Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PURNA HUNI

EVALUASI RUMAH TINGGAL BAPAK EDY WIBOWO


“SKALA DAN PROPORSI PADA FASAD BANGUNAN”

DISUSUN OLEH :
JHOSUA CAVIN DOMANZSA
I0216042

DOSEN PEMBIMBING :
TRI JOKO DARYANTO, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
A. TINJAUAN TEORI

Fasade merupakan salah satu karakter visual pada bangunan. Fasade atau wajah
bangunan menjadi aspek yang pertama kali dinilai dalam menentukan kesan terhadap
suatu bangunan. Krier (1998) menekankan bahwa fasade merupakan aspek penting
dalam menentukan karakter bangunan karena fasade bangunan merupakan elemen
arsitektur penting yang menggambarkan fungsi dan makna sebuah bangunan.
Untuk memberikan makna yang baik, maka fasad bangunan harus ditampilkan
dengan baik pula. Menurut Shirvani (1985), karakter visual yang baik dapat terjadi
dengan adanya keserasian antara bentukan fisik yang ada dalam suatu kawasan,
berkaitan dengan hubungan yang terjadi antara elemen dalam suatu lingkungan.
Pembentukan karakter visual bangunan berupa elemen fisik terdiri dari ketinggian
bangunan, gaya bangunan, material, tekstur, warna dan signage.
Ching (1979) menuturkan bahwa komponen fasad bangunan terdiri dari pintu
masuk, zona lantai dasar, jendela, pagar pembatas, atap bangunan, signage serta
ornamen. Sedangkan komposisi dari fasad bangunan meliputi geometri, simetri, ritme,
kontras, skala dan proporsi.

Skala biasanya selalu membandingkan suatu hal dengan hal lain. Skala dapat
dibedakan menjadi skala mekanis, skala visual dan skala manusia. Skala mekanis
adalah ukuran atau proporsi suatu benda yang relatif terhadap standar ukuran yang
sudah diterima. Skala visual adalah ukuran atau proporsi suatu unsure menunjukkan
ukuran relatif terhadap ukuran lain yang diketahui atau ukuran yang diasumsikan,
Skala manusia didasarkan pada dimensi dan proporsi tubuh manusia.

Menurut D. K. Ching dalam buku ARSITEKTUR: Bentuk, Ruang, dan


Tatanan Edisi Ketiga (2007, hal.301), proporsi lebih menekankan pada hubungan
yang sebenarnya atau yang harmonis dari satu bagian dengan bagian yang lain atau
secara menyeluruh, sedangkan skala menyinggung pada ukuran sesuatu dibandingkan
dengan suatu standar referensi atau dengan ukuran sesuatu yang dapat dijadikan
patokan. Proporsi ditentukan berdasarkan beberapa hal, yaitu sifat materialnya
(proporsi bahan), bagaimana elemen-elemen bangunan bereaksi terhadap gaya-gaya
(proporsi struktur), dan bagaimana sesuatu itu dibuat (proporsi pabrik). Teori-teori
proporsi antara lain:
 Golden Section
 Penataan Klasik
 Teori-teori Renaissance
 Modular
 ‘Ken’
 Antropometri
 Skala

Skala ruang adalah ukuran ruang dipandang dari segi visual. Skala merupaka
bagaimana memandang besarnya suatu unsur ruangan secara relative terhadap bentuk-
bentu lainnya yang ada di sekitarnya. Terdapat 2 macam skala, yaitu :

 Skala umum : ukuran relatif sebuah unsur bangunan terhadap bentuk-bentuk lain di
dalam lingkup tertentu.
 Skala manusia : ukuran relatif sebuah unsur bangunan terhadap dimensi dan proporsi
tubuh manusia.

