Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS THT

OTITIS EKSTERNA

Disusun Oleh :

Gabriel klemens Wienanda (030.08.107)

Raini (030.08.193)

Abdullah (030.08.002)

Sofiuddin bin Nordin (030.08.305)

Pembimbing :

dr. Faridah nurhayati Sp. THT, KL, Mkes

KEPANITERAAN KLINIK THT RSUD KOTA BEKASI

PERIODE 21 JANUARY 2013 – 23 FEBRUARY 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Studi case dengan judul


“OTITIS EKSTERNA”
telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu THT di RSUD Kota Bekasi
periode 21 January 2012 – 23 Februari 2013

Bekasi, 9 February 2013

(dr. Farida Nurhayati .THT, KL Mkes)

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa, atas segala
nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan studi
case ini dengan sebaik-baiknya.
Case ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik ilmu penyakit THT di
RSUD kota bekasi.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.Faridah
Nurhayati, Sp.THT, KL selaku pembimbing studi case kami di Kepaniteraan Klinik THT RSUD
Bekasi yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan dalam penyusunan referat ini.
Kami sadari betul bahwa case ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah yang
kami buat ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga studi case ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikumuslam
Jakarta, February 2013

Penyusun,

Gabriel klemens Wienanda (030.08.107)

Raini (030.08.193)

Abdullah (030.08.002)

Sofiuddin bin Nordin (030.08.305)


iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ I

KATA PENGANTAR .................................................................................... Ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... Iii

BAB II. PENDAHULUAN............................................................................. 11

1.1.Latar Belakang ................................................................................ 11

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 12

III.1. Anatomi Telinga dan Fisiologi Pendengaran ................................ 12

III.1.1.Telinga Luar ...…………………………………………. 12

III.1.2. Telinga Tengah …...…………………………………... 13

III.1.3. Telinga Dalam …….…………………………………… 23

III.1.4. Prosesus Mastoideus ..…………………………………. 25

III.1.5. Fisiologi Pendengaran …………………………………. 27

III.2. Otitis Eksterna ………………………………… 29

III.2.1. Definisi ………………………………………………… 29

III.2.2. Epidemiologi dan Etiologi …...………………………... 29

III.2.4. Patogenesis …………………………………………….. 32

III.2.5. Klasifikasi ……………………………………………... 35

III.2.6. Manifestasi Klinis ……………………………………... 37

III.2.7. Pemeriksaan Klinis …………………………………….. 40

III.2.8. Penatalaksanaan ……………………………………….. 44

BAB IV. KESIMPULAN ………………...................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56

5
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri terlokalisir atau difus dengan gejala telinga terasa sakit.
Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini dapat berupa kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis
eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafilokokus.aureus
(15%) dan bakteroides (11%).1

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan liang
telinga sepertiga luar. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeks bakteri patogen
yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus atau
jamur.2 Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.

Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan banyak peneliti


mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti berenang dan
menimbulkan kekambuhan. Selain itu keadaan panas, lembab dan trauma terhadap
epitel dari liang telinga luar juga merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis
eksterna.3,4

Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit


pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila
peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa
sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.5 Dalam upaya
menanggulangi Otitis eksterna, sejak dahulu telah dipergunakan larutan Burrowi,

6
yang di kemukakan pertama kali oleh dr.Karl August Von Burrow (1809-1874)
seorang ahli bedah Jerman dari Koningsburg. Dia menggunakan larutan Burrowi
sebagai obat untuk telinga sejak akhir abad ke-19. Larutan Burrowi (Burrow’s
Solution), berisi larutan aluminium sulfat dan digunakan secara luas sebagai obat
kompres yang sekaligus bekerja sebagai anti septik dan adstrigensia dan
mempunyai pH 3,2.1

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA

Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani.Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3cm. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat
banyak kelenjar serumen dan rambut.Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.

8
2.1.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani yang
merupakan membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga.

Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars
flaksida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan
epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu
lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin.

Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang


pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan. Tuba eustachius
menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

2.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa
skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari koklea
tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala
media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani
berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam
yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana cairan
perilimfa tinggi akan natrium dan rendah kalium,sedangkan endolimfa
tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran.

9
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s
Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel
rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Ujung saraf
aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan
sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung
diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular sehingga
dikenal sebagai membrane tektoria.

Membran tektoria disekresi dan disokong limbus yang terletak di medial.


Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrane tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti yang membentuk
organ Corti.

2.2 DEFINISI

Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmer’s ear,
adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran
telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat
sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua
kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang
berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga.
Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar
yang memproduksi lilin.

10
2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

2.3.1 Etiologi

Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi,


iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan
terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang
telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara
terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear).3

Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen


yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn,
gentamicin, polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah
metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut
yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.2

2.3.2 Faktor Risiko

 Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds,


ujung jari atau alat lainnya

 Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis


eksterna.

 Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan


merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

 Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna


rambut yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang
memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk

 kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau
pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari
kuman atau jamur

 kanal telinga sempit

 infeksi telinga tengah


11
 diabetes.

2.4 EPIDEMIOLOGI

Setiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di
Amerika Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena
partisipasi dalam kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan
eczematous merupakan otitits yang umum di Amerika Serikat, namun otitis
necrotizing jarang terjadi. Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak
diketahui, namun insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia.

Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka
kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis
eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan
prevalensi selama 12-bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan
prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.3,5

DI indonesia, penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang


sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang
dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS
H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus
(8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus
(5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.5-9

Nan Sati CN dalam penelitiannya di RS.Sumber Waras / FK UNTAR


Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370
penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737
wanita.14

2.5 PATOFISIOLOGI

• Serumen bsifat asam (pH 4-5) →mcegah ptumbuhan bakteri&jamur jg mcegah


kerusakan kulit
• Biasanya trauma lokal mendahului
12
• Terkena air yg blebihan mengurangi jml serumen yg akan mbwt kanal kering dan
pruritus.

 Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud tlalu srg bisa mendorong sel-sel
kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.

Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang

Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga

mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur

 Kandungan air pada permukaan luar kulit diduga memegang peranan yg nyata
didalam mudahnya terjadinya infeksi telinga luar

Stratum korneum menyerap kelembaban dari lingkungan

suhu yang tinggi ,kembaban yang tinggi (berenang)

P↑ kelembaban dari keratin didalam serta disekitar unit-unit apopilo sebasea

menunjang pembengkakan & pyumbatan folikel

B(−)nya aliran serumen kepermukan kulit

Serumen bsifat asam (pH 4-5) →mcegah ptumbuhan bakteri&jamur jg mcegah
kerusakan kulit→klo b(-) ga ada yg mcegah

Gatal

Garuk/cedera

invasi organisme eksogen mel pmukaan superficial epidermis yang biasanya resisten
terhadap bakteri

Organisme yang paling umum dijumpai pada OE adalah P aeruginosa


(50%), S aureus (23%), anaerob dan organisme gram negatif (12,5%), dan jamur
seperti Aspergillus dan Candida spesies (12,5%). Otomikosis adalah infeksi di
saluran pendengaran eksternal yang disebabkan oleh spesies Aspergillus sebanyak
80-90% dari kasus. Kondisi ini ditandai oleh adanya hifa yang panjang, putih,
berbentuk benang yang tumbuh dari permukaan kulit. Dalam sebuah penelitian,
91% dari kasus otitis eksternal disebabkan oleh bakteri.
13
2.6 KLASIFIKASI

Otitis Eksterna akut

a. Bakteri

Otitis Eksterna Sirkumskripta

Otitis Eksterna Difus

b. Virus

Herpes Zoster

c. Jamur

Otomikosis

Infeksi Kronis Liang Telinga.

a. Otitis Eksterna Maligna


b. Keratosis Obturans dan Kolesteatom Eksterna

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :

1 Otitis Eksterna Ringan :


Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat
Liang telinga menyempit
2. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
3. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput.
Eritema positif.

Secara umum otitis eksterna akut ada 2, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis
eksterna difus.
14
Otitis eksterna sirkumskripta

Oleh karena kulit di sepanjang sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa
kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat
itu bisa terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.

Kuman penyebab biasanya Staphyloccoccus aureus atau Staphylococcus albus.


Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini
disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di
bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain
itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang
telinga.

Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal bisa diberikan salep atau tetes
antibiotika. Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang
drainage untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik
sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.

Otitis eksterna difus

Sering mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah
Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau.
Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti secret yang keluar dari kavum
timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga,
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara kulit yang meradang dengan obatnya. Kadang-kadang
diperlukan obat antibiotika sidiliang teling mur stemik.

15
Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut yang tersering ialah aspergillus. Kadang-kadang ditemukan juga candidia
albikans atau jamur yang lain.

Gejalanya biasanya berupa rasa gatal atau rasa penuh ditelinga, tetapi sering tanpa
keluhan.Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga dengan larutan
asam asetat 2,5% dan alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur ( sebagai salep )
yang diberikan secara topikal.

Herpes Zoster

Keratosis obliterans dan kolesteatom eksterna

Otitis eksterna maligna

2.7 DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:

2.7.1 ANAMNESIS

Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:

 Otalgia
 Rasa penuh ditelinga
 Gatal
 Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi
dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)
 penurunan pendengaran

16
 tinnitus
 Demam (jarang)
 Gejala bilateral (jarang)
Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala
yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit
bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang
telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan
yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari
liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita
otitis eksterna.7
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan
suatu otitis eksterna akuta.7
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna.
Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.5,7

2.7.2 PEMERIKSAAN FISIK

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:

 Nyeri tekan tragus


 Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
 Discharge purulen
 Eczema dari daun telinga
 Adenopati Periauricular dan servikal
 Demam (jarang)

17
 Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke
dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak,
dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI
(aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol
edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

 Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan


irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah
visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat
topikal.

 Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi
peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.

 Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan


agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan
(2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.

 Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen


acidifying dan kortikosteroid.

 Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes,


adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran
telinga.

 Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke
dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4
kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang dianjurkan dokter). Setelah
kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah insersi.
18
 Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi,
persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa
steroid).

 Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim tacrolimus
0,1% (melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga) mengakibatkan
tingginya tingkat resolusi setelah 9-12 hari terapi.

OTITIS EKSTERNA

Pertimbangkan mengambil
Evaluasi secara rutin
sampel
dalam 5-7 hari jika
imunocompromized
atau diabetes, gejala
memburuk, gejala
TERAPI tidak hilang dalam 1
minggu
Edukasi+ analgetika+ tetes
telinga topical+/-
menghilangkan debris

Rujuk ke THT jika:

Terapi gagal

Gejala dan tanda yang berat

Kemungkinan adanya otitis eksternal necrotizing

Gambar 2: Skema terapi otitis eksterna

19
2.9 PROGNOSIS

Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai