 persen.
Selanjutnya persentase kepala rumah tangga miskin yang berpendidikan
lebih tinggi semakin kecil. Persentase kepala rumah tangga miskin yang
berpendidikan SMP hanya mencapai 12,01 persen, dan yang
berpendidikan SMU lebih kecil lagi yaitu hanya 8,65 persen. Walaupun
ada kepala rumah tangga miksin yang sempat mengenyam pendidikan
tinggi, tapi persentase sangat kecil, yaitu hanya mencapai 0,47 persen.

Persebaran menurut provinsi memperlihatkan Provinsi Gorontalo


mencatat kepala rumah tangga miskin yang dikepalai pemuda yang
tidak/belum tamat SD terbesar dibanding provinsi-provinsi lainnya, yaitu
sebesar 62,01 persen, yang berpendidikan SD sebesar 28,62 persen,
berpendidikan SMP sebesar 5,41 persen, dan berpendidikan SMU
hanya sebesar 3,96 persen. Sebaliknya Provinsi Papua mencatat kepala
rumah tangga miskin yang tidak/belum tamat SD terendah diantara
ketiga puluh tiga provinsi (19,81persen).

9.4 Distribusi Rumah Tangga Miskin menurut Lapangan Pekerjaan,


Status/Kedudukan Dalam Pekerjaan Utama Pemuda dan
Provinsi

Tabel 9.5. menyajikan sektor pekerjaan yang digeluti oleh kepala rumah
tangga miskin. Sebagian besar pekerjaan yang digeluti oleh kepala
rumah tangga miskin pemuda adalah pertanian, yaitu sebesar 56,54
persen. Sektor yang termasuk disini selain pertanian adalah perikanan,
perkebunan, dan kehutanan. Di sektor ini, mereka antara lain bekerja
sebagai petani, buruh tani, nelayan, pencari kayu bakar di hutan, dan
sebagainya. Umumnya, pekerjaan-pekerjaan di sektor ini memberikan
upah yang rendah yang berarti tingkat kesejahteraan yang rendah.

Pada umumnya, kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga


miskin bekerja, agar mereka dapat memenuhi kebutuhan minimal dalam

86 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Persentase Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut
Tabel 9.5:
Provinsi dan Lapangan Pekerjaan, Tahun 2008

Provinsi Tidak Bekerja Pertanian Industri Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5)


Nanggroe Aceh Darussalam 6.55 61.53 3.14 28.78
Sumatera Utara 5.50 54.66 3.85 35.98
Sumatera Barat 6.03 62.81 3.81 27.35
Riau 5.10 63.12 2.64 29.14
Jambi 5.40 60.80 1.62 32.18
Sumatera Selatan 3.72 60.60 4.40 31.27
Bengkulu 4.70 71.64 1.96 21.70
Lampung 5.77 66.52 5.80 21.91
Kep. Bangka Belitung 3.95 48.89 2.86 44.30
Kep. Riau 8.29 30.83 5.71 55.17
DKI Jakarta 9.05 3.25 6.33 81.38
Jawa Barat 9.60 39.45 10.22 40.73
Jawa Tengah 5.32 54.93 8.78 30.97
DI Yogyakarta 5.17 51.83 11.50 31.50
Jawa Timur 5.91 58.42 6.53 29.15
Banten 8.17 36.04 6.76 49.03
Bali 4.94 50.19 13.39 31.48
Nusa Tenggara Barat 10.96 52.17 6.32 30.56
Nusa Tenggara Timur 6.17 79.65 2.13 12.06
Kalimantan Barat 5.64 68.86 2.64 22.86
Kalimantan Tengah 3.35 74.57 1.96 20.12
Kalimantan Selatan 7.07 52.81 5.00 35.12
Kalimantan Timur 4.41 63.74 0.98 30.86
Sulawesi Utara 10.31 56.21 2.28 31.20
Sulawesi Tengah 5.22 74.95 2.22 17.61
Sulawesi Selatan 5.92 70.26 3.42 20.40
Sulawesi Tenggara 5.23 68.77 4.18 21.82
Gorontalo 5.41 67.99 3.74 22.86
Sulawesi Barat 4.23 75.42 3.28 17.07
Maluku 3.05 81.18 2.19 13.58
Maluku Utara 3.64 81.21 1.05 14.10
Papua Barat 3.07 65.60 4.03 27.30
Papua 2.30 85.28 0.84 11.58
Indonesia 6.35 56.54 6.51 30.61
Sumber : Susenas Juli 2008
Catatan: Kolom (2) tidak termasuk yang tidak bekerja dengan alasan merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan atau sudah punya pekerjaan, tapi belum mulai bekerja

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 87


hidupnya, yaitu makan. Tetapi, jumlah pemuda yang berperan sebagai
kepala rumah tangga miskin yang tidak bekerja atau menganggur masih
ada, yaitu mencapai 6,35 persen.

Tidak seperti provinsi lainnya, di DKI Jakarta hanya 3,25 persen kepala
rumah tangga miskin yang menggeluti sektor pertanian. Sebagian besar
kepala rumah tangga miskin bekerja di sektor lainnya, seperti
perdagangan, jasa, dan sebagainya. Dan yang terbanyak di Provinsi
Papua. Di Provinsi Papua sekitar 85,28 persen kepala rumah tangga
miskin yang dikepalai oleh pemuda bekerja di sektor pertanian.

Tabel 9.6. memperlihatkan status para kepala rumah tangga miskin


dalam lapangan pekerjaan utama yang digeluti. Sebagian besar bekerja
dengan dibantu buruh, yaitu sebesar 33,02 persen, selanjutnya berturut-
turut adalah berusaha sendiri yang mencapai 23,98 persen,
karyawan/buruh dan pekerja bebas sebesar 17,66 persen, tidak bekerja
sebesar 6,35 persen, dan pekerja keluarga (pekerja tanpa bayaran)
sebesar 1,33 persen.

9.5 Peran Pemuda dalam Penanggulangan Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang harus


ditanggulangi oleh pemerintah sesuai dengan amanat Undang-undang
Dasar 1945 sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu
memajukan kesejahteraan umum. Upaya memajukan kesejahteraan
umum ini juga digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Sasaran pemberdayaan
itu adalah terciptanya manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat
secara keseluruhan.

88 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Persentase Pemuda Sebagai Kepala Rumah Tangga Miskin menurut
Tabel 9.6:
Status Pekerjaan dan Provinsi, Tahun 2008

Berusaha
Tidak Berusaha Karyawan/B Pekerja Pekerja
Provinsi Dibantu
bekerja Sendiri uruh Bebas Keluarga
Buruh
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nanggroe Aceh Darussalam 6.55 35.36 29.44 19.63 8.16 0.87
Sumatera Utara 5.50 26.17 31.87 26.07 9.48 0.90
Sumatera Barat 6.03 31.72 22.75 21.07 16.24 2.19
Riau 5.10 39.88 15.54 28.31 10.15 1.02
Jambi 5.40 30.62 24.81 24.49 14.07 0.60
Sumatera Selatan 3.72 26.04 36.83 24.05 8.92 0.44
Bengkulu 4.70 24.46 49.20 11.14 9.42 1.08
Lampung 5.77 17.42 44.91 15.96 15.48 0.45
Kep. Bangka Belitung 3.95 34.13 14.69 30.16 16.74 0.33
Kep. Riau 8.29 30.90 4.74 42.20 13.87 0.00
DKI Jakarta 9.05 38.57 4.03 37.99 8.73 1.63
Jawa Barat 9.60 24.05 16.95 21.01 27.26 1.13
Jawa Tengah 5.32 19.18 35.44 16.04 23.22 0.80
DI Yogyakarta 5.17 17.35 45.58 15.91 14.58 1.40
Jawa Timur 5.91 21.32 33.38 17.14 20.71 1.54
Banten 8.17 34.87 18.65 18.31 19.37 0.63
Bali 4.94 16.66 38.30 22.09 15.81 2.20
Nusa Tenggara Barat 10.96 20.78 27.35 15.77 23.32 1.82
Nusa Tenggara Timur 6.17 19.59 67.05 4.02 1.89 1.29
Kalimantan Barat 5.64 27.89 40.54 18.61 4.72 2.59
Kalimantan Tengah 3.35 36.64 35.09 16.21 6.15 2.55
Kalimantan Selatan 7.07 32.23 30.34 15.67 13.65 1.03
Kalimantan Timur 4.41 40.71 22.46 25.90 4.60 1.93
Sulawesi Utara 10.31 36.04 10.51 24.36 17.57 1.21
Sulawesi Tengah 5.22 29.23 45.42 8.36 10.79 0.98
Sulawesi Selatan 5.92 27.14 48.05 11.98 6.12 0.79
Sulawesi Tenggara 5.23 25.71 51.79 6.88 8.91 1.48
Gorontalo 5.41 29.45 33.37 12.31 19.09 0.38
Sulawesi Barat 4.23 38.17 39.42 14.41 3.47 0.31
Maluku 3.05 44.97 41.37 6.49 1.06 3.05
Maluku Utara 3.64 38.63 41.37 7.89 5.43 3.04
Papua Barat 3.07 42.97 30.28 18.93 3.50 1.25
Papua 2.30 19.61 59.79 8.35 0.58 9.38
Indonesia 6.35 23.98 33.02 17.66 17.66 1.33
Sumber : Susenas Juli 2008
Catatan: Kolom (2) tidak termasuk yang tidak bekerja dengan alasan merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan atau sudah punya pekerjaan, tapi belum mulai bekerja

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 89


Pengentasan masalah kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah,
masyarakat pun diharapkan peran sertanya. Pemuda sebagai bagian
dari masyarakat juga diharapkan ikut serta secara proaktif dalam
penanggulangan kemiskinan. Dengan semangat yang masih menggebu-
gebu, tenaga yang masih kuat dan pemikiran yang masih segar, pemuda
bisa menjadi pelopor gerakan pengentasan kemiskinan, minimal di
lingkungan dia berada. Sekarang yang harus dilakukan adalah
bagaimana mengelola potensi pemuda yang sedemikian besar tersebut
untuk diwujudkan didalam karya nyata. Peran pemuda dalam
pengenatasan kemiskinan perlu difasilitasi dengan berbagai hal terutama
berupa pemberdayaan.

Beberapa program penanggulangan kemiskinan baik langsung maupun


tidak langsung akan bersinggungan dengan peran serta pemuda
didalamnya. Seperti program-program berikut :

9.5.1 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Salah satu program penanggulangan kemiskinan yang sekarang sedang


digalakkan pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini telah dimulai sejak tahun 2007.
PNPM Mandiri adalah program nasional berbasis pemberdayaan
masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi,
pengembangan sistem, mekanisme, prosedur, program, penyediaan
pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan
inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang
berkelanjutan.

Pesan inti yang ingin disampaikan oleh program PNPM Mandiri ini
adalah dalam mengentaskan kemiskinan semua pihak (termasuk
pemuda di dalamnya) harus berperan aktif dan adanya saling
mendukung didalamnya. Melalui proses pembangunan partisipatif,
kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat

90 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai
obyek melainkan subyek upaya penanggulangan kemiskinan, itulah yang
membedakan antara program PNPM Mandiri ini dengan program-
program lain yang telah digalakkan pemerintah.

Program PNPM mandiri terbagi atas dua kategori program, yaitu PNPM
Mandiri program inti dan PNPM Mandiri program penguatan. Secara
sektoral, PNPM Mandiri juga dibedakan menjadi PNPM Mandiri
Pedesaan, PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM Mandiri Daerah
Khusus. PNPM sendiri sebenarnya instrumen pemerintah yang
digulirkan untuk mencapai salah satu target dari MDGs (Millenium
Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan.

Dalam melaksanakan program PNPM Mandiri, semua pihak yang terlibat


harus berpegang pada dua belas prinsip-prinsip dasar seperti yang
tertulis dalam pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri, yaitu: (1) bertumpu
pada peningkatan harkat dan martabat manusia; (2) otonomi
kemandirian masyarakat; (3) desentralisasi sesuai dengan kapasitasnya;
(4) berorientasi pada masyarakat miskin; (5) partisipasi aktif masyarakat
dalam setiap tahapan; (6) kesetaraan dan keadilan gender; (7)
demokratis dan musyarah mufakat dalam pengambilan keputusan; (8)
transparansi dan akuntabel; (9) prioritas pada kebutuhan pokok; (10)
kolaborasi yang sinergi antar semua pihak; (11) program yang
beberlanjutan dan cara pandang ke depan; dan (12) tata kelola yang
sederhana, fleksibel, mudah dipahami, serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

Dengan PNPM Mandiri ini, masyarakat ke depan diharapkan memiliki


cara pandang bahwa mereka harus bersikap mandiri, mereka sendirilah
yang harus menjadi aktor utama dalam pengambilan keputusan bagi
jenis-jenis kegiatan pengentasan kemiskinan yang diusulkan masyarakat
secara terbuka untuk dipilih saat musyawarah.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 91


9.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

P2KP sebagai program penanggulangan kemiskinan di perkotaan lebih


mengutamakan pada peningkatan pendapatan masyarakat. Masyarakat
miskin sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan sebagai
obyek program, tetapi ikut serta menentukan program yang paling cocok
untuk mereka. Mereka memutuskan, menjalankan, dan mengevaluasi
hasil dari pelaksanaan program. Masyarakat perkotaan menjadi skala
prioritas utama program ini, karena mereka tidak memiliki pilihan lain
selain sandaran ekonomi keluarganya.

Program P2KP merupakan kerjasama antara pemerintah Indonesia


dengan Bank Dunia melalui pinjaman Loan IDA credit yang merupakan
salah satu program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat di perkotaan. Intervensinya ditekankan pada
penciptaan lapangan kerja, penyediaan dana pinjaman bergulir serta
pengembangan prasarana dan sarana dasar lingkungan dengan
penyediaan pendampingan pihak Konsultan Manajemen Wilayah dan
Fasilitator Kelurahan (KMW dan Faskel).

Program P2KP bukan sekedar program pemberdayaan ekonomi yang


bersifat penyelamatan (rescue) atau pemulihan (recovery) yang
berjangka pendek seperti program sejenis lainnya, tetapi lebih
merupakan pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) melalui
pemberdayaan masyarakat (community empowerment) secara utuh,
simultan, berkelanjutan dan berjangka panjang. Di dalam
implementasinya, lebih mengutamakan pemberdayaan dan perkuatan
kelembagaan di tingkat paling bawah (kelurahan) melalui pendekatan
tribina (bina lingkungan, ekonomi dan sosial). Perwujudannya adalah
pembentukan kelompok-kelompok keswadayaan masyarakat di tingkat
kelurahan dan kelurahan sebagai wadah usaha bersama baik di bidang
ekonomi, sosial maupun untuk kegiatan lainnya. Program P2KP sebagai
stimulan guna membantu masyarakat miskin di daerah perkotaan yang
tergabung di dalam organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

92 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


dalam rangka memberdayakan kehidupan mereka baik di bidang
ekonomi melalui pengembangan usaha kecil (small scale bussiness),
pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana lingkungan serta
penyelenggaraan pelatihan sumber daya manusia dan penciptaan
lapangan kerja.

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 93


Proyeksi Pemuda 10
Bab berikut membahas mengenai perhitungan dan hasil proyeksi
pemuda pada kurun 2005 – 2015. Proyeksi pemuda dipandang perlu
disajikan dalam laporan ini karena dengan pengesahan Undang-Undang
Kepemudaan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), seseorang
dikatakan pemuda jika berumur 16 hingga 30 tahun. Dengan ditetapkan
UU Kepemudaan diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk
membuat perencanaan pembangunan kepemudaan, pelayanan
kepemudaan, pelayanan kepemudaan dalam bentuk koordinasi,
melakukan pendanaan kepemudaan bersama pemerintah, organisasi
kepemudaan dan masyarakat. Isu sentral tentang kepemudaan tidak
lepas dari permasalahan pendidikan dan ketenagakerjaan
(pengangguran) sehingga salah satunya terkait kewajiban pemerintah di
dalam mengambil kebijakan bidang kepemudaan. Oleh karena itu untuk
membuat perencanaan yang lebih terarah dalam menyusun kebijakan ke
depan diperlukan proyeksi. Pembahasan meliputi metode proyeksi,
sumber data dasar proyeksi, asumsi-asumsi yang digunakan dalam
membuat proyeksi, dan pembahasan hasil proyeksi.

10.1 Metode Proyeksi

Penghitungan proyeksi pemuda didasarkan pada proyeksi penduduk


Indonesia tahun 2005 – 2015 yang telah dilakukan oleh BPS. Proyeksi
penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu
perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-
komponen. Perubahan penduduk seperti kelahiran, kematian dan
perpindahan adalah kejadian yang paling mungkin terjadi selama
periode proyeksi. Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya
jumlah penduduk dan struktur umur umur penduduk di masa yang akan
datang di setiap provinsi. Khusus komponen perpindahan meskipun

94 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


secara nasional dapat diabaikan, akan tetapi pada level provinsi mustahil
untuk mengabaikannya. Kemustahilan ini didukung dengan pola
persebaran penduduk yang menunjukkan adanya peningkatan
persentase penduduk di luar Pulau Jawa. Bertambahnya komposisi
persebaran penduduk di luar Pulau Jawa diyakini bukan hanya semata-
mata akibat dari perubahan komponen alamiah, kelahiran dan kematian.
Melainkan dipengaruhi pula oleh perpindahan penduduk, terutama
dengan adanya proram transmigrasi.

Proyeksi penduduk Indonesia disajikan dalam kelompok umur 5


tahunan, mulai dari kelompok umur 0-4 tahun sampai kelompok umur
75+. Untuk menghitung proyeksi pemuda yaitu penduduk yang berumur
16-30 tahun, maka cukup dengan memecah kelompok umur 15-19 dan
30-34 sehingga diperoleh kelompok umur 16-30 tahun. Pemecahan
kelompok umur dilakukan dengan formula interpolasi Korup King’s.
Perhitungan dilakukan pada data setiap provinsi per jenis kelamin.
Jumlah pemuda per jenis kelamin Indonesia merupakan jumlah pemuda
menurut jenis kelamin seluruh provinsi.

10.2 Hasil Proyeksi

Perhitungan proyeksi menghasilkan perkiraan jumlah pemuda pada


tahun 2015 sekitar 62,2 juta jiwa. Ini berarti jumlah pemuda bertambah
sekitar 400.000 dibandingkan jumlah pemuda pada tahun 2005 yang
berjumlah sekitar 61,8 juta jiwa. Hasil proyeksi pemuda menurut jenis
kelamin per propinsi dari tahun 2005 sampai 2015 disajikan pada
Lampiran 14 – 16.

Komposisi pemuda menurut jenis kelamin menunjukkan perbandingan


yang seimbang. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya angka RJK yang
mendekati 100. Pada tahun 2005 RJK pemuda sebesar 98,6, artinya
setiap 100 pemuda perempuan akan diimbangi dengan 98 atau 99
pemuda laki-laki. Angka tersebut hampir tidak berubah untuk tahun-
tahun berikutnya (Tabel 10.2).

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 95


Perbandingan Jumlah Pemuda Tahun 2005 dan Proyeksi Pemuda
Tabel 10.1:
Tahun 2010 dan 2015 (dalam Ribuan)

Jumlah Pemuda
Jenis Kelamin
2005 2010 2015
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 30.969,5 31.675,3 31.562,4

Perempuan 31.140,4 31.199.8 30.677,8


Total 61.836,9 62.875,1 62.240,2
Sex Ratio 98,6 101,5 102,9
Sumber: BPS

Distribusi pemuda menurut provinsi sangat bervariasi. Seperti halnya


persebaran penduduk, konsentrasi pemuda kebanyakan di Pulau Jawa
terutama di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Data
proyeksi pemuda menurut jenis kelamin per propinsi tahun 2005 – 2015
disajikan pada Lampiran 17.

96 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 97
DAFTAR PUSTAKA
1998, Pokok-Pokok Pelaksanaan Program Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin), Kantor Menteri
Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan
Pengentasan Kemiskinan Republik Indonesia, Jakarta.
2002, Dasar-Dasar Analisis Kemiskinan, Badan Pusat Statistik-World
Bank Institute, Jakarta.
Perolehan Medali Peserta PON 2008, Kementerian Negara Pemuda dan
Olahraga Indonesia (Kemenegpora), Jakarta.
Laporan Nasional Sport Development Index Indonesia 2006,
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Indonesia
(Kemenegpora), Jakarta.
http://teknohikmah.blogspot.com/2008/08/membedah-sistem-informasi-
perolehan.html
[Membedah Sistem Informasi Perolehan Medali Olimpiade
Beijing 2008].
http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&art
id=2986
[Sport Development Index Cara Baru Mengukur Kemajuan
Olahraga].

98 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 99
LAMPIRAN

100 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Jumlah dan Rasio Pemuda Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin,
Lampiran 1:
Tahun 2008

Provinsi Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio

(1) (2) (3) (4) (5)


N Aceh Darussalam 636.038 629.444 1,265.482 101.0
Sumatera Utara 1,907.186 1,874.366 3,781.552 101.8
Sumatera Barat 657.423 655.077 1,312.500 100.4
Riau 738.689 723.975 1,462.664 102.0
Jambi 398.884 392.410 791.294 101.6
Sumatera Selatan 1,078.325 1,064.290 2,142.615 101.3
Bengkulu 237.218 237.176 474.394 100.0
Lampung 1,076.699 1,022.571 2,099.270 105.3
Kep. Bangka Belitung 173.621 155.447 329.068 111.7
Kepulauan Riau 197.489 240.178 437.667 82.2
DKI Jakarta 1,268.003 1,437.305 2,705.308 88.2
Jawa Barat 5,493.252 5,584.167 11,077.419 98.4
Jawa Tengah 4,353.702 4,201.440 8,555.142 103.6
DI Yogyakarta 523.147 466.805 989.952 112.1
Jawa Timur 4,788.418 4,710.997 9,499.415 101.6
Banten 1,356.181 1,391.607 2,747.788 97.5
Bali 439.732 419.886 859.618 104.7
Nusa Tenggara Barat 590.221 639.316 1,229.537 92.3
Nusa Tenggara Timur 629.167 620.810 1,249.977 101.3
Kalimantan Barat 612.933 609.443 1,222.376 100.6
Kalimantan Tengah 295.468 284.519 579.987 103.8
Kalimantan Selatan 481.838 480.040 961.878 100.4
Kalimantan Timur 444.904 418.153 863.057 106.4
Sulawesi Utara 289.711 272.948 562.659 106.1
Sulawesi Tengah 346.641 338.623 685.264 102.4
Sulawesi Selatan 1,062.220 1,107.805 2,170.025 95.9
Sulawesi Tenggara 296.786 300.415 597.201 98.8
Gorontalo 131.188 127.392 258.580 103.0
Sulawesi Barat 146.192 140.997 287.189 103.7
Maluku 194.677 184.892 379.569 105.3
Maluku Utara 143.102 138.420 281.522 103.4
Papua Barat 108.065 97.575 205.640 110.8
Papua 298.631 277.219 575.850 107.7

Indonesia 31,395.751 31,245.708 62,641.459 100.5


Sumber : Proyeksi Pemuda, BPS

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 101


Jumlah Pemuda dan Kepadatan Pemuda Menurut Provinsi,
Lampiran 2:
Tahun 2008

Kepadatan
Provinsi Luas (km2) Jumlah (jiwa)
(jiwa/km2)
(1) (2) (3) (4)
Nanggroe Aceh Darussalam 57.956,00 1.265.482 21,84
Sumatera Utara 72.981,23 3.781.552 51,82
Sumatera Barat 42.012,89 1.312.500 31,24
Riau 87.023,66 1.462.664 16,81
Jambi 50.058,16 791.294 15,81
Sumatera Selatan 91.592,43 2.142.615 23,39
Bengkulu 19.919,33 474.394 23,82
Lampung 34.623,80 2.099.270 60,63
Kep. Bangka Belitung 16.424,06 329.068 20,04
Kepulauan Riau 8.201,72 437.667 53,36
4.074,2
DKI Jakarta 664,01 2.705.308
0
Jawa Barat 35.377,76 11.077.419 313,12
Jawa Tengah 32.800,69 8.555.142 260,82
D I Yogyakarta 3.133,15 989.952 315,96
Jawa Timur 47.799,75 9.499.415 198,73
Banten 9.662,92 2.747.788 284,36
Bali 5.780,06 859.618 148,72
Nusa Tenggara Barat 18.572,32 1.229.537 66,20
Nusa Tenggara Timur 48.718,10 1.249.977 25,66
Kalimantan Barat 147.307,00 1.222.376 8,30
Kalimantan Tengah 153.564,50 579.987 3,78
Kalimantan Selatan 38.744,23 961.878 24,83
Kalimantan Timur 204.534,34 863.057 4,22
Sulawesi Utara 13.851,64 562.659 40,62
Sulawesi Tengah 61.841,29 685.264 11,08
Sulawesi Selatan 46.717,48 2.170.025 46,45
Sulawesi Tenggara 38.067,70 597.201 15,69
Gorontalo 11.257,07 258.580 22,97
Sulawesi Barat 16.787,18 287.189 17,11
Maluku 46.914,03 379.569 8,09
Maluku Utara 31.982,50 281.522 8,80
Papua Barat 9.724,27 205.640 21,15
Papua 319.036,05 575.850 1,80
Indonesia 1.910.931,32 62.641.459 32,78
Sumber: Proyeksi Pemda dan Statistik Indonesia 2008, BPS

102 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 3: Partisipasi Pemuda dalam Keluarga Berencana menurut Provinsi dan Daerah, Tahun 2008

Partisipasi KB
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Provinsi
Tidak Tidak Tidak
Sedang Tidak Pernah Sedang Tidak Pernah Sedang Tidak Pernah
Menggunakan Menggunakan Menggunakan
Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
Lagi Lagi Lagi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
NAD 45,65 17,87 36,48 46,72 18,64 34,64 46,44 18,45 35,11
Sumatera Utara 43,13 17,57 39,30 39,36 15,34 45,30 41,03 16,33 42,65
Sumatera Barat 47,91 19,92 32,17 49,07 19,29 31,64 48,74 19,47 31,79
Riau 46,17 20,56 33,27 57,82 16,90 25,28 52,73 18,50 28,77
Jambi 54,79 20,30 24,91 64,18 15,67 20,15 61,55 16,97 21,48
Sumatera Selatan 55,64 16,33 28,03 67,14 11,25 21,61 63,61 12,81 23,59
Bengkulu 59,31 21,41 19,28 69,08 14,23 16,68 66,32 16,26 17,42

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampung 65,10 15,30 19,60 66,14 14,38 19,47 65,90 14,60 19,50
Kep. Bangka Belitung 61,30 14,90 23,81 69,77 11,02 19,21 66,09 12,71 21,21
Kep. Riau 49,03 19,18 31,79 61,78 18,10 20,12 55,16 18,66 26,18
DKI Jakarta 55,78 17,79 26,43 55,78 17,79 26,43
Jawa Barat 61,60 17,92 20,48 64,10 20,92 14,99 62,72 19,27 18,01
Jawa Tengah 54,88 16,15 28,97 62,01 15,69 22,30 58,91 15,89 25,20
DI Yogyakarta 49,26 13,44 37,30 63,41 9,55 27,03 54,71 11,95 33,35
Jawa Timur 59,44 15,14 25,42 60,52 15,06 24,42 60,03 15,10 24,87
Banten 60,61 15,81 23,57 57,08 22,20 20,72 59,17 18,42 22,41

103
Lampiran 3 (lanjutan)

104
Partisipasi KB
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Provinsi
Tidak Tidak Tidak
Sedang Tidak Pernah Sedang Tidak Pernah Sedang Tidak Pernah
Menggunakan Menggunakan Menggunakan
Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
Lagi Lagi Lagi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bali 59,79 13,80 26,41 66,64 14,60 18,76 62,70 14,14 23,16
NTB 48,47 24,04 27,48 45,86 26,62 27,52 46,84 25,66 27,51
NTT 41,90 17,11 40,98 37,44 14,53 48,03 38,16 14,94 46,90
Kalimantan Barat 52,78 19,26 27,96 64,46 13,36 22,17 61,66 14,78 23,56
Kalimantan Tengah 65,94 14,53 19,53 70,50 12,55 16,95 69,01 13,20 17,79
Kalimantan Selatan 65,22 16,77 18,01 66,85 18,73 14,42 66,24 18,00 15,76
Kalimantan Timur 57,34 16,93 25,73 62,13 16,30 21,57 59,25 16,68 24,07
Sulawesi Utara 65,03 13,19 21,78 74,07 13,27 12,66 70,10 13,23 16,66
Sulawesi Tengah 54,45 20,85 24,70 61,63 15,70 22,66 60,35 16,62 23,03
Sulawesi Selatan 43,78 14,57 41,65 46,76 15,79 37,45 45,81 15,40 38,80
Sulawesi Tenggara 45,78 19,37 34,85 47,85 19,01 33,14 47,41 19,09 33,50
Gorontalo 56,67 17,71 25,63 63,71 15,51 20,78 61,86 16,08 22,06
Sulawesi Barat 50,02 16,59 33,40 46,59 14,34 39,07 47,50 14,93 37,57
Maluku 44,08 17,28 38,64 34,57 7,90 57,52 37,07 10,37 52,55
Maluku Utara 54,30 15,55 30,15 46,63 14,66 38,70 48,81 14,92 36,28
Papua Barat 46,90 20,15 32,95 24,57 11,29 64,14 29,47 13,23 57,30
Papua 37,89 18,99 43,13 23,68 8,62 67,70 26,34 10,56 63,10
Indonesia 56,65 16,95 26,41 58,11 16,47 25,41 57,46 16,69 25,86

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS
Lampiran 4:Persentase Pemuda Menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah, Tahun 2008

Partisipasi sekolah
Provinsi Tidak/Belum Tidak
Masih/Sedang
Pernah Bersekolah
Sekolah
Sekolah Lagi
(1) (2) (3) (4)
Nanggroe Aceh D. 0,98 27,04 71,98
Sumatera Utara 1,10 22,27 76,62
Sumatera Barat 0,66 23,76 75,58
Riau 0,90 18,43 80,67
Jambi 1,03 16,10 82,87
Sumatera Selatan 1,03 16,70 82,27
Bengkulu 0,86 20,75 78,39
Lampung 0,61 14,25 85,14
Kep. Bangka Belitung 0,99 12,30 86,70
Kep. Riau 1,41 12,96 85,63
DKI Jakarta 0,31 17,92 81,77
Jawa Barat 0,49 14,76 84,75
Jawa Tengah 0,65 16,32 83,03
D,I Yogyakarta 0,30 35,05 64,65
Jawa Timur 1,28 16,72 82,00
Banten 0,63 15,78 83,60
Bali 1,68 17,32 80,99
Nusa Tenggara Barat 3,56 19,40 77,04
Nusa Tenggara Timur 3,32 17,06 79,62
Kalimantan Barat 2,77 14,94 82,29
Kalimantan Tengah 0,79 15,89 83,32
Kalimantan Selatan 0,73 14,82 84,45
Kalimantan Timur 0,77 17,93 81,30
Sulawesi Utara 0,45 17,27 82,28
Sulawesi Tengah 1,24 15,98 82,78
Sulawesi Selatan 2,74 18,27 79,00
Sulawesi Tenggara 1,02 20,82 78,16
Gorontalo 1,44 15,41 83,15
Sulawesi Barat 3,66 13,65 82,68
Maluku 1,07 24,80 74,13
Maluku Utara 0,99 20,33 78,69
Papua Barat 5,10 16,99 77,91
Papua 23,86 16,45 59,69
Indonesia 1,27 17,34 81,40
Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 105


Lampiran 5: Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, dan Jenis Kelamin, Tahun 2008

106
Laki-laki Perempuan Total
Provinsi Tidak Tidak Tidak
Tamat SD SMP SMA PT Tamat SD SMP SMA PT Tamat SD SMP SMA PT
SD SD SD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
NAD 6,25 16,92 35,31 36,66 4,86 6,79 16,35 34,20 33,53 9,12 6,53 16,62 34,74 35,04 7,07
Sumut 8,65 15,83 32,81 38,12 4,59 8,44 14,71 33,85 36,08 6,92 8,55 15,27 33,33 37,10 5,75
Sumbar 13,56 18,49 32,04 31,43 4,48 10,02 13,10 29,63 37,93 9,32 11,73 15,70 30,79 34,80 6,99
Riau 8,72 19,58 30,87 35,56 5,26 8,33 18,11 29,23 35,66 8,68 8,52 18,83 30,04 35,61 6,99
Jambi 10,22 23,44 31,96 29,25 5,14 11,37 24,35 28,76 29,35 6,17 10,79 23,89 30,36 29,30 5,66
Sumsel 12,43 25,72 29,40 28,91 3,54 13,01 26,00 27,69 26,71 6,58 12,72 25,86 28,55 27,82 5,05
Bengkulu 10,69 23,69 33,65 27,91 4,06 9,81 19,73 30,83 31,95 7,68 10,25 21,69 32,23 29,95 5,89
Lampung 10,50 25,24 36,19 25,24 2,82 8,43 24,98 34,88 26,42 5,29 9,51 25,12 35,56 25,81 4,01
Kep. Babel 16,79 27,84 22,94 28,59 3,85 15,48 23,80 23,99 31,56 5,16 16,16 25,88 23,45 30,03 4,48
Kep. Riau 12,69 21,42 23,69 39,07 3,13 8,86 19,35 20,23 47,81 3,75 10,56 20,27 21,77 43,93 3,47
DKI Jakarta 2,94 9,59 26,36 49,17 11,95 3,48 15,70 25,80 42,23 12,78 3,22 12,82 26,06 45,51 12,39
Jabar 8,16 27,43 30,27 29,12 5,03 7,25 29,69 30,90 26,34 5,82 7,71 28,55 30,58 27,74 5,42
Jateng 6,17 24,38 36,40 28,62 4,43 4,33 26,36 34,81 27,97 6,52 5,24 25,38 35,60 28,29 5,48
DI Yogya 2,08 8,91 25,80 52,90 10,31 1,37 8,67 28,56 45,62 15,78 1,73 8,79 27,15 49,34 12,98
Jatim 6,34 23,18 33,41 32,43 4,65 7,17 24,23 32,46 28,94 7,21 6,76 23,72 32,92 30,63 5,96

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Banten 8,20 23,38 27,79 35,26 5,37 9,28 25,34 30,37 28,16 6,85 8,75 24,37 29,10 31,66 6,12
Lampiran 5 (lanjutan)

Tidak Laki-laki Tidak Perempuan Tidak Total


Provinsi
Tamat SD SMP SMA PT Tamat SD SMP SMA PT Tamat SD SMP SMA PT
(1) SD
(2) (3) (4) (5) (6) SD
(7) (8) (9) (10) (11) SD
(12) (13) (14) (15) (16)
Bali 5,16 13,73 29,76 42,16 9,20 5,99 20,21 28,96 34,65 10,20 5,58 17,02 29,35 38,35 9,70
NTB 12,88 22,16 29,71 30,02 5,22 15,79 26,86 29,47 23,19 4,70 14,49 24,76 29,58 26,24 4,93
NTT 22,81 29,37 23,76 21,02 3,03 18,66 31,85 23,44 21,45 4,60 20,66 30,65 23,59 21,24 3,84
Kalbar 18,42 27,69 28,01 22,37 3,52 18,60 26,95 27,81 21,87 4,76 18,51 27,32 27,91 22,12 4,14
Kalteng 10,52 32,01 29,55 24,48 3,45 11,66 30,79 29,56 23,01 4,98 11,10 31,39 29,55 23,74 4,22
Kalsel 13,31 27,44 29,17 26,35 3,74 11,91 27,04 29,45 25,55 6,04 12,59 27,23 29,31 25,94 4,91
Kaltim 6,97 17,22 29,97 39,45 6,39 7,60 18,98 29,01 35,96 8,45 7,28 18,08 29,50 37,75 7,39
Sulut 13,17 16,50 30,87 35,34 4,12 9,25 16,14 29,26 39,09 6,26 11,23 16,32 30,08 37,19 5,17
Sulteng 13,11 29,27 29,30 25,03 3,29 9,78 29,06 28,37 26,00 6,79 11,45 29,16 28,84 25,51 5,04
Sulsel 17,83 24,31 25,53 28,00 4,33 12,55 24,67 26,38 28,51 7,88 15,07 24,50 25,98 28,27 6,19

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sultra 13,36 18,04 31,27 32,13 5,21 10,97 21,82 30,36 29,62 7,23 12,09 20,05 30,78 30,79 6,29
Gorontalo 31,71 24,52 20,98 20,37 2,42 21,67 26,70 23,11 23,45 5,07 26,70 25,61 22,04 21,90 3,74
Sulbar 23,25 27,08 24,17 20,08 5,43 18,44 29,99 23,12 22,52 5,94 20,74 28,60 23,62 21,35 5,69
Maluku 6,84 16,94 31,94 40,39 3,89 7,03 16,96 29,17 38,35 8,49 6,94 16,95 30,56 39,38 6,17
Malut 10,53 20,75 27,99 35,34 5,39 12,79 21,57 28,24 30,17 7,23 11,67 21,17 28,11 32,72 6,32
Pabar 14,30 22,56 32,28 26,40 4,45 19,14 22,02 28,49 24,78 5,57 16,77 22,28 30,35 25,58 5,02
Papua 23,38 19,14 23,59 29,94 3,95 41,11 16,13 18,77 19,78 4,21 32,49 17,59 21,11 24,72 4,08
Indonesia 9,20 22,76 31,06 31,94 5,03 8,74 23,88 30,57 29,75 7,06 8,97 23,33 30,81 30,83 6,06

107
Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS
Persentase Pemuda Menurut Ketidakmampuan Baca-Tulis dan
Lampiran 6:
Provinsi, Tahun 2008

Ketidakmampuan membaca (LATIN)


dan menulis
Provinsi
Kota Desa Kota + Desa
(1) (2) (3) (4)
Nanggroe Aceh Darussalam 0.15 0.94 0.70
Sumatera Utara 0.13 0.75 0.44
Sumatera Barat 0.14 0.56 0.40
Riau 0.10 0.68 0.38
Jambi 0.18 0.45 0.36
Sumatera Selatan 0.10 0.72 0.48
Bengkulu 0.13 0.82 0.57
Lampung 0.00 0.31 0.22
Kep. Bangka Belitung 0.14 0.98 0.59
Kep. Riau 0.14 1.63 0.73
DKI Jakarta 0.01 - 0.01
Jawa Barat 0.17 0.34 0.23
Jawa Tengah 0.25 0.52 0.38
D I Yogyakarta 0.00 0.22 0.06
Jawa Timur 0.24 1.86 1.01
Banten 0.10 0.53 0.25
Bali 0.58 2.50 1.33
Nusa Tenggara Barat 1.79 3.55 2.77
Nusa Tenggara Timur 0.54 4.27 3.35
Kalimantan Barat 0.74 2.41 1.93
Kalimantan Tengah 0.16 0.52 0.39
Kalimantan Selatan 0.15 0.45 0.32
Kalimantan Timur 0.42 0.50 0.45
Sulawesi Utara 0.21 0.31 0.26
Sulawesi Tengah 0.08 0.92 0.71
Sulawesi Selatan 0.89 3.77 2.71
Sulawesi Tenggara 0.31 1.34 1.05
Gorontalo 0.52 1.77 1.37
Sulawesi Barat 1.45 6.94 4.98
Maluku 0.12 1.01 0.72
Maluku Utara 0.03 0.99 0.65
Papua Barat 0.15 7.98 6.01
Papua 0.46 26.71 20.01
Indonesia 0.23 1.63 0.90
Sumber: Susenas KOR Juli 2008, BPS

108 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Angka Kesakitan Pemuda Menurut Provinsi, Daerah dan Jenis Kelamin,
Lampiran 7:
Tahun 2008

Angka Kesakitan
Provinsi
Kota Desa Kota + Desa
(1) (2) (3) (4)
Nanggroe Aceh Darussalam 12.84 15.95 15.01
Sumatera Utara 8.27 10.61 9.46
Sumatera Barat 9.32 14.67 12.63
Riau 8.70 14.11 11.34
Jambi 8.05 11.60 10.43
Sumatera Selatan 12.82 12.87 12.85
Bengkulu 13.05 15.85 14.83
Lampung 14.07 12.95 13.29
Kep, Bangka Belitung 13.00 12.77 12.88
Kep, Riau 11.38 15.29 12.93
DKI Jakarta 9.93 - 9.93
Jawa Barat 11.10 11.78 11.35
Jawa Tengah 8.55 10.31 9.38
D.I. Yogyakarta 9.31 8.25 9.02
Jawa Timur 9.49 11.66 10.52
Banten 11.37 12.12 11.64
Bali 15.42 17.55 16.24
Nusa Tenggara Barat 13.54 16.49 15.18
Nusa Tenggara Timur 14.90 27.14 24.12
Kalimantan Barat 13.07 13.27 13.21
Kalimantan Tengah 8.32 12.08 10.73
Kalimantan Selatan 10.70 12.06 11.47
Kalimantan Timur 10.10 13.22 11.22
Sulawesi Utara 17.48 20.40 19.03
Sulawesi Tengah 19.56 21.42 20.97
Sulawesi Selatan 10.09 11.40 10.92
Sulawesi Tenggara 16.88 17.84 17.57
Gorontalo 16.03 27.12 23.58
Sulawesi Barat 15.08 21.92 19.48
Maluku 14.13 17.61 16.45
Maluku Utara 14.62 22.20 19.53
Papua Barat 19.38 16.61 17.30
Papua 13.33 17.22 16.23
Indonesia 10.60 13.31 11.90
Sumber: Susenas 2008

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 109


Angka Kesakitan Pemuda Menurut Provinsi, Daerah dan Jenis Kelamin,
Lampiran 8:
Tahun 2008

Kota Desa Kota + Desa


Provinsi
L P L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
N Aceh Darussalam 11.23 14.29 14.23 17.57 13.34 16.57
Sumatera Utara 8.09 8.46 10.48 10.75 9.29 9.62
Sumatera Barat 9.55 9.12 14.30 15.01 12.53 12.73
Riau 8.33 9.06 14.37 13.86 11.29 11.38
Jambi 8.18 7.92 11.54 11.67 10.46 10.40
Sumatera Selatan 13.54 12.11 11.54 14.24 12.31 13.39
Bengkulu 11.48 14.41 15.10 16.64 13.87 15.78
Lampung 14.72 13.44 11.90 14.15 12.70 13.92
Bangka-Belitung 14.13 11.82 12.89 12.65 13.46 12.26
Kepulauan Riau 11.18 11.52 15.87 14.70 13.30 12.64
DKI Jakarta 10.50 9.42 10.50 9.42
Jawa Barat 10.72 11.48 11.58 11.99 11.04 11.67
Jawa Tengah 7.70 9.39 9.74 10.87 8.66 10.09
DI Yogyakarta 9.03 9.61 8.10 8.39 8.79 9.27
Jawa Timur 8.81 10.15 10.88 12.39 9.78 11.22
Banten 11.05 11.67 12.44 11.79 11.56 11.71
Bali 16.31 14.58 16.46 18.67 16.37 16.12
Nusa Tenggara Barat 14.38 12.82 17.77 15.50 16.21 14.34
Nusa Tenggara Timur 14.48 15.30 25.64 28.51 22.85 25.31
Kalimantan Barat 13.52 12.67 11.91 14.69 12.34 14.08
Kalimantan Tengah 7.67 8.90 11.34 12.84 10.08 11.37
Kalimantan Selatan 12.31 9.23 12.28 11.85 12.29 10.69
Kalimantan Timur 9.69 10.54 12.06 14.45 10.55 11.94
Sulawesi Utara 18.61 16.36 20.37 20.43 19.56 18.48
Sulawesi Tengah 20.34 18.80 21.35 21.49 21.11 20.82
Sulawesi Selatan 9.84 10.32 11.55 11.27 10.93 10.91
Sulawesi Tenggara 15.61 17.93 17.87 17.81 17.25 17.85
Gorontalo 15.87 16.18 27.87 26.37 24.07 23.08
Sulawesi Barat 12.18 17.73 22.08 21.78 18.55 20.33
Maluku 12.88 15.38 17.01 18.22 15.65 17.27
Maluku Utara 13.61 15.55 20.80 23.60 18.33 20.70
Papua Barat 21.19 17.83 15.36 17.85 16.74 17.84
Papua 13.31 13.36 17.15 17.28 16.11 16.34
Indonesia 10.34 10.84 12.81 13.80 11.53 12.25
Sumber: Susenas 2008

110 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 9: Persentase Pemuda yang Sakit menurut Jenis Keluhan Kesehatan dan Provinsi, Tahun 2008

Jenis Keluhan
Provinsi
Panas Batuk Pilek Asma Diare Sakit kepala Sakit gigi Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Nanggroe Aceh Darussalam 36,08 39,41 38,67 4,20 5,95 27,90 12,08 29,46
Sumatera Utara 35,24 37,01 37,68 3,15 7,34 19,55 6,94 30,85
Sumatera Barat 39,94 40,79 44,04 4,14 5,29 28,22 9,63 26,39
Riau 40,23 44,45 43,87 4,42 5,97 25,77 12,13 24,59
Jambi 32,33 37,15 38,72 3,53 5,03 21,25 9,16 31,71
Sumatera Selatan 33,36 42,78 46,97 4,74 4,31 29,18 9,56 30,04
Bengkulu 31,12 42,44 43,23 3,29 3,08 18,82 7,02 35,31
Lampung 30,40 47,75 48,84 2,55 4,38 20,14 8,34 34,79

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kep. Bangka Belitung 29,83 41,56 43,12 4,40 3,68 31,82 10,33 33,67
Kep, Riau 40,87 48,25 45,64 5,30 5,36 24,17 10,83 25,30
DKI Jakarta 28,42 49,39 48,29 3,84 4,54 18,74 4,75 31,20
Jawa Barat 30,99 39,68 44,93 4,51 4,40 18,03 6,12 36,31
Jawa Tengah 23,33 46,89 50,64 2,29 4,13 17,66 6,50 33,46
D.I. Yogyakarta 22,86 50,70 58,66 3,65 2,59 17,02 4,85 24,99
Jawa Timur 28,94 47,95 48,42 3,53 4,29 17,02 6,97 28,84

111
Banten 27,76 38,72 41,13 4,38 4,25 23,07 5,32 38,67
Lampiran 9 (lanjutan)

112
Jenis Keluhan
Provinsi
Panas Batuk Pilek Asma Diare Sakit kepala Sakit gigi Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Bali 46,53 44,66 48,65 3,50 4,32 23,62 7,96 27,39
NTB 43,26 41,99 48,16 3,12 3,97 25,74 5,98 32,07
NTT 46,55 58,84 57,83 5,15 6,19 35,38 11,57 30,57
Kalimantan Barat 37,59 42,27 40,12 4,21 6,00 31,45 10,03 28,13
Kalimantan Tengah 29,64 42,25 42,38 4,23 5,66 26,20 11,96 20,27
Kalimantan Selatan 29,23 42,53 44,39 4,96 5,41 22,08 9,39 25,91
Kalimantan Timur 27,05 37,66 44,60 4,08 4,43 17,42 8,23 29,81
Sulawesi Utara 41,79 50,00 50,74 2,94 6,00 26,93 10,91 23,42
Sulawesi Tengah 37,46 33,99 36,90 5,58 7,00 28,16 13,29 32,79
Sulawesi Selatan 32,32 30,32 36,65 2,79 4,89 24,10 8,68 28,77
Sulawesi Tenggara 36,77 35,57 39,43 3,42 5,69 27,98 11,28 25,74
Gorontalo 63,89 48,52 39,19 5,26 8,09 26,51 12,31 17,49
Sulawesi Barat 39,06 34,66 39,60 3,35 8,01 39,94 11,32 29,80
Maluku 36,90 46,79 44,20 5,45 6,59 28,22 12,51 26,64
Maluku Utara 46,35 39,54 31,85 4,45 7,76 35,80 10,29 26,34
Papua Barat 28,84 33,05 36,01 2,54 4,25 23,06 8,61 40,23
Papua 36,29 47,30 44,59 5,36 7,19 23,69 11,73 32,60
Indonesia 32,08 43,36 45,70 3,83 4,82 21,77 7,75 31,49

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sumber: Susenas 2008
Lampiran 10: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pemuda, Tahun 2007-2008

Tahun
Provinsi
2007 2008
(1) (2) (3)
Nanggroe Aceh Darussalam 53,08 54,44
Sumatera Utara 62,30 63,85
Sumatera Barat 59,46 56,84
Riau 57,32 57,22
Jambi 60,78 60,70
Sumatera Selatan 63,66 65,31
Bengkulu 61,63 61,60
Lampung 65,00 61,62
Bangka-Belitung 66,26 63,19
Kepulauan Riau 64,50 71,73
DKI Jakarta 66,32 71,71
Jawa Barat 59,44 61,22
Jawa Tengah 64,82 62,63
DI Yogyakarta 59,29 61,42
Jawa Timur 62,40 64,36
Banten 59,67 64,05
Bali 72,58 73,86
Nusa Tenggara Barat 61,46 61,31
Nusa Tenggara Timur 70,17 65,73
Kalimantan Barat 70,23 70,22
Kalimantan Tengah 64,88 65,85
Kalimantan Selatan 71,37 67,64
Kalimantan Timur 58,62 60,32
Sulawesi Utara 59,44 57,81
Sulawesi Tengah 62,63 64,07
Sulawesi Selatan 58,16 59,09
Sulawesi Tenggara 60,05 63,33
Gorontalo 57,91 57,46
Sulawesi Barat 59,44 62,92
Maluku 55,67 55,92
Maluku Utara 61,56 59,21
Papua Barat 62,88 62,64
Papua 70,93 69,88
Indonesia 62,36 63,11
Sumber: Sakernas, Agustus 2008, BPS

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 113


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Provinsi, Daerah, dan Jenis Kelamin,
Lampiran 11:
Tahun 2008

Kota Desa Kota + Desa


Provinsi
L P L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
N Aceh Darussalam 64,5 40,1 71,9 38,9 69,5 39,3
Sumatera Utara 73,1 48,7 79,7 53,1 76,6 51,0
Sumatera Barat 62,5 38,9 76,3 44,7 71,2 42,6
Riau 75,0 40,7 80,7 32,6 79,0 35,4
Jambi 70,5 45,3 80,6 42,7 77,7 43,5
Sumatera Selatan 75,2 46,2 84,1 51,6 81,2 49,5
Bengkulu 66,9 48,7 80,5 47,0 75,8 47,5
Lampung 72,5 44,8 83,0 41,0 80,3 41,9
Bangka-Belitung 79,4 42,9 87,8 37,2 84,2 39,5
Kepulauan Riau 85,2 69,2 80,0 31,8 84,5 61,1
DKI Jakarta 81,8 62,6 - - 81,8 62,6
Jawa Barat 77,2 48,8 79,7 38,8 78,4 44,4
Jawa Tengah 71,2 53,8 77,7 47,2 74,9 50,2
DI Yogyakarta 65,2 52,8 74,9 56,2 68,3 53,8
Jawa Timur 75,5 52,3 80,6 48,5 78,2 50,2
Banten 76,2 55,6 79,0 45,2 77,3 51,3
Bali 76,0 63,9 84,2 72,0 80,0 67,5
Nusa Tenggara Barat 70,0 47,4 74,7 53,6 72,8 51,2
Nusa Tenggara Timur 51,9 42,6 83,0 58,9 76,5 55,2
Kalimantan Barat 73,4 48,1 86,9 61,4 82,9 57,7
Kalimantan Tengah 72,5 42,7 86,7 52,0 82,6 48,7
Kalimantan Selatan 79,1 47,5 85,2 55,8 82,9 52,4
Kalimantan Timur 75,1 42,7 82,1 40,1 78,0 41,6
Sulawesi Utara 72,6 47,8 77,4 32,8 75,5 39,0
Sulawesi Tengah 67,6 43,2 85,4 47,1 81,6 46,0
Sulawesi Selatan 68,0 43,4 81,1 43,5 75,7 43,4
Sulawesi Tenggara 61,7 40,5 82,5 52,9 77,5 49,8
Gorontalo 73,2 40,7 80,3 35,2 78,3 36,8
Sulawesi Barat 74,3 43,8 81,1 46,6 79,6 46,0
Maluku 62,0 43,8 73,8 41,1 70,0 41,9
Maluku Utara 64,6 43,8 77,3 45,3 73,6 44,8
Papua Barat 65,2 42,4 79,1 52,1 74,7 49,5
Papua 68,5 34,1 81,0 70,9 77,7 61,7
Indonesia 74,3 51,0 80,3 46,8 77,5 48,8
Sumber: Sakernas, Agustus 2008, BPS

114 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 12: Tingkat Pengangguran Terbuka, Tahun 2007-2008

Tahun
Provinsi
2007 2008
(1) (2) (3)
Nanggroe Aceh Darussalam 19,16 19,35
Sumatera Utara 18,75 16,98
Sumatera Barat 21,28 16,92
Riau 17,42 15,93
Jambi 12,76 11,11
Sumatera Selatan 16,74 15,45
Bengkulu 10,30 11,32
Lampung 14,32 15,11
Bangka-Belitung 11,47 11,25
Kepulauan Riau 13,48 10,59
DKI Jakarta 21,47 19,32
Jawa Barat 27,12 24,36
Jawa Tengah 19,34 17,49
DI Yogyakarta 16,90 13,86
Jawa Timur 17,08 15,56
Banten 27,26 26,28
Bali 7,88 7,18
Nusa Tenggara Barat 12,26 11,67
Nusa Tenggara Timur 7,08 7,56
Kalimantan Barat 11,32 10,98
Kalimantan Tengah 9,71 9,17
Kalimantan Selatan 14,73 11,82
Kalimantan Timur 21,03 20,67
Sulawesi Utara 26,20 23,99
Sulawesi Tengah 20,20 10,20
Sulawesi Selatan 19,59 16,42
Sulawesi Tenggara 12,80 11,39
Gorontalo 14,49 11,97
Sulawesi Barat 10,53 9,15
Maluku 23,23 22,23
Maluku Utara 11,58 13,19
Papua Barat 16,62 15,09
Papua 8,78 8,43
Indonesia 19,04 17,36
Sumber: Sakernas, Agustus 2008, BPS

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 115


Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi, Daerah, dan Jenis Kelamin,
Lampiran 13:
Tahun 2008

Kota Desa Kota + Desa


Provinsi
L P L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nanggroe Aceh Darussalam 17,4 26,5 13,7 27,7 14,9 27,3
Sumatera Utara 17,0 27,2 10,4 18,4 13,4 22,4
Sumatera Barat 20,8 23,7 11,8 19,1 14,7 20,6
Riau 22,7 20,7 10,1 20,6 13,8 20,7
Jambi 12,9 20,4 7,0 13,6 8,5 15,8
Sumatera Selatan 23,7 26,9 10,0 12,6 14,1 17,6
Bengkulu 15,5 17,4 7,5 12,0 9,9 13,6
Lampung 19,0 25,7 9,1 21,8 11,3 22,8
Bangka-Belitung 12,6 23,8 5,1 15,3 8,1 18,9
Kepulauan Riau 11,9 7,8 10,0 22,2 11,6 9,4
DKI Jakarta 19,1 19,6 - - 19,1 19,6
Jawa Barat 23,6 27,6 20,9 28,4 22,3 27,9
Jawa Tengah 20,7 14,9 16,5 17,8 18,2 16,4
DI Yogyakarta 15,2 15,0 7,9 16,6 12,7 15,5
Jawa Timur 19,6 17,1 10,7 16,7 14,7 16,9
Banten 25,9 25,6 24,6 31,2 25,4 27,6
Bali 9,6 6,5 6,5 5,7 8,0 6,1
Nusa Tenggara Barat 15,2 15,4 9,9 8,9 12,0 11,3
Nusa Tenggara Timur 8,7 29,2 4,2 7,4 4,8 11,3
Kalimantan Barat 18,8 17,0 8,1 9,3 10,9 11,1
Kalimantan Tengah 12,1 22,8 5,0 9,1 6,8 13,2
Kalimantan Selatan 15,7 19,0 7,9 10,5 10,7 13,6
Kalimantan Timur 23,0 25,9 12,5 24,4 18,4 25,3
Sulawesi Utara 19,1 40,0 14,6 39,4 16,4 39,7
Sulawesi Tengah 14,4 22,0 5,0 14,9 6,7 16,7
Sulawesi Selatan 19,4 20,4 9,9 21,9 13,4 21,3
Sulawesi Tenggara 21,0 27,4 5,1 13,3 8,2 16,2
Gorontalo 12,1 22,9 6,0 20,3 7,6 21,1
Sulawesi Barat 12,6 16,6 5,4 12,4 6,9 13,2
Maluku 28,3 35,3 13,9 26,2 18,0 29,2
Maluku Utara 14,0 35,9 7,1 13,1 8,9 20,3
Papua Barat 20,8 46,6 9,7 10,5 12,7 18,9
Papua 19,5 25,5 5,9 4,7 9,1 7,6
Indonesia 20,2 21,3 12,5 18,1 15,9 19,7
Sumber: Sakernas, Agustus 2008, BPS

116 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 14: Proyeksi Pemuda Berumur 16-30 Tahun menurut Provinsi, Tahun 2005-2015 (dalam ribuan)

Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

NAD 1.197.846 1.222.573 1.247.097 1.265.482 1.285.041 1.300.312 1.314.363 1.327.207 1.337.070 1.343.165 1.346.400

Sumatera Utara 3.595.525 3.649.511 3.722.267 3.781.552 3.834.624 3.879.182 3.915.745 3.951.842 3.970.892 3.986.801 3.996.420

Sumatera Barat 1.229.639 1.261.786 1.289.726 1.312.500 1.333.932 1.352.229 1.368.843 1.383.023 1.391.647 1.399.285 1.404.297

Riau 1.512.308 1.498.230 1.483.709 1.462.664 1.439.031 1.420.555 1.431.857 1.440.918 1.445.192 1.452.944 1.465.885

Jambi 764.476 774.840 784.712 791.294 797.041 803.236 809.566 814.590 817.618 819.102 820.994

Sumatera Selatan 2.094.708 2.113.524 2.132.998 2.142.615 2.150.340 2.153.995 2.160.958 2.165.332 2.163.396 2.158.164 2.149.813

Bengkulu 467.138 470.191 473.556 474.394 474.351 475.121 477.830 479.855 480.313 480.477 479.460

Lampung 2.022.873 2.051.748 2.079.757 2.099.270 2.117.640 2.132.876 2.141.489 2.148.528 2.145.482 2.142.339 2.137.742

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kep. Bangka
324.857 327.143 328.598 329.068 329.332 328.972 327.865 325.437 323.025 319.784 315.780
Belitung
Kep.Riau 400.361 411.739 426.045 437.667 451.977 465.391 479.282 496.081 510.812 526.538 543.537

DKI Jakarta 2.886.178 2.826.444 2.769.486 2.705.308 2.647.355 2.593.379 2.537.405 2.476.043 2.412.884 2.361.982 2.327.902

Jawa Barat 11.110.758 11.117.475 11.121.521 11.077.419 11.032.871 10.987.807 11.012.003 11.021.134 10.994.759 10.972.829 10.952.565

Jawa Tengah 8.499.905 8.450.782 8.522.992 8.555.142 8.581.339 8.595.961 8.539.120 8.474.163 8.378.454 8.276.801 8.161.787

DI Yogyakarta 1.009.209 1.001.537 997.329 989.952 981.429 971.845 947.581 923.451 897.735 873.734 853.846

Jawa Timur 9.601.862 9.570.018 9.551.520 9.499.415 9.447.401 9.395.160 9.284.441 9.163.008 9.012.207 8.863.815 8.721.880

117
Banten 2.659.683 2.692.659 2.724.638 2.747.788 2.769.430 2.789.391 2.824.855 2.861.737 2.886.569 2.911.419 2.935.435
Lampiran 14 (lanjutan)

118
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bali 895.635 885.354 874.493 859.618 845.766 834.793 834.664 832.706 828.910 826.927 825.194
NTB 1.159.739 1.184.934 1.208.789 1.229.537 1.249.813 1.266.258 1.279.922 1.292.566 1.300.331 1.306.369 1.310.234
NTT 1.135.892 1.174.419 1.215.519 1.249.977 1.283.108 1.313.210 1.339.742 1.365.847 1.385.260 1.404.157 1.418.415
Kalimantan Barat 1.165.658 1.186.607 1.206.847 1.222.376 1.237.262 1.250.228 1.260.713 1.270.116 1.274.673 1.278.414 1.281.698
Kalimantan Tengah 583.108 583.745 582.934 579.987 578.013 574.411 578.505 581.395 581.875 582.626 583.352
Kalimantan Selatan 933.840 945.401 955.096 961.878 970.088 976.903 980.407 982.241 980.663 978.328 975.978
Kalimantan Timur 834.139 845.506 855.127 863.057 869.163 876.195 889.093 900.384 908.077 916.027 926.621
Sulawesi Utara 563.726 563.916 564.054 562.659 561.375 560.582 561.304 561.220 557.606 555.353 554.849
Sulawesi Tengah 659.066 668.606 678.645 685.264 691.758 697.120 705.780 712.488 717.526 722.192 725.672
Sulawesi Selatan 2.100.653 2.120.120 2.149.744 2.170.025 2.190.760 2.208.375 2.219.146 2.229.169 2.231.046 2.232.102 2.230.406
Sulawesi Tenggara 561.825 573.900 586.681 597.201 605.086 613.706 624.757 636.036 644.472 652.779 660.543
Gorontalo 252.946 254.372 257.246 258.580 259.979 263.815 266.359 267.913 270.514 271.918 272.081
Sulawesi Barat 275.320 279.530 283.853 287.189 290.489 292.968 294.556 296.698 297.638 296.918 296.801
Maluku 347.865 359.176 370.202 379.569 388.719 397.040 401.684 406.737 408.789 412.739 414.413
Maluku Utara 258.867 267.173 274.679 281.522 286.331 293.065 297.645 301.778 305.924 308.514 310.179
Papua Barat 191.922 196.475 201.133 205.640 208.419 213.338 215.165 218.112 219.017 220.906 221.507
Papua 539.409 552.668 565.437 575.850 581.109 597.727 603.515 608.751 612.630 615.693 618.516
INDONESIA 61.836.936 62.082.102 62.486.430 62.641.459 62.770.372 62.875.146 62.926.160 62.916.506 62.693.006 62.471.141 62.240.202

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sumber: BPS
Lampiran 15: Proyeksi Pemuda Laki-Laki Berumur 16-30 Tahun menurut Provinsi, Tahun 2005-2015 (dalam Ribuan)

Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

NAD 593.251 608.084 624.225 636.038 647.413 656.409 665.765 674.184 680.071 683.566 686.917
Sumatera Utara 1.782.994 1.826.615 1.870.451 1.907.186 1.938.177 1.966.838 1.989.539 2.012.838 2.023.675 2.034.902 2.041.873
Sumatera Barat 595.604 625.374 643.595 657.423 670.128 682.428 694.051 702.537 709.944 714.094 718.331
Riau 758.020 752.627 747.291 738.689 729.450 722.353 730.774 736.443 738.799 744.801 752.562
Jambi 381.759 388.547 394.686 398.884 403.997 408.269 413.659 416.430 419.008 421.195 421.980
Sumatera Selatan 1.046.414 1.058.443 1.071.005 1.078.325 1.084.269 1.089.005 1.097.215 1.100.587 1.101.122 1.100.702 1.098.764
Bengkulu 232.687 233.914 237.554 237.218 237.374 238.281 239.481 240.553 241.648 241.584 240.039
Lampung 1.030.619 1.047.744 1.065.550 1.076.699 1.089.533 1.097.758 1.102.199 1.105.374 1.102.813 1.099.608 1.097.867

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kep. Bangka
171.324 173.504 172.907 173.621 173.838 174.703 173.939 172.697 170.967 170.728 169.409
Belitung
Kep. Riau 185.667 189.749 195.383 197.489 202.051 205.124 210.559 218.657 223.799 228.478 233.524

DKI Jakarta 1.362.011 1.332.834 1.304.371 1.268.003 1.236.543 1.207.517 1.185.162 1.158.063 1.128.525 1.103.885 1.086.848
Jawa Barat 5.486.074 5.497.471 5.509.998 5.493.252 5.477.960 5.462.604 5.484.866 5.494.322 5.484.606 5.476.481 5.472.456
Jawa Tengah 4.266.708 4.250.461 4.316.529 4.353.702 4.386.626 4.416.076 4.398.006 4.374.767 4.333.672 4.288.767 4.236.987

DI Yogyakarta 531.717 528.243 527.611 523.147 518.976 512.385 499.509 486.467 472.143 459.164 447.798
Jawa Timur 4.790.925 4.779.024 4.799.491 4.788.418 4.776.649 4.767.472 4.721.321 4.669.148 4.598.799 4.529.224 4.462.633

119
Banten 1.298.360 1.320.275 1.339.021 1.356.181 1.371.779 1.385.550 1.404.854 1.425.879 1.439.163 1.450.458 1.464.556
Lampiran 15 (lanjutan)

120
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bali 456.078 451.858 447.373 439.732 434.035 429.031 429.526 428.525 427.259 425.133 424.996
NTB 539.743 556.452 574.436 590.221 606.225 618.308 627.826 637.126 643.847 649.407 654.059
NTT 562.166 583.167 609.841 629.167 648.804 667.098 682.964 697.566 708.949 720.580 727.977
Kalimantan Barat 582.494 593.860 605.581 612.933 622.063 628.879 634.763 640.069 642.876 644.748 646.971
Kalimantan Tengah 297.030 297.181 297.628 295.468 294.765 292.781 295.690 296.930 295.585 297.238 296.236
Kalimantan Selatan 462.572 471.046 477.039 481.838 488.429 495.139 497.315 498.979 499.649 498.621 497.391
Kalimantan Timur 427.998 433.616 439.002 444.904 447.819 453.432 460.752 467.467 469.855 475.316 482.455
Sulawesi Utara 289.297 288.441 289.844 289.711 289.378 288.348 289.227 289.286 287.560 285.214 284.221
Sulawesi Tengah 332.264 337.048 343.289 346.641 350.661 353.299 358.710 361.420 364.320 366.287 367.627
Sulawesi Selatan 1.007.902 1.027.407 1.046.409 1.062.220 1.076.384 1.088.884 1.096.989 1.105.043 1.108.215 1.110.800 1.110.843
Sulawesi Tenggara 275.112 282.590 288.803 296.786 299.363 305.051 310.764 316.857 321.234 326.089 330.493
Gorontalo 126.597 127.670 130.836 131.188 132.809 136.125 137.465 138.682 141.031 141.747 142.561
Sulawesi Barat 139.619 142.183 144.349 146.192 149.240 150.200 151.373 154.096 153.692 154.098 153.419
Maluku 177.883 184.292 189.900 194.677 199.221 203.155 205.282 208.119 208.240 210.917 211.481
Maluku Utara 130.481 134.735 140.561 143.102 145.387 148.977 152.180 153.879 156.958 158.236 158.740
Papua Barat 99.024 101.140 104.647 108.065 109.554 112.988 114.941 116.853 117.063 119.100 119.074
Papua 276.094 284.533 291.847 298.631 303.890 310.847 313.961 317.097 318.704 320.596 321.297
INDONESIA 30.696.488 30.910.128 31.241.053 31.395.751 31.542.790 31.675.314 31.770.627 31.816.940 31.733.791 31.651.764 31.562.385

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sumber: BPS
Lampiran 16: Proyeksi Pemuda Perempuan Berumur 16-30 Tahun menurut Provinsi, Tahun 2005-2015 (dalam ribuan)

Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

NAD 604.595 614.489 622.872 629.444 637.628 643.903 648.598 653.023 656.999 659.599 659.483

Sumatera Utara 1.812.531 1.822.896 1.851.816 1.874.366 1.896.447 1.912.344 1.926.206 1.939.004 1.947.217 1.951.899 1.954.547

Sumatera Barat 634.035 636.412 646.131 655.077 663.804 669.801 674.792 680.486 681.703 685.191 685.966

Riau 754.288 745.603 736.418 723.975 709.581 698.202 701.083 704.475 706.393 708.143 713.323

Jambi 382.717 386.293 390.026 392.410 393.044 394.967 395.907 398.160 398.610 397.907 399.014
Sumatera
1.048.294 1.055.081 1.061.993 1.064.290 1.066.071 1.064.990 1.063.743 1.064.745 1.062.274 1.057.462 1.051.049
Selatan
Bengkulu 234.451 236.277 236.002 237.176 236.977 236.840 238.349 239.302 238.665 238.893 239.421

Lampung 992.254 1.004.004 1.014.207 1.022.571 1.028.107 1.035.118 1.039.290 1.043.154 1.042.669 1.042.731 1.039.875

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kep. Bangka
153.533 153.639 155.691 155.447 155.494 154.269 153.926 152.740 152.058 149.056 146.371
Belitung
Kep.Riau 214.694 221.990 230.662 240.178 249.926 260.267 268.723 277.424 287.013 298.060 310.013

DKI Jakarta 1.524.167 1.493.610 1.465.115 1.437.305 1.410.812 1.385.862 1.352.243 1.317.980 1.284.359 1.258.097 1.241.054

Jawa Barat 5.624.684 5.620.004 5.611.523 5.584.167 5.554.911 5.525.203 5.527.137 5.526.812 5.510.153 5.496.348 5.480.109

Jawa Tengah 4.233.197 4.200.321 4.206.463 4.201.440 4.194.713 4.179.885 4.141.114 4.099.396 4.044.782 3.988.034 3.924.800

DI Yogyakarta 477.492 473.294 469.718 466.805 462.453 459.460 448.072 436.984 425.592 414.570 406.048

Jawa Timur 4.810.937 4.790.994 4.752.029 4.710.997 4.670.752 4.627.688 4.563.120 4.493.860 4.413.408 4.334.591 4.259.247

121
Banten 1.361.323 1.372.384 1.385.617 1.391.607 1.397.651 1.403.841 1.420.001 1.435.858 1.447.406 1.460.961 1.470.879
Lampiran 16 (lanjutan)

122
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bali 439.557 433.496 427.120 419.886 411.731 405.762 405.138 404.181 401.651 401.794 400.198
NTB 619.996 628.482 634.353 639.316 643.588 647.950 652.096 655.440 656.484 656.962 656.175
NTT 573.726 591.252 605.678 620.810 634.304 646.112 656.778 668.281 676.311 683.577 690.438
Kalimantan Barat 583.164 592.747 601.266 609.443 615.199 621.349 625.950 630.047 631.797 633.666 634.727
Kalimantan Tengah 286.078 286.564 285.306 284.519 283.248 281.630 282.815 284.465 286.290 285.388 287.116
Kalimantan Selatan 471.268 474.355 478.057 480.040 481.659 481.764 483.092 483.262 481.014 479.707 478.587
Kalimantan Timur 406.141 411.890 416.125 418.153 421.344 422.763 428.341 432.917 438.222 440.711 444.166
Sulawesi Utara 274.429 275.475 274.210 272.948 271.997 272.234 272.077 271.934 270.046 270.139 270.628
Sulawesi Tengah 326.802 331.558 335.356 338.623 341.097 343.821 347.070 351.068 353.206 355.905 358.045
Sulawesi Selatan 1.092.751 1.092.713 1.103.335 1.107.805 1.114.376 1.119.491 1.122.157 1.124.126 1.122.831 1.121.302 1.119.563
Sulawesi Tenggara 286.713 291.310 297.878 300.415 305.723 308.655 313.993 319.179 323.238 326.690 330.050
Gorontalo 126.349 126.702 126.410 127.392 127.170 127.690 128.894 129.231 129.483 130.171 129.520
Sulawesi Barat 135.701 137.347 139.504 140.997 141.249 142.768 143.183 142.602 143.946 142.820 143.382
Maluku 169.982 174.884 180.302 184.892 189.498 193.885 196.402 198.618 200.549 201.822 202.932
Maluku Utara 128.386 132.438 134.118 138.420 140.944 144.088 145.465 147.899 148.966 150.278 151.439
Papua Barat 92.898 95.335 96.486 97.575 98.865 100.350 100.224 101.259 101.954 101.806 102.433
Papua 263.315 268.135 273.590 277.219 277.219 286.880 289.554 291.654 293.926 295.097 297.219
INDONESIA 31.140.448 31.171.974 31.245.377 31.245.708 31.227.582 31.199.832 31.155.533 31.099.566 30.959.215 30.819.377 30.677.817

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sumber: BPS
Lampiran 17: Rasio Jenis Kelamin Pemuda Berumur 16-30 Tahun menurut Provinsi, Tahun 2005-2015 (dalam ribuan)

Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

NAD 98,1 99,0 100,2 101,0 101,5 101,9 102,6 103,2 103,5 103,6 104,2

Sumatera Utara 98,4 100,2 101,0 101,8 102,2 102,8 103,3 103,8 103,9 104,3 104,5

Sumatera Barat 93,9 98,3 99,6 100,4 101,0 101,9 102,9 103,2 104,1 104,2 104,7

Riau 100,5 100,9 101,5 102,0 102,8 103,5 104,2 104,5 104,6 105,2 105,5

Jambi 99,7 100,6 101,2 101,6 102,8 103,4 104,5 104,6 105,1 105,9 105,8

Sumatera Selatan 99,8 100,3 100,8 101,3 101,7 102,3 103,1 103,4 103,7 104,1 104,5

Bengkulu 99,2 99,0 100,7 100,0 100,2 100,6 100,5 100,5 101,2 101,1 100,3

Lampung 103,9 104,4 105,1 105,3 106,0 106,1 106,1 106,0 105,8 105,5 105,6

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kep. Bangka
111,6 112,9 111,1 111,7 111,8 113,2 113,0 113,1 112,4 114,5 115,7
Belitung
Kep.Riau 86,5 85,5 84,7 82,2 80,8 78,8 78,4 78,8 78,0 76,7 75,3

DKI Jakarta 89,4 89,2 89,0 88,2 87,6 87,1 87,6 87,9 87,9 87,7 87,6

Jawa Barat 97,5 97,8 98,2 98,4 98,6 98,9 99,2 99,4 99,5 99,6 99,9

Jawa Tengah 100,8 101,2 102,6 103,6 104,6 105,7 106,2 106,7 107,1 107,5 108,0

DI Yogyakarta 111,4 111,6 112,3 112,1 112,2 111,5 111,5 111,3 110,9 110,8 110,3

Jawa Timur 99,6 99,8 101,0 101,6 102,3 103,0 103,5 103,9 104,2 104,5 104,8

123
Banten 95,4 96,2 96,6 97,5 98,1 98,7 98,9 99,3 99,4 99,3 99,6
Lampiran 17 (lanjutan)

124
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bali 103,8 104,2 104,7 104,7 105,4 105,7 106,0 106,0 106,4 105,8 106,2
NTB 87,1 88,5 90,6 92,3 94,2 95,4 96,3 97,2 98,1 98,9 99,7
NTT 98,0 98,6 100,7 101,3 102,3 103,2 104,0 104,4 104,8 105,4 105,4
Kalimantan Barat 99,9 100,2 100,7 100,6 101,1 101,2 101,4 101,6 101,8 101,7 101,9
Kalimantan Tengah 103,8 103,7 104,3 103,8 104,1 104,0 104,6 104,4 103,2 104,2 103,2
Kalimantan Selatan 98,2 99,3 99,8 100,4 101,4 102,8 102,9 103,3 103,9 103,9 103,9
Kalimantan Timur 105,4 105,3 105,5 106,4 106,3 107,3 107,6 108,0 107,2 107,9 108,6
Sulawesi Utara 105,4 104,7 105,7 106,1 106,4 105,9 106,3 106,4 106,5 105,6 105,0
Sulawesi Tengah 101,7 101,7 102,4 102,4 102,8 102,8 103,4 102,9 103,1 102,9 102,7
Sulawesi Selatan 92,2 94,0 94,8 95,9 96,6 97,3 97,8 98,3 98,7 99,1 99,2
Sulawesi Tenggara 96,0 97,0 97,0 98,8 97,9 98,8 99,0 99,3 99,4 99,8 100,1
Gorontalo 100,2 100,8 103,5 103,0 104,4 106,6 106,6 107,3 108,9 108,9 110,1
Sulawesi Barat 102,9 103,5 103,5 103,7 105,7 105,2 105,7 108,1 106,8 107,9 107,0
Maluku 104,6 105,4 105,3 105,3 105,1 104,8 104,5 104,8 103,8 104,5 104,2
Maluku Utara 101,6 101,7 104,8 103,4 103,2 103,4 104,6 104,0 105,4 105,3 104,8
Papua Barat 106,6 106,1 108,5 110,8 110,8 112,6 114,7 115,4 114,8 117,0 116,2
Papua 104,9 106,1 106,7 107,7 109,6 108,4 108,4 108,7 108,4 108,6 108,1
Indonesia 98,6 99,2 100,0 100,5 101,0 101,5 102,0 102,3 102,5 102,7 102,9

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Sumber: BPS
Lampiran 18: Jumlah Pelatih PPLP Menurut Cabang Olahraga per Provinsi Tahun 2008

Pencak
Anggar Atletik Dayung Karate Panahan
No Provinsi Silat
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 2 0 1 0 1 0 2 0 1 0 1 0
2 Sumut 0 0 0 0 9 1 4 0 0 0 2 0
3 Sumbar 0 0 3 0 2 1 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 2 0 3 0 3 0 0 0 2 0
5 Jambi 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0
6 Sumsel 2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
7 Bengkulu 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 3 0
9 B. Bel 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 0 0 1 1 2 1 1 1 0 0 2 0
12 Jabar 0 0 1 1 4 0 2 1 2 0 2 0
13 Jateng 0 0 3 0 5 0 0 0 0 0 2 0
14 DIY 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0
15 Jatim 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
17 Bali 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 0 0 24 1 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 1 1 0 0 3 0 0 0 2 0 3 0
21 Kalteng 0 0 0 0 2 0 3 1 0 0 2 0
22 Kalsel 0 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0
24 Sulut 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 0
26 Sulsel 0 0 3 1 6 0 5 1 0 0 2 1
27 Sultra 0 0 2 1 1 1 5 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 2 1 2 1 0 0 0 0
31 Malut 0 0 3 0 4 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua B 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
Indonesia 7 1 40 5 97 9 30 6 9 1 27 1

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 125


Lampiran 18. (lanjutan)
Sepak Angkat
Sepakbola Gulat Renang Senam
No Provinsi Takraw Berat
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumut 5 0 2 0 3 0 2 0 0 0 0 0
3 Sumbar 2 0 2 0 2 0 0 0 2 1 0 0
4 Riau 0 0 3 0 2 0 3 0 2 1 2 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0
6 Sumsel 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0
12 Jabar 4 0 0 0 3 0 4 0 0 0 0 0
13 Jateng 0 0 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0
14 DIY 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jatim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalteng 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalsel 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulut 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulsel 5 0 5 0 2 0 0 0 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 2 0 0 0 0 0 4 1 0 0
28 Gorontalo 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Malut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua B 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 17 0 30 1 27 0 13 1 13 6 2 0
Sumber: Kemenpora

126 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 18. (lanjutan)
Agkat Tenis
Tenis Tinju Golf Taekwondo
No Provinsi Besi Meja
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0
3 Sumbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 3 0 2 0 2 0 2 0 2 0 0 0
5 Jambi 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumsel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
12 Jabar 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
13 Jateng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0
14 DIY 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
15 Jatim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalsel 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulut 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulsel 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
31 Malut 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
32 Papua B 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 5 1 4 0 15 0 2 0 7 0 5 0
Sumber: Kemenpora

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 127


Lampiran 18. (lanjutan)
Loncat Bola Balap
Bulutangkis Judo Basket
No Provinsi Indah Voli Sepeda
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumut 0 0 2 0 5 0 0 0 0 0 4 1
3 Sumbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumsel 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
12 Jabar 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
13 Jateng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 DIY 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
15 Jatim 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalsel 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulsel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Malut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
Indonesia 4 0 2 0 14 0 3 0 2 0 5 1
Sumber: Kemenpora

128 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lmpiran 19: Jumlah Atlet PPLP Menurut Cabang Olahraga Per Provinsi Tahun 2008

Pencak
Anggar Atletik Dayung Karate Panahan
No Provinsi Silat
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 20 8 5 5 10 6 10 1 6 4 2 1
2 Sumut 0 0 8 7 15 19 0 0 0 0 8 4
3 Sumbar 0 0 25 16 25 18 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 8 5 9 6 12 8 0 0 6 4
5 Jambi 0 0 0 0 5 6 6 5 3 1 0 0
6 Sumsel 2 3 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0
7 Bengkulu 0 0 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 4 2 6 7 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 0 0 2 4 8 6 9 5 0 0 4 6
12 Jabar 0 0 9 7 10 11 2 7 4 9 5 4
13 Jateng 0 0 6 5 9 11 0 0 0 0 10 8
14 DIY 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 4 4
15 Jatim 0 0 0 0 12 10 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 9 1 5 5 7 2 4 3 0 0
17 Bali 0 0 4 6 1 7 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 18 15 25 15 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 5 0 0 2 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 2 1 0 0 6 4 0 0 2 2 2 2
21 Kalteng 0 0 0 0 5 0 11 7 0 0 3 5
22 Kalsel 0 0 3 2 1 4 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 9 0 8 2 0 0 0 0 0 3
24 Sulut 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 4 2 0 0 9 5 0 0 0 0
26 Sulsel 0 0 21 21 24 12 25 11 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 9 9 5 3 15 7 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 6 4 4 2 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 3 2 1 1 0 0 0 0
31 Malut 0 0 2 4 5 2 0 0 0 0 0 0
32 Papua B 0 0 1 1 2 2 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 3 1 5 1 0 1 0 0 0 0
Indonesia 24 12 166 120 213 166 107 60 21 21 44 41

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 129


Lampiran 19. (lanjutan)
Sepak Angkat
Sepakbola Gulat Renang Senam
No Provinsi Takraw Berat
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumut 38 0 14 1 16 0 2 3 2 2 0 0
3 Sumbar 66 0 28 14 16 0 0 0 9 7 0 0
4 Riau 0 0 13 5 10 0 6 4 5 5 8 4
5 Jambi 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumsel 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 0 0 0 7 10 0 0 0 0 0 0 0
12 Jabar 17 0 0 0 9 0 7 0 4 9 0 0
13 Jateng 22 0 12 0 10 0 0 0 0 0 0 0
14 DIY 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jatim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalteng 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalsel 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 0 0 4 3 0 0 0 0 0 0
24 Sulut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulsel 6 0 13 3 8 0 0 0 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Malut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua B 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
33 Papua 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 154 0 150 40 125 10 19 8 20 23 8 4
Sumber: Kemenpora

130 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 19. (lanjutan)
Agkat Tenis
Tenis Tinju Golf Taekwondo
No Provinsi Besi Meja
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 10 7 5 3 10 2 6 2 6 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 4
6 Sumsel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 3 7 0 0 0 0 0 0 0 0 3 7
12 Jabar 0 0 0 0 0 0 0 0 4 6 0 0
13 Jateng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 4
14 DIY 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0
15 Jatim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 9 6 0 0 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalsel 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulsel 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0
31 Malut 0 0 0 0 4 0 0 0 3 0 0 0
32 Papua B 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 13 14 14 9 44 4 6 2 17 6 14 15
Sumber: Kemenpora

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009 131


Lampiran 19. (lanjutan)
Loncat Bola Balap
Wushu Judo Basket
No Provinsi Indah Voli Sepeda
L P L P L P L P L P L P
1 NAD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sumut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumsel 2 3 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 B. Bel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kep. Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI 0 0 0 0 12 12 0 0 0 0 0 0
12 Jabar 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0
13 Jateng 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0
14 DIY 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0
15 Jatim 0 0 0 0 0 0 8 2 0 0 0 0
16 Banten 0 0 0 0 0 0 0 0 6 2 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 NTB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 NTT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalsel 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kaltim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulsel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Sultra 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulbar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Malut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5
Indonesia 6 3 3 2 12 38 14 2 6 2 0 5
Sumber: Kemenpora

132 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Lampiran 20: Data Sarana dan Prasarana Olahraga menurut Provinsi, Tahun 2008

Sarana

Provinsi Gedung Lapangan Lainnya

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z *
NAD √ √ √ √ √ √ √ √
Sumut √ √ √ √ √ √
Sumbar √ √ √ √ √
Riau √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Jambi √ √ √ √ √ √ √
Sumsel √ √ √ √
Bengkulu √ √ √ √ √
Lampung √ √ √ √ √ √

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Kep. Babel √ √ √ √
Kep. Riau √ √ √ √ √
DKI Jakarta √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Jabar √ √ √ √ √ √ √ √ √
Jateng √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
D I Yogyakarta √ √ √ √ √ √ √ √
Jatim √ √ √ √ √
Banten

133
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 20 (lanjutan)

134
Sarana
Provinsi Gedung Lapangan Lainnya
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z *
Bali √ √ √ √ √ √ √ √
NTB √ √ √ √ √
NTT √ √
Kalbar √ √ √ √ √ √ √
Kalteng √ √ √ √ √
Kalsel √ √ √ √
Kaltim √ √ √ √ √ √ √ √
Sulut √ √ √ √ √ √ √
Sulteng √ √ √ √ √ √
Sulsel √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sultra √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Gorontalo √ √ √ √
Sulbar √ √ √
Maluku √ √ √ √ √ √
Malut √ √ √ √ √ √
Pabar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


Papua √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan:

A: Asrama G: Sepak Bola M: Panahan S: Gulat Y: Bulutangkis

B: Sekolah H: Hall Fitnes N: Sungai (Dayung) T: Tenis Meja Z: Lapangan Tembak

C: GOR I: Bola Voli O: Karate U: Balap Sepeda *Lainnya

D: Atletik J: Angkat Besi P: Silat V: Taekwondo

E: Bola Basket K: Sepak Takraw Q: Golf W: Judo

F: Kolam Renang L: Hanggar R: Tenis X: Tinju

Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009


135
136 Penyajian Data Informasi Kemenpora Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai