Turbin Gas Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

TURBIN GAS

Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mesin Konversi Energi yang
dibimbing oleh Tahdid, S.T, M.T.

Oleh :
KELOMPOK 5
Dea Anggraeni (061340411641)
Ossy Dewinta Putri Pertiwi (061340411656)

Kelas : 4 EG.B

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“TURBIN GAS”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Tahdid, S.T, M.T. selaku dosen
mata kuliah Mesin Konversi Energi yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tak luput darikesalahan dan
kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua,
Aamiin.

Palembang, April 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Turbin adalah mesin penggerak, dimana energy fluida kerja dipergunakan langsung
untuk memutar roda turbin. Jadi, berbeda dengan yang terjadi dengan mesin torak, pada
turbin tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar
dinamai rotor atau roda turbin., sedangkan bagian yang tidak berputar dinamai stator atau
rumah turbin. Roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros
daya yang menggerakkan atau memutar bebannya (generator listrik, pompa, kompresor,
baling- baling atau mesin lainnya). Di dalam turbin, fluida kerja mengalami proses ekspansi,
yaitu proses penurunan tekanan dan mengalir secara kontinu. Kerja fluida dapat berupa air,
uap air, atau gas.
Secara umum, sistem turbin terdiri dari beberapa komponen, antara lain: kompresor,
pompa, ketel uap (boiler), ruang bakar, kondensor dan turbin. Turbin banyak di manfatkan
untuk pembangkit listrik, pesawat terbang, di dalam industry, dan lain-lain. Di dalam
makalah ini, akan di bahas khusus pada turbin gas baik dalam siklus, klasifikasi, komponen-
komponen yang ada, dan prinsip kerja dari turbin tersebut serta aplikasi turbin yang akan di
gunakan.
Menurut Dr. J. T. Retaliatta, sistim turbin gas ternyata sudah dikenal pada jaman
“Hero of Alexanderia”. Disain pertama turbin gas dibuat oleh John Barber seorang Inggris
pada tahun 1791. Sistem tersebut bekerja dengan gas hasil pembakaran batu bara, kayu atau
minyak, kompresornya digerakkan oleh turbin dengan perantaraan rantai roda gigi. Pada
tahun 1872, Dr. F. Stolze merancang sistem turbin gas yang menggunakan kompresor aksial
bertingkat ganda yang digerakkan langsung oleh turbin reaksi tingkat ganda. Tahun 1908,
sesuai dengan konsepsi H. Holzworth, dibuat suatu sistem turbin gas yang mencoba
menggunakan proses pembakaran pada volume konstan. Tetapi usaha tersebut dihentikan
karena terbentur pada masalah konstruksi ruang bakar dan tekanan gas pembakaran yang
berubah sesuai beban. Tahun 1904, “Societe des Turbomoteurs” di Paris membuat suatu
sistem turbin gas yang konstruksinya berdasarkan disain Armengaud dan Lemate yang
menggunakan bahan bakar cair. Temperatur gas pembakaran yang masuk sekitar 450oC
dengan tekanan 45 atm dan kompresornya langsung digerakkan oleh turbin. Selanjutnya,
perkembangan sistem turbin gas berjalan lambat hingga pada tahun 1935 sistem turbin gas
mengalami perkembangan yang pesat dimana diperoleh efisiensi sebesar lebih kurang 15 %.
Pesawat pancar gas yang pertama diselesaikan oleh “British Thomson Houston Co” pada
tahun 1937 sesuai dengan konsepsi Frank Whittle (tahun 1930).
Saat ini sistem turbin gas telah banyak diterapkan untuk berbagai keperluan seperti
mesin penggerak generator listrik, mesin industri, pesawat terbang dan lainnya. Sistem turbin
gas dapat dipasang dengan cepat dan biaya investasi yang relatif rendah jika dibandingkan
dengan instalasi turbin uap dan motor diesel untuk pusat tenaga listrik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah turbin gas?


2. Bagaimana prinsip kerja turbin gas?
3. Bagaimana klasifikasi tubin gas?
4. Apa saja siklus-siklus turbin gas?
5. Bagaimana persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak
dan penerapannya pada system turbin gas?
6. Bagaimana SOP turbin gas?
7. Bagaimana troubleshooting turbin gas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui sejarah turbin gas.


2. Mengetahui prinsip kerja turbin gas.
3. Mengetahui klasifikasi turbin gas.
4. Mengetahui siklus-siklus turbin gas.
5. Mengetauhi persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak
dan penerapannya pada system turbin gas.
6. Mengetahui SOP turbin gas.
7. Mengetahui troubleshooting turbin gas.
BAB II
TURBIN GAS

2.1 Sejarah Turbin Gas

Prinsip konversi energy dalam turbin sudah lama diketahui. Kirakira 130 tahun
sebelum masehi prinsip turbin reaksi sudah ditemukan oleh ilmuwan Mesir kuno
(Alexandria) bernama Hero. alat tersebut dinamakan Aeolipile. Aeolipile yaitu bejana yang
diisi dengan air dan bejana tersebut dihubungkan dengan bejana sperical yang bebas bergerak
melalui penopang pipa, bila bejana air dipanaskan maka uap akan mengalir melalui pipa
penyangga dan masuk ke bejana sperical dan memancar melalui dua buah nozzle, pancaran
tersebut menghasilkan gaya dorong dan timbul reaksi gaya gerak sperical berputar dengan
arah yang berlawanan.

