Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU

KEKERASAN PADA Tn.E DI RUANG DOLOK


MARTIMBANG RSJ PROF.H.ILDREM
SUMATERA UTARA
D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
1. Leli sari manalu
2. Nonifati telaumbanua
3. Hanna maria naibaho
4. Sarifah siregar
5. Afrijal bintang
6. Harianda sastra

Dosen Pembimbing : Safarudin S.Kep, Ns

JURUSAN PROFESI KEPERAWATAN

STIKES SU MEDAN

T.A. 2018
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmad dan
HidayahNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan pada
Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit Jiwa Medan untuk memenuhi salah satu syarat
praktek dan mata kuliah keperawatan Jiwa dalam menyelesaikan pendidikan di Jurusan
profesi Keperawatan di Stikes su Medan

Adapun laporan yang telah disepakati dan telah disusun oleh kelompok dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA Tn. E DI
RUANG DOLOK MARTIMBANG RSJ PROF.H.ILDREM SUMATERA UTARA”. Dalam
penyusunan ini kelompok melakukan observasi langsung dengan pendekatan proses
keperawatan.

Pada kesempatan ini, secara khusus kelompok sampaikan rasa hormat, penghargaan,
dan terimakasih kepada orang-orang yang membantu kelompok dalam melaksanakan
kegiatan tersebut sampai pada saat penulisan laporan ini.

Seluruh staf dan dosen yang turut membantu dan membimbing dalam penulisan makalah ini

Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempunaan. Kelompok
sangat mangharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa akan datang. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan,

Hormat saya,

Kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………........... 1
1.2. Tujuan Penulisan ……………………………………………………... 1
1.3. Metode ……………………………………………………………….. 1
1.4. Sistematika ………………………………………………………….... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................... 3
2.1. Pengertian ............................................................................................. 3
2.2. Rentang Respon .................................................................................. . 3
2.3. Proses Kemarahan ............................................................................... . 4
2.4. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan .......... .. 5
2.5. Tingkah Laku Perilaku Kekerasan ...................................................... .. 6
2.6. Mekanisme Koping ............................................................................. .. 7
2.7. Penatalaksanaan Umum ...................................................................... .. 9
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................... 11
3.1. Pengkajian ................................................................................................ 11
3.2. Analisa Data ............................................................................................. 17
3.3. Rencana Keperawatan .............................................................................. 18
3.4. Impementasi dan Evaluasi ....................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 24
BAB V PENUTUP .................................................................................... 27
Daftar Pustaka ............................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya
pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah
gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami
kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.

1.2. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan


keperawatan pada klien perilaku kekerasan.
b. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
2. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
3. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
4. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
5. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.
1.3. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode sebagai :
1. Study kasus yaitu buku-buku bacaan yang berhubungan dengan mata kuliah
keperawatan jiwa
2. Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada di RSJ Prof.H.Ildrem
3. Wawancara langsung dengan klien
1.4. Sistematika
Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku kekerasan.
Askep ini terdiri dari 5 BAB dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup,tujuan penulisan dan
sirematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian marah, rentang respon marah,
proses kemarahan, faktor predisposisi dan faktor presipitasi perilaku kekerasan,
dan mekanisme koping.
BAB III Tinjauan kasus dengan klien gangguan jiwa perilaku kekerasan yang meliputi
pengkajian klien, analisa data, rencana keperawatan, dan implementasi dan
evaluasi.
BAB IV Pembahasan
BAB V Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan
dan sering menimbulkan suatu tekanan.
2.2. Rentang Respon

(Stuart dan Sundeen, 1995)


a. Respon marah yang adaptif meliputi :
1. Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah,
rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau
rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif
lain.
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang
sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu
yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2.2.1. Etiologi Perilaku Kekerasan


Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan
bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Factor – factor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa:
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologi,teori psikologi,dan teori sosiocultural yang di jelaskan oleh Townsend ( 1996) adalah:
1. Teori biologic
Terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku :
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif : sistim
limbic,lobus,frontal,dan hipotalamus.neuro transmitter juga mempunyai peranan
dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif.Simtim limbic
merupakan simtim permasi,ekpresi emosi,perilaku dan memori.Apabila ada gangguan
pada system maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial PK.Aadanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampun membuat keputusan
kerusakan pada penilaian perilaku tidak sesuai dan agresif(golstein dikutip dari
townswnd 1996 )
b. Biokimia
Menyatakan bahwa berbagai neuro transmitter sangat berperan dalam memfasilitasi
atau menghambat impuls agresif.
c. Genetik
Penelitianm membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan
genetic (karyotype XXY)
d. Gangguan otak
Sindroma otak organikterbuksi sebagai factor predisposisi perilaku agresif dan tindak
kekerasan .Tumor otak,khususnyayang menyerang sistim limbic dan lobus temporal :
ttrauma otak yang menimbulkan cerebral dan penyakit seperti ensefalitis dan
epilepsy,khususnya lobus temporal terbukti terpengaruh terhadapa perilaku agresif
dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik

a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dan dapat mengakibatkan tidak berkembng ego dan membuat
konsep diri rendah. Agresi dan tindakansan memberikan kekuatan dan prestise yang
dapat mengakibatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku
agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
tidak berdaya dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut itu ditiru karena persepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian positif.
Anak memiliki persepsi ideal tentang orangtua mereka selama tahap perkembangan
awal namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola
perilaku guru, teman, dan oranglain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-
kanak atau mempunyai orangtua yang memdisplinkan anak mereka dengan hukuman
fisik akan cenderung untuk perilaku kekerasan setelah dawasa (Owens & Straus
dikutip dari Townsend, 1996).

3) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan
sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku
tindakan kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka
tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai/ padat dan, lingkungan yang
ributdapat beresiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosialdapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.
2.2.2 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang

2.3.Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan.
Respons terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata
d. yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan
perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
e. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku
yang destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.
f. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama
dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri
sendiri.

2.4. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan


2.4.1. Faktor Predisposisi Perilaku Kekerasan
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :
a. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di
tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control
social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)
d. Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.

2.4.2. Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan


Factor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab
yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

2.5. Tingkah Laku Perilaku Kekerasan


a. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang
berkaitan dengan marah antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual,
sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang
terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan
pertumbuhan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik
perhatian orang lain.
4. Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.

2.6. Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya
c. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang
tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kuat.
e. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu.Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman
dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan
dengan temanya.

2.6.1 Sumber Koping


Menurut Suart Sundeen, 1998 :
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan keahlian
3. Tehnik defensif
4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7. Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya
2.7. Penatalaksanaan Umum
a. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga
maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang
penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb
harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan
ditentukan program kegiatannya.
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan
lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan
primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan
perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan
klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).
d. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal
adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi
fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali).

2.8 Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannnya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mengontol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan
dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu pertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan
dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapiutik
b) Berjabat tangan
c) Menjalankan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu dengan pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyeb perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang bisa dilakukan pada saat marah
secara:
a) Sosial/verbal
b) Terhadap orang lain
c) Terhadap diri sendiri
d) Terhadap lingkungan

5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya


6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik napas dalam-dalam
b) Obat
c) Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa maranya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien.
7) Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan napas dalam daln pukul kasur dan bantal
b) Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur dan bantal.
8) Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/ verbal
a) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
b) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan rasa perasaan dengan baik
c) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara visik dan
sosial/verbal
b) Latihan shohat/berdoa
c) Buat jadwal latihan sholat/berdoa
10) Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (Benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
2. Tindakan keperawatan keluarga untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat keluarga dirumah
b. Tindakan
1) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang muncul, dan akibat darin perilaku tersebut)
2) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a. Anjurkan kelurga untuk memotifasi pasien melakukan tindakan yang telah di
anjarkan oleh perawat
b. Anjarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c. Diskusikan bersama keluarga tindkan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segara dilaporkan
kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
Evaluasi

