Anda di halaman 1dari 2

REVIEW DAN KRITIK TERHADAP

STUDI AL-QUR’A>N DI BARAT

Oleh: Mohammad Dinul Qoyyim Al Khafidz

Studi al-Qur’a>n di Barat jika dilihat dari konteks katanya cukup penting untuk dikaji
bagi mahasiswa dan akademisi ilmu al-Qur’an. Hal ini disamping memahami sisi pemahaman
yang literal dan kontekstual terhadap makna kandungan al-Qur’a>n, juga memiliki
pengetahuan pandangan Barat atau yang dianggap nyeleneh sebagai perbandingan atau
keilmuan yang disimpan tidak untuk kalangan orang awam. Mengenai eksistensi Studi al-
Qur’a>n di Barat, Hibbi Farihin, M.S.I memberi komentar bahwa mengenai pengetahuan studi
al-Qur’a>n di Barat sangat sedikit bila dicari referensinya, mungkin yang terjangkau hanyalah
buku ini (Sambil menunjuk terjemahan buku Pengantar Studi al-Qur’a>n di Barat karya
Abdullah Saeed).1 Buku tersebut asal mulanya berjudul an Introduction. Kemudian di
terjemahkan oleh Sulkhah. M.Pd dan Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin bersama rekan editor dkk
yang kemudian diterbitkan oleh Penerbit Baitul Hikmah Press, Yogyakarta, cetakan pertama
pada November 2016. Penerjemahan ini bertujuan agar mahasiswa, dosen, pemerhati dan
peneliti dapat mengambil penerjemahan ini. 2

Berbicara tentang “Barat” biasanya diasosiasikan dengan Orientalis, yaitu para sarjana
Barat yang mempelajari budaya tradisi Timur.3 Kata Orientalis berasal dari kata
Oriens,bermakna Timur. Disamping itu terkadang saking kaburnya istilah Orientalis, sampai
berubah menjadi makna dasar kembali bukan makna secara istilahi.4 Keberadaan Orientalis di
sini pasti membawa motif-motif tersendiri, baik masalah keagamaan, sains, ekonomi atau
bahkan politik semata.5 Meskipun dilandasi motif-motif tertentu hal ini menunjukkan bahwa
al-Qur’a>n memang memiliki pematik keilmuan yang sangat luas dan dapat dikaji sesuai
perkembangan zaman.6

1
Salah satu dosen Ilmu al-Qur’a>n dan Tafsi>r, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Tulungagung yang
mengampu mata kuliah Studi al-Qur’a>n di Barat.
2
Abdullah Saeed, Pengantar Studi al-Qur’a>n di Barat, terj, (Yogyakarta: Baitul Hikmah Press, 2016), h. Iii.
3
Meskipun eksistensi barat itu masih dipertanyakan dan kabur apakah dari segi letak geografis atau orang
yang mengklaim dirinya sebagai orang barat yang mempelajari timur, atau mempelajari islam. Jika berbicara
tentang timur mayoritas adalah islam, sehingga titik fokus kajian ketimuran bukanlah dari segi hal yang lain,
tetapi objek kajiannya mempelajari islam.
4
Muhammad Abu Bakar Akkase Teng, Orientalis dan Orientalisme dalam Perspektif Sejarah, Jurnal: Ilmu
Budaya, Vol. 4, No. 1, Juni 2016, h. 51.
5
Ibid..., h. 48.
6
Al-Makin, Antara Barat dan Timur, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015), h. 72.

1
Buku terjemahan Pengantar Studi al-Qur’a>n di Barat ini disusun secara apik dan
runtut. Pembaca diajak berbincang tidak langsung melalui pandangan yang nyeleneh, tetapi
diajak ngobrol masalah hal yang menjadi pandangan umum. Secara tidak langsung
mengingat ulang dan mengasah pengetahuan pembaca agar paham terhadap pandangan
tradisional kemudian dibenturkan kepada kritik dan revisionis terhadap al-Qur’an dari para
sarjana dan akademika Barat. Pengetahuan nyeleneh ini tidak diperuntukkan orang awam,
karena dapat memicu konflik baru terhadap sekitarnya. Karena orang awam pada umumnya
bernotabene mudah terkejut dengan hal biasa maupun yang baru. 7

Ketika bercengkrama mengenai hal yang berbau fundamental-tradisional, Abdullah


Saeed sengaja menyusun buku tersebut dengan rujukan alakadarnya, yakni menyusun
pemahaman lama dengan rujukan yang berbau lurus sesuai dengan pandangan masyarakat
muslim pada umumnya. 8 Pada penulisan karya ilmiyahnya, saat membahas islam dalam
perspektif fundamental-tradisional Abdullah Saeed menulis dengan sedikit rujukan pada
footnote-nya. Ketika berbicara tentang Islam dalam pandangan akademisi Barat, ia lebih
menekankan dengan kuantitas footnote yang cukup banyak. Seperti ada isyarat tersendiri
dibalik penyusunan sumber rujukan.

Mengenai Studi al-Qur’a>n di Barat, Abdullah Saeed menulis berdasarkan urutan yang
apik. Khususnya dari segi periode perkembangan Studi al-Qur’a>n di Barat. Abdullah Saeed
memilah perkembangan mulai dari Periode Permulaan Pengetahuan tentang al-Qur’a>n di
Barat (Abad ke-8 sampai ke-14), Periode Orientalis (Abad ke-18 sampai ke-19), sampai
Periode Pengetahuan Kontemporer tentang Islam (Abad ke-20 sampai ke-21).9 Memang
susunan kepenulisannya sudah dapat dianggap bagus karena runtutnya periode, akan tetapi
sempurnanya suatu karya tidak luput dari kritik. Dari segi isi dari karya Abdullah Saeed,
khususnya sub-bab Studi al-Qur’a>n di Barat, cukup banyak mahasiswa yang mengeluh
terhadap isi buku tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya pembahasan secara gamblang dan
komperehensif.10

7
Santoso S Hamijoyo, Konflik Sosial dengan Tindak Kekerasan dan Peranan Komunikasi, Jurnal: MediaTor, Vol.
2, No. 1, 2001, h. 22.
8
Abdullah Saeed juga menambahkan tambahan-tambahan sebagai pembanding, seperti nama-nama nabi
ketika disebut dalam kitab dan agama lain, pandangan aliran-aliran islam, tema-tema pokok al-Qur’an, surat-
surat yang diawali dengan kombinasi huruf arab (Fawatihus Suwar) dan lain sebagainya.
9
Abdullah Saeed, Pengantar Studi al-Qur’a>n di Barat..., h. 141-153.
10
Pembahasan di dalam buku studi al-Qur’a>n di Barat membahas sub judul dengan cuplikan-cuplikan karya
dan masalah. Mungkin karena dilatarbelakangi dengan judul asli an Introduction bermaksud pengantar saja.

Anda mungkin juga menyukai