Anda di halaman 1dari 30

Geopark Toba & Pulau Samosir

BERANDA » BERITA » BUDAYA BATAK » GEOPARK TOBA & PULAU SAMOSIR

1 Comments

Geopark Toba & Pulau Samosir

POSTED ON OCT 26 , 2012 IN BUDAYA BATAK

Sumber : http://batakpedia.org/geopark-toba-pulau-samosir/

Oleh : Karmel Simatupang. Keunikan geofisik dan sejarah terbentuknya Danau Toba serta eksistensi
sosio-kultural masyarakat sekitarnya sebenarnya kelewat lama diakui dunia internasional terlebih
pemerintah bangsa ini. Saat ini publik semakin mengerti bahwa ternyata Danau Toba memiliki nilai yang
tak ternilai harganya, sebuah fakta ilmiah, Toba telah mengubah peradaban dunia.

Sudah sepantasnya mendapat prestise sebagai monumen geologi terbuka terbesar dunia. Anehnya alih-
alih mendapat gelar kehormatan pusat ilmu pengetahuan geologi, Danau Toba (DT) hingga kini dalam
peta eksploitasi luar dalamnya. Sementara masyarakat yang menjaganya hidup miskin.

Minimnya informasi dokumentasi yang merekam peristiwa meletusnya Gunung Toba supervulkano itu
menjadi buktinya. Sarana dan prasarana yang tak memadai, pusat informasi dan infrastruktur masih
sekedar omongan yang entah kapan terimplementasi.

Danau Toba dan pulau Samosir yang dikelilingi kaldera terluas di dunia terbentuk hasil meletusnya
Gunung Toba supervulcano raksasa sekitar 74.000 tahun lalu (Youngest Toba Tuff), merekat letusan
sebelumnya sekitar 501.000 tahun lalu (Middle Toba Tuff), dan sekitar 840. 000 tahun lalu (Oldest Toba
Tuff). Ketiganya, membentuk kaldera, yaitu Kaldera Sibandang, Haranggaol dan Porsea.

Jejak ketiga letusan Toba inilah yang kini terus dipelajari dan diteliti. Sintesa bahwa Toba pernah menjadi
episentrum peradaban dunia semakin nyata. Sekarang tantangannya adalah bagaimana mengembalikan
peradaban Toba yang mendunia itu.

Dalam kerangka itu, Tim Earth Society for Danau Toba (ES) bersama Budayawan FIB USU dan IAGI Sumut
telah melakukan fill trip, “Ekspedisi Toba-Bakkara,” melihat jejak letusan kaldera Porsea dan berakhir di
Bakkara, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas.

Sebelumnya, telah dilakukan diskusi dan talk show interaktif berthema, “Danau Toba Menuju Geopark,”
yang diselenggarakan Komunitas ES, pada 14 Mei lalu hasil kerja sama dengan Sindo Radio di Hotel Tiara,
Medan. Hal ini adalah bagian dari respons masyarakat sipil mengawal penetapan label Geopark (Taman
bumi) untuk Kawasan Danau Toba. Diskusi yang kali pertama diumbar ke publik ini menyimpulkan bahwa
Danau Toba sesungguhnya sebagai pusat ilmu bumi dunia.

Singkapan batuan berumur 300 juta tahun lalu yaitu batu slate pada masa Paleozoikum, yang masuk
formasi Bahorok ditemukan di kaldera Toba. Pun batu kars formasi Sibaganding berumur sekitar 250 juta
tahun lalu dalam urutan masa Mesozoikum. Jejak letusan Gunung Toba supervulkano, jilid 1,2 dan 3 yang
terdeteksi masih menyimpan rahasia sarat makna.

Sampai sekarang masih susah diterima akal, bebatuan berumur ratusan juta tahun yang setiap hari
dilewati warga disekitarnya adalah hasil letusan gunung api raksasa Toba. Warga maupun wisatawan
yang berkunjung ke DT umumnya tak mengetahui bahwa batu-batu ini memiliki nilai sejarah peristiwa
geologi penting.

Kawasan Danau Toba (KDT) sebagai warisan dunia, bukan (lagi) pemeo yang selama ini kita tahu lebih
kencang mendapat tekanan fisik maupun psikis dibanding konservasi dan pemeliharaannya. Kini
pemahaman publik tentang Danau Toba (DT) semakin tinggi: kunci pembentukan sejarah bumi ini
berasal dari Toba.

Melihat panorama DT saat ini tak lagi hanya pemandangan keindahan semata, tapi jauh lebih bermakna.
Fenomena geologi, bebatuan dan fosil, keanekaragaman hayati beserta kearifan lokal masyarakat
sekitarnya menjadi pusat perhatian dunia. Karena keanekaragaman geologinya, Pemerintah pusat dan
daerah sudah tidak saatnya suam-suam kuku mengembangkan DT serta melindungi DT dari tindakan
eksploitatif.

Dengan demikian DT bahkan sangat berkesempatan masuk dalam jaringan Geopark dunia dibawah label
UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), yang disejajarkan bersama
Geopark di seluruh dunia.

Ketika Professor Ibrahim Komoo beserta anggota Tim dari Unesco datang mensurvei objek-objek geologi
di DT, 21 Maret lalu, pada keheranan melihat landskap kaldera Toba yang ternyata dari segi keunikan
geologi jauh melebihi Langkawi Geopark Malasya. Geolog Komoo mengatakan KDT sangat layak masuk
dalam jaringan geopark dunia. Dia menyarankan supaya Geopark Toba berhasil ditetapkan Unesco, perlu
ada pendokumentasian informasi geologi Toba, supaya bisa ditampilkan diberbagai kesempatan.

Persiapan Sosial

Geopark bukanlah sesuatu yang mau diciptakan di DT. Geopark juga bukan berarti milik sebuah
kabupaten di KDT. Tapi fakta bahwa DT adalah taman bumi berskala internasional. Boleh dibilang,
Geopark hanya istilah yang kemudian diikuti dengan konsep manajemen, dimana unsur utamanya adalah
konservasi, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Menurut situs resmi UNESCO ada 87 geopark di dunia yang tersebar di 27 negara, dari jumlah ini belum
satupun dari Indonesia. Malasya menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang punya Geopark, yaitu
Langkawi Geopark, disusul Vietnam yang punya Dong Van Karst Plateau Global Geopark, di Propinsi
timur laut Vietnam.

Pemberitaan di beberapa Media selama ini seperti, bahwa Samosir akan bangun Geopark, (Analisa,
14/6) kurang tepat. Pernyataan Bupati Samosir, Mangindar Simbolon, “Mendirikan Geopark di Samosir,”
juga terasa parsial. Bukan mendirikan atau membangun tetapi mengusulkan Geopark “Toba.” Artiannya,
KDT sejak lama sebenarnya sudah kawasan taman geologi.

