OLEH :
1. Leli sari manalu
2. Nonifati telaumbanua
3. Hanna maria naibaho
4. Sarifah siregar
5. Afrijal bintang
6. Harianda sastra
STIKES SU MEDAN
T.A. 2018
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmad dan
HidayahNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan pada
Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit Jiwa Medan untuk memenuhi salah satu syarat
praktek dan mata kuliah keperawatan Jiwa dalam menyelesaikan pendidikan di Jurusan
profesi Keperawatan di Stikes su Medan
Adapun laporan yang telah disepakati dan telah disusun oleh kelompok dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA Tn. E DI
RUANG DOLOK MARTIMBANG RSJ PROF.H.ILDREM SUMATERA UTARA”. Dalam
penyusunan ini kelompok melakukan observasi langsung dengan pendekatan proses
keperawatan.
Pada kesempatan ini, secara khusus kelompok sampaikan rasa hormat, penghargaan,
dan terimakasih kepada orang-orang yang membantu kelompok dalam melaksanakan
kegiatan tersebut sampai pada saat penulisan laporan ini.
Seluruh staf dan dosen yang turut membantu dan membimbing dalam penulisan makalah ini
Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempunaan. Kelompok
sangat mangharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa akan datang. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan,
Hormat saya,
Kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………........... 1
1.2. Tujuan Penulisan ……………………………………………………... 1
1.3. Metode ……………………………………………………………….. 1
1.4. Sistematika ………………………………………………………….... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................... 3
2.1. Pengertian ............................................................................................. 3
2.2. Rentang Respon .................................................................................. . 3
2.3. Proses Kemarahan ............................................................................... . 4
2.4. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan .......... .. 5
2.5. Tingkah Laku Perilaku Kekerasan ...................................................... .. 6
2.6. Mekanisme Koping ............................................................................. .. 7
2.7. Penatalaksanaan Umum ...................................................................... .. 9
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................... 11
3.1. Pengkajian ................................................................................................ 11
3.2. Analisa Data ............................................................................................. 17
3.3. Rencana Keperawatan .............................................................................. 18
3.4. Impementasi dan Evaluasi ....................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 24
BAB V PENUTUP .................................................................................... 27
Daftar Pustaka ............................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
a. Tujuan umum
2.1. Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan
dan sering menimbulkan suatu tekanan.
2.2. Rentang Respon
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dan dapat mengakibatkan tidak berkembng ego dan membuat
konsep diri rendah. Agresi dan tindakansan memberikan kekuatan dan prestise yang
dapat mengakibatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku
agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
tidak berdaya dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut itu ditiru karena persepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian positif.
Anak memiliki persepsi ideal tentang orangtua mereka selama tahap perkembangan
awal namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola
perilaku guru, teman, dan oranglain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-
kanak atau mempunyai orangtua yang memdisplinkan anak mereka dengan hukuman
fisik akan cenderung untuk perilaku kekerasan setelah dawasa (Owens & Straus
dikutip dari Townsend, 1996).
3) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan
sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku
tindakan kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka
tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai/ padat dan, lingkungan yang
ributdapat beresiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosialdapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.
2.2.2 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
2.3.Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan.
Respons terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata
d. yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan
perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
e. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku
yang destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.
f. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama
dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri
sendiri.
1. Pada pasien:
a) Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
b) Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai
jadwal:
1. secara fisik
2. secara sosial/verbal
3. secara spiritual
4. dengan terapi psikofarmaka
2. Pada Keluarga:
TINJAUAN KASUS
Pengkajian saat wawancara dilakukan pada tanggal 14 maret 2018 dengan metode
wawancara dan melihat status klien,dari pengkajian tersebut didapatkan data sebagai berikut :
klien dengan inisial Tn.E yang berusia 36 tahun,jenis kelamin laki laki bertempat tinggal di
jl.tani asli dusun II, Sunggal. .Klien beragama Islam, status klien belum menikah, klien
pendidikan terakhir SMA.klien masuk ke RSJ dengan penanggung jawab abang klien yang
bertempat tinggal di Kisaran.
Hasil pengkajian pada tanggal 12 maret 2018, klien dibawa ke RSJ oleh keluarga
dengan alasan yaitu klien sering marah-marah, mengamuk dan menghancurkan barang-
barang yang ada disekitarnya.klien juga bicara ngaur,suka mukul atau mengancam orang lain
dan suka termenung.
Selama wawancara didapatkan data klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa
pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 klien dibawa pulang oleh keluarga dan saat itu klien
rawat jalan.
pada tahun 2017 klien membina hubungan keluarga kurang lebih selama beberapa bulan
karena pengobatan di rumah kurang efektif dan klien tidak rutin control sehingga klien
kambuh dan kembali pada gejala awal yaitu marah,marah dan ngamuk dan sering memukul
keluarganya.
Karena keadaan klien yang semakin hari semakin ngamuk maka abang klien membawa
klien kembali di rawat di RSJ di ruangan Dolok martimbang pada akhir tahun 2017 .
Masalah keperawatan:
Masalah keperawatan : -
Klien pernah gagal melamar AKABRI dan sejak saat itu klien jadi sering mengamuk-
amuk pada orang lain yang dilihatnya terutama pada keluarganya.
T : 370C BB : 65 kg
P : 24 x/mnt
Keluhan fisik :
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik-baik saja dan tidak ada keluhan fisik.
3.1.5. Psikososial
1. Genogram :
Keterangan :
Klien
Istri klien
Klien memiliki 9 saudara tapi anak paling bungsu sudah meninggal,klien anak ke 5
dari 9 bersaudara.Ibu klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu dan saat ini ibu
klien dalam pengobatan rawat jalan dan di jaga oleh keluarga.istri klien anak ke 2 dari 3
bersaudara dan anak pertama sudah meninggal dan tidak ada dari keluarga istri klien yang
mengalami gangguan jiwa.
2. Konsep diri:
a) Citra tubuh
Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya karena tidak ada kecacatan pada bagian
tubuhnya.
b) Identitas :
Pendidikan klien tamatan SMA sehingga hanya bisa mampu bekerja sebagai petani
dikampungnya.
c) Peran :
Klien berperan sebagai anak.
d) Ideal diri :
Klien berharap dapat memenuhi /melaksanakan perannya sebagai anak, dapat
mengatasi gangguan yang dialaminya dan dapat cepat pulang dan bertemu keluarga.
e) Harga diri :
Klien merasa terasingkan dari Keluarganya terlebih-lebih karena gagal melamar
AKABRI. klien juga merasa dirinya tidak dipedulikan kecuali abang klien karena
hanya abangnya yang datang menjeguk klien dan klien juga merasa sedih karena klien
merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan oleh keluarga sehingga klien sering
termenung, menyendiri dan jadi pendiam.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah dan menarik diri
3. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti :
Orang yang berarti bagi klien adalah saudara yaitu Abangnya karena abang klien
yangmembawa/mengantar klien ke RSJ dan yang menjeguk klien.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengikuti kegiatan kelompok/kegiatan ibadah di RSJ dan jika ada TAK (terapi
aktivitas kelompok ) klien mau ikut berpartisipasi .
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena klien dapat bekerja
sama dengan teman-temannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan :
Klien beragama Islam
b) Kegiatan ibadah :
Selama berada diRSJ klien mengikuti ibadah yang dilaksanakan diRSJ.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
3.1.6. Status mental :
1. Penampilan :
Klien tampak rapi mulai dari rambut tidak panjang, disisir rapi, kulit kepala bersih, kuku
tidak panjang, tampak bersih, klien juga berpakaian rapi sesuai yang diharapkan dan klien
dapat mandi secara mandiri tanpa diarahkan perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
2. Pembicaraan :
Klien berbicara dengan lambat tetapi jelas dan dapat dimengerti.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3. Aktivitas motorik:
Klien mampu mengikuti kegiatan kebersihan yang dilaksanakan di RSJ
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
4. Suasana perasaan :
Setelah dirawat diRSJ klien merasa di jauhkan dari keluarga sehingga klien merasa sedih
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
5. Afek :
Pada Saat diwawancarai pandangan klien tajam,gampang emosi,wajah memerah ketika
ditanyai masalah keluarganya mudah tersinggung dan gampang marah.
Masalah keperawatan : Resiko tinggi terjadi kekerasan
6. Interaksi selama wawancara :
Saat klien diwawancarai respon baik, kontak mata langsung klien kooperatif, klien juga
dapat menceritakan keadaannya kepada klien.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
7. Persepsi :
Klien tidak mengalami gangguan halusinasi dan tidak mengalami tanda dan gejala
gangguan halusinasi.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan adanya halusinasi.
8. Proses pikir :
Klien tampak berbicara lancar dan menjawab pertanyaan yang diajukan pada saat
wawancara.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
9. Isi pikir :
Klien tidak ada mengalami gangguan isi pikir.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
10. Tingkat kesadaran:
Klien memiliki tingkat kesadaran yang baik, benar dan jelas ditandai dengan klien
mampu menyebutkan hari, tanggal, dan tahun dengan benar pada saat diwawancarai.
Klien juga dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien
bisa menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah keperatan: tidak ada masalah.
11. Memori:
Klien dapat mengingat dengan baik kejadian pada masa lalu yang terjadi pada dirinya
juga dapat menceritakan kepada perawat tentang masalah yang telah terjadi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Klien dapat menghitung dengan jelas dan benar dari hitungan sederhana.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian:
Klien mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk seperti mampu mencuci
piring dan turut serta dalam kebersihan ruangan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
14. Daya tilik diri :
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya
karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
N NO DATA MASALAH
1. Data subjektif :
Klien mengatakan suka marah-marah Resiko terjadi perilaku
kepada abangnya kekerasan
Klien mengatakan suka mengancam
Klien mengatakan menghancurkan
barang-barang disekitarnya dirumah
Data objektif :
Pandangan Tajam
Berbicara keras
Data 1.
Subjektif
2 :
2. Klien mengatakan suka memukul Perilaku kekerasan
abangnya
Klien mengatakan mudah tersinggung
Klien mengatakan suka membanting
barang disekitarnya dan tidak segan-
segan memukulkan pada orang lain
Dta Objektif :
Pandangan tajam
Labil
Wajah memerah
3. Data Subjektif :
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak Harga Diri Rendah
dibutuhkan dan tidak di pedulikan lagi
oleh keluarganya
Klien merasa sedih karna di tinggalkan
dan dipisahkan dari keluarganya
Klien mengatakan bahwa ibunya tidak
pernah datang menjeguknya
Data Objektif :
Klien tampak sedih
Suka menyendiri
Klien hanya menjawab dan berbicara
ketika ditanyai.
4. Data Subjektif :
klien mengatakan saat mempunyai Koping individu inefektif
masalah dipendam sendiri, tidak mau
bercerita.
Data Objektif :
klien tidak banyak bicara, klien berdiam
diri dan termenung
5. Data Subjektif :
klien mengatakan saat di rumah klien Regiment terapeutik inefektif
tidak mendapat/minum obat secara
teratur
Data Objektif :
klien diantar ke RSJ dan di rawat
kembali ke 2 kalinya di RSJ
6. Data Subjektif :
klien mengatakan bahwa keluarga klien Koping keluarga inefektif
kurang mengetahui bahwa klien wajib
mengkonsumsi obat secara rutin dan
teratur
Data Objektif :
-
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko terjadi perilaku kekerasan
3. Harga Diri Rendah
4. Koping individu in efektif
5. Regiment terapeutik inefektif
6. Koping keluarga in efektif
Pohon Masalah
2 Harga Diri SP 1 :
Rendah Klien dapat Klien dapat Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi menyebutkan menyebutkan
aspek positif dan kemampuan yang kemampuan yang
kemampuan dimilikinya dimilikinya
yang dimiliki Klien dapat Ajarkan klien untuk
Klien dapat menyebutkan menyalurkan
menilai aspek positif dan kemampuannya
kemampuan kemampuan yang
yang dimiliki dimiliki klien Diskusikan pada
untuk Klien mampu klien tentang aspek
dilaksanakan melaksanakan positif dan
Klien dapat kemapuan yang kemampuan yang
melakukan dimiliki dimiliki klien
kegiatan sesuai Klien dapat Diskusikan dengan
rencana yang melakukan klien kemampuan
dibuat kegiatan sesuai yang dapat
jadwal yang dilaksanakan klien
dibuat Rencanakan bersama
klien aktivitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
dengan kemampuan
IMPLEMENTASI & EVALUASI
1 SP 1 Membina hubungan S:
saling percaya Klien senang karena disapa
dengan oleh perawat
mengungkapkan O:
komunikasi Klien mau berjabat tangan
terapeutik klien mau bercerita tentang
Menyapa klien dirinya
dengan ramah,baik kontak mata cukup
verbal maupun A:
nonverbal Klien mampu membina hubungan
Memperkenalkan saling percaya, SP 1 tercapai
diri dengan sopan P:
Menjelaskan tujuan Lanjutkan SP 2
pertemuan dengan
lengkap
Menanyakan nama
klien dengan
lengkap
Mengatakan dengan
jujur dan menepati
janji
Menunjukkan rasa
empati dan
menerima klien apa
adanya
Memberikan
perhatian kebutuhan S:
dasar klien Klien mengatakan sering marah-
SP2 Membantu klien marah,menghancurkan barang-
& memilih cara yang barang dirumah
SP3 paling tepat dalam O :klien tampak mengerti cara
mengontrol PK mengontrol marah seperti : tarik
membantu klien nafas dalam,memukul bantal/kasur
mengidentifikasi A: Sp2 & Sp3 tercapai
manfaat cara yang P: sp 4 di lanjutkan
telah dipilih
membantu klien
untuk
menstimulasikan
cara tersebut dengan
cara mengulang
menganjurkan klien
untuk menggunakan S :
cara yang telah Klien mengatakan mengikuti
diajarkan saat marah kebaktian yang dilaksanakan di RSJ
menganjurkan klien O :
untuk mengikuti Klien tampak ikut ibadah setiap
SP4 ibadah yang hari selasa
dilaksanakan RSJ A : SP4 teratasi
menganjurkan klien P:SP5 lanjutkan
untuk berdoa
S:
Klien mengatakan minum obat
secara teratur setelah makan
O:
Klien mau minum obat tanpa
paksaan perawat
SP5 menjelaskan jenis- A:SP 5 tercapai
jenis obat yang P :pertahankan SP5
diminum oleh klien
mendiskusikan
manfaat dan
kerugian berhenti
minum obat
menjelaskan prinsip
benar minum obat (
baca nama yang
tertera pada botol
obat,dosis,waktu,dan
cara minum)
memberikan pujian
jika klien minum
obat dengan benar
4.1. PENGKAJIAN
Nama klien : Tn. H, umur 30 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama : kristen. Klien
marah-marah dan menghancurkan barang di sekitarnya. Saat marah klien suka
menghancurkan barang dan memukul pintu/jendela. Apabila punya masalah klien tidak mau
bercerita dan memilih untuk diam diri dan memendamnya sendiri. Klien pernah masuk RSJ
sebelumnya.