Perasaan yang timbul juga ditentukan oleh skala ruang. Skala ruang terbagi
atas skala akrab (intim), skala wajar, skala megah atau agung dan skala mencekam.

a. Skala Akrab

Sumber : White, Edward T. Tata Atur,1986

Skala ini cenderung menimbulkan kesan akrab

b. Skala Wajar

Sumber : White, Edward T. Tata Atur,1986


Adanya penyesuaian yang wajar antara dimensi manusia dengan ukuran
ruang dan dikaitkan dengan kegiatan yang diwadahi.

c. Skala Agung

Sumber : White, Edward T. Tata Atur,1986

Ditimbulkan oleh dimensi ruang yang terlalu besar jika dibandingkan


dengan dimensi manusia dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Biasanya
skala ini digunakan pada bangunan-bangunan yan memiliki nilai-nilai tertentu
untuk memberikan kesan megah atau agung.

d. Skala Mencekam

Sumber : White, Edward T. Tata Atur,1986

Mengakibatkan manusia kehilangan hubungan dengan ruang yang


bersangkutan karena besarnya gap yang ada. Biasanya terjadi pada ruang alami.

Proporsi merupakan suatu unsur kesetimbangan perbandingan antara dua objek


atau lebih yang bersifat rasional dan memiliki perbandingan yang sama. Proporsi
menekankan keharmonisan antara suatu unsur dengan unsur yang lain maupun secara
keseluruhan. Disain berpengaruh terhadap unsur proporsi sebab unsur-unsur proporsi
mendukung terciptanya nilai estetika pada bangunan.
Proporsi bahan (material proportions)
Bahan bangunan memiliki batas kekuatan sehingga diperlukan perhitungan
yang benar terhadap proporsi behan terhadap tanggunganya. Sifat-sifat pada bahan
bangunan seperti kekerasan, kekuatan dan daya tahan menjadi unsur pokok sehingga
perbandingan ketiga aspek tersebut haruslah tepat.

Proporsi struktural (structural proportions)


Struktur pada bangunan harus memiliki nilai proporsi seperti jarak dan kekuatan
bentang antar kolom terhadap balok dan balok terhadap dinding. Proporsi stuktural
yang tapat selain memberi rasa aman dan nyaman terhadap pengguna, dapat menjadi
tambahan nilai estetika pada fasad.

Proporsi hasil produksi (manufactures proportion)


Proporsi memiliki peran sebagai elemen yang menentukan fasad menjadi karya
yang indah dan artistik. Proporsi yang berlaku bergantung pada fungsi, lebar, Panjang,
tinggi, struktur, dan point of interest suatu bangunan. Hal tersebut dapat diterapkan pada
suatu desain dengan memperhitungkan beberapa factor, yaitu: jarak pengelihatan ,
skala, budaya, serta perspektif.
B. KRITERIA ARSITEKTUR

Pada bangunan yang akan dianalisis, unsur skala dan proporsi bangunan akan
lebih ditekankan ke bagian fasad bangunan. Kriteria Arsitektural dan Performance yang
akan dianalisis meliputi Proporsi Bahan, Proporsi Struktural, Proporsi Hasil Produksi
serta Skala apa yang yang seharusnya ideal pada bangunan.

a. Proporsi Material
Pada proporsi material ini aspek yang paling penting adalah kekerasan, kekuatan
dan daya tahan dari material yang dipakai. Ketiga faktor ini harus memenuhi
standar agar tercipta kenyamanan dan keamanan pada hunian.

b. Proporsi Struktural
Pada proporsi ini aspek yang paling sangat berperan adalah bagaimana proporsi
dari jarak antar kolom terhadap balok, juga dimensi balok terhadap dinding
bangunan. Kedua aspek ini akan berpengaruh terhadap tampilan fasad bangunan
dan kenyamanan didalam ruang.

c. Proporsi Hasil Produksi


Proporsi ini akan menentukan fasad bangunan akan menjadi indah dan artistik,
banyak aspek yang berperan didalam proporsi ini. Namun, yang akan dianalisis
adalah faktor proporsi tampilan fasad seperti dimensi atap dan badan bangunan
yang dilihat dari jarak tertentu, keselerasan komponen pada fasad dan interior
bangunan sehingga menimbulkan point of interest pada tampilan.

d. Skala juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam merencanakan suatu
bangunan, karena skala ini akan mempengaruhi kenyamanan pengguna dan
kelancaran aktivitas didalam rumah. Idealnya skala yang dipakai pada hunian
rumah tinggal adalah skala akrab dan skala wajar.
C. KONDISI EKSISTING

Kondisi eksisting merupakan kondisi real yang ada pada lapangan, terkadang
kondisi eksisting ini tidak semua akan sama dengan kriteria arsitektural karena adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi perencana saat merencanakan bangunan tersebut.
Dan berikut dilampirkan bagaimana kondisi eksisting pada hunian Bapak Edy
Wibowo

3D Fasad Bangunan
Sumber : Sketchup Arsitek

Pada tampilan fasad hunian Bp. Edy ini menggunakan material dinding
pasangan batu bata sebagai dinding, beton bertulang sebagai struktur kolom dan
baloknya, kuda kuda kayu sebagai stuktur atap dengan penutup atap genting dengan
material tanah liat.