Memang, sejauh ini Pemkab Samosir yang paling inisiatif dan aktif mengikuti dan mempersiapkan usulan
Geopark Toba, menyediakan lahan etalase di Sigulatti, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten
Samosir. Namun bukan berarti hanya Kabupaten Samosir wilayah Geopark Toba, tetapi ke-7 kabupaten
KDT, Kabupaten Samosir, Simalungun, Karo, Dairi, Humbahas, Taput dan Tobasa.

Para Pemda KDT sudah seharusnya proaktif dan inisiatif membuat kajian-kajian ilmiah tentang geologi,
pengembangan kreatifitas masyarakat lokal: menumbuh kembangkan paradigma masyarakat bahwa DT
adalah warisan dunia. Lalu, sama-sama menjaga dan hidup berdampingan dengan alam DT.
Meningkatkan sense of belonging serta merevitalisasi kearifan lokal.

Mengutip percakapan dengan Indyo Pratomo ahli Geologi dari Museum Geologi Bandung, ketika
berdiskusi di Hotel Danau Toba, 14 Juli lalu, mengatakan Geopark hanya konsep manajemen sistem
sebuah kawasan yang berbasis pada geo-diversity, (keanekaragaman geologi), cultural heritage (warisan
budaya) dan bio-diversity (keanekaragaman hayati), tidak terlepas dari suatu tempat.

“Jadi, persepsi dulu yang harus dibangun, setiap tempat beda keunikan geologinya, karena kondisi alam
dan budayanya berbeda, hal inilah yang harus dihargai, mengangkat nilai-nilai. Tak harus memakai
konsep geopark pun bisa, asalkan kearifan lokal masyarakat bisa menjaga dan mengenal ini,” ucap Indyo
didampingi Gagarin Sembiring, geolog yang juga ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) wilayah
Sumut meluruskan pemahaman mengenai Geopark.

Jalan baru yang lebih memikirkan perdamaian dengan alam, ekonomi, sosial dan ekologi kawasan itulah
yang harus diperjuangkan. DT khususnya sudah lama teragredasi oleh aktifitas korporasi eksploitatif yang
bukan saja merusak lura dalam alam KDT tapi juga sosio kulturalnya. Rasa percaya diri masyarakat lokal,
yaitu kearifan lokal menjadi nilai yang sangat bernilai tinggi.

Akhirnya mari kita mulai, semua pihak turut andil, ini adalah awal belajar secara filosofi tentang nilai
alam dan budaya yang kita miliki, bukan soal nama Geopark tetapi esensi yang harus dibangun,
mengenal daerahnya, menjaga serta memelihara alamnya, masyarakat mendapat manfaat, lalu hidup
sejahtera di kawasan.*.

sumber :
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/08/06/67120/mengawal_dukungan_geopark_toba

sipeop na godang ndang marlobi-lobi, si peop na otik ndang hurangan.


BATAKPEDIA

Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (1 dari 2)

DEC 28, 2017ADMIN 2

Danau Toba merupakan danau kaldera terbesar di dunia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara,
berjarak 176 km ke arah Barat Kota Medan. Danau merupakan danau terluas di Indonesia (90 x 30 km2)
dan juga merupakan sebuah kaldera volkano-tektonik (kawah gunungapi raksasa) Kuarter terbesar di
dunia. Kaldera ini terbentuk oleh proses amblasan (collapse) pasca erupsi supervolcano gunungapi Toba
Purba, kemudian terisi oleh air hujan.

Danau Toba (https://mata-anginsumatera.blogspot.co.id)

Danau Toba mempunyai ukuran panjang 87 km dan lebar 27 km, dengan ketinggian 904 meter di atas
permukaan laut. Kedalaman danaunya berada pada angka 505 meter. Yang menarik dari danau ini adalah
bagian tengahnya terdapat Pulau Samosir yang ketinggiannya mencapai 900-1.600 meter di atas
permukaan laut, yang terbentuk akibat pengangkatan dasar danau pasca erupsi kaldera yang terjadi
pada 74.000 tahun yang lalu, sebagai akhir dari proses pencapaian kesetimbangan baru pasca-erupsi
kaldera supervolcano.

Kawasan dinding Kaldera Toba memiliki morfologi perbukitan bergelombang sampai terjal dan lembah-
lembah membentuk morfologi dataran dengan batas caldera rim watershed DTA Danau Toba dengan
luas daerah tangkapan air (catchment area) 3.658 km² dan luas permukaan danau 1.103 km². Daerah
tangkapan air ini berbentuk perbukitan ( 43%), pegunungan (30 %) dengan puncak ketinggian 2.000
meter dpl (27%) sebagai tempat masyarakat beraktifitas.

Sejarah

Geopark Kaldera Toba (https://www.sumutprov.go.id)

Gunung Toba merupakan gunung api raksasa (super volcano) yaitu gunung aktif dalam kategori sangat
besar, diperkirakan meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu.
Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100
kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung.
Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa
peneliti lain menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga
sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.

Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia
dan Teluk Benggala. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga
Toba tercipta lewat sebuah letusan maha dahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan
Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan.
Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan
lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.

Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang
sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog
pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Sarjana fisika dari Universitas Indonesia lulusan 1985
ini berhasil meraih gelar doktor dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk
penelitiannya mengenai Toba.

Cincin Api (Ring of Fire)

Cincin Api Pasifik (https://id.wikipedia.org)

Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan
tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah
Indonesia, terletak di lempeng Eurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.

Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan
jarak tertentu. Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-
Australia misalnya menumbuk lempeng Eurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang
bergeser secara relatif terhadap lempeng Eurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu,
muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.
Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng
benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.

Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa
kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk
akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir
74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi.
Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir.

Letusan

Perbandingan Letusan Gunung Tambora dan Gunung Toba (supervulcano)

Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali, yaitu

Letusan pertama terjadi sekitar 800 ribu tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau
Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.

Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 ribu tahun lalu. Letusan ini membentuk
kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini,
letusan ketigalah yang paling dashyat.

Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau
Samosir di tengahnya.

Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma
yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano biasa rata-rata kalderanya ratusan meter,
sedangkan Supervolcano dapat mencapai puluhan kilometer.
Mekanisme Magma Toba Terhadap Musim Dingin (https://kalderatobageopark.blogspot.co.id)

Produksi erupsi supervolcano Toba menutupi sebagian besar wilayah Sumatera Utara, dan endapan abu
letusannya menyelimuti sebagian besar Asia Tenggara, termasuk anak benua India. Abu halus dan
aerosol asam sulfat hasil erupsi ini tertahan untuk beberapa tahun di atmosfer (stratosfer), menghalangi
radiasi sinar matahari ke bumi, sehingga mempengaruhi iklim pada belahan bumi tertentu dalam kurun
waktu terbatas, dimana dampaknya sangat berpengaruh pada kehidupan flora dan fauna secara global.

Situs Geologi

Gunung Toba kini menjadi kompleks Danau Toba yang merupakan kaldera dengan Pulau Samosir di
tengahnya.

Mengacu pada kajian dan penelitian tentang Kaldera Toba dikutip dari kalderatobageopark, sebaran dan
identifikasi singakapan batuan, situs-situs geologi Kaldera Toba dikelompokkan menjadi 4 (empat)
Geoarea dengan mempertimbangkan kondisi geografisnya, yaitu Kaldera Porsea, Kaldera Haranggaol,
Kaldera Sibandang dan Geoarea Pulau Samosir.

1. Geoarea Kaldera Porsea

Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Kaldera Toba generasi pertama (900.000 tahun
yang lalu) yang mencakup kawasan seluas 1.220 km2 yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Toba Samosir dan Tapanuli Utara.

Di dalam kawasan ini terdapat situs-situs geologi yang berkaitan dengan jejak proses runtuhan Kaldera
Porsea, yang ditandai oleh terdapatnya batuan dasar, baik yang berumur Paleozoik (meta-sedimen
‘pebbly mud-stone’, yang berada di komplek Taman Eden) maupun Mesozoikum (batu gamping, yang
berada di Sibaganding), dan produk erupsi kaldera (OTT dan YTT) serta struktur geologi yang
berhubungan dengan kaldera runtuhan (blok Uluan, dan lain-lain).
Panorama bentang alam satuan batu gamping formasi Sibaganding yang berumur Mesozoik, terletak di
tepi timur Danau Toba tepatnya pada ruas jalan lintas Parapat – Medan, tersusun oleh batu gamping
packstone, glokonitik grainstone, perselingan batu lumpur – batu pasir dan konglomerat (kiri), dan
karstifikasi dari batu gamping yang teramati dari arah Danau Toba yang dikenal sebagai ‘batu gantung’.

a. Sibaganding Mesozoic Limestone

Panorama Bentang Alam Satuan Batugamping

Batu gamping Sibaganding merupakan bagian dari satuan batuan formasi Sibaganding yang mempunyai
kisaran umur dari Kapur (Mesozoikum).

Karstifikasi Batugamping, Batu Gantung

b. Oldest Tuff Toba (OTT)

Endapan Tuff Toba Terlaskan

Batuan Tufa Toba Tertua (OTT) yang tersingkap di kawasan Pertamina Cottage adalah batuan ignimbrite
yang terbalaskan, yang merupakan produk dari erupsi Kaldera Porsea. Satuan batuan ini dijumpai di
sekitar semenanjung Uluan dan pada lereng-lereng terjal pada tepi Danau Toba. Batuan Tufa Termuda
(YTT) terdapat menyelimuti seluruh ketinggian terutam pada plateu dinding kalderea, sedangkan pada
bagian dalam kaldera tidak dijumpai endapan YTT kecuali di kawasan blok Uluan.

c. Batu Basiha

Singkapan batuan dasar Meta Sedimen yang tersingkap pada Tebing Air Terjun (Taman Eden)
Batu Basiha merupakan batuan andesit hasil pendinginan magma yang mengalir pada saat terjadinya
letusan Kaldera Toba dan membeku di permukaan membentuk lava kolom. Dalam pengusulan Georpark
Kaldera Toba ke UNESCO batu Basiha ini turut dijadikan sebagai bukti sejarah terjadinya letusan Kaldera
Toba.

Panorama Balige

2. Geoarea Kaldera Haranggaol

Peta Geoarea di Kawasan Kaldera Toba

Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Kaldera Toba generasi kedua (450.000 tahun yang
lalu), mencakup kawasan seluas 585,6 km2 yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun,
Karo dan Dairi.

Pada geoarea ini tersingkap satuan endapan ignimbrit dari satuan Tuff Toba Menengah (MTT), Tuff
Dasitik Haranggaol (HDT), dan Tuff TobaTermuda (YTT), sedangkan singkapan Tuff Toba Tertua tidak
dijumpai. Beberapa kerucut vulkanik pasca erupsi kaldera terdapat di kawasan ini, antara lain Gunung
Sipisopiso (Gunung Tanduk Banua) dan Gunung Singgalang. Bongkah batu apung berdiameter lebih dari
40 cm di jumpai di Kawasan Tiga Runggu dalam endapatan Tuff Toba Termuda (YTT).

Panorama bentang alam yang dapat dilihat dari beberapa tempat di kawasan ini memberi nuansa
keindahan yang berbeda dari sudut pandang di tempat lain.

a. Endapan Tuff Toba Termuda (YTT)

Endapan YTT yang terdapat di Tiga Runggu

b. Lava Andesit Gunung Sipisopiso


Lava Andesit dengan Batuan Dasar yang terdiri dari endapan Tuff YTT

c. Komplek Batuan Dasar Tongging Kodon-kodon

Air Terjun Sipiso-piso, Merupakan Jejak Sesar Normal

yang merupakan Bagian dari Runtuhan Kaldera (https://dolandolen.com)

Bentang Alam Kawasan Tongging yang Terbentuk dari Batu Lumpur Gondwana yang Menjadi Dinding
Kaldera pada Segmen Tongging Geoarea Haranggaol

d. Endapan Tuff Toba Menengah (MTT) dapat dibedakan di lapangan dari Tuff Muda Toba Terlaskan (YTT)

Dinding Kaldera yang Terdiri dari Sekuen Endapan YTT

e. Haranggaol Dacitic Tuff (HDT)

Satuan Batuan Tuff Dasitik Endapan HDT

yang Terlaskan di Haranggaol

Singkapan endapan HDT memiliki ciri khas karena bertekstur ’parataxitic’ yang terbentuk oleh batu
apung yang memilih (bergaris-garis) berwarna putih dalam masa dasar tuff ab-abu. Tekstur ini dikenal
sebagai parataxitic yang memanjang (kadang sampai 1 meter), berbentuk spindel, sedikit vesikuler, batu
apung yang berkesan terseret (fiame). Singkapan satuan batuan HDT ini terdapat pada dinding kaldera
dekat Haranggaol dan di antara Haranggaol – Tigaras dan juga di permukaan danau dekat Binangara,
dengan ketebalan mencapai 100 meter dan memperlihatkan struktur tiang (columnar jointing).
Batuan ini tersusun oleh phenocryst plagioklas, piroksen orto dan clinopyroxen, dengan kandungan SiO2
63 – 66%, menunjukkan bahwa HDT adalah bersusun andesit. Berdasarkan sebaran dan ketebalannya,
Chesner dan Rose (1991) memperkirakan batuan ini memiliki kesetaraan (DRE) volume ± 35 km3.
Mereka menafsirkan HDT sebagai produk erupsi kaldera dari sebuah gunung api – strato (strato volcano)
andesitan, yang terjadi pada 1,2 Ma (fission – track, Nishimura dkk, 1977).

Panorama Bentang Alam pada Ujung Utara Tepi Danau Toba di Kawasan Desa Tongging, Memperlihatkan
Bongkah-bongkah Raksasa dari Batuan Dasar Berumur Mesozoikum – Paleozoikum yang Tersingkap
Akibat Runtuhan Kaldera Pasca Erupsi YTT

f. Paropo (Silalahi) Caldera Rim

Panorama Kawasan Silalahi

3. Geoarea Kaldera Sibandang

Daerah ini merupakan bagian dari jejak pembentukan Kaldera Toba generasi ketiga (74.000 tahun yang
lalu) atau yang di kenal juga sebagai erupsi ‘super volcano’, mencakup kawasan seluas 497 km2 yang
merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Pada Geoarea ini
terdapat sekuen endapan Tuff Toba Termuda (YTT) mulai dari endapan abu final yang menyelimuti
dataran tinggi (plateau) yang mengalami ubahan hidrotermal, endapan ignimbrite baik yang tidak
terlaskan hingga yang terlaskan. Formasi batuan dasar yang terdiri dari batu pasir meta, batu gamping
dan breksi Vulkanik Tersier yang jarang di jumpai di Kawasan Kaldera Toba.

Panorama bentang alam yang dapat di lihat dari beberapa tempat di kawasan ini memberi nuansa
keindahan yang berbeda dari sudut pandang di tempat lain.

a. Hasil Letusan Kaldera Sibandang


Panorama dari Panatapan Bakkara, Desa Siunong-unong Julu Kecamatan Baktiraja – Kabupaten
Humbahas

b. Hasil Letusan Kaldera

Endapan Tuff Toba Terlaskan (OTT) Air Terjun Janji tersingkap sebagai Dinding di Tipang, Kecamatan
Baktiraja, Humhanghasundutan

c. Batu Gamping Mesozoik

Penampakan Batu Gamping Yang Terdapat di Permukaan, Tombak Sulu-sulu, Bakkara

Panorama Lahan Pertanian Sekitar Tombak Sulu-sulu, Bakkara. Pemanfaatan Potensi Morfologi Dataran
Sebagai Area yang Subur dengan Potensi Air Permukaan Yang Baik Juga Air Tanahnya

d. Hasil Letusan Kaldera Sibandang

Panorama Bentang Alam di Pandang dari Plateu Hasil Endapan Super Volcano Toba (74.000 tahun yang
lalu) Berupa Tuff Toba (YTT), di Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbanghasundutan

e. Kubah Lava Dasitik

Panorama Keindahan Pulau Sibandang

Pulau Sibandang adalah manifestasi energi akhir dari letusan Supervolcano Toba Berupa Kubah Lava
Dasitik
f. Breksi Vulkanik

Panorama Bentang Ala, Geoarea Sibandang Segmen Muara Kaldera Toba dari Plateu Tapian Nauli

4. Geoarea “Resurgent Doming” Samosir

Geoarea Samosir merupakan bagian dari Kaldera Toba yang memperlihatkan sekuen geologi yang
fenomenal terutama yang berkaitan dengan jejak-jejak terjadinya erupsi kaldera “supervolcano”,
terbentuknya Kaldera Toba, terbongkarnya batuan dasar dan proses terbentuknya Pulau Samosir dari
pengangkatan dasar danau (Kaldera) Toba (Resurgent Doming), sampai dengan proses-proses geologi
yang masih berlangsung hingga saat ini sebagai aktivitas vulkanik pasca kaldera (ubahan hidrotermal).

Dinamika bumi kawasan ini terekam dengan baik melalui panorama bentang alam yang sangat indah dan
langka (unik), singkapan-singkapan struktur geologi, stratigrafi dan juga variasi jenis batuan yang
berkaitan dengan proses geo – vulkanologi tersebut di atas dapat teramati dengan baik dan jelas,
sehingga pantas untuk dijadikan kawasan yang bernilai Warisan Geologi (Geoheritage). Daerah ini
merupakan bagian dari jejak pembentukan Pulau Samosir dari dasar danau yang terjadi sejak 33.000
tahun yang lalu, mencakup kawasan seluas 1.481 km2 yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Toba Samosir.

Geoarea Samosir dapat dikelompokkan dalam sekuen-sekuen geo – vulkanologi produk erupsi kaldera
super vulcano Toba, terbentuknya Kaldera Toba (collpasecaldera), batuan dasar gunung api Toba,
terbentuknya Pulau Samosir dan proses geologi yang menyertainya.

Keterdapatan seri endapan sedimen danau dengan ketebalan hingga puluhan meter yang menempati
hampir dua pertiga permukaan Pulau Samosir, mencirikan bahwa daerah ini sebelumnya merupakan
dasar danau yang kemudian terangkat kepermukaan. Konsep geo-volkanologi fenomena ini dikenal
sebagai manifestasi dari “resurgent doming”, yaitu suatu pengangkatan dasar kawah atau kaldera
sebagai akibat dari desakan magma dalam proses pencapaian kesetimbangan baru pasca erupsi.
Endapan danau yang terdapat di Pulau Samosir umumnya tersusun oleh runtuhan atau rombakan
batuan vulkanik yang berlapis baik, disertai oleh keterdapatan fragmen-fragmen batuan dasar yang
terdiri dari batuan meta – sedimen, pluton dan vulkanik yang terbongkar akibat erupsi kaldera atau
“super volcano” yang terjadi 74.000 tahun yang lalu.
Pada bagian-bagian tertentu dari susunan endapan ini, terutama yang berasosiasi dengan endapan abu
vulkanik (tuff) yang sangat halus, dijumpai endapan yang mengandung fosil ganggang (diatom) dan
kadang-kadang ditemukan juga fosil daun yang tersisip diantaranya, sebaran endapan mini cukup luas,
sehingga dengan mudah dikenali, atau dikenal dengan sebutan “tanah diatom”. Keterdapatan fosil
ganggang dalam endapan yang cukup tebal (> 2 meter) seperti tersebut diatas, mengindikasikan bahwa
kualitas lingkungan dan juga air yang terdapat dalam Danau Toba adalah sangat sesuai dengan
pertumbuhan ganggang tersebut pada masa lalu.

Terdapat beberapa sekuen endapan danau yang dapat diikuti dengan baik, dengan urutan sebagai
berikut: endapan runtuhan (debris), breksi volkanik dan konglomerat, ditutupi oleh pasir tufaan berlapis
tipis (laminar) dan lumpur dengan tebal lebih dari 30 meter, lempung / tanah diatom, diatomit yang
hampir murni

a. Panorama Danau Toba

Panorama Danau Toba yang Indah, Sebagai Jejak Peristiwa Letusan Supervolcano Toba Sebagai Kaldera
Gunung Api

Panorama Bentang Alam Kaldera Toba dari Panatapan Tele, Desa Turpuk, Limbong, Kecamatan Harian,
Samosir

Menara Pandang Panatapan Tele

b. Batu Lumpur Gondwana

Batu Lumpur Gondwana di Turpuk Limbong Kecamatan Sianjur Mula Yang Berumur 300 Juta Tahun

c. Kubah Lava Dasitik


Batu Hobon Yang Dilestarikan Berada di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir

Panorama di Sekitar Batu Hodon di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir

Panorama Bentang Alam Lembah Sihotang (Rura Sihotang), Samosir

Bersambung ke halaman 2

Bahan bacaan:

1. wikipedia

2. kalderatobageopark

Category Wisata Alam

Masjid Jamik Kalipasir Kota TangerangGeopark Kaldera Toba Sumatera Utara (2 dari 2)

2 thoughts on “Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (1 dari 2)”

Pingback: Taman Nasional GeoPark Indonesia

Pingback: Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (2 dari 2)

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

TERJEMAHAN
id Indonesian

JUAL BIBIT KELAPA KOPYOR

TEMPAT KOS DI LINGKUNGAN KAMPUS UGM SEKIP YOGYAKARTA

Wisma Putranto

PESONA INDONESIA

LAGU-LAGU NUSANTARA
Designed By HowlThemes Back To Top

Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (2 dari 2)

DEC 28, 2017ADMIN 1

Danau Toba merupakan danau kaldera terbesar di dunia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara,
berjarak 176 km ke arah Barat Kota Medan. Danau merupakan danau terluas di Indonesia (90 x 30 km2)
dan juga merupakan sebuah kaldera volkano-tektonik (kawah gunungapi raksasa) Kuarter terbesar di
dunia. Kaldera ini terbentuk oleh proses amblasan (collapse) pasca erupsi supervolcano gunung api Toba
Purba, kemudian terisi oleh air hujan.

Konservasi
Konservasi, secara harfiah berasal dari bahasa Inggris, conversation yang artinya pelestarian atau perlin-
dungan. Menurut KBBI, kata konservasi diartikan sebagai pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara
teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan, pengawetan,
pelestarian. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi adalah upaya efisiensi dari penggunaan
energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi.

Salah satu kawasan yang kini menjadi salah satu pusat perhatian pemerintah pusat adalah kawasan
Danau Toba. Adanya keinginan keras dari Pemerintah Pusat menggenjot sektor pariwisata di kawasan
Danau Toba, menjadikan kawasan ini wajib dan harus dikonservasi. Sering terjadinya kebakaran hutan,
penggundulan hutan secara sengaja, atau pencemaran air Danau Toba, menjadikan pemerintah bertekad
untuk segera melakukan konservasi di dalam kawasan ini sehingga layak menjadi Daerah Tujuan Wisata
(DTW) andalan Indonesia setelah Bali dan Lombok.

Ekosistem kawasan Danau Toba memiliki nilai ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi bagi kehidupan
manusia, serta memiliki keterkaitan ekologis yang tidak terpisahkan dengan ekosistem kawasan
sekitarnya. Sungai Asahan sebagai penyumbang terbesar debit air bagi Danau Toba, belakangan ini
mengalami berbagai tekanan, baik yang disebabkan oleh faktor alamiah maupun yang disebabkan oleh
beragam aktivitas manusia yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip kelestarian ekosistem.

Warisan Budaya

Seiring dengan perjalanan panjangnya, geopark Kaldera Toba yang merupakan hasil dari peritiwa letusan
Gunung Toba pada akhirnya turut membentuk suatu budaya yang tertatan secara alamiah dan turun
temurun. Budaya yang dihasilkan merupakan budaya yang dihasilkan oleh manusia modern dimasa lalu
dan budaya masa lalu yang ditatan oleh manusia sebelumnya sebagai manusia prasejarah.

1. Geoarea Kaldera Porsea

a. Geoarea Balige

Parmalim
Upacara Keagamaan Parmalim di Kaldera Rim Balige

Menurut pemaparan (Horsting, 1914; Tichelman, 1937; Helbing, 1935) bahwa parmalim merupakan
suatu budaya dan agama yang dibawa oleh datu yang bernama Guru Somaliang yang bermarga Pardede.
Guru Somaliang Pardede ini mempunyai hubungan yang erat dengan Sisingamangaraja XII.

Mereka para penganut kepercayaan Parmalim ini meyakini bahwa ‘debata mula jadi nabolon’ adalah
Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya yang harus selalu disembah. Bagi
umat parmalim terdapat dua ritual besar yang diperingati setiap tahunnya. Parningotan Hatutubu ni
Tuhan atau Sipaha Sada merupakan peringatan yang diselenggarakan di awal tahun baru dalam
perhitungan kalender batak yang biasanya jatuh pada awal maret. Peringatan lainya adalah Pemeleon
Bolon atau disebut juga dengan Sipaha Lima. Peringatan Sipaha Lima biasanya diadakan pada bulan Juni
atau Juli yang dalam perhitungan kalender batak merupakan bulan kelima. Tujuannya adalah sebagai
ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah mereka dapatkan sekaligus juga sebagai kesempatan
bersedekah yang hasilnya digunakan untuk warga yang memang benar-benar membutuhkan.

Penganut Parmalim Larut Dalam Upacara Sipaha Lima

Dalam pelaksanaan ritual kepercayaan parmalim ini, mereka menggunakan rumah ibadah yang
dinamakan Bale Parsaktian yang terdapat sebanyak 4 (empat) buah di Kabupaten Samosir: dua terdapat
di Kecamatan, satu di Kecamatan Palipi dan satu berada di Kecamatan Tomok. Uniknya dalam ritual
parmalim ini duduk antara perempuan dan laki-laki dipisahkan, tidak bercampur. Para penganut
parmalim ini tidak memakan daging babi, daging anjing maupun darah.