4.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dengan adanya data-data hasil pengkajian pada kasus Tn.H penulis menyimpulkan
terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko terjadi perilaku kekerasan,perilaku
kekerasan,harga diri rendah,koping individu in efektif,regiment terapeutik in efektif,koping
keluarga in efektif.
Diagnosa yang pertama yaitu resiko terjadi perilaku kekerasan berhubungan dengan
perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut
: saat dirumah klien mengamuk,mengancam dan memukul istrinya serta menghancurkan
barang-barang yang ada disekitarnya.
Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang
berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan
kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak
(acting out), amuk atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pada dasarnya tidak
efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan berhubungan dengan koping individu tidak
efektif hal ini didukung karena pada saat kasus Tn.H didapatkan data sebagai berikut : klien
apabila ada masalah tidak mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya
sendiri.
4.3. INTERVENSI
Pada tahap perencanaan secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai
dengan diagosa keperawatan yang muncul pada saat pengkajian.
1. Perilaku kekerasan
Kelompok menguraikan rencara tindakan pada PK yaitu SP1 dengan Beri salam dan
sebut nama klien,menyebutkan nama perawat sambil jabat tangan,Jelaskan maksud
hubungan interaksi,Jelaskan kontrak yang akan dibahas,Beri rasa aman dan simpati ,
Pada SP2 kelompok membantu klien memilih cara yang paling tepat dalam
mengontrol PK,Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih,
SP 3 Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut dengan cara
mengulang,Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah diajarkan saat marah .
Pada SP4 kelompok merencanakan dengan menganjurkan klien untuk mengikuti ibadah
yang dilaksanakan RSJ, Anjurkan klien untuk berdoa,Jelaskan jenis-jenis obat yang
diminum oleh klien. Pada SP5 dengan cara mendiskusikan manfaat dan kerugian berhenti
minum obat,Jeklaskan prinsip benar minum obat ( baca nama yang tertera pada botol
obat,dosis,waktu,dan cara minum),Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
4.4. I MPLEMENTASI
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H
Untuk SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan
komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai
klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa
adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Selanjutnya berikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok
adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien
mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 1 kelompok tidak
mengalami kesulitan atau kendala dalam berkenalan dan membangun rasa percaya dengan
klien dan klien pun mampu mengungkapkan penyebab marah yang dialami.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 2 adalah anjurkan klien
untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku
kekerasan pada klien. Selanjutnya klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan masalahnya selesai.Tindakan
keperawatan untuk SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk
mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel
dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan
sulit diarahkan dan klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu
berbicara keras, marah-marah dan menghancurkan barang disekitarnya.
Rencana keperawatan untuk SP 3 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau
kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang
digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang
sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat
dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan
dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok
tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat
dan kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien
bisa dijauhi teman-temannya.
Rencana keperawatan untuk SP 4 adalah apakah klien ingin belajar cara yang baru
yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan dengan
klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah
klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui cara baru
dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 4 ini kelompok tidak
mengalami kendala karena klien mau berdoa dan beribadah.
4.5. Evaluasi
Pada kasus di atas kelompok mengevaluasi hasil observasi pada klien tentang
perasaannya setelah melakukan interaksi dengan klien.
Kelompok dapat membantu klien mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang
digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat
agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn.H tindakan yang dilakukan
sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara
yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah
yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
b. Saran
Untuk klien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
perpisahan dengan istrinya, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratur sesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku
Kedokteran , EGC, Jakarta.
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih
Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.