Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FAAL

Disusun oleh : A4/2017A

1. I Gede Bagus Wijaya (17700061)

2. I Made Agus Paramaartha (17700063)

3. I Putu Bagus Andika Pratama (17700065)

4. Lian Bintari Nisa’ Putri (17700067)

5. Fahroni Rifqin Nabil (17700069)

6. Aisyah Rachmawati (17700071)

7. Putu Rico Aditya Pangestu (17700073)

8. I Kadek Alit Wibawa Putra (17700075)

9. Nadya Olivia Endriasaraswati (17700077)

10. Delita Lambe Bandaso (17700079)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2017/2018
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik maupun sistolik secara
hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi secara esensial (primer atau idiopatik)
dimana faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari
penyakit tertentu yang diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung,
dan gagal ginjal. Hipertensi primer terjadi sebesar 90 - 95 % kasus dan cenderung bertambah
seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai dan merokok
(Robinson dan Saputra, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah dianggap normal bila
kurang dari 135/85 mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun
untuk orang Indonesia, banyak dokter berpendapat bahwa tekanan darah yang ideal adalah
sekitar 110-120/80-90 mmHg. Batasan ini berlaku bagi orang dewasa di atas 18 tahun.
Selain itu, menurut Joesoef Direktur Pelayanan medis pusat jantung nasional Harapan Kita,
mengatakan bahwa, “Tekanan darah 120-139/80-90 mmHg dikategorikan sebagai
Prehipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk menurunkan tekanan
darah, sedangkan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg merupakan hipertensi stadium 1 dan
tekanan darah >160/>100 mmHg merupakan hipertensi stadium II”. (Adib, 2009).
Tanda dan Gejala Hipertensi, pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan
edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit
kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-
debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung
berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi
yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan
muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial (Corwin, 2005).
2. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa
memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah gagal
jantung kongestif. Terjadinya gagal jantung biasanya dipicu oleh masalah kesehatan :
1. Penyakit jantung koroner.
2. Aritmia atau gangguan ritme jantung.
3. Kardiomiopati atau gangguan otot jantung.
4. Kerusakan pada katup jantung.
5. Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
6. Hipertiroidisme atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
7. Anemia atau kekurangan sel darah merah.
8. Miokarditis atau radang otot jantung.
9. Cacat jantung sejak lahir.
10. Diabetes.
Ada empat jenis gagal jantung, di antaranya :
1. Gagal jantung sebelah kiri (ventrikel kiri jantung tidak dapat memompa darah
dengan baik ke seluruh tubuh menyebabkan tubuh kekurangan darah yang
mengandung oksigen).
2. Gagal jantung sebelah kanan (kerusakan pada ventrikel kanan jantung yang
menyebabkan proses pengambilan oksigen di dalam paru-paru oleh darah tidak
berjalan dengan baik).
3. Gagal jantung sistolik (otot jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga
proses penyaluran darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh menjadi
terganggu).
4. Gagal jantung diastolik (jantung sulit terisi darah akibat kekakuan pada otot organ
tersebut).

Berdasarkan rentang waktu berkembangnya gejala, gagal jantung terbagi


menjadi dua, yaitu kronis dan akut. Pada gagal jantung kronis, gejala berkembang secara
bertahap dan lama. Sedangkan pada gagal jantung akut, gejala berkembang secara cepat.
Gejala utama gagal jantung adalah:

1. Sesak napas, baik ketika beraktivitas maupun beristirahat.


2. Tubuh terasa lelah sepanjang waktu.
3. Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.
3. Stenosis
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari
pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup
aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah
usia 70-80 tahun. Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa
kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik
berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih muda, penyebab yang
paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit
mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan anak.
Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk memompa
sejumlah besar darah melalui katup yang kecil. Katup mungkin hanya memiliki dua daun
yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang
atau pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya
endapan kalsium.
Gejala Stenosis Katup Aorta :
1. Dinding ventrikel kiri menebal karena ventrikel berusaha memompa sejumlah darah
melalui katup aorta yang sempit. Otot jantung yang membesar membutuhkan lebih
banyak darah dari arteri koroner. Persediaan darah yang tidak mencukupi akhirnya akan
menyebabkan terjadinya nyeri dada (angina) pada waktu penderita melakukan aktivitas.
2. Berkurangnya aliran darah juga dapat merusak otot jantung, sehingga curah jantung
tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh. Gagal jantung yang terjadi menyebabkan
kelemahan dan sesak nafas ketika melakukan aktivitas. Penderita stenosis katup aorta
yang berat bisa mengalami pingsan ketika melakukan aktivitas, karena katup yang
sempit menghalangi ventrikel untuk memompa cukup darah ke arteri di otot, yang telah
melebar untuk menerima darah yang kaya akan oksigen.
4. Infark Miokard Accute
Infark miokard akut merupakan salah satu bagian dari sindrom koroner akut (SKA)
yang merupakan kondisi yang sangat mengancam jiwa, yaitu terjadi nekrosis yang
ireversibel dari otot jantung. Keluhan utama pasien dengan infark miokard adalah nyeri dada
yang diikuti dengan salah satu dari presentasi elektrokardiogram (EKG) dibawah ini (Samad
Ghaffari, dkk. 2010, European Society of Cardiology, 2012) :
1. Dengan nyeri dada akut dan elevasi segmen ST yang persisten. Hal ini biasanya
menggambarkan oklusi total koroner secara akut. Kebanyakan pasien akan jatuh
pada kondisi STEMI (ST Elevation Myocardial Infarction). Tujuan terapi adalah
strategi revaskularisasi yang cepat, komplit, dan reperfusi yang cukup dengan
angioplasti primer maupun terapi fibrinolitik.
2. Dengan nyeri dada akut tetapi tanpa elevasi segmen ST yang persisten. Pasien
seperti ini mungkin dengan EKG depresi segmen ST atau T inversi, gelombang T
yang flat, gelombang T yang pseudonormal ataupun tanpa perubahan EKG.
Strategi awal pada pasien ini yakni dengan memperbaiki iskemia jantung dan
gejalanya, monitor pasien dengan EKG serial dan biomarker nekrosis jantung.
Diagnosis NSTEMI yakni berdasarkan pemeriksaan enzim jantung.
5. Aritmia
Aritmia adalah istilah medis untuk menggambarkan irama detak jantung yang tidak
normal. Secara umum, semua gangguan pada irama detak jantung disebut dengan aritmia.
Gangguannya dapat berupa detak jantung yang tidak teratur, terlalu cepat atau terlalu
lambat. Normalnya jantung akan berdetak secara teratur, 60 – 100 kali per menit. Apabila
diatas 100 kali per menit disebut takikardia, sedangkan apabila dibawah 60 kali per menit
disebut bradikardia. Dalam satu kali detak jantung, berarti satu kali jantung memompa darah
ke seluruh tubuh.
Gejala yang muncul pada saat aritmia, dapat bermacam-macam tergantung dari
jenisnya yang mana. Akan tetapi gejala aritmia yang umum terjadi dapat berupa :
1. Detak jantung yang terlalu cepat atau lambat.
2. Teraba detak jantung yang tidak teratur.
3. Pusing.
4. Nyeri dada.
5. Nafas pendek-pendek.
6. Berkeringat.
6. AV Block
Atrioventrikular Block (AV Block) adalah gangguan atau penundaan konduksi listrik
dari atria ke ventrikel karena kelainan sistem konduksi di AV node atau sistem His-Purkinje.
Penundaan konduksi atau blok dapat bersifat fisiologis jika laju atrium cepat atau patologis
abnormal pada tingkat atrial normal. Blok AV umumnya ditentukan berdasarkan irama
atrium reguler.
1. Blok AV tingkat pertama
1. Umumnya tanpa gejala
2. Penundaan berlebihan menyebabkan dyspnea, kelemahan, atau pusing
2. Blok AV derajat kedua
1. Bisa tanpa gejala
2. Palpitasi, kelemahan, pusing, atau sinkop
3. Manifes pada pemeriksaan fisik sebagai bradycardia (terutama Mobitz II) dan atau
penyimpangan denyut jantung (selama Mobitz I AV block)
3. Blok AV tingkat ketiga
1. Kelelahan, pusing, pusing yang umum dengan penyakit jantung struktural
bersamaan, gagal jantung, kelemahan, nyeri dada, kebingungan dan sinkop dapat
terjadi.
2. Terkait dengan bradycardia yang mendalam kecuali sinus blok tersebut terletak di
AV node.
3. Dapat menyebabkan asistol yang menyebabkan henti jantung dan atau kematian.
7. Premature Ventrikel Contractions
Kontraksi ventrikel prematur adalah detak jantung ekstra yang abnormal yang dimulai
di salah satu dari dua ruang pemompaan jantung bawah (ventrikel). Ketukan ekstra ini
mengganggu irama jantung biasa, terkadang menyebabkan seseorang merasakan pukulan
jepret atau melompat di dada. Kontraksi ventrikel prematur sangat umum terjadi pada
kebanyakan orang di beberapa titik. Kontraksi ventrikel prematur juga disebut:
1. Kompleks ventrikel prematur
2. PVC
3. Obeng prematur ventrikel
4. Extrasystoles
Gejala utama kontraksi ventrikel prematur berupa denyut jantung terasa kuat atau
terlompati. KVP tidak berbahaya jika terjadi pada orang-orang yang tidak memiliki
gangguan jantung. Namun, jika KVP sering terjadi pada orang-orang yang memiliki
kelainan struktur jantung (misalnya kelainan katup jantung atau serangan jantung), maka
KVP bisa mengarah pada terjadinya gangguan irama jantung yang lebih serius, yang bisa
menyebabkan kematian mendadak.
Kontraksi ventrikel prematur (KVP) sering terjadi, terutama pada orang-orang usia tua.
Penyebab terjadinya kontraksi ventrikel prematur tidak selalu diketahui dengan jelas. Ada
berbagai hal yang bisa membuat aktivitas listrik pada sel-sel di ventrikel jantung menjadi
tidak stabil dan memicu terjadinya kontraksi ventrikel prematur. Beberapa hal yang bisa
berhubungan dengan terjadinya KVP antara lain :
1. Perubahan atau ketidakseimbangan kimia dalam tubuh
2. Obat-obat yang memiliki efek menstimulasi jantung, seperti obat flu yang mengandung
pseudoefedrin
3. Alkohol atau obat-obat terlarang
4. Peningkatan kadar adrenalin di dalam tubuh, yang mungkin disebabkan oleh konsumsi
kafein (dalam makanan atau minuman), olahraga, atau kecemasan
5. Cedera pada otot jantung akibat penyakit arteri koroner (terutama saat atau segera
setelah serangan jantung), penyakit jantung kongenital, tekanan darah tinggi, atau
infeksi (miokarditis)
6. Gangguan yang menyebabkan ventrikel jantung membesar, misalnya gagal jantung dan
kelainan katup jantung
8. Bundle Branch Block
Bundle Branch Block (BBB) adalah sebuah kondisi saat daya “listrik” untuk denyut
jantung ventrikel kiri atau kanan melambat atau terputus. Biasanya, kondisi ini
menyebabkan jantung memompa darah pada sistem sirkulasi secara tidak efisien. Tidak ada
pengobatan spesifik bagi BBB. Meskipun begitu, kondisi BBB yang disebabkan oleh
penyakit jantung harus dirawat dengan baik guna mencegah terjadinya komplikasi yang bisa
membahayakan kesehatan pasien. Pada kebanyakan penderita, BBB tidak menunjukkan
gejala apapun. Bahkan seseorang tidak tahu jika mereka mengembangkan kondisi ini.
Kalaupun ada, biasanya disebabkan oleh kurangnya darah yang dipompa ke dalam jantung.

Beberapa tanda dan gejala khas dari bundle branch block adalah:

1. Pingsan
2. Pusing
3. Sakit yang luar biasa di bagian dada
Pada kondisi yang normal, impuls listrik yang terdapat pada otot jantung
mengisyaratkan jantung untuk berdetak. Impuls-impuls ini kemudian akan mengalir kepada
otot-otot jantung, termasuk kelompok otot yang bernama “bundle of His”, yaitu yang
menyambungkan katup kanan dan kiri. Apabila satu atau kedua kelompok cabang otot
tersebut rusak, seperti dalam gagal jantung, maka akan menyebabkan implus listrik terputus
dan menyebabkan ganguan pada ritme jantung. Pada dasarnya penyebab bundle brack block
tergantung pada cabang blok di sebelah kiri atau tangan kanan yang terpengaruh. Kasus
BBB kiri biasanya disebabkan oleh sakit jantung, hipertensi, gagal jantung bawaan lahir,
atau penyakit kronis otot jantung.
9. Wolf Pankinson White Syndrome
Dalam sindrom Wolff-Parkinson-white (WPW), jalur ekstra listrik antara ruang jantung
atas (atria) dan ruang yang lebih rendah (ventrikel) menyebabkan detak jantung cepat
(takikardia). Jalur dari sindrom Wolff-Parkinson-white ini hadir pada saat lahir. Sebuah gen
yang abnormal (mutasi gen) adalah penyebab dalam persentase kecil dari orang-orang
dengan sindrom. WPW juga dikaitkan dengan beberapa bentuk penyakit jantung bawaan,
seperti Ebstein’s anomali. Sebaliknya, sedikit yang diketahui tentang mengapa jalur
tambahan ini berkembang.
Gejala Sindrom Wolff-Parkinson-white adalah hasil dari denyut jantung cepat. Mereka
paling sering muncul untuk pertama kalinya dalam orang-orang di usia remaja atau 20-an.
Gejala umum sindrom WPW termasuk :
1. Sensasi cepat, beterbangan atau detak jantung berdebar (palpitasi)
2. Pusing
3. Kepala ringan
4. Pingsan
5. Lelah dengan mudah selama latihan
6. Kecemasan
Salah satu episode dari detak jantung sangat cepat dapat mulai tiba-tiba dan berakhir
untuk beberapa detik atau beberapa jam. Episode sering terjadi selama latihan. Kafein atau
stimulan dan alkohol mungkin menjadi pemicu untuk beberapa orang. Seiring waktu, gejala
WPW dapat hilang dalam sebanyak 25 persen orang yang mengalami.
10. Endokarditis Bakterial
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada
endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah
mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa
penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada
endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial.
Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh
mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.
1. Gejala umum, demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten atau intermiten atau
tidak teratur sama sekali. Suhu 380C-400C terjadi pada sore dan malam hari, kadang
disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah
berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan limpa.
2. Gejala Emboli dan Vaskuler Ptekia timbul pada mukosa tenggorokan, muka dan kulit
(bagian dada). Umumya sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di kulit akan berubah
menjadi kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa
penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter hemorrhagic).
3. Gejala Jantung tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya
kelainan katup atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral, insufficiency aorta, patent
ductus arteriosus (PDA), ventricular septal defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap
katub mitral. Sebagian besar endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda
yang ditemukan ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing
of the finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan diagnosis,
penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat disebabkan karena
anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infeksi, dan lebih sering
terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katup
pulmonal dan trikuspid serta penyakit jantung bawaan non valvular.
11. Angina Pectoris
Angina pektroris (angina) adalah rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan
oksigen menuju otot jantung tersendat atau terganggu, khususnya saat arteri jantung
mengeras atau menyempit. Angina umumnya terjadi pada orang dewasa berusia antara 55
hingga 64 tahun, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Terdapat dua jenis angina
yang dapat menyerang, yaitu angina stabil dan angina tidak stabil. Angina stabil disebabkan
oleh pemicu tertentu seperti olahraga berat, stres, masalah pencernaan, atau kondisi medis
lain yang mendorong jantung bekerja lebih keras. Cuaca dingin juga bisa menjadi salah satu
pemicu gejala angina terjadi. Nyeri dada biasanya akan membaik dalam jangka waktu 5
menit setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Walaupun tidak berbahaya, angina stabil
berpotensi mengakibatkan serangan jantung atau stroke jika tidak ditangani dengan tepat.
Sedangkan, angina tidak stabil merupakan nyeri dada yang dirasakan tanpa penyebab awal
yang jelas dan biasanya tidak kunjung membaik setelah beristirahat atau mengonsumsi obat.
Rasa nyeri yang dialami lebih lama dibanding angina stabil, yaitu sekitar 30 menit. Ini
merupakan kondisi darurat dan membutuhkan penanganan medis segera. Dalam kondisi
tertentu, penderita juga dapat mengalami angina varian, atau angina Prinzmetal, yaitu nyeri
hebat yang terjadi saat seseorang sedang beristirahat. Hal ini dipicu oleh kejang urat atau
penyempitan arteri sementara, dan dapat mereda dengan obat-obatan.
Angina pektoris umumnya ditandai dengan rasa nyeri pada dada seperti ditekan, berat,
dan tumpul. Nyeri juga dapat menyebar atau hanya dirasakan di lengan kiri, leher, rahang,
dan punggung, khususnya pada penderita wanita. Beberapa gejala lainnya yang dapat
dialami meliputi:
1. Sesak napas.
2. Merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung (GERD).
3. Mual.
4. Pusing.
5. Mudah lelah.
6. Gelisah.
7. Keringat berlebih.
Penyebab Angina Pektoris
Jantung adalah organ utama dalam tubuh, di mana peredaran darah dan oksigen harus
selalu lancar agar organ tubuh lainnya dapat bekerja dengan baik. Darah dialirkan menuju
jantung melalui dua pembuluh darah besar yang dinamakan arteri koroner. Dalam jangka
waktu tertentu, arteri berisiko diendapi plak seperti lemak, kolestrol, kalsium dan zat lainnya
yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat (aterosklerosis). Kondisi
ini mengakibatkan otot jantung bekerja lebih, khususnya pada saat melakukan aktivitas
berat, yang pada akhirnya berpotensi mengakibatkan gejala angina pektoris, atau yang lebih
parah adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Risiko seseorang mengalami angina pektoris meningkat saat memasuki usia tua,
memiliki keturunan kelainan jantung atau gejala angina, dan kondisi medis lainnya seperti
hipertensi, kolestrol tinggi, dan diabetes. Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor yang
dapat meningkatkan risiko, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebih, mengonsumsi
makanan berlemak, kurang berolahraga, obesitas, dan stres.
12. Syok
Syok atau renjatan dapat merupakan keadaan terdapatnya pengurangan yang sangat
besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur-unsur gizi
lainnya secara efektif ke berbagai jaringan. Shock tidak terjadi dalam waktu lebih
lama dengan tanda klinis penurunan tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan
cardiac output. Syok yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu
Syok Hipovolemik atau oligemik, Syok Kardiogenik, syok obstruksi dan Distribusi
dengan manifestasi klinis sesuai dengan derajat syok yang terjadi.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital merupakan
tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Perfusi organ tergantung
tekanan perfusi yang tepat, kemudian curah jantung dan resistensi vakuler sistemik. Pasien
bisa menderita lebih dari satu jenis syok secara bersamaan. Penatalaksanaan syok secara
umum dapat dilakukan dengan mengatur Posisi Tubuh, mempertahankan respirasi dan
sirkulasi darah. Klasifikasi syok yang dibuat berdasarkan penyebabnya menurut
Isselbacher, dkk, (1999, hal 219) :
1. Syok Hipovolemik atau oligemik
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari muntah, diare, luka
bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel tidak adekuat, seperti penurunan
preload berat, direfleksikan pada penurunan volume, dan tekanan end diastolic ventrikel
kanan dan kiri. Perubahan ini yang menyebabkan syok dengan menimbulkan isi sekuncup
(stroke volume) dan curah jantung yang tidak adekuat.
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan arteri sistolik <
80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/ m2, dan tekanan pengisian
ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin kurang
dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan sianotik. Penyebab paling sering adalah 40%
lebih karena miokard infark ventrikel kiri, yang menyebabkan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri yang berat, dan kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab lainnya miokarditis
akut dan depresi kontraktilitas miokard setelah henti jantung dan pembedahan jantung
yang lama. Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis ventrikel. Regurgitasi aorta atau
mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark miokard akut, dapat menyebabkan
penurunan yang berat pada curah jantung forward (aliran darah keluar melalui katub aorta
ke dalam sirkulasi arteri sistemik) dan karenanya menyebabkan syok kardiogenik.
3. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak
Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastole, sehingga
secara nyata menurunkan volume sekuncup (Stroke Volume) dan berakhirnya curah
jantung. Penyebab lain bisa karena emboli paru masif.
4. Syok Distributif
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik yang menyebabkan
penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer. Patogenesis syok septic merupakan
gangguan kedua system vaskuler perifer dan jantung.

Anda mungkin juga menyukai