Interior Bangunan Balok di ekspos pada void ruang tamu


Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi

Pada hunian Bp. Edy ini, jarak antar kolom mengikuti tatanan ruang dan
begitupun baloknya, sehingga pada interior banguna tidak ada balok maupun kolom
yang terekspos. Hanya ada balok yang terekspos pada bagian void ruang tamu,
sehingga ruang terasa nyaman karena tidak ada kolom yang terlihat dan tampilan
hunian terkesan lebih rapih.
Railing
Sumber :
Dokumen Pribadi

3D Fasad Hunian
Dinding pada Eksterior Sumber : Sketchup Arsitek
Sumber : Dokumen Pribadi

Proporsi dari ketinggian atap terhadap bangunan pada hunian Bp. Edy ini
sudah baik, karena tinggi atap tidak terlalu curam sehingga saat dilihat dari luar,
bangunan ini terlihat proporsional. Dan juga atap pada hunian ini menggunakan
kemiringan 35°. Namun, terdapat suatu dinding besar pada eksterior bangunan, serta
pengunaan papan kayu di sela-sela besi railing yang membuat fasad yang sudah
dirancang dengan indah akan terhalang jika dilihat dari luar.

Ruang Tengah Ruang Santai Lantai 2 Sumber :


Sumber : Dokumen Pribadi Dokumen Pribadi

Pada interior bangunan, perancang membuat tampilan bangunan lebih dinamis


dengan membuat diagonal pada ujung ruang untuk meletakan pintu, pola ini konsisten
mulai dari eksterior bangunan, lantai 1 bangunan, hingga lantai 2 bangunan. Sehingga
tampilan eksterior dan interior bangunan terkesan unity.
Ruang Tengah (Skala Akrab) Ruang Santai Lantai 2 (Skala Wajar)
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi

Void pada Ruang Tamu (Skala Agung)


Sumber : Dokumen Pribadi

Pada hunian ini menerapkan tiga skala yang terdiri dari skala akrab, skala
wajar, dan juga skala agung. Ketiga skala ini terdapat pada ruang ruang yang berbeda.
Skala agung terdapat pada ruang tamu, dan ruang cuci karena adanya void pada lantai
dua sehingga langit-langit pada ruangan tersebut tinggi. Skala akrab terdapat pada
bagian lantai satu bangunan, mulai dari kamar tidur, ruang kerja, dan dapur. Dan skala
wajar terdapat pada seluruh ruangan lantai dua bangunan.
D. ANALISIS KOMPARATIF

Setelah adanya kriteria arsitektural dan data eksisting bangunan, terbukti


bahwa beberapa aspek pada bangunan tidak memenuhi kriterianya. Sehingga perlu
dilakukan analisis yang membandingkan apakah kondisi eksisting bangunan sudah
ideal menurut kriteria atau belum dan berikut adalah paparan analisisnya.

Kesesuaian
Performa di
Kriteria Ideal Tidak Indikasi
Lapangan
Sesuai
sesuai
 Dinding pada Penggunaan material
eksterior maupun pasangan batu bata
interior pada dinding
merupakan material
menggunakan
yang paling ideal dari
material pasangan 
kekuatan, ditambah
batu bata dan lagi saat diplester dan
diplester juga diberi diberi finishing cat
finishing cat akan menambah daya
tahan material

 Kolom dan Balok Penggunaan material


Proporsi Material Beton Bertulang
pada bangunan
harus mengedepankan sangat baik untuk
kekerasan, kekuatan, menggunakan  strukur badan
dan daya tahan material Beton bangunan pada
material yang dipakai. Bertulang kekuatan dan daya
tahannya.