1. Pada pasien:
a) Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
b) Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai
jadwal:
1. secara fisik
2. secara sosial/verbal
3. secara spiritual
4. dengan terapi psikofarmaka

2. Pada Keluarga:

a) keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan


b) keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
c) keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan
d) keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada
perawat
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


3.1.2. Identitas Klien

Pengkajian saat wawancara dilakukan pada tanggal 14 maret 2018 dengan metode
wawancara dan melihat status klien,dari pengkajian tersebut didapatkan data sebagai berikut :
klien dengan inisial Tn.E yang berusia 36 tahun,jenis kelamin laki laki bertempat tinggal di
jl.tani asli dusun II, Sunggal. .Klien beragama Islam, status klien belum menikah, klien
pendidikan terakhir SMA.klien masuk ke RSJ dengan penanggung jawab abang klien yang
bertempat tinggal di Kisaran.

3.1.3. Alasan masuk :

Hasil pengkajian pada tanggal 12 maret 2018, klien dibawa ke RSJ oleh keluarga
dengan alasan yaitu klien sering marah-marah, mengamuk dan menghancurkan barang-
barang yang ada disekitarnya.klien juga bicara ngaur,suka mukul atau mengancam orang lain
dan suka termenung.

3.1.4. Faktor predisposisi :


a. Pernahkah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?

Selama wawancara didapatkan data klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa
pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 klien dibawa pulang oleh keluarga dan saat itu klien
rawat jalan.

pada tahun 2017 klien membina hubungan keluarga kurang lebih selama beberapa bulan
karena pengobatan di rumah kurang efektif dan klien tidak rutin control sehingga klien
kambuh dan kembali pada gejala awal yaitu marah,marah dan ngamuk dan sering memukul
keluarganya.

Karena keadaan klien yang semakin hari semakin ngamuk maka abang klien membawa
klien kembali di rawat di RSJ di ruangan Dolok martimbang pada akhir tahun 2017 .

 Masalah keperawatan:

 Regiment terapeutik in efektif


 Koping individu In efektif
 perilaku kekerasan

b. Adakah anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa ?

Keluarga klien tidak ada mengalami gangguan jiwa.

Masalah keperawatan : -

c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

Klien pernah gagal melamar AKABRI dan sejak saat itu klien jadi sering mengamuk-
amuk pada orang lain yang dilihatnya terutama pada keluarganya.

 Masalah keperawatan : koping individu inefektif dan Resti


d. Pemeriksaan Fisik :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/mnt TB : 1570 cm

T : 370C BB : 65 kg

P : 24 x/mnt

Keluhan fisik :
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik-baik saja dan tidak ada keluhan fisik.

3.1.5. Psikososial
1. Genogram :
Keterangan :

Klien

Saudara klien yang meninggal

Istri klien

Saudara istri yang meninggal

Ibu klien yang mengalami gangguan jiwa

Klien memiliki 9 saudara tapi anak paling bungsu sudah meninggal,klien anak ke 5
dari 9 bersaudara.Ibu klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan saat ini ibu
klien dalam pengobatan rawat jalan dan di jaga oleh keluarga.istri klien anak ke 2 dari 3
bersaudara dan anak pertama sudah meninggal dan tidak ada dari keluarga istri klien yang
mengalami gangguan jiwa.