Legenda Batu Basiha

Batu Basiha

Legenda ini merupakan cerita rakyat yang hidup di desa Aek Bolon Kecamatan Balige. Konon ceritanya
Batu Basiha adalah seperangkat kayu bahan bangunan yang akan digunakan untuk mendirikan satu
rumah ada batak. Namun tiba-tiba kayu tersebut disambar oleh petir sehingga berubah menjadi batu.
Tortor Sipitu Cawan

Tortor Sipitu Cawan

Tortor sipitu cawan merupakan salah satu tortor batak atau batak dance yang telah terkenal diseantero
nusantara. Bahkan tarian ini sudah terdengar dan terkenal secara mendunia. Tortor ini memperlihatkan
ragam makna yang dilukiskan dalam keindahan gerak tariannya. Berdasarkan legenda yang ada dan
berkembang di masyarakat batak, tortor sipitu cawan ini konon bermula dari adanya mimpi raja batak
yang merupakan keturunan Guru Tatea Bulan yang berdiam di Pusuk Buhit. Dalam mimpinya dia melihat
bahwa pusuk buhit sebagai tempat keturunan raja batak pertama akan runtuh. Kemudian sang raja
menceritakan mimpinya kepada para pengawal setianya dan ahli nujum kerajaan. Menurut sang ahli
nujum harus diadakan pembersihan desa dari pengaruh buruk. Maka selanjutnya sang raja
memerintahkan diadakan pembersihan desa secara ritual melalui tortor yang dilaksanakan oleh tujuh
gadis yang masing-masing penari membawakan 7 (tujuh) cawan berisi air jeruk purut.

Secara eksotis, tarian atau tortor sipitu cawan ini memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, sehingga
tortor ini hanya digelar pada upacara-upacara tertentu saja seperti pada saat pengukuhan seorang raja.

Tortor batak diiringi oleh alat musik tradisional batak yang sudah terkenal yang menghasilkan nada yang
harmonis yang indah untuk di nikmati. Tagading atau biasa disebut juga tatagading (single headed braced
drum) adalah alah musik gendang tradisional batak yang terdiri dari enam buah gendang yang
menghasilkan nada yang berbeda-beda. Alat musik tagading ini dimainkan oleh dua orang dengan
menggunakan stik pemukul.

Gendang yang besar ukurannya atau biasa disebut gordang oleh masyarakat batak berfungsi sebagai
instrumen ritmikal. Sedangkan gendang lainnya yang berjumlah lima buah berfungsi sebagai instrumen
melodik. Untuk memperindah nada yang dihasilkan tagading ini juga diiringin alat musik tradisional
batak lainnya seperti sarune (dobule reeds oboe), empat buah ogung (suspended gongs) yang terdiri dari
ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal serta sebuah hesek (idiophone). Tagading
merupakan salah satu kebudayaan dan kekayaan budaya batak sebagai drum yang memiliki melodi. Jenis
drum yang memiliki melodi hanya terdapat di tiga negara, yakni Myanmar, Uganda dan Indonesia dengan
tagading batak.
Jenis Alat Musik Tradisional Batak (Tagading)

b. Geoarea Parapat (Kabupaten Simalungun)

Batu Gantung Parapat – Danau Toba

Batu gantung yang terletak di Parapat Danau Toba ini merupakan salah satu objek wisata yang selalu
ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Parapat. Batu gantung ini terletak salah satu dinding
sekitar Danau Toba yang cukup curam dan terjang. Namun batu gantung ini dapat dilihat dan dinikmati
dengan menyisiri pinggiran Danau Toba menggunakan boat yang tersedia. Tentu saja dengan membayar
biaya perjalanan yang cukup terjangkau.

Menurut cerita rakyat yang berkembang di sana, alkisah batu gantung ini merupakan jelmaan seorang
wanita batak toba yang sedang dirundung kegalauan antara menuruti kata hatinya atau menuruti
kehendak kedua orang tua sebagai baktinya. Konon sang wanita ini yang telah memiliki seorang kekasih
hati, tiba-tiba dijodohkan kedua orangtuanya kepada seorang lelaki yang masih sepupunya. Di tengah
kebimbangannya ini lantas sang wanita tersebut pergi ke pinggiran danau toba berusaha untuk
mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelum hal itu terjadi, secara tiba-tiba dan disadari, sang wanita ini justru
terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang sangat gelap sekali. Kemudian sang wanita tersebut
berteriak sembari mengucapkan ‘parapat…parapat batu…parapat’. Tiba-tiba batu tersebut bergerak dan
merapat. Akhirnya bagian bawah batu itu berpatahan dan berjatuhan ke dalam Danau Toba, sementara
batu yang dipercaya masyarakat toba merupakan jelmaan sang wanita menggantung sehingga terkenal
dengan sebutan batu gantung.

2. Geoarea Kaldera Haranggaol

a. Geoarea Tongging, Kabupaten Karo

Panorama Tongging
Kehidupan masyarakat karo memiliki tatanan yang padu serasi sejak dahulu yang dikenal dengan sebutan
‘Merga Silima’. Namun di daerah Tongging, berkumpul dan hidup bersama masyarakat dengan suku
budaya yang terbilang heterogen yang terdiri dari suku karo, simalungun, batak toba dan pakpak atau
dairi. Meskipun tatanan masyarakat di daerah Tongging ini didiami beberapa suku sebagaimana telah
dijalesakan tadi, kehidupan bermasyarakat di daerah Tongging terbilang cukup indah dan harmonis.
Mereka memadu selaraskan masing-masing budaya menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi
dengan menghargai masing-masing perbedaan yang ada. Sehingga tidak mengherankan jika dalam acara
budaya pesta menggunakan tortor sementara dalam budaya perkawinan mereka menggunakan budaya
adat karo. Keindahan panorama yang disajikan di Geoarea Tongging ini seakan melengkapi keharmonisan
kehidupan masyarakatnya dan menambah kesejukan sejauh pandangan mata memandang. Ditambah
lagi dengan keindahan air terjun sipisopiso yang sudah cukup terkenal, seakan turut memberikan
kesejukan dengan pancaran airnya yang jernih.

Air Terjun Sipisopiso

Wanita Karo Menari dengan Pakaian Adatnya

b. Geoarea Haranggaol, Kabupaten Simalungun

Tarian dalam Pesta Rondang Bintang (https://life.108jakarta.com)

Pesta Rondang Bintang atau pesta panen merupakan suatu budaya yang berlaku di suku simalungun
yang berada di daerah Haranggaol. Budaya ini merupakan bentuk manifestasi perwujudan ungkapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan panen yang didapatkan.

c. Geoarea Silalahi, Kabupaten Dairi

Batu Sigadap

Batu Sigadap
Di kawasan geoarea Silalahi ini terdapat batu pengadilan atau yang biasa disebut dengan batu sigadap.
Batu ini terdiri dari dua buah batu, dimana salah satu batunya berada dengan posisi rebah di tanah. Batu
inilah yang disebut dengan nama batu sigadap. Sedangkan batu yang satunya berada dengan posisi
berdiri atau vertikal, disebut juga dengan batu sijonjong. Batu ini berdimensi panjang 50 centimeter
dengan diameter sekitar 15 centimeter.

Pada zaman dahulu kala, batu ini merupakan mahkamah pengadilan yang digunakan oleh Raja Silahi
Sabungan dalam mengadili suatu perkara yang terjadi dimasyarakat. Ketika terjadi pertikaian dalam
kepemilikan tanah antara orang yang mengaku memiliki tanah padahal pemilik sebelumnya masih ada,
maka pihak yang bertikai tersebut dibawa ke batu ini dan siapa yang benar akan terbukti. Mereka yang
bertikai kemudian diminta untuk bersumpah dan mengatakan hal yang sebenarnya. Bagi siapa yang
berdusta maka kebenaran akan muncul, sebab yang berbohong akan jatuh (gadap) dan meninggal dunia.
Sedangkan bagi yang benar dia akan tetap berdiri (jonjong) dan tidak terjadi apa-apa padanya. Batu ini
terletak di daerah Sidabariba Toruan Desa Silalahi I.

Batu ini dipercayai masyarakat sekitar sebagai batu keramat yang memiliki kekuatan mistik. Apabila
terjadi suatu perselisihan dan mereka ingin membuktikan siapa yang benar, maka orang yang berselisih
tadi dibawa ke batu sigadap ini. Seseorang yang berani meletakkan sirih di kedua batu ini dan ingin
mengetahui kebenaran atas perselihan yang mereka perselisihkan, maka apabila dia benar akan selamat
seperti batu yang berdiri, namun apabilan dia bersalah akan gadap alias mati.

Aek Sipaulak Hosa

Aek Sipaulak Hosa

Aek dalam bahasa batak mengandung arti sebagai air. Air merupakan sumber utama kehidupan makhluk
yang ada di dunia ini. Tanpa adanya air maka makhluk hidup yang ada akan sulit untuk berjuang dan
bertahan hidup. Dari segi bahasa, aek sipaulak hosa mengandung makna sebagai air pelepas dahaga.

Lokasi Aek Sipaulak Hosa ini berada di perbukitan desa Silalahi. Menurut cerita rakyat yang berkembang
(dalam bahasa batak: turi-turian), aek sipaulak hosa ini bermula dari adanya permohonan yang
disampaikan oleh raja silahisabungan kepada debata mula jadi nabolon (Tuhan) karena sang istri raja
yang bernama Pinggan Matio boru Padangbatanghari merasakan haus serta letih yang sangat
melelahkan sembari menancapkan tongkatnya ke batu. Seketika air memancar dan langsung diminum
oleh istri sang raja. Setelah meminum air tersebut, istri sang raja berkata ‘mulak do hape hosa loja’ yang
artinya rasa haus dan letih telah hilang. Sejak itulah air tersebut dinamakan sebagai aek sipaulak hosa.

3. Geoarea Kaldera Sibandang

a. Geoarea Muara, Kabupaten Tapanuli Utara

Ulos

Ulos Batak

Masyarakat batak terkenal dengan salah satu perangkat busana adatnya yang dinamakan dengan kain
ulos atau biasa disebut dengan ulos. Ulos sendiri memiliki arti sebagai kain dan secara turun temurun
dibuat dan dilestarikan oleh masyarakat batak. Ulos batak terdiri dari beberapa warna seperti hitam,
putih dan merah serta kombinasinya. Masing-masing ulos dengan warna ciri khasnya memiliki makna
dan arti tersendiri. Meskipun di zaman yang modern ini pembuatan ulos sudah banyak yang
menggunakan mesin, namun di Muara masih dapat dijumpai pengrajin ulos batak yang proses
pembuatannya secara tradisional dengan sistem pewarnaan yang masih menggunakan bahan baku alami
yang didapat dari alam sekitar.

Pewarnaan Ulos di Muara Yang Masih Menggunakan Bahan Alami

Selain itu, di geoarea Sibandang ini juga terkenal buah mangganya. Biasanya sekali dalam setahun,
antara bulan november dan desember diadakan pesta mangga di Pulau Sibandang, karena dibulan
tersebut merupakan musim panen buah mangga, sejenis mangga udang yang terkenal dengan buahnya
yang ranum dan manis. Tak heran jika Pulau Sibandangi ini disebut sebagai pulau mangga, karena rata-
rata penduduk di pulau ini memiliki kebun mangga masing-masing.

b. Geoarea Bakkara, Kabupaten Humbang Hasundutan


Batu hundul-hundulan

Batu hundul-hundulan (https://dinaspariwisatahumbanghasundutan.blogspot.co.id)

Di desa Sinambela Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat sebuah batu yang
dikenal dengan sebutan batu hundul-hundulan yang konon menurut riwayat dari masyarakat batak
dipercaya pernah digunakan oleh Raja Sisingamangaraja sebagai tempat duduknya sewaktu beristirahat.
Menurut beberapa tulisan ada yang menduga bahwa Raja Sisingamangaraja ini beragama Islam.
Beberapa bukti yang mendekati kebenaran ini seperti, salah satu pengawal daripada Raja
Sisingamangaraja XII adalah seorang muslim yang berasal dari Kerajaan Aceh yang sampai akhir hayatnya
tetap berada di tanah batak mendampingin Raja Sisingamangaraja XII. Kemudian juga perawakan Raja
Sisingamangaraja XII yang memelihara jenggot sebagaimana kaum muslimin pada umumnya. Raja
Sisingamangaraja XII juga tidak memakan makanan yang diharamkan dalam Islam. Dan apabilan kita
perhatikan, bahwa perlawanan yang dilakukan pahlawan terdahulu terhadap belanda dilakukan oleh
umat islam secara umum, sebab ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kaum kafir yang ingin
menjajah di tanah air kita ini. Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura dan lain sebagainya
merupakan pejuang Islam yang menentang penjajajahan. Untuk hal ini silahkan kita mencari kilas
baliknya dan merenungkannya.

Marpangir (Aek Sipangolu)

Aek Sipangolu

Aek Sipangolu adalah air yang keluar dari rekahan pada tuff toba terlaskan yang membentuk air terjun.
Dari segi bahasa, aek sipangolu ini bermakna sebagai air kehidupan atau air yang menghidupkan.

Aek Sipangolu (https://dinaspariwisatahumbanghasundutan.blogspot.co.id)

Menurut cerita rakyat, aek sipangolu ini berasal dari kesaktian Raja Sisingamangaraja, dimana Raja
Sisingamangaraja selalu berkunjung ke rumah namborunya di Panduaman Baktiraja dengan
menunggangi seekor kuda yang bernama Gajah Putih. Suatu hari saat Raja Sisingamangaraja dalam
perjalanan dari rumah namborunya, ditengah perjalanan beliau merasakan haus. Sementara sumber air
tidak ada dan air Danau Toba berada jauh. Kemudian Raja Sisingamangaraja menancapkan tongkatnya ke
batu cadas dan keluar air yang memancar dari sela-sela batu cadas tersebut. Air tersebut langsung
diminum dengan mulut Raja Sisingamangaraja sehingga air dinamakan juga dengan aek bibir. Mata air
yang berada di puncak bukit ini terus mengalir menjadi sebuah sungai kecil yang bermuara sampai ke
Danau Toba.

Aek Sipangolu ini terletak di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.
Air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kusta dan penyakit kulit lainnya.
Karena khasiat aek bibir ini yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit maka berubahlah
namanya menjadi aek sipangolu.

4. Geoarea Updoming Samosir

Mitos Siboru Deak Parujar

Bagi masyarakat batak mitos siboru deak parujar sudah tidak asing terdengar. Mitos ini menceritakan
dari mana asal muasal bangsa batak. Mitos Siboru Deak Parujar merupakan syair menceritakan bahwa
Siboru Deak Parujar tak lain adalah putri Batara Guru yang merupakan salah satu aspek Mulajadi
Nabolon, sebagai Trimurti. Siboru Deak Parujar itu dilangit dikenal sebagai ahli tenun yang baik yang
memiliki gelar Sipartonun Nautusan (maha ahli tenun). Seiring berjalannya waktu, Siboru Deak Parujar
beranjak dewasa menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Sang Batara Guru mempunyai niat untuk
mencalonkan Siboru Deak Parujar menjadi istri putera Mangalabulan yang tidak lain juga merupakan
aspek lain dari Trimurti. Melihat putra Mangalabulan yang buruk rupa dan menjijikkan, maka Siboru
Deak Parujar menolak keinginan sang Batara Guru. Inilah penolakan atau pembangkangan yang terjadi
pertama kalinya yang dilakukan seorang anak kepada sang Bapak di bangsa batak. Karena Siboru Deak
Parujar merasa tidak sanggup untuk memenuhi permintaan sang Bapak, maka ia pun memutuskan untuk
keluar dari langit dan turun ke bumi.

Rumah Adat Batak

Kisah ini dapat dilihat dan dibaca di Pustaha Batak atau Kitab Bangsa Batak yang menceritakan
bagaimana asal muasal lahirnya dan terbentuknya bangsa batak. Namun menurut analisa penulis sendiri,
ini hanyalah cerita fiktif yang juga banyak berkembang dan terjadi di suku lainnya di nusantara bahkan di
dunia. Bagi kita umat yang beragama Islam, telah kita ketahui bersama bahwa manusia pertama yang
diturunkan ke bumi adalah Nabi Adam a.s yang akhirnya bertemu dengan istrinya Siti Hawa karena
mereka diusir dari surga Allah swt sebagai hukuman dari ketidakpatuhanya. Keturunan Nabi Adam a.s.
dan Siti Hawa kemudian berkembang dan menyebar mengisi seluruh bumi sampai pada akhirnya seperti
sekarang ini.

Pusuk Buhit

Pusuk buhit merupakan pemisah dan penyambung antara zaman manusia langit (pardiginjang) atau
keturunan Siboru Deak Parujar dengan zaman hajolmaon (kemanusiaan) keturunan si Raja Batak yang
membentuk Sianjur Mulamula sebagai paguyuban pertama. Silsilah menceritakan bahwa dalam suatu
upacara keagamaan Mulajadi Nabolon turun di Pusuk Buhit lalu menyerahkan dua pustaka (buku kulit
kayu). Pustaha pertama disebut Pustaha Agong berisi pedoman kerohanian, kebatinan dan hadatuon
(ilmu pengobatan dan magik). Pustaha kedua berisi ajaran tentang pemerintahan.

Situs Makam Raja Sidabutar di Tomok

Makam Raja Sidabutar

Salah satu makam tua yang ada di Tomok adalah makam Raja Ompu Tolu Sidabutar yang telah
mempersiapkan makamnya semasa hidupnya. Raja Sidabutar memanggila tukang pahat yang ada di
Pulau Samosir dan pembuatan makam ini dimulai dengan upacara khusus. Pembuatan makam ini
selanjutnya dilaksanakan dengan petunjuk dari Raja Sidabutar. Di komplek makam ini dapat kita lihat
makam raja dan permaisurinya, boru damanik.

Di makam diukir simbol raja dan permaisurinya serta panglima raja. Ukiran kepala yang besar
menyimbolkan Raja Sidabutar, sedangkan ukiran kepala yang diujun satunya merupakan simbol dari
permasuri raja, boru damanik. Ukiran lelaki yang duduk di bawah ukiran kepala raja adalah panglima
Guru Saung Lang Meraji. Menurut cerita, Raja Sidabutar adalah raja yang sakti, dimana kesaktiannya
berhubungan dengan rambutnya yang panjang dan gimbal. Sedangkan panglima sang raja, Guru Saung
Lang Meraji, berasal dari Pakpak Dairi dan ingin berguru kepada Raja Sidabutar.

Selain itu di komplek makam Raja Ompu Tolu Sidabutar terdapat patung-patung orang kecil yang
diletakkan dalam formasi setengah lingkaran. Patung-patung tersebut menggambarkan bawahan raja
dalam sebuah acara ritual untuk memanggil hujan dengan iringan musik gondang dengan mengorbankan
seekor kerbau yang diletakkan di tengah-tengah formasi para bawahan raja. Sampai saat ini komplek
makam Raja Ompu Tolu Sidabutar masih terawat dengan baik yang merupakan salah satu warisan dari
zaman batu atau megalitikum yang pernah ada di geoarea up dorming Samosir.

Selesai.

Kembali ke halaman satu

Sumber bacaan:

1. kalderatobageopark

2. analisadaily

Category Wisata Alam

Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (1 dari 2)Taman Nasional GeoPark Indonesia

One thought on “Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (2 dari 2)”

Pingback: Geopark Kaldera Toba Sumatera Utara (1 dari 2)

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

TERJEMAHAN

id Indonesian
JUAL BIBIT KELAPA KOPYOR

TEMPAT KOS DI LINGKUNGAN KAMPUS UGM SEKIP YOGYAKARTA

Wisma Putranto

PESONA INDONESIA

LAGU-LAGU NUSANTARA
Designed By HowlThemes Back To Top

Anda mungkin juga menyukai