 Penutup atap Daya tahan genting


tanah liat baik dan
menggunakan
kekerasannya akan
genting bermaterial 
membuat tampilan
tanah liat bangunan
proporsional
Kolom pada
bangunan ini
 Tidak ada kolom disamaratakan
Proporsi Struktural
dan balok yang dengan dinding
tergantung terhadap
terekspos pada sehingga tidak ada
jarak antar kolom dan 
eksterior maupun kolom yang
balok, juga balok
interior. terekspos, balok juga
terhadap dinding
ditutup oleh plafond.
Sehingga proporsi
ruang baik.
Kemiringan atap
akan mempengaruhi
ketinggian atap,
penggunaan
kemiringan atap
 Atap menggunakan
sudah ideal karena
kemiringan 35°. 
ketinggian atap tidak
terlalu tinggi atau
rendah sehingga
tampilan eksterior
bangunan terlihat
proporsional

Proporsi Hasil
Produksi
mengedepankan ke  Terdapat dinding
Dinding pada depan
indahan dan pada eksterior  bangunan ini
keproporsionalan bangunan menghalangi fasad.
tampilan bangunan

Railing menjadi
 Terdapat papan
sangat rapat sehingga
kayu pada jarak  fasad bangunan
antar besi di railing terhalangi dan tidak
terlihat dari luar.
 Skala Akrab
terdapat pada lantai
satu bangunan,
mulai dari ruang 
kerja, dapur, ruang
makan, dan kamar
tidur

Skala pada Bangunan


rumah yang ideal  Skala Wajar
adalah Skala Akrab, terdapat pada
dan Skala Wajar. seluruh ruangan 
Skala Agung ideal pada lantai dua.
hanya pada beberapa
ruangan.

 Skala Agung
terdapat pada ruang
tamu, karena 
terdapat void pada
lantai dua.
E. EVALUASI

Evaluasi merupakan bagian merespon data eksisting terhadap kriteria


arsitekturnya, apakah sudah ideal atau belum. Evaluasi ini memiliki sifat gagal dan
berhasil, jika gagal maka akan ada evaluasi berbentuk rekomendasi desain agar lebih
baik. Namun jika berhasil, evaluasi dalam bentuk bagaimana mempertahankan
keadaan tersebut sehingga performance bangunan tidak menurun.

a. Kekerasan, kekuatan, dan daya tahan dari material yang dipakai pada bangunan ini
sudah ideal dan proporsional sehingga tidak perlu ada yang di evaluasi.
b. Proporsi Struktural dari tampilan bangunan ini sudah baik, tidak ada yang perlu di
evaluasi. Karena tidak ada kolom atau balok yang terekspos dan mengganggu
fungsi ruangan dan merusak proporsi tampilan ruangan.
c. Proporsi Hasil Produksi ada beberapa aspek yang perlu di evaluasi, proporsi ini
mengedepankan keindahan fasad, namun, pada hunian ini fasad bangunan
terhalang oleh adanya dinding pada luar bangunan dan juga penggunaan railing
dengan jarak yang rapat.
d. Skala yang digunakan pada bangunan ini sudah memenuhi standar, seperti
penggunaan skala akrab dan skala wajar pada ruangan. Dan skala agung pada void
bangunan.

F. REKOMENDASI DESAIN

Rekomendasi merupakan respon dari evaluasi data eksisting yang menunjukan


performa buruk, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas bangunan. pada
proporsi fasad hunian bapak Edy ini tidak terlalu banyak yang perlu diberi
rekomendasi desain karena data eksisting menunjukkan performa yang sudah baik.
Dan berikut merupakan beberapa rekomendasi desain yang ditujukkan kepada data
eksisting yang memiliki performa buruk.

a. Dinding pada eksterior bangunan sebaiknya tidak dibuat setinggi bangunan itu
sendiri, sehingga fasad bangunan yang sudah dirancang dengan baik akan terlihat
dari luar.
b. Railing pada pagar bangunan juga sebaiknya tidak perlu diberi papan kayu, karena
jarak antar besi pada railing masih pada batas aman. Papan kayu pada railing akan
menutupi fasad bangunan dan tidak terlihat dari luar.
DAFTAR PUSTAKA

Ching, F. D. K. (1994). Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga.

White, Edward T. (1986). Tata Atur : Pengantar Merancang Arsitektur. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai