Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH SUHU PEMANASAN PADA PROSES UPGRADING


BATUBARA DENGAN PENAMBAHAN PALM FATTY ACID DISTILATION
(PFAD) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA BATUBARA

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Permohonan Tugas Akhir


Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh
Muhammad Fadhli
03021181419042

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
A. JUDUL
Pengaruh Suhu Pemanasan pada Proses Upgrading Batubara dengan
Penambahan Palm Fatty Acid Distilation (PFAD) Terhadap Karakteristik
Fisik dan Kimia Batubara.

B. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan.

C. LATAR BELAKANG
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi dunia.
Batubara telah memainkan banyak peran, tidak hanya untuk membangkitkan
listrik, namun juga merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan industri.
Indonesia memiliki cadangan batubara yang berlimpah. Berdasarkan data
Direktorat ESDM tahun 2016, cadangan batubara di Indonesia adalah
sebanyak 28,45 milyar ton. Cadangan batubara tersebut terdiri dari batubara
berkalori sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Dari total cadangan
batubara tersebut, jumlah cadangan batubara berkalori rendah adalah sebesar
50,01%. Hal ini menunjukan bahwa cadangan batubara Indonesia yang
berkalori rendah sangat besar, terutama batubara yang terdapat di Sumatera
Selatan.
Batubara dengan kalori rendah sulit dimanfaatkan terutama jika
digunakan sebagai bahan bakar langsung sehingga batubara jenis ini memiliki
nilai jual yang rendah. Batubara berkalori rendah adalah batubara dengan
nilai kalori kurang dari 5.100 kal/gr. Berdasarkan hal tersebut maka batubara
berkalori rendah harus ditingkatkan terlebih dahulu nilai kalorinya sebelum
dimanfaatkan sebagai bahan bakar (Komariah, 2012).
Nilai kalori batubara berbanding terbalik dengan kandungan moisture
didalam batubara. Moisture yang tinggi dalam batubara Semakin tinggi
kandungan moisture didalam batubara maka nilai kalori batubara akan
semakin rendah. Menurut Ewart et al dalam Wulan, (2009) meskipun
batubara Indonesia yang berperingkat rendah memiliki kadar abu dan sulfur

1
yang sangat rendah, namun memiliki total kandungan air yang tinggi, yaitu
lebih besar dari 40%. Tingginya kandungan moisture di dalam batubara juga
akan menurunkan efisiensi pembakaran dari batubara (Prabowo, 2014).
Penurunan efisiensi tersebut dapat menyebabkan peningkatan jumlah
batubara yang digunakan dalam suatu proses pembakaran. Oleh sebab itu
peningkatan nilai kalori batubara dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kandungan moisture didalam batubara.
Pengembangan dilakukan dengan berbagai metode untuk meningkatan
nilai kalori batubara dengan menghilangkan kandungan moisture pada
batubara, seperti proses pemanasan, superheated steam dan pembakaran gas.
Namun, peningkatan nilai kalori batubara umumnya dilakukan dengan proses
pemanasan. Menurut Speight dalam Ningsih and Huda (2015), pemanasan
yang dilakukan pada suhu tertentu akan menyebabkan pori-pori batubara akan
terbuka dan moisture didalam batubara akan keluar dari batubara. Hal ini
menyebabkan kandungan moisture didalam batubara akan berkurang. Dengan
berkurangnya kandungan moisture didalam batubara maka akan
menyebabkan meningkatnya nilai kalori batubara.
Proses pemanasan akan membuka pori-pori batubara sehingga
kandungan moisture didalam batubara akan keluar melalui penguapan.
Menurut Hardyanto dalam Wulan (2012), batubara peringkat rendah yang
telah kering cenderung menyerap air kembali ketika dalam lingkungan yang
mengandung air atau uap air karena equilibrium moisture batubara yang
tinggi. Oleh karena itu batubara hasil proses pemanasan harus segera
dimanfaatkan. Jika tidak segera dimanfaatkan maka batubara tersebut akan
mudah menyerap air kembali melalui pori-pori batubara yang terbuka.
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan tujuan agar batubara yang
telah ditingkatkan nilai kalorinya tidak mudah menyerap air kembali.
Teknologi yang digunakan antara lain adalah dengan menambahkan zat aditif
pada batubara (Arianto, 2014). Zat aditif ini akan bertindak sebagai coating
sehingga dapat menutupi permukaan atau pori-pori batubara. Dengan adanya
coating ini maka batubara tidak mudah menyerap air kembali.

2
Salah satu zat aditif yang dapat ditambahkan ke batubara adalah Palm
Fatty Acid Destilation (PFAD). PFAD adalah produk samping dari proses
pemurnian kelapa sawit (Dara, Estiasih, dan Mahar, 2016). PFAD dapat
dijadikan sebagai coating pada batubara sehingga mencegah penyerapan air.
Dengan penambahan PFAD sebagai coating pada permukaan batubara maka
batubara yang telah ditingkatkan kualitasnya akan lebih stabil (Park et al.,
2013).
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap kualitas batubara. (Billah, 2010) melakukan penelitian mengenai
peningkatan nilai kalori batubara peringkat rendah dengan menggunakan
minyak tanah dan minyak residu. Prosedur penelitian tersebut adalah
mencampurkan batubara dengan minyak tanah atau minyak residu dengan
suhu yang berbeda – beda. Suhu yang digunakan yaitu 120, 140, 160, 180
dan 200oC. Lalu campuran tersebut dilakukan analisa proksimat. Hasil
penelitian ini menunjukan suhu yang diberikan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai kalori batubara. Nilai kalori yang diperoleh dari penelitian
tersebut rata – rata sebesar 17,198%. Favas et al., (2002) melakukan
penelitian terhadap batubara dari tiga negara yang berbeda yaitu Indonesia,
Amerika Serikat dan Australia. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa
pada suhu 350oC dapat meningkatkan porositas batubara sehingga kadar iar
pada batubara dapat berkurang.
Pengujian suhu pemanasan juga digabungkan dengan melapisi batubara
dengan PFAD. Penelitian tersebut dilakukan dengan prosedur atau perlakuan
yang berbeda-beda. Jo et al., (2014) melakukan penelitian mengenai
upgrading batubara dengan PFAD. Proses upgrading dilakukan dengan cara
mencampurkan batubara yang berukuran 0,425-1 mm dengan PFAD dan
selanjutnya dipanaskan pada suhu 1070C. Arianto, (2014) melakukan
penelitian mengenai pengaruh waktu pemanasan pada proses upgrading
batubara dengan penambahan PFAD. Proses upgrading dilakukan dengan
mencampurkan batubara dan PFAD, kemudian dipanaskan pada suhu 105 0C.
Si-Hyun Lee et al., (2014) membuat paten upgrading batubara dengan
penambahan PFAD (No. Pub. No.: US 2014/0366431 A1). Pada upgrading

3
tersebut, PFAD dicampurkan dengan batubara yang berukuran lebih kecil
dari 0,5 mm, sebanyak 0,5 – 30% dari berat batubara. Setelah proses
pencampuran, selanjutnya campuran PFAD dan batubara dipanaskan
menggunakan suhu 100 -1150C. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rifella
et al., (2016), proses pemanasan campuran batubara dan palm acid oil
dilakukan pada suhu 1500C.
Dari beberapa penelitian diatas, dapat dilihat bahwa proses pemanasan
atau pengeringan campuran batubara dan zat aditif dilakukan pada suhu yang
berbeda-beda. Pada penelitian tersebut, batubara dipanaskan terlebih dahulu
sebelum proses pencampuran dengan PFAD. Pemanasan batubara ini
dilakukan dengan tujuan meningkatkan terlebih dahulu nilai kalori batubara
sebelum batubara tersebut dicampur dengan PFAD. Selanjutnya dilakukan
proses pencampuran dan campuran batubara dan PFAD tersebut dikeringkan
pada suhu 800C.
Perbedaan suhu pemanasan yang berbeda pada proses upgrading
batubara memungkinkan akan menghasikan karakteristik batubara yang
berbeda pula. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitin ini akan diamati
pengaruh suhu pemanasan yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan
kimia batubara. Variabel penelitian yang digunakan adalah suhu pemanasan
yang digunakan.

D. PERUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh suhu pemanasan pada upgrading batubara dengan
penambahan PFAD terhadap terhadap karakteristik kimia dan fisik
batubara.
2. Bagaimana pengaruh suhu pemanasan pada upgrading batubara dengan
penambahan PFAD terhadap karakteristik thermal batubara.
3. Pada suhu pemanasan berapakah yang akan menghasilkan kadar emisi
yang paling minimal.
4. Pada suhu pemanasan berapakah yang akan menghasilkan kualitas
batubara yang paling baik.

4
E. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh suhu pemanasan pada upgrading batubara dengan
penambahan PFAD terhadap karakteristik kimia dan fisik batubara.
2. Mengetahui pengaruh suhu pemanasan pada upgradingi batubara dengan
penambahan PFAD terhadap karakteristik thermal batubara.
3. Mengetahui suhu pemanasan yang akan menghasilkan kadar emisi yang
paling minimal.
4. Mengetahui suhu pemanasan yang akan menghasilkan kualitas batubara
yang paling baik.

F. BATASAN MASALAH
1. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah batubara peringkat
rendah yang berasal dari PT Pendopo Energi Batubara, Sumatera Selatan
dan palm fatty acid distilation (PFAD) yang berasal dari PT. Sinar Mas.
2. Prosedur yang digunakan pada penelitian ini adalah pencampuran batubara
dan PFAD atau proses pelapisan batubara oleh PFAD dilakukan sebelum
proses pemanasan.
3. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perbedaan suhu
pemanasan. Suhu pemanasan yang digunakan adalah 100, 150, 200, 250
dan 3000C.
4. Karakteristik fisik batubara yang diamati adalah kemampuan penyerapan
air dan kekuatan batubara. Karakteristik kimia yang diamati meliputi
kandungan moisture batubara, abu, zat terbang, karbon tertambat serta
nilai kalori pada batubara. Uji emisi yang dilakukan meliputi SO2, NO2 dan
CO.

G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada tanggal 14
Agustus – 14 Oktober 2017. Penelitian upgrading batubara ini akan
dilakukan di :

5
a. Preparasi batubara dilakukan di Laboratorium Bahan Galian Industri
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
b. Proses pemanasan Sample dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwjaya Palembang.
c. Pengujian proximate dan nilai kalori dilakukan dilakukan di
Laboratorium Penelitian Batubara Departemen Pertambangan dan
Energi Palembang
d. Pengujian SEM akan dilakukan di Laboratorium Pengujian Batubara
Pusat Survey Geologi Bandung.

2. Bahan dan Alat Penelitian


a. Bahan
1) Sample batubara diperoleh dari Pendopo, Sumatera Selatan.
2) PFAD yang digunakan diperoleh dari PT. Sinas Mas.
b. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Alat Peremuk (Crusher)
2) Ball Mill
3) Sieving
4) Neraca Anatitis
5) Furnace
6) Cawan Keramik
7) Gelas bakker
8) Hot Plate
9) Thermogravimeter Analysis
10) Hygrometer
3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pada skala laboratorium.
Adapun tahapan pengumpulan data atau tahapan penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
mengenai topic penelitian. Studi literartur dilakukan dengan cara
mengumpulkan sumber bacaan yang berhubungan dengan topik
penelitian.
b. Persiapan Peralatan
Sebelum melakukan penelitian, peralatan-peralatan yang
dibutuhkan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan yang

6
dilakukan adalah mengecek ketersediaan peralatatan yang digunakan
dilaboratorium, membeli dan membuat peralatan yang akan
digunakan jika peralatan tersebut tidak ada dilaboratorium. Persiapan
ini juga meliputi pengecekan ke laboratorium pengujian untuk
melihat apakah pengujian atau analisa yang dibutuhkan dapat
dilakukan di laboratorium tersebut.
c. Sampling batubara
Batubara yang akan digunakan sebagai bahan penelitian adalah
batubara dengan nilai kalori rendah yang berasal dari Pendopo
Sumatera Selatan. Untuk itu sebelum dilakukan penelitian maka
tahap awal yang harus dilaukan adalah sampling atau pengambilan
sample batubara yang dilakukan di PT. Pendopo Energi di Pendopo
Sumatera Selatan.
d. Preparasi sample
Preparasi sample dimaksudkan untuk mempersiapkan ukuran
batubara yang akan dijadikan umpan pada penelitian ini. Untuk itu
akan dilakukan proses peremukan dengan menggunakan crusher dan
penghalusan dengan menggunakan ball mill.Setelah proses
peremukan dan penghalusan selesai maka selanjutnya batubara
tersebut akan diayak menggunakan alat sieving untuk memisahkan
batubara berdasarkan ukuran partikelnya. Ukuran batubara yang
digunakan pada penelitian ini adalah batubara dengan ukuran 30
mesh.
e. Proses Upgrading
Proses upgrading ini dilakukan dengan cara menambahan PFAD
ke batubara dengan komposisi PFAD adalah sebesar 12% dari berat
batubara. Pada penelitian ini akan dilakukan prosedur yaitu batubara
dan PFAD dicampur terlebih dahulu, selanjutnya dicetak dan
dipanaskan pada beberapa variasi suhu. Pada proses ini PFAD
dengan komposisi 12% dari berat batubara akan dimasukan kedalam
gelas beker, kemudian dicairkan dengan pemanasan sampai suhu +
500C. Setelah PFAD mencair, batubara akan kedalam gelas beker
dan diaduk hingga PFAD dan batubara tercampur merata.

7
Setelah batubara dan PFAD dicampurkan, maka selanjutnya akan
dilakukan pencetakan hingga berbentuk briket batubara. Setelah
dilakukan proses pencampuran dan pencetakan, maka proses
selanjutnya adalah proses pemanasan briket yang akan dilakukan
pada variasi suhu 100, 150, 200, 250 dan 3000C. Proses pemanasan
akan dilakukan dengan menggunakan vacuum furnace. Setelah suhu
yang diinginkan tercapai, suhu ditahan dengan beberapa rentang
waktu yaitu selama 15, 30, 45 dan 60 menit, kemudian akan
dilakukan pendinginan sampai suhu kamar.
4.Pengujian Kualitas Batubara
Untuk melihat kualitas batubara maka akan dilakukan analisis atau
pengujian terhadap batubara hasil proses upgrading. Analisis yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Proximate
Analisis proximate dilakukan untuk melihat kandungan moisture,
kandungan abu, zat terbang dan kandungan karbon tertambat pada
batubara.
b. Nilai Kalori
Analisis nilai kalori dilakukan untuk melihat nilai kalori atau nilai
panas yang terkandung didalam batubara.
c. Analisis Kemampuan Penyerapan Air
Analisis ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan
batubara hasil proses untuk menyerap air kembali setelah proses
upgrading. Proses ini akan dilakukan dengan cara menimbang berat
batubara hasil proses upgrading selama beberapa hari. Perubahan
berat dari batubara setiap harinya akan menunjukan kemampuan
batubara tersebut dalam menyerap air kembali. Analisis ini
membutuhkan alat hygrometer untuk mengukur suhu dan
kelembabab udara pada saat proses pengujian.
d. Microscopy with Energy Dispersive Spectroscopy ( SEM EDS).
PFAD yang ditambahkan kedalam batubara berfungsi untuk
menutupi pori-pori batubara yang terbuka. Melalui uji SEM EDS

8
dapat dilihat bagaimana penyebaran PFAD dan seberapa besar PFAD
dapat menutupi pori-pori batubara yang terbuka.
e. Pengujian Kemapuan Thermal
Pada pengujian kemampuan thermal batubara akan dianalisis
kemampuan batubara dalam proses pembakaran. Pada analisis
thermal ini akan dianalisis kecepatan waktu penyalaan, lama
penyalaan dan laju pemanasan. Pengujian thermal ini dilakukan
dengan menggunakan alat Thermogravimetri Analizer.
f. Pengujian Emisi
Pengujian emisi dilakukan untuk melihat berapa besar emisi yang
dihasilkan oleh batubara hasil proses upgrading dengan penambahan
PFAD ketika batubara tersebut digunakan sebagai bahan bakar.
Emisi yang akan dianalisis adalah kandungan SO2, NO2 dan CO.

H. TINJAUAN PUSTAKA
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang paling penting
yang biasanya didapat dalam bentuk deposit (coal seam). Deposit batubara
merupakan hasil final dari pengaruh-pengaruh kumulatif dari pembusukan
atau dekomposisi tanaman, pengendapan dan penimbunan oleh sedimen,
pergerakan kulit bumi dan pengaruh erosi (Komariah, 2012).
Secara fisik, batubara adalah material yang heterogen dan secara
kimia mempunyai struktur molekul yang kompleks. Secara umumnya bahan
yang terdapat di alam, batubara tidak pernah berada dalam keadaan murni,
selalu bercampur dengan senyawa-senyawa atau sisa-sisa tanaman lain hasil
metamorfosis. Batubara dapat digunakan sebagai sumber energi dengan cara
dibakar untuk menghasilkan kalor, dapat menjadi kokas dengan proses
karbonisasi dan dapat menjadi produk cair dengan cara hidrogenasi.
Batubara bersifat heterogen dimana setiap batubara memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik ini antara lain ditentukan oleh
asal tanaman pembentuk batubara, lingkungan pengendapan batubara dan
cara pengendapan. Batubara yang diendapkan secara insitu biasanya akan

9
memiliki pengotor yang lebih sedikit daripada batubara yang diendapkan
secara drift.
Selama proses pembatubaraan, adanya perbedaan waktu, tekanan dan
aktifitas tektonik selama pembatubaraan menghasilkan batubara dengan
peringkat yang berbeda. Setiap peringkat batubara akan memiliki kandungan
sifat kimia dan fisik atau karakteristik yang berbeda pula.
1. Karakteristik Batubara
Karakteristik batubara dapat ditunjukan oleh sifat kimia dan fisik yang
dimiliki oleh batubara tersebut. Beberapa sifat batubara yang menunjukan
karakteristik batubara antara lain adalah sebagai berikut :
a. Free Moisture
Free moisture merupakan air yang terdapat pada permukaan batubara
dan pori-pori batubara yang ukurannya relatif besar (Komariah,
2012). Air dalam bentuk ini akan menguap dalam suhu ruang.
Kandungan free moisture ini terjadi akibat beberapa kemungkinan
seperti, bercampurnya air tanah dengan batubara saat penambangan,
air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan
batubara, maupun air hujan yang jatuh pada tumpukan batubara.
b. Inherent moisture
Inherent moisture atau residual moisture adalah kandungan moisture
yang dianggap tertahan atau terperangkat secara alami didalam
kapiler batubara (Komariah, 2012). Kandungan moisture ini
merupakan salah satu karakteristik dari batubara yang dapat
digunakan untuk membedakan peringkat batubara. Semakin tinggi
rank batubara maka kandungan moisture akan semakin menurun.
Selain itu, dengan semakin menurunnya kandungan moisture di dalam
batubara, maka nilai kalori akan semakin meningkat.
c. Nilai Kalori
Nilai kalori menyatakan jumlah bahang yang dihasilkan apabila
sejumlah tertentu batubara dibakar (Sudarsono, 2003). Nilai kalori
akan menjadi karakteristik dari batubara yang sangat penting jika
batubara tersebut digunakan sebagai sumber energi. Batubara dengan

10
nilai kalori yang tinggi akan memiliki kemampuan penyalaan yang
stabil.
d. Zat Terbang (Volatile Matter)
Zat terbang atau volatile matter merupakan kuantitas sejumlah
senyawa-senyawa yang mudah menguap. Senyawa volatile ini
berperan sebagai pemantik dari proses terbakarnya batubara
(Komariah,2012). Makin tinggi zat terbang yang terkandung didalam
batubara, maka akan semakin cepat proses penyalaan batubara.
e. Abu Batubara
Abu batubara adalah residu yang dihasilkan jika sejumlah batubara
dibakar. Dalam pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar,
kandungan abu tidak disukai karena dapat menimbulkan slagging dan
fouling pada boiler (Sudarsono, 2003). Pada umumnya abu ini berupa
mineral yang berasal dari dalam tanah.
f. Karbon Tertambat (Fixed Carbon)
Karbon tertambat merupakan material yang tersisa pada batubara
setelah berkurangnya kandungan moisture, abu dan zat terbang di
dalam batubara (Sukandarrumidi, 2006). Fixed carbon ini merupakan
kandungan utama dari batubara. Karbon tertambat dapat menunjukan
rank batubara dimana semakin tinggi rank batubara maka kandungan
karbon tertambatnya akan semakin tinggi.

2. Upgrading Batubara
Jika batubara mengandung moisture yang banyak maka udara panas
akan habis untuk memanaskan moisture dalam partikel batubara
(Komariah, 2012). Untuk meningkatkan kualitas batubara dilakukan
dengan cara Upgrading. Upgrading batubara adalah upaya untuk
meningkatkan kualitas batubara peringkat rendah, utamanya meningkatkan
nilai kalori batubara. Kalori batubara berbanding terbalik dengan
kandungan moisture batubara. Semakin tinggi moisture yang terkandung
didalam batubara maka semakin rendah nilai kalori batubara tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka upaya peningkatan nilai kalori batubara
dapat dilakukan dengan cara mengurangi kandungan moisture batubara
melalui proses pengeringan atau yang disebut juga coal drying.

11
Pengeringan batubara dapat dilakukan dengan teknologi pengering
batubara seperti rotary drying. Jenis pengering rotary merupakan jenis
pengering paling stabil dan dapat diaplikasikan secara umum (Komariah,
2012). Proses pengeringan yang lebih praktis dapat dilakukan dengan
proses pengerinngan batubara dengan proses evaporasi. Pada proses ini,
batubara dikeringkan dengan pemanasan. Menurut Speight dalam (Ningsih
and Huda, 2015), pemanasan yang dilakukan pada suhu tertentu akan
menyebabkan pori-pori batubara akan terbuka dan moisture didalam
batubara akan keluar dari batubara. Metode evaporasi ini cukup efektif
untuk menghilangkan kandungan moisture didalam batubara. Metode ini
cukup sederhana dan dilakukan pada suhu dan tekanan yang rendah. Akan
tetapi metode ini memiliki kelemahan. Pada proses pemanasan, pori-pori
batubara terbuka dan kandungan moisture didalam batubara akan keluar
melalui penguapan. Keluarnya moisture didalam batubara ini akan
menyebabkan pori-pori batubara membesar setelah proses pemanasan.
Pori-pori yang terbuka tersebut akan mudah menyerap air kembali.
Akibatnya, kandungan moisture didalam batubara akan meningkat kembali
sehingga nilai kalori akan kembali menurun jika batubara tersebut tidak
segera dimanfaatkan.
Beberapa teknologi telah dikembangkan untuk mencegah masuknya
air kembali setelah proses upgrading. Pengembangan teknologi yang
dilakukan antara lain dengan menambahkan zat aditif. Penambahan zat
aditif ini berfungsi sebagai coating atau pelapis yang melapisi pori-pori
batubara yang terbuka. Beberapa penelitian umumnya menggunakan zat
aditif berupa minyak seperti kerosin, aspalt, minyak jelantah dan lain-lain.
Salah satu jenis minyak lainnya yang dapat digunakan sebaga zat
pelapis batubara adalah Palm Fatty Acid Destilation (PFAD). Beberapa
penelitian terkini mengunakan PFAD sebagai bahan penstabil batubara
agar tidak menyerap air kembali. PFAD adalah produk samping
pembuatan minyak goreng (Melwita, Ayu and Rahmi, 2015).

12
3. Palm Fatty Acid Distilation

PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) merupakan minyak nabati yang


diperoleh dari hasil samping industri minyak goreng yang non-edibel dan
dapat dikonversikan menjadi biodiesel. PFAD berpotensi berharga, murah
bahan baku untuk produksi biodiesel. PFAD umumnya dijual sebagai
sumber asam lemak industri untuk aplikasi non-makanan. PFAD juga
digunakan sebagai bahan bakar di pembangkit listrik dan boiler industri
(K.Y. Cheah and Koh, 2010).
Proses pembuatan minyak goreng dari minyak sawit kasar, akan
didapat 3 (tiga) macam produk. Produk pertama adalah fraksi ringan
kompoen kelapa sawit yang titik didihnya terlalu rendah jika digunakan
sebagai mnyak goreng. Produk kedua adalah fraksi tengah dimana titik
didih komponen minyak sawit adalah 160 sampai 1800C. Farksi ini cocok
untuk minyak goreng. Produk ketiga adalah fraksi berat yang merupakan
komponen minyak sawit dengan titik didih lebih tinggi dari 180 0C. Fraksi
berat ini akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas pada
proses fraksinasi. Asam lemak bebas (FFA) yang dihasilkan berupa zat
padat yang dikenal Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) (Supranto,
Tawfiequrrahman and Yinanto, 2015).
Akhir-akhir ini PFAD mulai dimamfaatkan dalam proses peningkatan
kualitas batubara. Hal ini karena PFAD memiliki sumber rantai karbon
yang baik yang dapat meningkatkan kuantitas kepadatan karbon pada
batubara. Kandungan nutrient yang terdapat pada PFAD berdasarkan
CHNS analyzerdimana 1 PFAD terdiri dari 94% free fatty acid, dengan
komponen karbon 75,16 % (Marelisa, 2011).
PAFD memiliki suhu viskositas yang rendah yaitu pada suhu 50ºC
sehingga bisa diinjeksikan sebelum steming process. Dengan naiknya suhu
maka viskositas PFAD akan semakin berkurang sehingga menyebabkan
PFAD mengisi sela-sela batubara yang sebelumnya terisi H 2O dan O2
karena ada proses penguapan. Setelah lewatnya steamingprocess, PFAD
akan kembali menjadi solid di sela-sela batubara. PFAD ini berfungsi

13
untuk menangkal molekul H2O dan O2 yang mengancam kualitas batubara
tersebut (Park et al., 2013).

4. Penelitian – penelitian Pengaruh Suhu Terhadap Upgrading Batubara


Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap kualitas batubara. (Billah, 2010) melakukan penelitian mengenai
peningkatan nilai kalori batubara peringkat rendah dengan menggunakan
minyak tanah dan minyak residu. Prosedur penelitian tersebut adalah
mencampurkan batubara dengan minyak tanah atau minyak residu dengan
suhu yang berbeda – beda. Suhu yang digunakan yaitu 120, 140, 160, 180
dan 200oC. Lalu campuran tersebut dilakukan analisa proksimat. Hasil
penelitian ini menunjukan suhu yang diberikan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai kalori batubara. Nilai kalori yang diperoleh dari
penelitian tersebut rata – rata sebesar 17,198%.
Favas et al., (2002) melakukan penelitian terhadap batubara dari tiga
negara yang berbeda yaitu Indonesia, Amerika Serikat dan Australia. Pada
penelitian tersebut diketahui bahwa pada suhu 350oC dapat meningkatkan
porositas batubara sehingga kadar iar pada batubara dapat berkurang.
Chaudhri et al., (1996) meneliti tentang demineralisasi batubara.
Pada penelitian tersebut dilakukan pada batubara dengan perlakuan
tekanan normal dan tekanan tinggi pada dua tingkat suhu yaitu 500-
1000oC. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa mineral – mineral pada
batubara tersebut dapat terpisah pada saat suhu telah berada dititik kritis.
Pada Penelitian yang dilakukan Sakaguchi et al., (2007), batubara
peringkat rendah dengan teknologi hidrotermal dengan tingkat suhu 200o
hingga 350oC diberikan tiga perlakuan yang berbeda. Hasil yang
diperoleh yaitu pada suhu 350oC dengan metode pemisahan didapat kadar
air batubara berkurang menjadi 6%.

5. Karakteristik Briket Batubara


Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber
energi alternatif (Fachry, 2010). Pembentukan batubara menjadi briket
diperlukan untuk melakukan proses pemanasan batubara dengan coating
PFAD. Proses Pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami

14
perlakuan penggerusan, pencampuran bahan baku, pencetakan dan
pengeringan pada kondisi tertentu sehingga diperoleh briket dengan bentuk
ukuran fisik dan sifat kimia tertentu (Fachry, 2010). Tabel 1. menunjukan
standar kualitas briket batubara super menurut Perusahaan Briket Unit
Tanjung Enit PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), tbk.

Tabel 1. Spesifikasi Briket Kualitas Super (PT Tambang Batubara


Bukit Asam, tbk. dalam (Ningsih et al., 2006))

No. PARAMETER BASIS SATUAN KISARAN

1 Total Moisture ar % < 7,5

2 Ash Content ar % 14 – 18

3 Volatile Matter ar % 24 – 27

4 Fixed Carbon ar % 50 – 60

5 Caloric Value ar Cal/gr 5.500 – 6000

Menurut Standar Nasional Indonesia, terdapat dua jenis briket batubara


yaitu briket batubara terkarbonisasi jenis batubara muda dan briket
batubara terkarbonisasi jenis bukan batubara muda. Syarat mutu briket
batubara terkarbonisasi berdasarkan SNI 13-4931-1998 meliputi kadar air
total, kadar abu maksimal 20%, kadar belerang maksimal 1%, nilai kalor,
zat terbang maksimal 15%, dan kuat tekan minimum 6 kg/cm2. Tabel 2.
Menunjukan standar emisi gas buang pembakaran briket berdasarkan
peraturan Kementerian ESDM No.047 Tahun 2006 tentang Pedoman
pembuatan dan pemanfaatan briket batubara dan bahan bakar padat
berbasis batubara.

Tabel 2. Standar Emisi Gas Buang (Permen ESDM NO 47 Tahun 2006,


2006)

Parameter Batas Maksimum (mg/Nm3)

15
Total Partikel 250

Karbon Monoksida (CO) 726

Sulfur Dioksida (SO2) 130

Nitrogen Oksida (NO2) 140

H. WAKTU PELAKSANAAN
Sesuai dengan surat permohonan yang kami ajukan, kami bermaksud
melaksanakan Tugas Akhir pada tanggal 14 Agustus sampai 14 Oktober 2017
dengan perincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Minggu
No Uraian Kegiatan
1-2 3-4 5-6 7-8
1 Persiapan Bahan Baku
2 Preparasi Batubara
3 Upgrading Batubara
4 Analisa
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan Akhir

J. PENUTUP
Demikianlah proposal permohonan penelitian Tugas Akhir yang
direncanakan dilakukan di:
a. Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwjaya Palembang.
b. Laboratorium Penelitian Batubara Departemen Pertambangan dan Energi
Palembang.
c. Laboratorium Terpadu Kimia Umum Universitas Sriwijaya.
d. Laboratorium Graha Pertamina Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
e. Laboratorium Pengujian Batubara Pusat Survey Geologi Bandung.
Besar harapan saya untuk dapat melakukan penelitian Tugas Akhir ini.
Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.

16
K. DAFTAR PUSTAKA
Arianto, W. (2014) Pengkajian Pengaruh Waktu Pemanasan Dan
Penambahan PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) Pada Pembuatan
Coal Upgrading Palm Oil (Cupo) Terhadap Kadar Air Dan Nilai
Kalor Dari Batubara Peringkat Rendah Di Puslitbang Teknologi
Mineral Dan Batubara Bandung Provi. Universitas Islam Bandung.

Chaudhdri, S.G., Choudhury, N,, Sarrar, N.B., Bhatt, D.M., Ghose S.P.,
Chatterjee, D.S. And Mukherjee, D.K. (1996): The Influence of
Pressure and Hydrothermal Treatment on The Microtextural
Characteristics of Coke, Central Fuel Research Institute, P.O. FRI
Dhanbad - 828 108, Bihar, India.

Dara, R., Estiasih, T., Mahar, J. (2016) ‘Fraksi Tidak Tersabunkan Dari
Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Sebagai Sumber Antioksidan. pp.
494–498.

Fachry, A.R., Sari, T.I., Dipura, A.Y., Najamudin, J. (2010): Teknik


Pembuatan Briket Campuran Eceng Gondok dan Batubara Sebagai
Bahan Bakar Alternatif bagi Masyarakat Pedesaan. Jurnal PRTP: 52 -
58.

Favas, George, Jackson,W. Roy, dan Marshall, Marc (2002): Hydrothermal


Dewatering of Lower Rank Coal. 3. High-Concentration Slurries from
Hydrothermally treated Lower Rank Coals, School of Chemistry, P.O.
Box 23, Monash University, Vic. 3800, Australia, CRC for Clean
Power fromLignite, 677 Springvale Road, Mulgrave, Vic. 3170,
Australia, Centre for Green Chemistry, P.O. Box 23, Monash
University, Vic. 3800, Australia.

Jo, E. M., Chun, D. H., Park, I. S., Kim, S. Do, Rhim, Y. J., Choi, H., Yoo, J.,
Lim, J. H. and Lee, S. (2014) ‘Characteristics of coal upgraded with
heavy oils’, Korean Journal of Chemical Engineering, 31(6), pp. 981–
985. doi: 10.1007/s11814-014-0017-3.

K.Y. Cheah, T. S. T. and Koh, P. M. (2010) ‘Palm fatty acid distillate


considered as biodiesel feedstock’, Inform, 21(5), pp. 261–266.

Komariah, W. E. (2012) Peningkatan Kualitas Batubara Peringkat Rendah


Melalui Penghilangan Moisture Dengan Pemanasan Gelombang
Mikro. Universitas Indonesia.

Marelisa, S. (2011) Pemanfaatan Palm Fatty Acid Distillate ( PFAD ) Hasil

17
Samping Proses Rafinasi Crude Palm Oil ( Cpo ) Sebagai Media
Produksi Polyhydroxyalkanoates ( Pha ) Oleh Ralstonia Eutropha.
Institut Pertanian Bogor.

Ningsih, Y. (2014) ‘Pengaruh Suhu Pada Proses Hydrothermal Terhadap


Karakteristik’, in Avoer 6. Palembang, South Sumatera, Indonesia.

Ningsih, Y. B. (2017) ‘Pengaruh Penambahan PFAD Terhadap Karakteristik


Batubara Kualitas Rendah’, Geosapta, 3(1), pp. 1–6. Available at:
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/geosapta/article/view/2921.

Ningsih, Y. B. and Huda, M. (2015) ‘Pengaruh Tekanan ( Evaporasi dan Non


Evaporasi ) Pada Proses Pengeringan Batubara Terhadap karakteristik
Batubara’, in Avoer 7. Palembang, South Sumatera, Indonesia, pp.
260–267.

Ningsih, R.Y., dan Anggraeni, R.S. (2006): Laporan Kerja Praktek di


Perusahaan Briket Unit Tanjung Enim PT Tambang Batubara Bukit
Asam (PERSERO), Tbk. Indralaya: Jurusan Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya

Park, I. S., Chun, D. H., Jo, W. T., You, J. H., Lee, S. H. and Rhee, Y. W.
(2013) ‘Stabilization Characteristics of Upgraded Coal Using Palm
Oil Residues’, Clean Technology, 19(4), pp. 469–475. doi:
10.7464/ksct.2013.19.4.469.

Permen ESDM NO 47 Tahun 2006 (2006) Pedoman Pembuatan dan


Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar Berbasis Batubara.
Indonesia.

Prabowo, Z. F. (2014) ‘Studi Eksperimen Pengaruh Ukuran Partikel Batubara


Pada S wirling Fluidized Bed Dryer’, 3(1), pp. 96–99.

Rifella, A., Chun, D. H., Kim, S. Do, Lee, S. and Rhee, Y. (2016)
‘Stabilization Characteristics of Upgraded Coal using Palm Acid Oil’,
Clean Technology, 22(4), pp. 299–307. doi:
10.7464/ksct.2013.19.4.469.

Sakaguchi, M., Laursen, K., Nakagawa,H., dan Miura, K. (2007):


Hydrothermal Upgrading of Loy Yang Brown Coal - Effect of
Upgrading Conditions on the Characteristics of The producs,
Departement of Chemical Engineering, Kyoto University, Kyoto-
Daigaku Katsura, Nishikyo-ku, Kyoto 615-8510, Japan.

Si-Hyun Lee, D. (KR); N.-S., Nho, D. (KR); S.-H., Moon, D. (KR); S.-D. K.,

18
Chun, D. (KR); D.-H., Rhim, D. (KR); Y.-J., Lim, D. (KR); J.-H.,
Choi, D. (KR); H.-K., Daejeon (KR); Ji-Ho Yoo, D., (KR); Young-
Chan Choi, D., (KR); Dong-Wook Lee, D. (KR);, In-Soo Ryu, D.
(KR); S.-J., Lee, D. (KR); J. K. W. and (KR), D. (2014) ‘Method For
Reforming Coal Using Palm Residue. Patent Application Publication
(10) Pub. No.: US 2014/0366431 A1 (19) United States Lee et al. (43)
Pub. Date: Dec. 18, 2014’.

Sudarsono, A. S. (2003) Pengantar Preparasi dan Pencucin Batubara. ITB.

Sukandarrumidi (2006) Batubara dan pemanfaatannya. 1st edn. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Supranto, S., Tawfiequrrahman, A. and Yinanto, D. E. (2015) ‘Determination


of The Biodiesel Production Process from Palm Fatty Acid Distillate
and Methanol’, in Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia.
Yogyakarta, pp. 1–9.

19

Anda mungkin juga menyukai