PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit kanker darah (leukimia) adalah penyakit yang paling
menakutkan bagi manusia.Karena , begitu vonis itu dijatuhkan pada seseorang
maka berbagai permasalahan berat dan rumit akan dihadapi di antaranya
resiko ancaman jiwa tinggi dan pengobatannya sangat mahal dan efek
samping pengobatan yang sangat menyiksa. Leukimia menduduki peringkat
tertinggi kanker pada anak.Namun, penanganan kanker pada anak di
Indonesia masih lambat.Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker
yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Deteksi dini dan
pencegahan adalah langkah awal yang paling agar hal yang lebih berat dapat
terjadi
Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker pada darah atau sumsum
tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid,
umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih). Sel-sel normal di dalam
sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal.Sel abnormal ini
keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah
tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel
darah normal dan imunitas tubuh penderita. Kata leukemia berarti darah putih,
karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi
terapi.Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda,
misalnya promielosit.Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu
fungsi normal dari sel lainnya.
Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya,
hal ini berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia
setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun. Leukemia
akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari
1
2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia
Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang
dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA 85%.Leukemia kronik mencapai 3% dari
seluruh leukemia pada anak. Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun dan
meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang LMA mengenai semua
kelompok usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia.
Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1,3 : 15.
2. Tujuan Penulisan
2
BAB II
KONSEP DASAR
1. Defenisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001).Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.Proliferasi juga terjadi di
hati, limpa, dan nodus limfatikus.Terjadi invasi organ non hematologis seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Klasifikasi Leukimia:
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam mieloid keganasan sel system
mieloid.Namu lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan.LMK jarang menyerang individu dibawah 20
tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan
gejala yang lebih ringan.Pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala.Penyakit baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
3
d. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast.Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi.Limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.LLA sering menyerang pada masa
anakk-anak dengan presentase 75%-80%.LLA menginfiltrasi sumsum
tulang oleh sel limfoblast yang menyebabkan anemia, memar
(trombositopenia), dan infeksi (neutropenia). Limfoblast bisanya di
temukan dalam darah tepi dan selalu ada disumsum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegaly, dan hepatomegaly,
tetapi 70% anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.
2. Insidensi
a. Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi; ALL terjadi
pada 80% kasus leukemia anak.
b. Insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5
tahun.
c. Anak peretnpuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak
laki-laki. Sedikitnya 60% sampai 70% akan mencapai penyembuhan atau
kelangsungan hidup jangka panjang.
d. Anak Afrika Amerika mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan
angka kesintasan median yang juga lebih rendah.
e. Insiden leukemia di Negara Barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun.
Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka
pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia. Leukemia limfositik akut
(LLA) memiliki insidensi sekitar 2-3/100.000 penduduk.
f. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa (18%)
dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita.
4
3. Etiologi
5
HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan
faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
4. Patofisiologi
6
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya
perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan
bawah kulit yang sering disebut petekia.Perdarahan ini dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat
rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
d. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e. Penurunan nafsu makan (anoreksi)
f. Kelemahan dan kelelahan fisik
g. nyeri tulang dan sendi, Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.
h. hipermetabolisme.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap—anak dengan sel darah putih kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling balk; hitting sel
darah putih lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang balk
pada anak semua umur. Kadar hemoglobin dan hematokrit rendah
mengindikasikan anemia. Hitung trombosit rendah mengindikasikan
potensial perdarahan
b. Pungsi lumbal—untuk mengkaji keterlibatan SSP
c. Foto toraks—mendeteksi keterlibatan mediastinum
d. Aspirasi sumsum tulang—ditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis
e. Pemindaian tulang atau survei rangka—mengkaji keterlibatan tulang
7
f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa—mengkaji infiltrat leukemik
g. flitting trombosit—menunjukkan kapasitas pembekuan
7. Penatalaksanaan
a. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang
tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
3) fase Pelaksanaan Kemoterapi:
Fase Induksi
8
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase.Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak.Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh.Secara berkala, dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan.Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
b. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan
setelah 3 tahun remisi terus menerus
9
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
8. Prognosis
Prognosis LLA pada anak-anak pada umumnya baik, lebih dari 95%
terjadi remisi sempurna.Kira-kira 70-80% dari klien bebas gejala selama 5
tahun. Apabila terjadi relaps, remisi sempurna kedua dapat terjadi pada
sebagian besar kasus. para klien merupakan kandidat untuk implamantasi
sumsum tulang dengan 35%-65% kemungkinan hidup lebih lama.
10
BAB III
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
11
baru serta kehilangan teman. mood dan tampak bingung.
Riwayat infeksi yang Panas, infeksi, memar,
berulang, riwayat jatuh, purpura, perdarahan retina,
perdarahan yang tidak perdarahan pada gusi,
terkonrol meskipun trauma epistaksis, pembesaran
ringan. kelenjar limpa, spleen, atau
hepar, papiledema dan
exoptalmus,
Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, Distensi abdomen,
tidak mau makan, muntah, penurunan peristaltic usus,
penurunan berat badan, splenomegali,
nyeri pada tenggorokan dan hepatomegali, ikterus,
sakit pada saat menelan. stomatitis, ulserasi pada
mulut, gusi membengkak
(acute monosit leukemia).
12
Belajar Riwayat terpapar bahan
kimia seperti benzena,
phenilbutazone,
chloramfenikol, terkena
paparan radiasi, riawat
pengobatan dengan
kemotherapi. Riwayat
keluarga yang menderita
keganasan.
2. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas
sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan
intake cairan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber
energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang
berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
13
1. Lakukan tindakan untuk 1. Kewaspadaan meminimalkan
mencegah pemajanan pemajanan klien terhadap bakteri,
pada sumber yang virus, dan patogen jamur baik
diketahui atau potensial endogen maupun eksogen
terhadap infeksi :
Pertahankan isolasi
protektif sesuai kebijakan
institusional
Pertahankan teknik
mencuci tangan dengan
cermat
Beri hygiene yang baik
Batasi pengunjung yang
sedang demam, flu atau
infeksi
Berikan hygiene perianal
2 x sehari dan setiap
BAB
f. Batasi bunga segar
dan sayur segar
g. Gunakan protokol
rawat mulut
Rawat klien dengan
neutropenik terlebih
dahulu
2. Perubahan tanda-tanda vital
2. Laporkan bila ada
merupakan tanda din terjadinya
perubahan tanda vital
sepsis, utamanya bila terjadi
14
peningkatan suhu tubuh
3. Dapatkan kultur sputum, 3. Kultur dapat mengkonfirmasikan
urine, diare, darah dan infeksi dan mengidentifikasi
sekresi tubuh abnormal organisme penyebab
sesuai anjuran
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output 1. Penurunan sirkulasi sekunder
15
. Catat penurunan urin, dan dapat menyebabkan berkurangnya
besarnya PH sirkulasi ke ginjal atau
berkembang menjadi batu ginjal
sehingga menyebabkan retensi
cairan atau gagal ginjal
2. Hitung berat badan setiap 2. Sebagai ukuran keadekuatan
hari volume cairan. Intake yang lebih
besar dari output dapat
diindikasikan menjadi renal
obstruksi.
3. Motivasi klien untuk 3. Meningkatkan aliran urin,
minum 3 – 4 l/hari jika mencegah asam urat, dan
tanpa kontra indikasi membersihkan sisa-sisa obat
neoplastik
4. Kaji adanya petechie pada 4. Supresi bone marrow dan
kulit dan membran prosuduksi platelet menyebabkan
mukosa, perdarahan gusi klien beresiko mengalami
perdarahan
5. Gunakan alat-alat yang 5. Jaringan yang mudah robek dan
tidak menyebakan resiko mekanisme pembekuan dapat
perdara menyebabkan perdarahan
meskipun karena trauma ringa
6. Berikan diet makanan 6. Mencegah iritasi gusi
lunak
16
komplikasi renal
8. Monitor pemeriksaan 8. Bila platelet <20.000/mm( akibat
diagnostik : Platelet, pengaruh sekunder obat
Hb/Hct, bekuan darah neoplastik ) , klien cenderung
mengalami perdarahan.
Penurunan Hb/Hct berindikasi
terhadap perdarahan.
17
aspirin karena bisa menyebabkan
perdarahan
Intervensi Rasional
1. Evaluasi keluhan lemah, 1. Efek leukemia, anemia dan
rewel, ketidakberdayaan kemoterapi dapat menjadi satu
dalam ADL sehingga memerlukan bantuan
dalam pemenuhan aktifitas ADL
2. Ciptakan lingkungan yang 2. Mengumpulkan energi untuk
tenang dan istrahat yang beraktifitas dan untuk regenerasi
tidak terganggu sel
3. Bantu dalam setiap 3. Memaksimalkan kemampuan
pemenuhan rawat diri/ADL untuk rawat diri
4. Jadwalkan pemberian 4. Meningkatkan intake sebelum
makan sebelum kemoterapi. terjadi mual akibat efek samping
Beri oral hidrasi sebelum kemoterapi
makan dan anti emetik
sesuai indikasi
5. Kolaborasi :Pemberian 5. Memaksimalkan kemampuan
18
suplemen O2 sesuai anjuran oksigenasi untuk uptake seluler
4. Evaluasi
1) Terjadi Penurunan jumlah lekosit
2) Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat
3) Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal
4) Memperlihatkan urine output, PH dalam batas norma
5) Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
6) Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
7) Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai kemampuan
19
Contoh kasus
A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas anak
Nama anak : An. R
Umur : 3 tahun
Tanggal lahir : Sipispis, 15 Oktober 2004
Tanggal masuk RS : 13 November 2007
Tanggal pengkajian : 04 Februari 2008
No RM : 31 – 20 – 10
Ruangan : Rindu B4 Anak, Kamar III 9
Diagnosa medik : ALL
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. R
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Sipispis, Simalungun
c. Kedudukan anak dalam keluarga dan keadaan saudara
20
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Keluhan utama
Demam naik turun, os tidak bisa berjalan-jalan dan makin lama os
tidak bisa mengangkat badan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien nampak pucat, keadaan fisik lemah, kulit tampak pucat,
konjungtiva pucat, vital sign, pols: 90 x/I, RR: 26 x/I, suhu: 370C.
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada masa dalam kandungan pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh
bidan. Ibu mendapat obat penambah darah dan ibu tidak pernah
mengalami sakit pada waktu hamil, hanya mual-mual, muntah. Pada
waktu trimester I, ibu mendapat suntikan imunisasi TT 2 kali.
Ibu melahirkan di Rumah Bersalin, ditolong oleh bidan, dengan partus
spontan setelah bayi lahir, tangisannya kuat dan lancar seperti biasa bayi
cukup bulan ( 9 bulan) BB lahir: 2,8 kg, PB: 50 cm dan bayi tidak ada
kelainan bawaan.
Semenjak lahir, pasien tidak mengalami sakit, hanya demam setelah
mendapat Imunisasi seperti Campak..
IV. Riwayat Imunisasi
No Imunisasi Umur Tanggal pemberian Reaksi
1 BCG 1,5 bulan - Eritema
2 DPT 1 3 bulan - -
DPT 2 5 bulan - Demam
DPT 3 7 bulan - -
3 Polio 1 4 bulan - -
Polio 2 6 bulan - -
Polio 3 8 bulan - -
Polio 4 12 bulan - -
21
4 Hepatitis B Bayi baru lahir - -
5 Campak 6 bulan - Demam
22
No Kebutuhan Sebelum masuk Rumah Sesudah masuk
sehari-hari Sakit Rumah Sakit
1 Nutrisi Frekuensi: Frekuensi:
a. Makan 3x sehari 3x sehari
Diet: nasi putih + lauk Diet: makanan lunak
pauk
b. Minum 6 gelas sehari 5 gelas sehari
2 Aktivitas
dan istirahat
a.Tidur 7-8 jam sehari 8-9 jam sehari
malam ± 1 jam sehari ± 1 jam sehari
b.Tidur
siang
3 Personal
hygiene dan
eliminasi
a. Mandi 2x sehari 1x sehari
b.Gosok gigi 1x sehari 1x sehari
c. Pakaian 3x sehari ganti pakaian 2x sehari ganti
pakaian
d. BAB 1-2 x sehari 1x sehari
e. BAK ± 4x sehari 3x sehari
X. Pemeriksaan fisik
Tanggal 4 Februari 2008
a. Keadaan umum
Keadaan anak lemah
HR: 96 x/i
23
RR: 26 x/i
Temp: 37,30C
b. Keadaan gizi
Anak makan dengan diit dari Rumah Sakit NGT terpasang.
c. TB: 95 cm
BB: 12 kg
d. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tonus baik dan tidak ada
oedem.
e. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut kurag bersih, warna rambut hitam dan
lurus, keadaan rambut lemas, bentuk ubun-ubun datang.
f. Mata
Bentuk simetris, gerakan bola mata sering dengan kelopak mata,
konjungtiva pucat, kornea jernih, sklera putih.
g. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada kelainan, tidak dijumpai polip dan tidak
dijumpai peradangan dan pendarahan.
h. Telinga
Bentuk simetris, serumen dalam batas normal, fungsi pendengaran
baik.
i. Mulut
Bentuk simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah-pecah.
j. Gigi
Jenis gigi susu, banyaknya 23 buah, kebersihan kurang.
k. Tenggorokan
Keadaan tonsil normal.
l. Leher
Tidak ada pembersaran kelenjar getah bening.
24
m. Thorax dan paru-paru
Bentuk dada simetris, irama pernafasan reguler, frekuensi 26 x/I,
bunyi nafas vesikuler.
n. Jantung
Irama jantung reguler, denyut jantung 96 x/i.
o. Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normal dengan bayi peristaltik,
umbilikus normal.
p. Genetalia
Bentuk normal.
q. Ekstremitas superior
Bentuk Simetris, jari-jari 10, warna kuku pucat.
r. Ekstremitas inferior
Bentuk simetris, jari-jari 10, gaya berjalan lambat.
XI. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 02 Februari 2008
HB 8,5 gr% N: 12 – 14 gr%
LED 55 mm/jam N: < 20 mm / jam
Leukosit 5,3. 103 / mm3 N: 5.103 – 9.103 / mm3
Trombosit 40.103 / mm3 N: 15.103 – 45.103 / mm3
Hematokrit 26% N: 37 – 45%
Hitung jenis :
Eosingtil 1% N: 2 – 4 %
Rasifil 0,1% N: 0,5 – 1%
Neutrofil staf 2% N: 2 – 6%
Neutrofil segmen 75% N: 50 – 70%
Lymfosit 20% N: 20 – 40%
Monosit 2% N: 3 – 8%
Retikulosit 0,3% N: 0,8 – 1%
25
EKG : Interpretation : Sinus tachycardia with short PR
NonSpecific ST and T wave abnormality
Abnormal EKG
Kesan : Intracardiac Normal, EF 69 %
Ekokardiograf :
Katub Mitral : Sinus Solitus AV – VA Confidance
Katub Aorta : Normal
Katub Trikuspidalis : Balanced Ventricles
Katup Pulmonal : VSD (-) ASD (-) PDA (-)
Kesan : Intracardiac Normal
BMP : Hb : 8,7 gr%
Leukosit : 3,20 /Ul
Trombosit : 435000/Ul
Metamielesit :8%
Batang Netrofil : 21 %
Segmen Netrofil : 16%
Eritrosit Basofil :3%
Eritrosit Polilkromatofil : 36%
Limfosit : 72%
Sel Atipik : 4%
Sediaan sumsum tulang : Normoseluler, pengecetan
cukup
Granulopoiesis : Hipoplasia
Eritropoiesis : Relatif Hiperaktif
Perbandingan M/E : 1 : 1,5
Limfopoiesis :Aktif, ditemukan, kelompokan
jaringan ikat, retikulum,
lemak
Sistem retikoloendotel : Aktif
26
Megakariosit : Aktif, banyak bentuk muda
Kesimpulan : Sumsum tulag menunjukkan Hipoplasia, semua sistem
dengan sistem Eritropoltik Relatif Hiperaktif ( Serum
ALL Remisi ).
XII. Therapi
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg
Diet MB 1100 Kalori engan 20 gram protein
Fisiotherapy
Inj. B12 : 2cc/ 12 jam
Inj Leucoverin : 8,85 mg / 6 jam
Infus Dextrose 5% dan Nacl 0,45% : 40 gtt/i
O2 : 1 – 2 l/m ( K/P )
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: - Proliferasi sel kanker Perubahan
DO: ↓ perfusi
· Kulit pucat Trombositopenia jaringan
· Hb 8,5 gr% ↓
· Trombosit 40.103/mm3 ·
· Conjungtiva pucat
· HR: 96 x/I, RR: 26 x/i
2 DS: Leukosit imatur Resiko
Ibu px mengatakan anaknya meningkat tinggi
lemas Leukosit normal terjadinya
DO: menurun infeksi
· Kulit pucat ↓
27
· Bibir pucat Daya tahan tubuh
· Leukosit 5,7.103/mm3 menurun
· Keadaan fisik lemah ↓
Resiko tinggi infeksi
3 DS: Infiltasi sel neoplasma Gangguan
Ibu mengatakan anaknya ↓ mobilitas
lemah Kelemahan otot dan fisik
DO: anggota gerak
· Konjungtiva pucat ↓
· Tubuh px tampak kurus Kelemahan umum
· Kebutuhan aktivitas px ↓
masih dibantu oleh keluarga Gangguan aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b/d proliferasi sel kanker d/d kulit px pucat,
Hb 8,5 gr%, trombosit 40.103/mm, conjungtiva pucat, HR: 96 x/I, RR: 26
x/i.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d leukosit imatur meningkat d/d kulit px
pucat, bibir pucat, leukosit 5,7.103/mm3, keadaan fisik lemah.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d infiltasi sel neoplasma d/d ibu mengatakan
anaknya lemah, konjungtiva pucat, tubuh px tampak kurus, kebutuhan
aktivitas px masih dibantu oleh keluarga dan perawat.
CACATAN PERKEMBANGAN
28
No Dx Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
1 I 5/2/08 Memantau tanda-tanda vital S:
09.00 TD: - Ibu mengatakan anak sudah
HR: 96 x/i mulai lincah
RR: 28 x/i O:
T: 36,80C Kulit anak pucat
Konjungtiva pucat
Hb: 8,5 gr%
A:
Masalah belum teratasi
P:
R/T dilanjutkan
· Tentukan faktor-faktor yang
berhubungan dengan keadaan
yang menyebabkan penurunan
perfusi jaringan otak
· Pantau tanda-tada vital
· Berikan transfusi darah
· Berikan oksigen tambahan
sesuai indikasi
29
A:
Infeksi tidak terjadi
P:
R/T dilanjutkan
· Tempatkan px di kamar
khusus
· Lakukan tindakan dengan
tehnik aseptik dan aseptik
yang tinggi
· Lakukan kebersihan mulut
secara rutin
3 III 09.30 Mengajak px bercerita atau S:
berkomunikasi Anak R masih kelihatan lemah
O:
Membantu klie makan Anak tampak pucat,
konjungtiva pucat, bibir pucat
Membantu px dalam latihan A:
gerak secara perlahan-lahan Masalah belum teratasi
P:
R/T dilanjutkan
· Bantu anak R dalam aktifitas
sehari-hari
· Evaluasi laporan kelamahn,
perhatikan ketidak mampuan
dalam beraktifitas
4 I 6/2/08 Memantau tanda vital S:
08.00 TD: - Anak mengatakan transfusi
HR: 96 x/i darah ada gunanya
30
RR: 26 x/i O:
T: 36,50C Anak tampak tenang,
konjungtiva pucat, HR: 96 x/I,
10.00 Membantu anak dalam belajar RR: 26 x/I, T: 36,50C
A:
Membantu anak dalam makan Masalah belum teratasi
11.00 buah P:
R/T dilanjutkan
· Pantau tanda vital
· Beri O2 sesuai indikasi
· Pantau infus
31
tentang penyakitnya Anak bertanya tentang
penyakit yang dideritanya
12.30 Membantu klien dalam BAK O:
Anak paham dalam latihan
14.30 Mendemonstrasikan latihan mobilisasi. Diet habis sesuai
moblisasi dengan porsi yang disediakan
A:
18.00 Memberikan diet M I Masalah belum teratasi
P:
20.00 Membantu anak dalam BAB R/T dilanjutkan
Bantu anak dalam
21.00 Mengajari anak dalam berdoa
sebelum tidur
7 I 7/2/08 Memantau tanda vital S:
08.00 TD: - Anak mengatakan sakit pada
HR: 94 x/i bagian tangan kiri (bagian
RR: 26 x/i daerah infus)
T: 36,50C O:
Bengkak di daerah infus
10.00 Membantu anak dalam A:
bermain Masalah belum teratasi
32
18.00 Mengoff infus
8 II 09.00 Observasi pasien dalam S:
ruangan Anak mengatakan akan mulai
belajar membersihkan diri
10.30 Pemberian injeksi secara mandiri
O:
11.00 Bantu pasien dalam perawatan Anak berminat dalam latihan
gigi kebersihan diri
A:
13.30 Memberikan penjelasan Masalah tidak terjadi
kepada anak cara-cara P:
membersihkan diri R/T dilanjutkan
33
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001).Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal.Proliferasi juga terjadi di hati,
limpa, dan nodus limfatikus.Terjadi invasi organ non hematologis seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Penyebab sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar
karena virus (virus onkogenik).
1.Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2.Faktor endogen seperti ras
3.Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
34
Adapun ayat yang bisa dijadikan sebagai referensi tentang penyakit ini, yaitu :
ِور ُه ِْم ب ْال َبيْتِ ْالعَتِيق َّ ث ُ َِّم ْليَ ْقضُوا تَفَثَ ُه ِْم َو ْليُوفُوا َو ْل َي
َ ُ ط َّوفُوانُذ
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan
mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah). (Q.S. Al-Maidah:3)
2. Saran
Adapun saran yang penulis tujukan kepada:
a. Mahasiswa Praktek
Seorang mahasiswa praktikan haruslah mampu mengetahui pengertian dan
penyebab dari penyakit hemophilia mengenai pengertian, penyebab,
patofisiologi dan penatalaksanaan yang akan di lakukan dan resiko yamg
akan mungkin terjadi.
35
b. Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama pada pasien leukimia,
c. Institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan khususnya disiplin ilmu
keperawatan anak, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Nelson. (2009). Ilmu kesehatan anak edisi 15, Alih bahasa. Jakarta :EGC
Rizkiana, Ulfa.,& Retnaningsih. 2010. Penerimaan Diri pada Remaja
Penderita Leukemia.
37
38