Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan tersebut memberikan berbagai dampak positif seperti terbukanya

lapangan kerja, serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan

yang perlu disadari, bahwasannya perkembangan kegiatan industri secara umum juga

merupakan sektor yang sangat potensial sebagai sumber pencemaran yang akan

merugikan bagi kesehatan dan lingkungan.

Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri

perminyakan. PT Pertamina RU VI Balongan merupakan salah satu perusahaan yang

berkecimpung didalam industri perminyakan, dengan kegiatan utamanya adalah

mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar

Minyak), Non BBM dan Petrokimia. Dari kegiatan pengolahan tersebut, PT Pertamina

RU VI Balongan juga menghasilkan limbah. Limbah sendiri didefinisikan sebagai

bahan yang terbuang atau dibuang akibat kegiatan manusia yang tidak atau belum

memiliki nilai ekonomi dan nilai positif bahkan dapat memiliki nilai ekonomi negatif

(Murtadho, 1998).

Limbah yang dihasilkan oleh PT Pertamina RU VI Balongan berupa limbah

gas, cair, padat dan B3. Sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 dan PP No 81 tahun

2012, setiap perusahaan wajib melakukan pengelolaan sampah dari prosesnya.

Berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, PT Pertamina RU VI

1
Balongan secara cermat melaksanakan pemantauan, penanganan serta pengelolaan

berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari setiap proses dalam kegiatan

operasionalnya. Pengelolaan limbah kegitan pengolahan minyak dilakukan juga karena

kredibilitas industri di mata masyarakat. Limbah yang dibuang begitu saja tanpa diolah

terlebih dahulu, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang kemudian

dapat mempengaruhi beberapa aspek lain seperti keseimbangan lingkungan.

1.2 Permasalahan

Dalam melaksanakan pengelolalaan limbah kegiatan pengolahan minyak,

terdapat beberapa permasalahn di PT Pertamina RU VI Balongan, yaitu terdapat

peralatan pengelolaan limbah yang idle (tidak berjalan) dan tidak bekerja secara

maksimal.

2
II. SUMBER LIMBAH

2.1 Limbah Gas

Limbah gas di PT Pertamina RU VI Balongan yang berupa emisi gas rumah

kaca (CO2, CH4, dan N2O) dan emisi gas konvensional yang terdiri dari SOx dan NOx

berasal dari beberapa sumber, yaitu:

 Stack hasil pembakaran di Furnace

 Lubang venting pada tangki timbun

 Gas-gas hasil pembakaran di flare

 Gas-gas hasil pembakaran di incinerator

2.2 Limbah Cair

Limbah cair yang terdapat di PT Pertamina RU VI Balongan berasal dari

beberapa sumber, yaitu:

 Unit CDU dan ARMHD mnghasilkan limbah cair berupa oily water dan phenol

 Unit RCC menghasilkan limbah cair yang terkontaminasi NH3 dan H2S

 Unit LCO-HTU menghasilkan limbah cair berupa phenol, NH3 dan H2S

 Unit GO-HTU menghasilkan limbah cair yang terkontaminasi NH3 dan H2S

 H2 Plant yaitu blowdown water.

Secara umum, limbah cair di RU VI Balongan dibagi menjadi beberapa jenis

yaitu:

3
No Jenis Air Limbah Keterangan

1 Oil Drain Drain dari equipment

2 • Air hujan dari paved area


Oil Contaminated
• Oily Water dari Workshop & Lab
Water
• Drain Water dari tangki

3 Clean Water A • Cooling tower blowdown dan Unpaved

(kemungkinan area

terkontaminasi minyak • Air hujan di dalam Dike tangki

saat emergency) • Back Wash Water

4 • Air hujan dari unpaved area


Clean Water B (tidak
• Air hujan dari jalan, bangunan, roof
terkontaminasi minyak)
tangki air

5 • Air buangan dari Lab, Gudang Kimia,

Caustic Handling
Chemical Water
• Boiler Blowdown

• Regenerated Water dari Demin Plant

6 • Air buangan dari toilet di pergedungan

Sanitary Water dari Field Office, Control Room, Adm

Building, LPG Truck Loading rest area

7 • Treated Water dari SWS


Proses Effluent Water
• Desalter Effluent Water

4
2.3 Limbah Padat dan B3

Secara garis besarbimbah padat yang terdapat di PT Pertamina RU VI Balongan

berasal dari beberapa sumber, yaitu:

 Sludge yang terdapat pada alat-alat pengolahan yang diakibatkan deposit.

 Scale yang biasa terdapat di water treatment yang disebabkan oleh garam-garam

yang terkandung dalam sour water.

 Hidrokarbon berat yang tidak dapat direcovery lagi, biasanya terdapat pada sludge.

Limbah padat yang terdapat di PT Pertamina RU VI Balongan dipisahkan

menjadi 2 jenis yaitu limbah padat B3 dan limbah padat non B3.

 Limbah padat B3

Berupa tanah, rumput, dan drum yang terkontaminasi minyak, botol example,

katalis, accu bekas, catridge bekas, dan sludge.

 Limbah padat non B3

Berupa ban, tambang, kayu, karet, helm, dan plastic bekas, kertas serta sampah.

5
III. PENGELOLAAN LIMBAH

3.1 Limbah Gas

Gambar 3.1 Fasilitas Pengelolaaan Emisi Gas

Secara umum pengelolaan limbah gas di PT Pertamina RU VI Balongan

dilakukan di Amine Treater (Unit 23) dan Sulphur Plant (Unit 24). Amine Treater

dibuat untuk mengolah sour gas dan menghilangkan kandungan H2S yang terikut dalam

sour gas.

Proses yang digunakan oleh Amine Treater adalah SHELL ADIP Process yang

dimana menggunakan larutan MDEA (Methyl di-ethanol amine) sebagai larutan

penyerap. Limbah gas yang diolah di Sulphur plant (Sulphur recovery) sisanya dibakar

6
di incinerator maupun flare. Sisa limbah gas yang dibakar di incinerator berupa gas

H2S dan CO, sedangkan flare berupa gas hidrokarbon.

3.2 Limbah Cair

Dalam mengolah limbah cair, PT Pertamina RU VI Balongan membangun unit

Sewage dan Effluent Water Treatment. Secara garis besar effluent water treatment di

PT Pertamina RU VI Balongan dibagi menjadi dua, yaitu treatment oily water yang

dilakukan dirangkaian separator dan treatment air buangan proses yang dilakukan

menggunakan lumpur aktif (activated sludge). Lumpur aktif merupakan campuran dari

koloni mikroba aerobic.

Unit pengolahan limbah cair terdiri dari:

1. Air Floatation Section

Gambar 3.2 Air Floatation Section

Pada unit Air Floatation Section, air hujan yang bercampur minyak dari unit proses

dipisahkan oleh CPI separator sedangkan air ballast dipisahkan di API separator.

7
Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed Pump dan dipompakan ke bak

floatation, sebagian campuran dipompakan ke pressurize vessel. Dalam pressurize

vessel udara dari DAF Feed Pump dilarutkan dalam pressurize waste water. Ketika

pressurize waste water dihembuskan ke pipa inlet floatation pada tekanan atmosfir,

udara yang terlarut disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi

dalam waste water terangkat ke permukaan air. Minyak yang mengapung diambil

dengan skimmer dan dialirkan ke bak floatation. Minyak didalam bak floatation oil

dipompakan ke tangki recovery oil, kemudian air bersih dari bak floatation oil dialirkan

ke bak impounding basin.

2. Activated Oil Sludge

Pada unit Activated Oil Sludge, Aliran proses penjernian air dengan CPI Separator

dan aliran sanitary dengan pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sluge.

Air hasil proses CPI dan filtrate dehydotator dicampurkan dalam bak proses effluent

dan campuran air ini dipompakan ke pit aeration pada operasi normal dan pada

emergency ke pit clarifier melalui rapid mixing pit dan Flocculation pit. Apabila

kualiitas air off spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi

sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.

3.3 Limbah Padat dan B3

Limbah padat yang terdapat di PT Pertamina RU VI Balongan dibagi menjadi

dua jenis yaitu limbah padat B3 dan limbah padat non B3. Limbah padat non B3 dalam

pengelolaannya PT Pertamina RU VI Balongan menggunakan jasa pihak ketiga. berupa

8
sludge dan scale. Limbah padat B3 sebelum dialihkan ke pihak ketiga akan diolah

terlebih dahulu.

Limbah padat B3 di PT Pertamina RU VI Balongan secara umum berupa

sludge. Sludge sendiri merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak

yang tidak dapat dibuang begitu saja kealam bebas, karena dapat mencemari

lingkungan. Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih

mengandung hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di recovery kedalam proses.

Sludge tersebut juga tidak dapat dibuang ke lingkungan sebab tidak dapat terurai dalam

waktu singkat. PT. PERTAMINA (Persero) UP-VI Balongan melakukannya dengan

membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperature 800ºC.

Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu

area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.

9
IV. PEMBAHASAN

4.1 Limbah Gas

Kegiatan pengolahan minyak di PT Pertamina RU VI Balongan selain

menghasilkan produk-produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia juga menghasilkan

limbah, salah satunya limbah/emisi gas.

Limbah yang dihasilkan berupa emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, dan N2O) dan

emisi gas konvensional yang terdiri dari SOx dan NOx. Pada tahun 2015 total emisi gas

rumah kaca yang dihasilkan mencapai 1.777.477,16 Ton CO2eq sedangkan untuk emisi

gas konvesional, SOx sebesar 494,00 ton dan NOx sebesar 11.650,11. Berdasarkan PP

No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, PT Pertamina RU VI

Balongan melakukan pengelolaan terhadap limbah atau emisi gas yang dihasilkan.

Pengelolaan limbah atau emisi gas yang dilakukan di PT Pertamina RU VI

Balongan sudah dilakukan dengan baik yaitu dengan adanya unit amin treatment dan

Sulphur plant.

4.2 Limbah Cair

Kegiatan pengolahan minyak di PT Pertamina RU VI Balongan selain

menghasilkan produk-produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia juga menghasilkan

limbah, salah satunya limbah cair.

Kualitas hasil pengelolaan yang dilakukan pada limbah cair oleh PT Pertamina

RU VI Balongan sudah baik, akan tetapi adanya CPI yang rusak dan CPI serta API

10
yang tidak bekerja secara maksimal menyebabkan dibutuhkan proses yang panjang

atau banyak untuk pengelolaan limbah cair.

4.3 Limbah Padat dan B3

Kegiatan pengolahan minyak di PT Pertamina RU VI Balongan selain

menghasilkan produk-produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia juga menghasilkan

limbah, salah satunya limbah padat B3 dan limbah padat non B3.

PT Pertamina RU VI Balongan mengatasi limbah padat dengan cara dikirim ke

pihak ke 3 untuk diolah lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena peralatan pengelolaan

berupa incinerator dalam keadaan idle (tidak berjalan).

11
V. SIMPULAN

Selain memberikan dampak positif, kegiatan industri terutama industri

perminyakan juga memberikan dampak negative berupa adanya limbah baik limbah

gas, cair, maupun limbah padat B3 dan non B3 yang dihasilkan dari kegiatan

pengolahan minyak. Limbah tersebut bernilai negative apabila tidak dilakukan

pengelolaan. Oleh karena itu, pengelolaan limbah sangat penting untuk dilakukan

setiap perusahaan yang melakukan kegiatan industri terutama industri perminyakan.

Hal ini juga sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 dan PP No 81 tahun 2012, dimana

setiap perusahaan wajib melakukan pengelolaan sampah dari prosesnya. PT Pertamina

RU VI Balongan merupakan salah satu perusahaan yang telah melakukan pengelolaan

terhadap limbah yang dihasilkan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil

pengelolaan limbah yang diperoleh.

12

Anda mungkin juga menyukai