Gambar 1.1 Hero engine

Sedangkan prinsip turbin impuls oleh Giovanni Branca pada tahun 1962. Pada
dasarnya proses konversi energy dalam turbin merupakan proses ekspans, yaitu proses
penurunan tekanan. Pada turbin reaksi proses ekspansi tersebut terjadi baik dalam sudu-sudu
tetap (pengarah) yang terpasang pada rumah turbin yang tidak berputar, maupun dalam sudu
sudu gerak yang terpasang pada roda turbin yang berputar. Sedangkan pada turbin impuls
proses ekspansi hanya terjadi pada sudu-sudu tetap saja. Jadi boleh dikatakan bahwa turbin
diketemukan lebih dahulu daripada mesin torak. Perkembangannya memang lamban, karena
pengetahuan tentang material dan aerotermodinamika belum memadai. Selanjutnya prinsip
system turbin gas yang terdiri dari kompresor, ruang bakar (pembakaran kontinyu pada
tekanan konstan) dan turbin (impuls) yang banyak digunakan sekarang oleh John Barber
(Nuneaton, Inggris) pada tahun 1791. Kemajuan teknologi turbin gas juga dipacu oleh
temuan oleh turbin uap reaksi oleh Sir Charles Parsons (Inggris) pada tahun 1884. Turbin uap
kemudian diterapkan pada system propulsi kapal dan pusat tenaga listrik.
Usaha pengembangan system turbin gas diteruskan terutama dengan terlebih dahulu
meningkatkan efisiensi kompresor. Penggunaan turbin impuls pada system turbin gas juga
dilakukan oleh Rene Armengaud dan Charles Lemale (Perancis) yang menghasilkan daya
poros 500 Hp pada 5000 rpm, dengan efisiensi termal disekitar 3-5%. Pada waktu itu sudu
sudu didinginkan dengan air yang disemprotkan. Sedangkan jenis turbin yang digunakan
adalah turbin bertekanan rendah. Namun F. Stolze (Jerman) kemudian juga mencoba
menggunakan turbin reaksi yang dirancang pada tahun 1872 tetapi baru dapat dibuat dan diuji
sekitar tahun 1904.
Sementara itu Hans H. Holzwarth (Jerman) mencoba merancang system turbin gas
dengan pembakaran volume konstan (pembakaran tidak kontinyu). Walaupun demikian
hasilnya dianggap tidak praktis dan efisiensinya rendah. Penggunaan turbin gas sebagai
turbocarjer pada motor diesel dirintis oleh Dr. Sefred Buchi (Swiss) pada tahun 1908.
Penggunaan turbocarjer pada motor bensin untuk propulsi pada pesawat terbang untuk
pertama kalinya dirintis oleh A. Rateau (Perancis) pada tahun 1917. Pada waktu itu teknologi
motor bakar torak lebih maju dan berkembang. Dalam hal tersebut penggunaan turbocarjer
diperlukan untuk meningkatkan daya motor atau mengkompensasi turunnya daya dengan
ketinggian terbang. Penggunaan turbin gas sebagai motor propulsi pesawat terbang dirintis
oleh Frank Whittle (Inggris) yang mengajukan paten untuk system turbingas dan saluran
pmbangkit jet, pada bulan Januari tahun 1930.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan biaya dan mendapatkan
dukungan, tetapi baru 5 tahun kemudian konsep rancangannya mendapat tanggapan. Pada
tahun 1937 motor turbojet berhasil diuji dengan hasil yang baik. Hal tersebut kemudian
memicu pengembangan desain dan pembuatan motor turbojet. Penelitian dan pengembangan
ditekankan pada peningkatan efisiensi kompresor (sentrifugal). Namun, perlu perlu dicatat
bahwa sebelum Frank Whittle, sebenarnya sudah ada paten motor jet oleh Lorin (1908)
berdasarkan prinsip motor torak sebagai pembangkit gas, kemudian juga Lorin (1913) tentang
prinsip ramjet, dan M. Guillaume (1921) berdasarkan prinsip turbin gas sebagai pembangkit
turbin gas. Tetapi hal tersebut baru diketahui pada tahun 1939 oleh Gohlke, seorang
pemeriksa paten dari Jerman.

2.2 Pengertian Turbin Gas

Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas sebagai fluida kerja.
Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik berupa putaran
yang menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang berputar
disebut rotor atau roda turbin dan bagian turbin yang diam disebut stator atau rumah turbin.
Rotor memutar poros daya yang menggerakkan beban (generator listrik, pompa, kompresor
atau yang lainnya). Turbin gas adalah motor bakar yang terdiri dari tiga komponen utama,
yaitu : kompresor, ruang bakar, dan turbin seperti terlihat pada gambar 2.2. system ini dapat
berfungsi sebagai pembangkit gas ataupun menghasilkan daya poros. Ciri utama turbin gas
adalah kompak, ringan, dan mampu menghasilkan daya tinggiserta bebas getaran. Dengan
demikian mudah pemasangannya dan tidak memerlukan pondasi kuat.

Gambar 2.2 Turbin gas


Berbeda dengan motor bakar torak, pada turbin gas tidak terdapat bagian yang
bergerak translasi sehingga turbin gas dikatakan bebas getaran. Disamping itu proses
kompresi, pembakaran, dan ekspansi terjadi secara terpisa, masing-masing didalam
kompresor, ruang bakar, dan turbin. Turbin menghasilkan daya yang sebagian besar
diperlukan untuk menggerakan kompresornya sendiri, sisanya untuk menggerakan beban
disebut daya poros seperti ditunjukan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Turbin gas sederhana dengan poros tunggal

Beban dapat berupa roda penggerak, propeller, generator listrik, pompa, fan, atau
kompresor. Apabila semua daya turbin untuk menggerakan kompresornya sendiri, maka
pasangan kompresor, turbin, dan ruang bakar tersebut hanya berfungsi menghasikan gas
panas. Oleh karena itu pasangan tersebut dinamai pembangkit-gas (gas generator) seperti
pada motor turbo jet tersebut pada gambar 2.4. pada motor turbojet, turbin gas berfungsi
sebagai pembangkit-gas untuk nosel yang berfungsi menghasilkan pancaran (jet) gas
berkecepatan tinggi, untuk menghasilkan gaya dorong.

Gambar 2.4 motor turbojet dan komponen utamanya


2.3 Prinsip Kerja Turbin Gas

Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet). Kompresor
berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga temperatur udara
juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini masuk kedalam ruang bakar. Di dalam ruang
bakar dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan udara bertekanan dan bahan
bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan tekanan konstan sehingga
dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran
tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk mengarahkan aliran
tersebut ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk
memutar kompresornya sendiri dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dll.
Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang(exhaust).

Gambar 2.5 Turbin gas

Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin gas adalah sebagai berikut:
1. Pemampatan (compression) udara di hisap dan dimampatkan
2. Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar dengan
udara kemudian di bakar.
3. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke luar melalui
nozel (nozzle).
4. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran
pembuangan.

Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugian kerugian
yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada
menurunnya performa turbin gas itu sendiri. Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada
ketiga komponen sistem turbin gas. Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:
 Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (pressure
losses) di ruang bakar.
 Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya
gesekan antara bantalan turbin dengan angin.
 Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur dan
perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.
 Adanya mechanical loss, dsb.
Untuk memperkecil kerugian ini hal yang dapat dilakukan antara lain dengan
perawatan (maintenance) yang teratur atau dengan memodifikasi peralatan yang ada.

2.4 Klasifikasi Turbin Gas

Turbin gas dapat dibedakan berdasarkan siklusnya, kontruksi poros dan lainnya.
Menurut siklusnya turbin gas terdiri dari:

1. Turbin gas siklus tertutup (Close cycle)


2. Turbin gas siklus terbuka (Open cycle)

Perbedaan dari kedua tipe ini adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas siklus
terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang ke udara atmosfir, sedangkan untuk
siklus tertutup akhir ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk kembali ke dalam proses
awal. Perbandingan antara turbin gas siklus tertutup dengan siklus terbuka adalah sebagai
berikut:
NO Turbin Gas Siklus Tertutup Turbin Gas Siklus Terbuka
1 Udara tekan dipanaskan dirunag Udara tekan dipanaskan diruang
bakar. Karena gas dipanaskan bakar. Produk pembakaran
oleh sumber eksternal, jumlah gas bercampur dengan udara panas.
tetap sama.
2 Gas dari turbin diteruskan ke Gas dari turbin dibuang ke atmosfir
ruang pendinginan.
3 Fluida kerja bersirkulasi secara Fluida kerja diganti secara kontinyu
kontinyu.
4 Fluida jenis apa saja dengan sifat Hanya udara yang bisa digunakan
thermodinamika yang baik bisa sebagai fluida kerja.
digunakan.