2. Konsep diri:
a) Citra tubuh
Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya karena tidak ada kecacatan pada bagian
tubuhnya.
b) Identitas :
Pendidikan klien tamatan SMA sehingga hanya bisa mampu bekerja sebagai petani
dikampungnya.
c) Peran :
Klien berperan sebagai anak.
d) Ideal diri :
Klien berharap dapat memenuhi /melaksanakan perannya sebagai anak, dapat
mengatasi gangguan yang dialaminya dan dapat cepat pulang dan bertemu keluarga.
e) Harga diri :
Klien merasa terasingkan dari Keluarganya terlebih-lebih karena gagal melamar
AKABRI. klien juga merasa dirinya tidak dipedulikan kecuali abang klien karena
hanya abangnya yang datang menjeguk klien dan klien juga merasa sedih karena klien
merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan oleh keluarga sehingga klien sering
termenung, menyendiri dan jadi pendiam.
 Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah dan menarik diri
3. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti :
Orang yang berarti bagi klien adalah saudara yaitu Abangnya karena abang klien
yangmembawa/mengantar klien ke RSJ dan yang menjeguk klien.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengikuti kegiatan kelompok/kegiatan ibadah di RSJ dan jika ada TAK (terapi
aktivitas kelompok ) klien mau ikut berpartisipasi .
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena klien dapat bekerja
sama dengan teman-temannya.
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Islam
b) Kegiatan ibadah :
Selama berada diRSJ klien mengikuti ibadah yang dilaksanakan diRSJ.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
3.1.6. Status mental :
1. Penampilan :
Klien tampak rapi mulai dari rambut tidak panjang, disisir rapi, kulit kepala bersih, kuku
tidak panjang, tampak bersih, klien juga berpakaian rapi sesuai yang diharapkan dan klien
dapat mandi secara mandiri tanpa diarahkan perawat.
 Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
2. Pembicaraan :
Klien berbicara dengan lambat tetapi jelas dan dapat dimengerti.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3. Aktivitas motorik:
Klien mampu mengikuti kegiatan kebersihan yang dilaksanakan di RSJ
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
4. Suasana perasaan :
Setelah dirawat diRSJ klien merasa di jauhkan dari keluarga sehingga klien merasa sedih
 Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek :
Pada Saat diwawancarai pandangan klien tajam,gampang emosi,wajah memerah ketika
ditanyai masalah keluarganya mudah tersinggung dan gampang marah.
 Masalah keperawatan : Resiko tinggi terjadi kekerasan
6. Interaksi selama wawancara :
Saat klien diwawancarai respon baik, kontak mata langsung klien kooperatif, klien juga
dapat menceritakan keadaannya kepada klien.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
7. Persepsi :
Klien tidak mengalami gangguan halusinasi dan tidak mengalami tanda dan gejala
gangguan halusinasi.
 Masalah keperawatan : tidak ditemukan adanya halusinasi.
8. Proses pikir :
Klien tampak berbicara lancar dan menjawab pertanyaan yang diajukan pada saat
wawancara.
 Masalah keperawatan: tidak ada masalah
9. Isi pikir :
Klien tidak ada mengalami gangguan isi pikir.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
10. Tingkat kesadaran:
Klien memiliki tingkat kesadaran yang baik, benar dan jelas ditandai dengan klien
mampu menyebutkan hari, tanggal, dan tahun dengan benar pada saat diwawancarai.
Klien juga dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien
bisa menyebutkan beberapa nama temannya.
 Masalah keperatan: tidak ada masalah.
11. Memori:
Klien dapat mengingat dengan baik kejadian pada masa lalu yang terjadi pada dirinya
juga dapat menceritakan kepada perawat tentang masalah yang telah terjadi.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Klien dapat menghitung dengan jelas dan benar dari hitungan sederhana.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian:
Klien mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk seperti mampu mencuci
piring dan turut serta dalam kebersihan ruangan.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
14. Daya tilik diri :
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya
karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

