BAB V

HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Deskripsi data
Tabel 3. Data Dasar Responden (Baseline Characteristic)
No Karakteristik Jumlah Persentase
DEMOGRAFI
1 USIA BALITA
1-12 bulan 3 23,07%
13-24 bulan 3 23,07%
25-36 bulan 3 23,07%
36-48 bulan 2 15,38%
49-60 bulan 2 15,38%
2 BERAT BADAN BALITA
Berat badan kurang 2 15,38%
Berat badan normal 11 84,61%
Berat badan lebih
5 PENDIDIKAN
Tidak sekolah/ tidak tamat SD
Tamat SD/ sederajat
Tamat SLTP/ sederajat 5 38,46%
Tamat SLTA/ sederajat 5 38,46%
Tamat Diploma/ Sarjana 3 23,07%
6 PEKERJAAN
PNS 1 7,69%
Wiraswasta
Petani
Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga 11 84,61%
Lain-lain 1 7,69%

26
 Tabel 4. Faktor Resiko Responden

1 ASI EKSKLUSIF Jumlah Persentase

Ya 12 92,31%
Tidak 1 7,69%
2 SANITASI LINGKUNGAN
Baik 7 53,84%
Buruk 6 46,16%
3 HYGIENE PERORANGAN
Baik 4 30,77%
Buruk 9 69,23%
4 PENYEDIAAN AIR BERSIH
Baik 5 38,46%
Buruk 8 61,54%
5 PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT
Baik 8 61,54%
Buruk 5 38,46%

14

12

10

8
BAIK
6
BURUK
4

0
ASI EKSKLUSIF SANITASI HYGIENITAS AIR BERSIH JAMBAN
SEHAT

Grafik 1. Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan diare.

B. Pembahasan
Diare adalah defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu >200 gr atau
200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer >3 kali perhari. Diare dapat disertai lendir ataupun darah (Zein, et al.,
2004).

27
 Diare merupakan penyebab utama kematian pada anak kurang dari 5
tahun. Diare dapat menyebabkan dehidrasi berat, dan menyebabkan kematian
pada tiga perempat juta anak setiap tahunnya, terutama pada negara dengan
keterbatasan sumber daya (Baker, et al., 2016).
Baker et al., 2016 menyatakan bahwa faktor yang paling
mempengaruhi kejadian diare adalah higienitas dan sanitasi lingkungan dalam
rumah tangga. Tabel 4 menyatakan bahwa 69,23% sampel memiliki higiene
perorangan yang buruk. Higiene perorangan meliputi kebiasaan ibu dan anak
dalam mencuci tangan, ketika sebelum dan sesudah makan, setiap selesai
membuang air besar, dan ketika ibu menyuapi anak. Selain itu juga meliputi
kebiasaan ibu mencuci peralatan makan dan minum yang digunakan oleh
anak, kebiasaan menutup makanan yang dimasak, dan kebiasaan ibu
menggunting kuku anak jika terlihat agak panjang.
Oloruntuba, et al., 2014 dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat menurunkan
angka kejadian dari penyakit infeksi. Mencuci tangan dengan tidak
menggunakan sabun akan meningkatkan angka kejadian diare. Ibu yang
memiliki kebiasaan mencuci tangan ketika menyiapkan makanan akan
menurunkan risiko kejadian diare pada anak. Penelitian Nguyen, 2016
menunjukkan bahwa angka kejadian diare lebih tinggi secara signifikan pada
keluarga dengan ibu yang jarang mencuci tangan sebelum memberi makan
anak. Takanashi, et al., 2009 juga menunjukkan bahwa risiko diare pada anak
lebih tinggi pada anak dengan ibu yang tidak selalu mencuci tangan dengan
sabun ketika mempersiapkan makanan. Selain itu, kebiasaan ibu
membersihkan tangan anak setelah buang air besar hanya terdapat pada
29,3% sampel, sedangkan kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi
makan anak hanya 12,4% dari sampel.
WHO, 2017 menyatakan bahwa kunci untuk pencegahan diare
meliputi ketersediaan air bersih, sanitasi lingkungan yang baik, kebiasaan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun, pemberian ASI eksklusif
selama enam bulan pertama kehidupan, kebiasaan higienitas personal dan
makanan yang baik, edukasi mengenai penyebaran penyakit dan vaksinasi

28
 rotavirus. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun terutama setelah
buang air besar dan sebelum makan adalah langkah penting dan sederhana
dalam melindungi diri dari paparan materi fekal (Baker, et al., 2016).

C. Keterbatasan Mini Project

Penyusunan mini project ini memiliki keterbatasan antara lain jumlah
sampel yang masih terbatas. Keterbatasan antara lain adalah desain penelitian
yang digunakan pada pengambilan data ini berupa studi potong lintang (cross
sectional) sehingga menyebabkan pengumpulan data tidak mewakili secara
keseluruhan.

29