5 Sudu turbin tidak cepat aus, Sudu turbin cepat aus, karena udara
karena gas tidak terkontaminasi dari atmosfir terkontaminasi ketika
ketika melewati ruang bakar. melewati ruang bakar.
6 Karena udara didinginkan dengan Karena udara dari turbin dibuang ke
sirkulasi air, cocok digunakan atmosfir, cocok digunakan untuk
untuk jenis instalasi stasioner atau kendaraan yang bergerak.
7 di kapal.
Biaya perawatan tinggi Biaya perawatan rendah

8 Berat instalasi perdaya (HP) lebih Berat instalasi perdaya (HP) lebih
besar. kecil.

Tabel 2.1 Perbandingan turbin gas siklus tertutup dengan siklus terbuka
Dalam industri turbin gas umumnya diklasifikasikan dalam dua jenis
yaitu:
1. Turbin Gas Poros Tunggal (Single Shaft)
Turbin jenis ini digunakan untuk menggerakkan generator listrik
yang menghasilkan energi listrik untuk keperluan proses di
industry.
Gambar 2.6 Turbin gas poros tunggal
Contoh data manufaktur turbin gas poros tunggal adalah:
Tabel 2.2 Data Manufaktur turbin gas poros tunggal
Type PG 5341 (N)
Rating (base, Gas/Oil) 20.900/20.450 (KW)
Altitude Seal Level
Compressor Stage 17
11
Turbin Stage 2
Turbin Speed 5100 rpm
Inlet Temperature 32.2oC
Inlet Pressure 1.0333 kg/cm2
Exhaust Temperature 488oc
Exhaust Pressure 1.0333 kg/cm2
Pressure Ratio 9.4
Desired min. Horse Power 33.000 HP
Fuel Natural Gas
Fuel Systems Gas/Oil (Unit A dan B)
Gas (Unit C, D, E, F, G, dan H)
Control system Speedtronic
Accessory Gear Type A500
Starting System 400 HP Induction Motor (Unit
C/H)
500 HP Motor Diesel (Unit A/B)
2. Turbin Gas Poros Ganda (Double Shaft)
Turbin jenis ini merupakan turbin gas yang terdiri dari turbin
bertekanan tinggi dan turbin bertekanan rendah, dimana turbin gas
ini digunakan untuk menggerakkan beban yang berubah seperti
kompresor pada unit proses.
Gambar 2.7 Turbin gas poros ganda
2.5 Siklus-siklus Turbin Gas
Tiga siklus turbin gas yang dikenal secara umum yaitu:
1. Siklus Ericson
12
Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang
terdiri dari dua proses isotermis dapat balik (reversible isotermic)
dan dua proses isobarik dapat balik (reversible isobaric). Proses
perpindahan panas pada proses isobarik berlangsung di dalam
komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi
termalnya adalah : hth = 1 – T1/Th, dimana T1 = temperatur buang
dan Th = temperatur panas.
2. Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua
proses isotermis dapat balik (isotermal reversible) dengan volume
tetap (isokhorik). Efisiensi termalnya sama dengan efisiensi termal
pada siklus Ericson.
3. Siklus Brayton
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin
gas, sehingga saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan
oleh pembuat mesin turbine atau manufacturer dalam analisa untuk
performance upgrading. Siklus Brayton ini terdiri dari proses
kompresi isentropik yang diakhiri dengan proses pelepasan panas
pada tekanan konstan. Pada siklus Bryton tiap-tiap keadaan proses
dapat dianalisa secara berikut:
Gambar 2.8 Siklus Bryton
Proses 1 ke 2 (kompresi isentropik).
Kerja yang dibutuhkan oleh kompresor: Wc = ma (h2 – h1).
13
Proses 2 ke 3, pemasukan bahan bakar pada tekanan
konstan. Jumlah kalor yang dihasilkan: Qa = (ma + mf) (h3
– h2).
Proses 3 ke 4, ekspansi isentropik didalam turbin. Daya
yang dibutuhkan turbin: WT = (ma + mf) (h3 – h4).
Proses 4 ke 1, pembuangan panas pada tekanan konstan ke
udara. Jumlah kalor yang dilepas: QR = (ma + mf) (h4 –
h1).
2.6 Modifikasi Turbin Gas
Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi dari turbin gas, modifikasi
terkonsentrasi di tiga bidang:
1. Meningkatkan temperatur inlet turbin (pembakaran).
2. Meningkatkan efisiensi komponen-mesin turbo.
3. Menambahkan modifikasi pada siklus dasar (brayton).
Efisiensi siklus turbin gas pada awalnya masih sederhana,
namun pada perkembangannya, kini dapat hampir dua kali lipat efisiensi
semula dengan memasang/ melakukan intercooling, regenerasi, dan
pemanasan (reheating). Back work ratio siklus turbin gas meningkat
sebagai hasil dari intercooling dan reheating. Tetapi efisiensi
termalnya akan menurun. Intercooling dan reheating selalu akan
menurunkan efisiensi termal kecuali mereka disertai oleh regenerasi. Hal
ini karena intercooling menurunkan suhu rata-rata di mana panas yang
ditambahkan, dan meningkatkan pemanasan suhu rata- rata di mana
panas ditolak. Oleh karena itu, dalam pembangkit listrik gas turbin,