3.1.7. Kebutuhan persiapan pulang:


1. Kemampuan klien memenuhi atau menyediakan kebutuhan:
Klien mampu makan dan berpakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Klien merasa kebersihan dirinya baik
 Masalah keperawatan: tidak ada masalah
b. Nutrisi
Klien makan dengan 3xsehari dan mengkonsumsi obat yang diberikan oleh perawat.
 Masalah keperawatan : tidak ada masalah
c. Tidur
Klien tidak memiliki gangguan tidur
 Masalah keperawatan: tidak ada masalah
3. Kemampuan klien
Klien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri, klien tidak mampu membuat keputusan
berdasarkan keinginan sendiri. Klien tidak mampu mengatur penggunaan obat. Klien
tidak mampu melakukan pemeriksaan kesehatan.
 Masalah keperawatan : defisit pengetahuan kesehatan.
4. Klien memiliki sistem pendukung
Klien memilki keluarga ( abang klien) yang mendukungnya, terlihat dari adanya
beberapa kali keluarga(abang klien ) mengunjungi klien di rumah sakit jiwa.
 Masalah keperawatan: tidak ada masalah.
3.1.8. ANALISA DATA

N NO DATA MASALAH
1. Data subjektif :
 Klien mengatakan suka marah-marah Resiko terjadi perilaku
kepada abangnya kekerasan
 Klien mengatakan suka mengancam
 Klien mengatakan menghancurkan
barang-barang disekitarnya dirumah
Data objektif :
 Pandangan Tajam
 Berbicara keras
Data 1.
Subjektif
2 :
2.  Klien mengatakan suka memukul Perilaku kekerasan
abangnya
 Klien mengatakan mudah tersinggung
 Klien mengatakan suka membanting
barang disekitarnya dan tidak segan-
segan memukulkan pada orang lain
Dta Objektif :
 Pandangan tajam
 Labil
 Wajah memerah
3. Data Subjektif :
 Klien mengatakan bahwa dirinya tidak Harga Diri Rendah
dibutuhkan dan tidak di pedulikan lagi
oleh keluarganya
 Klien merasa sedih karna di tinggalkan
dan dipisahkan dari keluarganya
 Klien mengatakan bahwa ibunya tidak
pernah datang menjeguknya
Data Objektif :
 Klien tampak sedih
 Suka menyendiri
 Klien hanya menjawab dan berbicara
ketika ditanyai.
4. Data Subjektif :
 klien mengatakan saat mempunyai Koping individu inefektif
masalah dipendam sendiri, tidak mau
bercerita.
Data Objektif :
 klien tidak banyak bicara, klien berdiam
diri dan termenung

5. Data Subjektif :
 klien mengatakan saat di rumah klien Regiment terapeutik inefektif
tidak mendapat/minum obat secara
teratur
Data Objektif :
 klien diantar ke RSJ dan di rawat
kembali ke 2 kalinya di RSJ
6. Data Subjektif :
 klien mengatakan bahwa keluarga klien Koping keluarga inefektif
kurang mengetahui bahwa klien wajib
mengkonsumsi obat secara rutin dan
teratur
Data Objektif :
 -

3.1.9. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Perilaku kekerasan
2. Resiko terjadi perilaku kekerasan
3. Harga Diri Rendah
4. Koping individu in efektif
5. Regiment terapeutik inefektif
6. Koping keluarga in efektif

3.1.10. Diagnosa keperawatan

1. Perilaku kekerasan
2. Resiko terjadi perilaku kekerasan
3. Harga Diri Rendah
4. Koping individu in efektif
5. Regiment terapeutik inefektif
6. Koping keluarga in efektif

Pohon Masalah

(Efek) Resiko tinggi terjadi kekerasan

(Core problem) Perilaku kekerasan

Regiment terapeutik inefektif (Causa/Penyebab) Gangguan konsep diri:

harga diri rendah

Koping keluarga Inefektif Koping individu inefektif


INTERVENSI KEPERAWATAN

No DX TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1 Resiko SP 1 :
terjadi  Membina  Klien mau  Beri salam dan sebut
perilaku hubungan saling membalas salam nama klien
kekerasan percaya  Klien mau  Sebutkan nama
berjabat tangan perawat sambil jabat
 Klien mau tangan
menyebut nama  Jelaskan maksud
 Klien mau hubungan interaksi
tersenyum  Jelaskan kontrak
yang akan dibahas
 Beri rasa aman dan
simpati
SP2 & SP 3 :  Klien dapat  Bantu klien memilih
Melatih klien menjelaskan cara yang paling tepat
mengontrol perilaku akibat /kerugian dalam mengontrol
kekerasan melakukan PK PK
 Klien dapat  Bantu klien
menyebutkan mengidentifikasi
pencegahan manfaat cara yang
perilaku telah dipilih
kekerasan secara  Bantu klien untuk
fisik : menstimulasikan cara
-tarik nafas tersebut dengan cara
dalam,olahraga,memukul mengulang
bantal  Anjurkan klien untuk
-verbal : mengatakan menggunakan cara
secara langsung dengan yang telah diajarkan
tidak menyakiti. saat marah
SP 4 :  Klien dapat  Anjurkan klien untuk
Melatih klien mengontrol PK mengikuti ibadah
mengontrol pk dengan dengan cara yang dilaksanakan
cara spiritual beribadah dan RSJ
berdoa  Anjurkan klien untuk
berdoa
SP5 :
Klien dapat  Klien dapat  Jelaskan jenis-jenis
menggunakan obat menyebutkan obat yang diminum
dengan benar (sesuai obat-obat yang oleh klien
dengan program ) diminum dan
kegunaannya
 Klien dapat  Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian berhenti
secara rutin dan minum obat
teratur
 Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar

2 Harga Diri SP 1 :
Rendah  Klien dapat  Klien dapat  Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi menyebutkan menyebutkan
aspek positif dan kemampuan yang kemampuan yang
kemampuan dimilikinya dimilikinya
yang dimiliki  Klien dapat  Ajarkan klien untuk
 Klien dapat menyebutkan menyalurkan
menilai aspek positif dan kemampuannya
kemampuan kemampuan yang
yang dimiliki dimiliki klien  Diskusikan pada
untuk  Klien mampu klien tentang aspek
dilaksanakan melaksanakan positif dan
 Klien dapat kemapuan yang kemampuan yang
melakukan dimiliki dimiliki klien
kegiatan sesuai  Klien dapat  Diskusikan dengan
rencana yang melakukan klien kemampuan
dibuat kegiatan sesuai yang dapat
jadwal yang dilaksanakan klien
dibuat  Rencanakan bersama
klien aktivitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
dengan kemampuan
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Waktu Dx SP Implementasi Evaluasi

1 SP 1  Membina hubungan S:
saling percaya  Klien senang karena disapa
dengan oleh perawat
mengungkapkan O:
komunikasi  Klien mau berjabat tangan
terapeutik  klien mau bercerita tentang
 Menyapa klien dirinya
dengan ramah,baik  kontak mata cukup
verbal maupun A:
nonverbal Klien mampu membina hubungan
 Memperkenalkan saling percaya, SP 1 tercapai
diri dengan sopan P:
 Menjelaskan tujuan Lanjutkan SP 2
pertemuan dengan
lengkap
 Menanyakan nama
klien dengan
lengkap
 Mengatakan dengan
jujur dan menepati
janji
 Menunjukkan rasa
empati dan
menerima klien apa
adanya
 Memberikan
perhatian kebutuhan S:
dasar klien Klien mengatakan sering marah-
SP2  Membantu klien marah,menghancurkan barang-
& memilih cara yang barang dirumah
SP3 paling tepat dalam O :klien tampak mengerti cara
mengontrol PK mengontrol marah seperti : tarik
 membantu klien nafas dalam,memukul bantal/kasur
mengidentifikasi A: Sp2 & Sp3 tercapai
manfaat cara yang P: sp 4 di lanjutkan
telah dipilih
 membantu klien
untuk
menstimulasikan
cara tersebut dengan
cara mengulang
 menganjurkan klien
untuk menggunakan S :
cara yang telah Klien mengatakan mengikuti
diajarkan saat marah kebaktian yang dilaksanakan di RSJ
 menganjurkan klien O :
untuk mengikuti Klien tampak ikut ibadah setiap
SP4 ibadah yang hari selasa
dilaksanakan RSJ A : SP4 teratasi
 menganjurkan klien P:SP5 lanjutkan
untuk berdoa

S:
Klien mengatakan minum obat
secara teratur setelah makan
O:
Klien mau minum obat tanpa
paksaan perawat
SP5  menjelaskan jenis- A:SP 5 tercapai
jenis obat yang P :pertahankan SP5
diminum oleh klien
 mendiskusikan
manfaat dan
kerugian berhenti
minum obat

 menjelaskan prinsip
benar minum obat (
baca nama yang
tertera pada botol
obat,dosis,waktu,dan
cara minum)

 memberikan pujian
jika klien minum
obat dengan benar

Waktu Dx IMPLEMENTASI EVALUASI


1 1. Membina hubungan saling S :klien mengatakan terkadang
percaya meliputi : mampu mengatasi marah/kesal
 Salam terapeutik yang dialaminya
 Perkenalkan diri O : pandangan tajam
 Member tahukan tujuan A : masalah teratasi sebagian
interaksi P : intervensi di lanjutkan
 Kontrak waktu yang tepat
 Menciptakan lingkungan
yang aman dan tenang
2. Memberikan kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3. Menganjurkan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
kesal/marah
4. Menganjurkan klien untuk
mengingkapkan dilemma ynag
dirasakan saat marah
5. Mengobservasi tindak PK pada
klien
6. Membicarakan akibat/kerugian
PK yang dilakukan klien
7. Menganjurkan pada klien untuk
memilih cara yang sehat dalam
mengontrol marah seperti tarik
nafas dalam
8. Menganjurkan kepada klien
untuk selalu minum obat secara
teratur

2  Mengajarkan klien cara S :


mengontrol marah dengan  Klien mengatakan sudah
cara nafas dalam mempraktekkan cara
 Mengidentifikasi penyebab mengontrol marah mulai
perasaan marah dari SP.1 s/d SP.4
 Mengidentifikasi tanda-tanda O :
& gejala yang dirasakan  Tampak klien melatih nafas
 Mendiskusikan pada klien dalam saat wawancara
akibat PK  Klien tampak
 Membantu klien tenang,mampu melakukan
mempraktekkan latihan cara dengan cara mukul
mengontrol PK yang pertama bantar/kasur
dengan nafas dalam  Klien tampak menyalurkan
 Mengajarkan klien cara yang marahnya tanpa menyakiti
ke 2 mengontrol pk dengan orang lain
cara : memukul bantal/kasur  Klien tampak minum obat
 Tanyakan perasaan pasien dengan rutin dan klien juga
setelah melakukan latihan mengikuti jabwal ibadah
ke2 yang di laksanakan RSJ.
 Membantu klien melatih A :
mengendalikan PK dengan  Masalah teratasi
menggungkapkan perasaan P :
marah secara verbal pada  SP1,SP2,SP3,&SP4 tercapai
orang lain tanpa menyakiti  Intervensi dipertahankan
 Menganjurkan klien minum
obat,beribadah dan berdoa
 Tanyakan perasaan klien saat
melakukannya
3  menganjurkan klien untuk S:
menunjukkan wajah yang  Klien mengatakan sudah
ceria mampu menerima dirinya
 mengajari klien untuk O:
menunjukkan sikap menerima  Klien tampak bergabung &
dirinya apa adanya berbicara dengan teman-
 mendiskusikan pada klien temannya
tentang aspek positif dan A: masalah teratasi sebagian
kemampuan yang dimiliki P:
klien  Intervensi dilanjutkan
 mendiskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
dilaksanakan klien
 Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. H, umur 30 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama : kristen. Klien
marah-marah dan menghancurkan barang di sekitarnya. Saat marah klien suka
menghancurkan barang dan memukul pintu/jendela. Apabila punya masalah klien tidak mau
bercerita dan memilih untuk diam diri dan memendamnya sendiri. Klien pernah masuk RSJ
sebelumnya.
4.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dengan adanya data-data hasil pengkajian pada kasus Tn.H penulis menyimpulkan
terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko terjadi perilaku kekerasan,perilaku
kekerasan,harga diri rendah,koping individu in efektif,regiment terapeutik in efektif,koping
keluarga in efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko terjadi perilaku kekerasan berhubungan dengan
perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut
: saat dirumah klien mengamuk,mengancam dan memukul istrinya serta menghancurkan
barang-barang yang ada disekitarnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan
kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak
(acting out), amuk atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pada dasarnya tidak
efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan berhubungan dengan koping individu tidak
efektif hal ini didukung karena pada saat kasus Tn.H didapatkan data sebagai berikut : klien
apabila ada masalah tidak mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya
sendiri.
4.3. INTERVENSI
Pada tahap perencanaan secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai
dengan diagosa keperawatan yang muncul pada saat pengkajian.
1. Perilaku kekerasan
Kelompok menguraikan rencara tindakan pada PK yaitu SP1 dengan Beri salam dan
sebut nama klien,menyebutkan nama perawat sambil jabat tangan,Jelaskan maksud
hubungan interaksi,Jelaskan kontrak yang akan dibahas,Beri rasa aman dan simpati ,
Pada SP2 kelompok membantu klien memilih cara yang paling tepat dalam
mengontrol PK,Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih,
SP 3 Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut dengan cara
mengulang,Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah diajarkan saat marah .
Pada SP4 kelompok merencanakan dengan menganjurkan klien untuk mengikuti ibadah
yang dilaksanakan RSJ, Anjurkan klien untuk berdoa,Jelaskan jenis-jenis obat yang
diminum oleh klien. Pada SP5 dengan cara mendiskusikan manfaat dan kerugian berhenti
minum obat,Jeklaskan prinsip benar minum obat ( baca nama yang tertera pada botol
obat,dosis,waktu,dan cara minum),Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
4.4. I MPLEMENTASI
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H
Untuk SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan
komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai
klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa
adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Selanjutnya berikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok
adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien
mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 1 kelompok tidak
mengalami kesulitan atau kendala dalam berkenalan dan membangun rasa percaya dengan
klien dan klien pun mampu mengungkapkan penyebab marah yang dialami.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 2 adalah anjurkan klien
untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku
kekerasan pada klien. Selanjutnya klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan masalahnya selesai.Tindakan
keperawatan untuk SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk
mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel
dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan
sulit diarahkan dan klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu
berbicara keras, marah-marah dan menghancurkan barang disekitarnya.
Rencana keperawatan untuk SP 3 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau
kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang
digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang
sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat
dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan
dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok
tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat
dan kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien
bisa dijauhi teman-temannya.
Rencana keperawatan untuk SP 4 adalah apakah klien ingin belajar cara yang baru
yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan dengan
klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah
klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui cara baru
dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 4 ini kelompok tidak
mengalami kendala karena klien mau berdoa dan beribadah.

4.5. Evaluasi

Pada kasus di atas kelompok mengevaluasi hasil observasi pada klien tentang
perasaannya setelah melakukan interaksi dengan klien.
Kelompok dapat membantu klien mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang
digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat
agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
BAB V
PENUTUP

a. Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn.H tindakan yang dilakukan
sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara
yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah
yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

b. Saran
Untuk klien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
perpisahan dengan istrinya, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratur sesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk di Rumah Sakit :


1. Dapat mempertahankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama
ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada klien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa :
1. Tiingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok
agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku
Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih
Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.


(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi 3,


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai