Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEGIATAN

DIDINAS KESEHATAN KOTA MEDAN


PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TB PARU

1. Pokok Bahasan : TB Paru

2. Sub Pokok Bahasan :

1. Menjelaskna pengertian TB Paru


2. Menjelaskna tentang tanda dan gelaja TB Paru
3. Menjelaskan proses penularan TB Paru
4. Menjelaskan faktor resiko TB paru
5. Menjelaskan bahaya putis obat TB Paru

3. Sasaran : pasien Tb paru yang datang ke puskesmas sentosa baru

4. Waktu Acara : Pukul 07.30 WIB- selesai

5. Tanggal : Jum’at, 8 juni 2018

6. Tempat : Puskesmas Sentosa Baru

7. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

A. Latar belakang

Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi

yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World

Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua

milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta

populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal.

Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang

salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012)

Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret

1
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban

meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian

tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang

meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).

Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama

kesehatan masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak

di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total

jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus

baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB

paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam

(BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk (Riskesdas,

2013).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL

1. Tujuan Umum

Melalui kegiatan pendidikan kesehatan ini pasien mampu memahami apa itu TB

Paru

2. Tujuan Khusus

1. Pasien mengerti tentang TB Paru


2. Pasien mengerti tentang tanda dan gelaja TB Paru
3. Pasien mengerti proses penularan TB Paru
4. Pasien mengerti faktor resiko TB Paru
5. Pasien mengerti bahaya putus obat TB Paru

2
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

PENGORGANISASIAN

1. Judul : TB Paru

2. Moderator : Agus Kusmayadi

3. Penyuluh : Fajar Nurochman Sidik

4 Dokumentator : Adi Pratama

5.Anggota :
Ria Yuliani
Vera Farida
Anas Khoerulumam
Anissa Metha Puspa D
Dampit Pinaluki
Dian Febiola
Dwi Putri Anandia
Khower
6. Pembimbing : HASTUTI, S.Kep,Ners

7. Sasaran ; Semua Umur

8. Waktu /Tempat : 7.30 sampai selesai/ puskesmas santosa baru

9. Hari/tanggal : Juma’at 8 Juni 2018

10. Metode : Ceramah, Tanya Jawab

11. Media : Leaflet, Poster

Pembimbing

HASTUTI, S.Kep,Ners

Nip. 196011011986032004

3
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

MATERI PENYULUHAN

TUBERCULOSIS (TB)

1. Definisi

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit penyakit infeksi menular yang


disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya
tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB
diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun
kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB paru terjadi dalam dua
abad terakhir.

2. Epidemiologi

Mereka yang secara medis dan ekonomis kekurangan di seluruh dunia,


tuberculosis tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Diperkirakan bahwa di seluruh dunia 1,7 milyar orang terinfeksi, dengan 8 hingga
10 juta kasus baru dan 3 juta kematian per tahun. WHO memperkirakan
tuberculosis menyebabkan 6% dari semua kematian di seluruh dunia, yang
menyebabkannya menjadi penyebab tersering kematian akibat infeksi tinggal.

Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka kesakitan dan kematian


akibat TB menjadi setengahnya di tahun 2015 jika dibandingkan dengan data
tahun 1990. Angka prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar 443 per 100.000
penduduk, pada tahun 2015 ditargetkan menjadi 280 per 100.000 penduduk
berdasarkan hasil survey prevalensi TB tahun 2013, prevalensi TB paru smear
positif per 100.000 penduduk umur 15 tahun ke atas sebesar 257. Secara umum
angka notifikasi kasus BTA positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di
Indonesia mengalami peningkatan. Angka notifikasi kasus (case notification rate/
NCR) pada tahun 2015 untuk semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk.

4
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

3. Etiologi
Kuman, Mycobacterium Tuberculosis sebagai kuman penyebab
Tuberkulosis yang ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882,
adalah suatu basil yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut
pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang bersifat aerob, panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6
mikron. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang
kebetulan sesuai dengan tubuh manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-
bulan pada suhu kamar dan dalam ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati
terkena sinar matahari langsung (sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman
ini bersifat dormant (tertidur lama) selama beberapa tahun dan dapat kembali
aktif jika mekanisme pertahanan tubuh lemah.
4. Patofisiologi
Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak penderita TB Paru Positif.
Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita batuk,
berbicara atau meludah. Kuman TB Paru dari percikan tersebut melayang di
udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi dan
selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya.
Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit
TB Paru dapat terjadi akibat dari komponen lingkungan yang tidak seimbang
(pencemaran udara). Masalah pencemaran udara di permukaan bumi sudah ada
sejak zaman pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan
manusia, tentu dimulai sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah
satu media transmisi penularan TB Paru dimana manusia memerlukan oksigen
untuk kehidupan.
Jadi jika seorang penderita TB Paru positif membuang dahak di sembarang
tempat, maka kuman TB dalam jumlah besar berada di udara. Kuman TB Paru
dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih bagian tubuh dengan
kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi utama kuman TB
Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah kavitasi,
fibrosis, pneumonia progresif dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan bagian
tubuh ekstra paru yang sering terkena TB Paru adalah pleura, kelenjar getah

5
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang. Kemungkinan suatu infeksi
berkembang menjadi penyakit, tergantung pada konsentrasi kuman yang terhirup
dan daya tahan tubuh.
Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya di
tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%,
berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI
di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan
reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
5. Gejala klinis
- Demam : biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-
kadang panas badan mencapai 40-41⁰c. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar kemudian dapat timbul kembali.
- Batuk/batuk berdarah : batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yaitu setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Sifatnya
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan lanjut adalah
batuk darah karena terdapat pebuluh darah yang pecah.

6
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

- Sesak nafas : pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. nafas baru akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, ysng
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
- Nyeri dada : gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis,
terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/ melepaskan nafasnya.
- Malaise : penyakit TB bersifat radang menahun. Gejala malaise ditemukan
berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badaan makin kurus (penurunan
BB), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
6. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan


konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris),
badan kurus atau berat badan menurun.

Tempat kelainan lesi TB paru di curigai adalah bagian apex (puncak) paru.
Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi sonor
memendek dan auskultasi suara napas bronkial. Akan di dapatkan juga suara nafas
tambahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini di liputi
oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuker melemah. Bila terdapat
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amformik.

Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit
terlihat agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak.
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama
sekali.

7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis dada cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberculosis. Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang
pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan

7
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat
maka bayangan berupa bulatan dengan batas yang tegas, lesi ini dikenal
sebagai tuberkuloma.
2. Pemeriksaan laboratorium
 Darah rutin : jumlah leukosit yang sedikit meninggi, jumlah limfosit
masih dibawah normal, laju endap darah mulai meningkat, anemia ringan
dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat,
kadar natrium darah mennurun.
 Sputum : ditemukannya kuman BTA.
3. Tes tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk menegakan diagnosis terutama
pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakni dengan
menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative) intrakutan.
8. Penatalaksanaan
Dosis obat TB berdasarkan berat badan (BB)
Nama Obat Dosis Harian Dosis Berkala
BB < 50 kg BB >50 kg 3 x seminggu
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1000 mg 2000 mg 2-3 g
Etambutol 500 mg 1000 mg 1-1,5 g
Streptomisin 750 mg 1000 mg 1000 mg

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan


1. Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan
etambutol.
a. Pada tahap awal pasien mendapat pasien yang terdiri dari 4 jenis obat
(rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol), diminum setiap hari
dan diawasi secara langsung untuk menjamin kepatuhan minum obat dan
mencegah terjadinya kekebalan obat.
b. Bila pengobatan tahap awal diberikan secara adekuat, daya penularan
menurun dalam kurun waktu 2 minggu.
8
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

c. Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi BTA negatif


(konversi) setelah menyelesaikan pengobatan tahap awal. Setelah terjadi
konversi pengobatan dilanujtkan dengan tahap lanjut.
2. Tahap lanjutan menggunakan paduan obat rifampisin dan isoniazid
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat 2 jenis obat (rifampisin dan
isoniazid), namun dalam jangka waktu yg lebih lama (minimal 4 bulan).
b. Obat dapat diminum secara intermitten yaitu 3x/minggu (obat program)
atau tiap hari (obat non program).
c. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Panduan OAT lini pertama yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Artinya pengobatan tahap awal selama 2 bulan diberikan tiap hari dan tahap
lanjutan selama 4 bulan diberikan 3 kali dalam seminggu. Jadi lama
pengobatan seluruhnya 6 bulan.
2. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Diberikan pada TB paru pengobatan ulang (TB kambuh, gagal pengobatan,
putus berobat/default). Pada kategori 2, tahap awal pengobatan selama 3
bulan terdiri dari 2 bulan RHZE ditambah suntikan streptomisin, dan 1 bulan
HRZE. Pengobatan tahap awal diberikan setiap hari. Tahap lanjutan diberikan
HRE selama 5 bulan, 3 kali seminggu. Jadi lama pengobatan 8 bulan.
3. OAT sisipan : HRZE
Apabila pemeriksaan dahak masih positif (belum konversi) pada akhir
pengobatan tahap awal kategori 1 maupun kategori 2, maka diberikan
pengobatan sisipan selama 1 bulan dengan HRZE.
9. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak di tangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi di bagi atas komplikasi dini dan komplikasi
lanjut.

- Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, poncet’s


arthropathy.
9
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

- Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas  SOPT (sindrom obstruksi pasca


tuberculosis, kerusakan parenkim berat  fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
10. Prognosis

Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai


dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi
kurang baik.

11. Pencegahan
- Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan
orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif
- Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup
kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka
jendela dan gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan ke luar.
- Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut
kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa
untuk membuang masker secara teratur.
- Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan
(air sabun).
- Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
- Hindari udara dingin.
- Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur.
- Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
- Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga
mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.
- Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.

10
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PUSKESMAS SENTOSA BARU MEDAN

12. Edukasi
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
tuberkulosis
2. Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur.
3. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan.

11
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

Anda mungkin juga menyukai