intercooling dan pemanasan selalu digunakan bersama dengan regenerasi.
2.7 Siklus Brayton dengan Intercooler, Reheater, dan Regenerator
Kombinasi dari reheat, dan intercooling dengan regenerasi
menghasilkan peningkatan efisiensi thermal yang besar.
Dengan jumlah reheater dan intercooler yang tak hingga,
siklus ini akan memiliki efisiensi seperti Carnot karena proses
perpindahan panasnya menjadi isothermal.
14
Gambar 2.9 Diagram T-S Siklus Brayton dengan reheat regeneration dan
intercooling
Gambar 2.10 Modifikasi Siklus Brayton
2.8 Komponen Turbin Gas
Turbin gas tersusun atas komponen-komponen utama seperti air inlet
section, compressor section, combustion section, turbine section, dan
exhaust section. Sedangkan komponen pendukung turbin gas adalah
starting equipment, lube-oil system, cooling system, dan beberapa
komponen pendukung lainnya. Berikut ini penjelasan tentang komponen
utama turbin gas:
1. Air Inlet Section.
Berfungsi untuk menyaring kotoran dan debu yang terbawa dalam udara
sebelum masuk ke kompresor. Bagian ini terdiri dari:
15
Air Inlet Housing, merupakan tempat udara masuk dimana
didalamnya terdapat peralatan pembersih udara.
Inertia Separator, berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau
partikel yang terbawa bersama udara masuk.
Pre-Filter, merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada
inlet house.
Main Filter, merupakan penyaring utama yang terdapat pada
bagian dalam inlet house, udara yang telah melewati penyaring ini
masuk ke dalam kompresor aksial.
Inlet Bellmouth, berfungsi untuk membagi udara agar merata pada
saat memasuki ruang kompresor.
Inlet Guide Vane, merupakan blade yang berfungsi sebagai
pengatur jumlah udara yang masuk agar sesuai dengan yang
diperlukan.
2. Compressor Section.
Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow compressor,
berfungsi untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air
section hingga bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi
pembakaran dapat menghasilkan gas panas berkecepatan tinggi yang
dapat menimbulkan daya output turbin yang besar. Aksial flow
compressor terdiri dari dua bagian yaitu:
A. Compressor Rotor Assembly.
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada porosnya.
Rotor ini memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan aliran udara
secara aksial dari 1 atm menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara
yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun dari wheels, stubshaft, tie
bolt dan sudu-sudu yang disusun kosentris di sekeliling sumbu rotor.
16
Gambar 2.11 Tipe turbin rotor assembly
B. Compressor Stator.
Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri dari:
Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan
udara masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet
guide vane.
Forward Compressor Casing, bagian casing yang didalamnya
terdapat empat stage kompresor blade.
Aft Casing, bagian casing yang didalamnya terdapat
compressor blade tingkat 5-10.
Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi
sebagai tempat keluarnya udara yang telah dikompresi.
17
Gambar 2.12 Casing Kompresor
3. Combustion Section.
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar
dengan fluida kerja yang berupa udara bertekanan tinggi dan
bersuhu tinggi. Hasil pembakaran ini berupa energi panas yang
diubah menjadi energi kinetik dengan mengarahkan udara panas
tersebut ke transition pieces yang juga berfungsi sebagai nozzle.
Fungsi dari keseluruhan sistem adalah untuk mensuplai energi
panas ke siklus turbin. Sistem pembakaran ini terdiri dari
komponen-komponen berikut yang jumlahnya bervariasi
tergantung besar frame dan penggunaan turbin gas. Komponenkomponen
itu adalah :
Combustion Chamber, berfungsi sebagai tempat terjadinya
pencampuran antara udara yang telah dikompresi dengan
bahan bakar yang masuk.
Combustion Liners, terdapat didalam combustion chamber
yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
pembakaran.
18
Fuel Nozzle, berfungsi sebagai tempat masuknya bahan
bakar ke dalam combustion liner.
Ignitors (Spark Plug), berfungsi untuk memercikkan bunga
api ke dalam combustion chamber sehingga campuran
bahan bakar dan udara dapat terbakar.
Transition Fieces, berfungsi untuk mengarahkan dan
membentuk aliran gas panas agar sesuai dengan ukuran
nozzle dan sudu-sudu turbin gas.
Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api
