A. Pengertiaan Kompetensi
Menurut Spencer dan Spencer (1993), yang dimaksud dengan kompetensi
adalah karekteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja
individu dalam pekerjaannya.
Lebih lanjut spencer dan spenccer mengkategorikan kompetensi menjadi dua
yaitu :
1. Kompetensi Treshold
Kompetensi Treshold merupakan kompetensi umum (berupa pengetahuan,
keterampilan dasar, seperti kemampuan untuk membaca) yang dimiliki setiap
orang dalam melaksanakan pekerjaannya, agar tercapai tujuan minimal.
2. Kompetensi Diferenting
Kompetensi Diferenting adalah kompetensi yang membeddakan antara pegawai
atasan dengan pegawai pada umumnya.
B. Kompetensi Guru
Kompetensi guru menurut James H Stronge (2004) dalam Handbook of Qualitie
Teachers menyatakan bahwa elemen kompetensi guru meliputi
1. Prerequisites of effective Teaching
Elemen kompetensi ini meliputi : verbal ability, content knwoledge,
educational cource work, teacher sertification, teaching experience. Setiap guru
memerlukan persyaratan untuk bisa mengajar secara efektif. Persyaratan tersebut
adalah kemampuan berkomunikasi secara verbal, menguasai bidang studi yang
akan diajarkan, menguasai metode mengajar, memiliki sertifikat guru, dan
pengalaman belajar
2. Teacher as Person
Guru sebagai seorang pribadi, oleh karena itu seorang guru harus memiliki
kompetensi kepribadian.
Indikator yang terkait dengan kepribadian guru adalah :
a. Guru mampu memahami nilai-nilai dan keunikan setiap murid
b. Memperlukan murud secara terbuka dan penuh perhatian
c. Sikap positif terhadap profesi guru
d. Interaksi sosial dengan murid
e. Memiliki antusius dan motivasi pembelajaran
f. Selalu melakukan refleksi terhadap praktik-praktik yang telah dilakukan untuk
mengetahui kekurangannya dan selanjutnya diperbaiki
3. Classroom management and organization
Guru harus memiliki kompetensi dalam manajemen dan organisasi kelas.
Ruang kela dalam penddidikan dapat diibaratkan sebagai kendaraan, dimana murid
murid adalah penumpangnya, dan guru adalah sopirnya. Guru bertugas membawa
murid untuk mencapai suatu tujuan.
4. Organization for instruction
Guru yang efektif harus memiliki kompetensi dalam mengorganisasikan
pembelajaran, agar pelaksanaan dan hasil pembelajaran menjadi optimal.
5. Implementing Instruction
Implenentasi pembelajaran diperlukan untuk menciptakan kelas yang efektif
dapat yang dirumuskan secara sederhana, yaitu guru mengajar dengan baik, dan
murid belajar dengan baik.
7. Kompetensi 7
Menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang
berhubungan dengan ketidakmampuan belajar, ketidak mampuan menyesuaikan
diri ataupun kegagalan/putus.
8. Kompetensi 8
Mengintergrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam persiapan dan
pentransferan kegiatan belajar/mengajar dan sebagai pembelajaran manajemen dan
tujuan pengembangan secara profesional.
9. Kompetensi 9
Bersama-sama dengan staf, sekolah, orang tua, masyarakat dan siswa dalam
mengajar tujuan pendidikan sekolah.
10. Kompetensi 10
Bersama-sama dengan anggota tim pengajar melaksanakan tugas-tugas yang
melibatkan pengembangan san evaluasi kompetensi yang ditargetkan dalam
program studi, dengan mempertimbangkan siswa yang bersangkutan.
11. Kompetensi 11
Terlibat dalam pengembangan profesioanl secara individu maupun dengan orang
lain
12. Kompetensi 12
Menunjukan perilaku profesional secara etis dan bertanggung jawab dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya
No Komptensi Guru
A. Kompetensi Pedagogik
1 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spritual, sosial
kulltural, emosional, dan intelektual
2 Menguasai teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik
3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajran yang diampu
4 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidika
5 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
6 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengatualisasikn
berbagai potensi yang dimiliki
7 Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik
8 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9 Emanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
10 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
B. Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional
indonesi
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladdan
bagi peserta didik dan masyarakat
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa arif dan
berwibawa
4. Menunjukan etos kerja, dan tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
C. Kompetensi Sosial
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga
dan status sosial ekonomi
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan msyarakat
3. Beradaptasi ditempat bertugas diseluruh Republik Indonesia yang memiliki
keberagaman sosial budaya
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain
D. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan logika pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu seara kratif
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan
diri.
Menjadi Guru SMK Profesional
A. Pengembangan Silabus/GBPP
Secara resmi, penyusunan silabus diatur daam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Alam permendikans tersebut
terdapat beberapa standar yaitu standar perencanaan proses pembelajaran, pelaksannan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran. Penyusunan silabus yang baik mengacu pada standar perencanaan
proses pembelajaran.
Standar proses merupakan standar nasional yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar
proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
menengah. Standar proses menjadi acuan dalam penyusunan RPP. Didalam silabus
memuat :
1. Identitas Mata Pelajaran atau Tema Pelajaran
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Materi Pembelajaran
5. Kegiatan Pembelajaran
6. Indikator Pencapaian
7. Penilaian
8. Alokasi Waktu
9. Sumber Belajar
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan KTSP
2. Komponen RPP
Ada beberapa format penyusunan RPP yang sering digunakan guru. Berikut tabel
contoh format RPP
Format 1 (Standar Proses) Format 2 (Alternatif Lain)
1. Identitas Mata Pelajaran 1. Identitas
2. Standar Kompetensi (SK 2. Tujuan Pembelajaran
3. Kompetensi Dasar (KD) 3. Prosedur Pembelajaran
Kegiatan Waktu
Pendahuluan ---
Pengembangan ---
Penutup ---
Materi Pembelajaran
4. Indikator Pencapaian Kompetensi 4. Evaluasi Siswa
5. Tujuan Pembelajaran 5. Tugas
6. Materri Ajar 6. Komentar dan Saran Perbaikan
7. Alokasi Waktu
8. Metode Pembelajaran
9. Kegiatan Pembelajaran
a. Pembuka
b. Inti (eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi)
c. Penutup
10. Penilaian Hasil Belajar
11. Sumber Belajar
RPP dikembangkan dari silabus, oleh sebab itu semua komponen yang
terdapat pada silabus juga terdapat pada RPP. Didalam RPP, secara operasional
dirancang kegiatan pembelajaran mulai dari pembuka, inti dan penutup.
D. Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang baik sangat mendukung pencapaian pembelajaran yang
efektif. Pembelajaran diinyatakan efektif jika proses pembelajaran berkualitas dan hasil
belajar telah mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Good dan Brophy (2003);
Pettty, 2006; Stronge, 2017 mengidentifikasi 10 ciri-ciri mengajar yang efektif yaitu
1. Pemaparan materi dan ppengarahan dari guru jelas
2. Tugas-tugas beroientasi pada iklim kelas yang kondusif
3. Menggunakan kegiatan belajar yang bervariasi
4. Memperhatikan kecepatan belajar individu
5. Meningkatkan partisipasi siswa dan mnegusaanan agar semua siswa terlibat dalam
pembelajaran
6. Memantau kemajuan dan terpenuhinya kebutuhan belajar siswa
7. Menyampaikan pelajaran dengan struktur dan pengirganisasian yang jelas
8. Memberi umpan balik yang positif dan konstruktif
9. Menjamin ketercapaian tujuan pendidikan
10. Menggunakan teknik bertanya yang baik
Manajemen kelas merupakan kegiatan yang kompleks. Guru membutuhkan
banyak pertimbangan untuk membuat keputusan pada saat terjadi permasalahan
pembelajaran di kelas, seperti kondisi ruang kelas tidak nyaman, buku referensi masih
kurang, media yang seharusnya digunakan tidak tersedia, dll. Manajemen kelas
menuntut guru untuk memanfaatkan semua sumberdaya (manusia, fasilitas, dana,
alam/lingkungan sekolah, dll) seoptimal mungkin melalui kerjasama dengan peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Permasalahan pembelajaran dapat
diantisipasi dengan manajemen kelas yang baik sejak awal. Manajemen kelas yang
paling sederhana memiliki empat komponen kegiatan yang disingkat POAC (planning,
organizing, actuating, controlling). Objek manajemen kelas meliputi lingkungan
belajar (sarana dan prasarana pembelajaran), materi pembelajaran, siswa yang belajar.
Berikut ini dipaparkan kegiatan perencanaan dan pengorganisasian penggunaan objek
manajemen kelas tersebut.
1. Penataan Lingkungan Belajar
Penataan lingkungan belajar perlu disiapkan supaya guru dan siswa lebih
mengenal dan dapat seoptimal mungkin memanfaatkan lingkungan belajarnya
(lingkungan sekolah) untuk menciptakan kegiatan proses pembelajaran yang
mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa hal yang perlu ditata dan dicek kesiapannya oleh guru dalam
lingkungan belajar antara lain: kesiapan lingkungan sekolah/kelas, kesiapan
ruangan kelas, dekorasi ruangan, perangkat pendukung pembelajaran,
perlengkapan layanan sekolaj, jadwal piket atau pembagian tugas siswa, identitas
ruang kelas, dan tata letak ruang kelas
2. Mengorganisasikan Materi
Supaya guru lebih siap menyampaikan materi pembelajaran selama satu
semester, maka perlu mengorganisasikan materi pembelajaran. Ada beberapa
kegiatan guru yang berkaiatan degan pengorganisasian materi pelajaran yaitu :
menyusun rencana semester, mengumpulkan sumber belajar, memilih dan
menentukan materi, menerapkan elaborasi, menduplikat materi pembelajaran, dan
kalender akademik
Beberapa hal yang dilakukan guru saat pengorganisasian materi pembelajaran
memiliki tujuan agar terselenggara penyampaian materi yang sesuai dengan
tuntutan silabus pembelajaran.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Guru berperan sebagai sutradara dalam proses pembelajaran yang mengatur
semua kegiatan pembelajaran. Agar pembelajaran berjalan afektif, guru harus
kreatif menyusun pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang banyak
melibatkan siswa
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
katerlibbatan siswa pada proses pembelajaran teori antara lain: membuka
pembelajaran dengan tanya jawab dan diskusi, memberi pengalaman langsung saat
sedang belajar, memanfaatkan teknologi informasi dan komputer,
mengintegrasikan nilai-nilai karakter
E. Evaluasi Pembelajaran
Salah satu rangkaian kegiatan pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi
selama dan sesudah proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi di
lakukan untuk mengetahui kesesuaian antara strategi/metode pembelajaran dengan
materi pelajaran dan kemampuan peserta didik. Sesudah proses pembelajaran, evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar oleh setiap peserta didik.
Hasil evaluasi pembelajaran sering digunakan untuk berbagai kepentingan seperti
melayani keperluan administrasi sekolah, memperbaiki kualitas pembelajaran,
menetapkan peringkat peserta didik di kelas dan peringkat mutu sekolah.
Alat pengukuran hasil belajar di bedakan menjadi dua yaitu tes dan non tes.
Alat pengukuran (tes) sering digunakan untuk mengukur ranah kognitif dan
psikomotor sedangkan alat pengukuran non tes sering digunakan untuk mengukur
ranah afektif. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab/direspon, atau
tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites (diuji) dengan tujuan untuk
mengukur kemampuan atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang diuji
tersebut. Setiap butir pertanyaan atau tugas mempunyai kriteria jawaban atau
ketentuan yang dianga gap benar atau salah. Alat pengukur non tes tidak menuntut
seseorang yang din-w kur memberi respon pada pertanyaan/tugas secara langsung.
Bentuk alat ukur lebih bervariasi dan tidak selalu menggunakan kriteria
jawaban/respon benar atau salah tetapi lebih banyak menggunakan pertimbangan
baik dan kurang baik. Alat pengukuran non tes dapat berupa lembar observasi,
dokumen portofolio, penugasan, dll
3. Pengembangan Tes
Pendidik (guru/dosen) wajib mengembangkan soal tes sendiri, apabila
perangkat tes (butir soal) belum tersedia. Perangkat tes yang baik harus
dikembangkan dan melewati beberapa proses pengujian sebelum akhirnya
diterapkan sebagai alat pengukur kemampuan peserta didik (mahasiswa). Secara
umum, proses pengembangan, penyajian dan pemanfaatan tes prestasi belajar
dijabarkan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penentuan tujuan tes
b. Penentuan kisi-kisi tes
c. Penulisan soal
d. Penelaahan soal, reviu dan revisi soal
e. Uji coba soal, termasuk analisisnya
f. Perakitan soal menjadi perangkat tes
g. Penyajian tes
h. Pensekoran
i. Pelaporan hasil tes
j. Pemanfaatan hasil tes (Puslitbang sisjian, 1996: 12)
a. Validitas Isi
Validitas isi menunjuk seberapa jauh instrumen mengukur keseluruhan ka
wasan pokok bahasan dan perilaku yang hendak diukur. Batasan keseluruhan
kawasan pokok bahasan tidak saja mengindikasikan bahwa instrumen tersebut
harus komprehensif, melainkan juga isinya harus tetap relevan dan tidak keluar
dari batasan tujuan pengukuran. Analisis validitas isi banyak dilakukan terhadap
perangkat instrumen untuk pengukuran prestasi belajar (achievement test).
b. Validitas Konstruk
Validitas konstrak merujuk konstrak teori yang hendak diukurnya.
Langkah untuk menganalisis validitas konstrak dimulai dari menganalisis unsur-
unsur suatu konstrak, kemudian menilai apakah unsur-unsur tersebut logis
mengukur suatu konstrak. Langkah terakhir adalah menghubungkan konstrak
yang sedang diukur dengan konstrak lainnya dengan menggunakan rumus
korelasi. Dalam tes prestasi belajar, konstruk memiliki pengertian yang sama
dengan indikator. Dengan demikian, konsep pengukuran validitas konstrak pada
tes hasil belajar adalah apakah indikator-indikator kompetensi atau kompetensi
dasar yang diukur telah mendukung kompetensi akhir yang ingin dicapai.
c. Validitas Kriteria
Validitas kriteria merupakan validitas yang selalu dikaitkan dengan
kriteria eksternal yang dijadikan dasar pegujian skor tes. Ada dua validitas
kriteria yaitu validitas prediktif dan validitas kongkuren. Validitas prediktif
merujuk pada daya prediksi suatu instrumen terhadap kriteria penilaian
diperoleh pada masa yang akan datang. Validitas kongkuren (concurrent
validity), adalah membandingkan skor hasil tes yang diperoleh dengan kriteria
'skor tes lain yang diperoleh sebelumnya.
d. Reliabilitas
Istilah reliabel dapat diartikan tetap atau konstan. Reliabilitas mengukur
kemampuan instrumen untuk menghasilkan data yang mendekati sarna bila
instrumen tersebut digunakan berulang-ulang pada objek yang sama dan dengan
cara yang sama. Analisis reliabilitas selalu dikaitkan dengan konsistensi
pengukuran, yaitu bagaimana hasil pengukuran tetap (konstan) dan konsisten
dari satu pengukuran ke pengukuran yang lain.
Nilai Kategori F %
Relatif
90-100 Tuntas dengan pegayaan untuk 4 10
pengembangan prestasi
75-89 Tuntas dengan pengayaan untuk 30 75
meningkatkan kompetensi
D-74 Gagal dan harus remedi 6 15
Jumlah 40 100
c. Tindak lanjut Hasil Penilaian
Tindak lanjut hasil penilaian dapat dilakukan dengan bebrapa program
anatara lain program pengayaan dan program remedial. Peserta didik yang
berada pada kisaran skor >75 sd < 90 diberi program pengayaan dalam upaya
untuk lebih meningkatkan penguasaan kompetensi. Peserta didik yang
menccapai batas ketuntasan maksimum (nilai > 90 - 100) diberi program
pengayaan untuk pengembangan prestasi atau untuk mencapai penguasaaan
kompetensi pada tataran yang lebih tinggi.