Anda di halaman 1dari 5

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

1.1. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu atau lebih dari saluran pernapasan, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura.

1.2 Etiologi ISPA

Menurut Depkes (2004) menyatakan penyakit ISPA dapat disebabkan oleh


berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lainnya. ISPA
bagian atas umumya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri, umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga
menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah genus Streptococcus, Stapilococcus,


Pneumococcus, Haemophyllus, Bordetella dan Corynobacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain golongan Paramykovirus (termasuk di dalamnya virus Influenza,
virus Parainfluenza dan virus campak), Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Herpesvirus dan lain-lain. Di negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab
ISPA adalah Streptocococcus pneumonia dan Haemopylus influenza.

1.3 Klasifikasi ISPA

a. Berdasarkan lokasi anatomik

Menurut Depkes (2004) penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi
anatominya, yaitu: ISPA atas (ISPaA) dan ISPA bawah (ISPbA). Contoh ISPA atas
adalah batuk pilek (Common cold), Pharingitis, Otitis, Flusalesma, Sinusitis, dan lain-
lain. ISPA bawah diantaranya Bronchiolitis dan Pneumonia yang sangat berbahaya
karena dapat mengakibatkan kematian.

b. Berdasarkan golongan Umur

Depkes (2004) mengklasifikasikan ISPA berdasarkan kelompok umur sebagai


berikut:

1) Kelompok umur <2 bulan, pneumonia berat dan bukan pneumonia. Pneumonia
berat ditandai dengan adanya napas cepat, yaitu pernapasan sebanyak 60 kali permenit
atau lebih, atau adanya tarikan dinding dada yang kuat pada dinding dada bagian
bawah ke dalam (severe chest indrawing), sedangkan bukan pneumonia bila tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

2) Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pneumonia berat, pneumonia dan bukan
pneumonia. Pneumonia berat, bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia didasarkan
pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya nafas cepat sesuai
umur, yaitu 40 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan
tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

1.4 Tanda dan Gejala ISPA

Depkes (2004) membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu ISPA ringan,
ISPA sedang dan ISPA berat.

1. Gejala dari ISPA ringan

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :

a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
berbicara atau menangis)

c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.

b. Gejala dari ISPA sedang

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-
<12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - < 5 tahun.
b) Suhu tubuh lebih dari 39°C

c) Tenggorokan berwarna merah

d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

c. Gejala dari ISPA Berat

Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala- gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

a) Bibir atau kulit membiru


b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

d) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas


e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

f) Tenggorokan berwarna merah.

1.5 Diagnosis ISPA

Pneumonia yang merupakan salah satu dari jenis ISPA adalah pembunuh utama
balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan
campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena
pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Di antara 5 kematian
balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian
pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang terlupakan” atau “the
forgotten pandemic”. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga
pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau “the forgotten killer
of children” (Kemenkes RI, 2011b).

Diagnosis etiologi pnemonia khususnya pada balita sulit untuk ditegakkan karena
dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum
memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai
penyebab pnemonia, hanya biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta
pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan
diagnosis etiologi pnemonia. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan
dan menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun di sisi lain
dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika (terutama jika
semata untuk tujuan penelitian). Dengan pertimbangan tersebut, diagnosis bakteri
penyebab pnemonia bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing
(melalui publikasi WHO), bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Hemophylus
influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di
negara berkembang. Di negara maju pnemonia pada balita disebabkan oleh virus.
Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas disertai peningkatan frekuensi napas (napas cepat) sesuai umur. Penentuan
napas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekuensi pernapasan dengan
menggunakan sound timer. Batas napas cepat (Kemenkes RI, 2011b) adalah :

a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih.
b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih.

c. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernapasan sebanyak 40 kali per
menit atau lebih.

Diagnosis pneumonia berat untuk kelompok umur kurang 2 bulan ditandai


dengan adanya napas cepat, yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit
atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke
dalam. Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau
kesukaran bernapas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum.
Pada klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosisnya adalah batuk pilek biasa
(common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non-pnemonia lainnya.
1.6 Penatalaksanaan ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar


merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang
tepat pada pengobatan penyakit ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan


penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-
kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA .

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan


mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh
ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak
tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan
auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

b. Pengobatan

a) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigen dan sebagainya.
b) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun
panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. d. Perawatan di
rumah

1.6 Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:


a) Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya
dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum
air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu
akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka
kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus
/ bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

b) Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya
tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus /
bakteri.
c) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri
di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara).
Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan
yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet
(campuran antara bibit penyakit).

Anda mungkin juga menyukai