pada semua combustion chamber.
Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk
mendeteksi proses pembakaran terjadi.
4. Turbin Section
Turbin section merupakan tempat terjadinya konversi energi
kinetik menjadi energi mekanik yang digunakan sebagai penggerak
compresor aksial dan perlengkapan lainnya. Dari daya total yang
dihasilkan kira-kira 60 % digunakan untuk memutar kompresornya
sendiri, dan sisanya digunakan untuk kerja yang dibutuhkan.
Komponen-komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
Turbin Rotor Case
First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas
panas ke first stage turbine wheel.
First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk
mengkonversikan energi kinetik dari aliran udara yang
berkecepatan tinggi menjadi energi mekanik berupa putaran
rotor.
Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk
mengatur aliran gas panas ke second stage turbine wheel,
sedangkan diafragma berfungsi untuk memisahkan kedua
turbin wheel.
Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan
energi kinetik yang masih cukup besar dari first stage
19
turbine untuk menghasilkan kecepatan putar rotor yang
lebih besar.
Gambar 2.13 Komponen turbin section
5. Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan gas panas sisa yang keluar dari turbin
gas. Exhaust section terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Exhaust Frame Assembly
Exhaust Diffuser assembly
Exhaust gas keluar dari turbin gas melalui exhaust diffuser pada
exhaust frame assembly, lalu mengalir ke exhaust plenum dan
kemudian didifusikan dan dibuang ke atmosfir melalui exhaust
stack, sebelum dibuang ke atmosfir gas panas sisa tersebut diukur
dengan exhaust thermocouple dimana hasil pengukuran ini
digunakan juga untuk data pengontrolan temperatur dan proteksi
temperatur trip. Pada exhaust area terdapat 18 buah termokopel
yaitu, 12 buah untuk temperatur kontrol dan 6 buah untuk
temperatur trip.
2.9 Komponen Penunjang Sistem Turbin Gas
A. Starting Equipment.
Berfungsi untuk melakukan start up sebelum turbin bekerja.
Jenis-jenis starting equipment yang digunakan di unit-unit
turbin gas pada umumnya adalah :
1. Diesel Engine, (PG –9001A/B)
2. Induction Motor, (PG-9001C/H dan KGT 4X01, 4X02
dan 4X03)
20
3. Gas Expansion Turbine (Starting Turbine)
B. Coupling dan Accessory Gear
Berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari poros
yang bergerak ke poros yang akan digerakkan. Ada tiga jenis
coupling yang digunakan, yaitu:
1. Jaw Cluth, menghubungkan starting turbine dengan
accessory gear dan HP turbin rotor.
2. Accessory Gear Coupling, menghubungkan accessory
gear dengan HP turbin rotor.
3. Load Coupling, menghubungkan LP turbin rotor dengan
kompressor beban.
C. Fuel System.
Bahan bakar yang digunakan berasal dari fuel gas system
dengan tekanan sekitar 15 kg/cm2. Fuel gas yang digunakan
sebagai bahan bakar harus bebas dari cairan kondensat dan
partikel-partikel padat. Untuk mendapatkan kondisi tersebut
diatas maka sistem ini dilengkapi dengan knock out drum yang
berfungsi untuk memisahkan cairan-cairan yang masih terdapat
pada fuel gas.
D. Lube Oil System.
Lube oil system berfungsi untuk melakukan pelumasan secara
kontinu pada setiap komponen sistem turbin gas. Lube oil
disirkulasikan pada bagian-bagian utama turbin gas dan trush
bearing juga untuk accessory gear dan yang lainnya. Lube oil
system terdiri dari:
Oil Tank (Lube Oil Reservoir)
Oil Quantity
Pompa
Filter System
Valving System
Piping System
Instrumen untuk oil
21
Pada turbin gas terdapat tiga buah pompa yang digunakan
untuk mensuplai lube oil guna keperluan lubrikasi, yaitu:
1. Main Lube Oil Pump, merupakan pompa utama
yang digerakkan oleh HP shaft pada gear box
yang mengatur tekanan discharge lube oil.
2. Auxilary Lube Oil Pump, merupakan pompa
lube oil yang digerakkan oleh tenaga listrik,
beroperasi apabila tekanan dari main pump
turun.
3. Emergency Lube Oil Pump, merupakan pompa
yang beroperasi jika kedua pompa diatas tidak
mampu menyediakan lube oil.
E. Cooling System.
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air
dan udara. Udara dipakai untuk mendinginkan berbagai
komponen pada section dan bearing. Komponen-komponen
utama dari cooling system adalah:
Off base Water Cooling Unit
Lube Oil Cooler
Main Cooling Water Pump
Temperatur Regulation Valve
Auxilary Water Pump
Low Cooling Water Pressure Swich
2.10 Aplikasi Turbin Gas
Salah satu contoh aplikasi turbin gas yang di gunakan adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
22
Gambar 2.14 Prinsip kerja unit pembangkit turbin gas
Gambar 2.14 menunjukkan prinsip kerja PLTG. Udara masuk ke
kompresor untuk dinaikkan tekanannya, kemudian udara tersebut
dialirkan ke ruang bakar. Dalam ruang bakar, udara bertekanan ini
dicampur dengan bahan bakar dan dibakar. Apabila digunakan bahan
bakar gas (BBG), maka gas dapat langsung dicampur dengan udara
untuk dibakar, tetapi apabila digunakan bahan bakar minyak (BBM),
maka BBM ini harus dijadikan kabut terlebih dahulu kemudian baru
dicampur dengan udara untuk dibakar. Teknik mencampur bahan
bakar dengan udara dalam ruang bakar sangat mempengaruhi efisiensi
pembakaran. Pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar
menghasilkan gas bersuhu tinggi. Gas hasil pembakaran ini kemudian
dialirkan menuju turbin untuk disemprotkan kepada sudu-sudu turbin
sehingga energi (enthalpy) gas ini dikonversikan menjadi energi mekanik
dalam turbin penggerak generator (dan kompresor udara) dan
akhirnya generator menghasilkan tenaga listrik.
23
BAB III
BAHAN BAKAR TURBIN GAS
3.1 Bahan Bakar Turbin Gas
Bahan bakar untuk turbin gas harus memenuhi persyaratan tertentu
sebelum digunakan pada proses pembakaran. Persyaratan tersebut
yaitu bahan bakar mempunyai kadar abu yang tidak tinggi. Dengan
alasan, bahan bakar yang mempunyai kadar abu yang tinggi, pada
proses pembakaran dihasilkan gas pembakaran yang mengandung
banyak partikel abu yang keras dan korosif. Gas pembakaran dengan
karakteristik tersebut, akan mengenai dan merusak sudu-sudu turbin pada
waktu proses ekspansi pada temperatur tinggi.
Dengan persyaratan tersebut, bahan bakar yang memenuhi
persyaratan adalah bahan bakar cair dan gas. Bahan bakar cair dan gas
cenderung mempunyai kadar abu yang rendah jika dibandingkan
dengan bahan bakar padat, sehingga lebih aman digunakan sebagai
bahan bakar turbin gas.
Bahan bakar yang digunakan turbin gas pesawat terbang,
persyaratan yang haus dipenui adalah lebih ketat, hal ini karena
menyangkut faktor keamanan dan keberhasilan selama turbin gas
beroperasi. Adapun persyaratannya adalah :
1. Nilai kalor per satuan berat dari bahan bakar harus tinggi.
Dengan jumlah bahan bakar yang sedikit dan ringan dengan tetapi
nilai kalornya tinggi sangat menguntungkan karena mengurangi
berat pesawat terbang secara keseluruhan.
2. Kemampuan menguap (volatility) dari bahan bakar tidak
terlalu tinggi, oleh karena pada harga volatility yang tinggi
bahan bakar akan mudah sekali menguap, terutama pada
ketinggian tertentu. Hal ini akan membahayakan karena bahan
bakar menjadi mudah terbakar. Disamping itu, saluran bahan bakar
mudah tersumbat karena uap bahan bakar.
24
3. Kemurnian dan kestabilan bahan bakar harus terjamin, yaitu bahan
bakar tidak mudah mengendap, tidak banyak mengandung zatzat
seperti air, debu, dan belerang. Kandungan zat zat tersebut
apabila terlalu banyak akan sangat membahayakan pada proses
pembakaran. Khusus untuk belerang, zat ini akan korosif sekali
pada material sudu turbin.
4. Flash point dan titik nyala tidak terlalu rendah, sehingga
penyimpanan lebih aman.
5. Gradenya harus tinggi, bahan bakar harus mempunyai kualitas
yang bagus, tidak banyak mengandung unsur-unsur yang
merugikan seperti dyes dan tretaetyl lead.
Dengan karakteristik bahan bakar untuk turbin gas pesawat terbang
seperti yang disebutkan di atas, terlihat bahwa bahan bakar tersebut
adalah bermutu tinggi, untuk menjamin faktor keamanan yang tinggi
pada operasi turbin gas selama penerbangan. Kegagalan operasi
berakibat sangat fatal yaitu turbin gas mati, pesawat terbang
kehilangan gaya dorong, kondisi ini dapat dipastikan pesawat terbang
akan jatuh. Bahan bakar pesawat yang biasa digunakan adalah dari
jenis gasoline dan kerosene atau campuran keduanya, tentunya sudah
dimurnikan dari unsur-unsur yang merugikan. Sebagai contoh, standar
yang dikeluarkan American Society for Tinting Material Spesification
(ASTM) seri D-1655, yaitu Jet A, Jet A1, Jet B. Notasi A, A, dan B
membedakan titik bekunya.
3.2 Proses Pembakaran Turbin Gas
Pada gambar, dapat dilihat dari konstruksi komponen ruang bakar,
apabila digambarkan ulang dengan proses pembakaran adalah sebagai
berikut:
25
Gambar 3.1 Ruang bakar dan proses pembakaran turbin gas
Proses pembakaran dari turbin gas adalah mirip dengan
pembakaran mesin diesel, yaitu proses pembakarannya pada tekanan
konstan. Prosesnya adalah sebagai berikut, udara mampat dari
kompresor masuk ruang bakar, udara terbagi menjadi dua, yaitu udara
primer yang masuk saluran primer, berada satu tempat dengan nosel, dan
udara mampat sekunder yang lewat selubung luar ruang bakar. Udara
primer masuk ruang bakar melewati swirler, sehingga
alirannya berputar. Bahan bakar kemudian disemprotkan dari nosel ke
zona primer, setelah keduanya bertemu, terjadi pencampuran. Aliran udara
primer yang berputar akan membantu proses pencampuran, hal ini
menyebabkan campuran lebih homogen, pembakaran lebih sempurna.
Udara sekunder yang masuk melalui lubang-lubang pada selubung luar
ruang bakar akan membantu proses pembakaran pada zona
sekunder. Jadi, zona sekunder akan menyempurnakan pembakaran dari
zona primer.
Disamping untuk membantu proses pembakaran pada zona
sekunder, udara sekunder juga membantu pendinginan ruang bakar.
Ruang bakar harus didinginkan, karena dari proses pembakaran
dihasilkan temperatur yang tinggi yang merusak material ruang
bakar. Maka, dengan cara pendinginan udara sekunder, temperatur
ruang bakar menjadi terkontrol dan tidak melebihi dari yang diijinkan.
Pada gambar di atas, terlihat zona terakhir adalah zona pencampuran
(dillute zone), adalah zona pencampuran gas pembakaran
bertemperatur tinggi dengan sebagian udara sekunder. Fungsi udara
26
pada sekunder pada zona itu adalah mendinginkan gas pembakaran
yang bertemperatur tinggi menjadi temperatur yang aman apabila
mengenai sudu-sudu turbin ketika gas pembakaran berekspansi.
Disamping itu, udara sekunder juga akan menambah massa dari gas
pembakaran sebelum masuk turbin, dengan massa yang lebih besar
energi potensial gas pembakaran juga bertambah. Apabila Wkinetik adalah
energi kinetik gas pembakaran dengan kecepatan V, massa sebelum
ditambah udara sekunder adalah m1 maka energi kinetiknya adalah
sebagai berikut:
Dengan penambahan massa dari udara sekunder m2, maka energy kinetic
menjadi:
Jadi, dapat dilihat Wkinetik,2 ( dengan udara sekunder) lebih besar dari
Wkinetik,1 (tanpa udara sekunder).
Proses pembakaran pada turbin gas memerlukan udara yang
berlebih, biasanya sampai 30% dari kondisi normal untuk proses
pembakaran dengan jumlah bahan bakar tertentu. Kondisi ini akan
berkebalikan, apabila udara pembakaran terlalu berlimpah (lebih
30%), udara justru akan mendinginkan proses pembakaran dan mati,
karena panas banyak terbuang ke luar melalui gas bekas yang
bercampur udara dingin sekunder. Dengan pemikiran yang sama, apabila
jumlah udara kurang dari normal, yaitu terjadi overheating, material ruang
bakar dan sudu-sudu turbin bekerja melampaui kekuatannya dan ruang
bakar dapat pecah, hal ini berarti turbin gas berhenti bekerja atau
proses pembakaran terhenti.
27
BAB IV
INTERCOOLER
4.1 Intercooler
Daya yang dihasilkan turbin sebagian besar digunakan oleh
kompresor. Daya ini bisa diturunkan dengan mengkompresi udara secara dua
tingkat dan menggunakan intercooler diantara kedua tingkat tersebut. Pengaturan
secara skematik untuk intercooler diperlihatkan oleh gambar 4.1.
Gambar 4.1 Skema susunan intercooling pada turbin gas siklus tertutup
Pertama-tama udara dikompresi di kompresor pertama, yang disebut
“kompresor tekanan rendah” (LP kompresor-#1). Karena kompresi ini, tekanan
dan temperatur udara meningkat. Sekarang udara diteruskan ke intercooler
(pendingin antara) yang akan menurunkan temperatur udara kompresi ke
temperatur awal, tetapi tekanan tetap konstan. Setelah itu, udara kompresi
sekali lagi dikompresi di kompresor kedua yang disebut sebagai “kompresor
tekanan tinggi” (HP kompresor-#2).
Sekarang udara kompresi diteruskan ke ruang pemanas dan
kemudian ke turbin. Akhirnya udara didinginkan di ruang pendingin dan kembali
di kompresi ke kompresor tekanan rendah. Proses intercooling udara pada dua
tingkat kompresi diperlihatkan dengan diagram Ts pada gambar 4.2.
28
Gambar 4.2 Diagram T-s untuk intercooling
Proses 1-2 menunjukkan pemanasan udara di ruang pemanas pada
tekanan konstan.
Proses 2-3 memperlihatkan ekspansi isentropik udara pada turbin.
Proses 3-4 adalah pendinginan udara di ruang pendingin pada tekanan
konstan. Proses 4-5 adalah kompresi udara di LP kompresor.
Proses 5-6 adalah pendinginan udara pada intercooler pada tekanan
konstan.
proses 6-1 adalah kompresi udara pada HP kompresor.
Kerja yang dilakukan turbin per kg udara:
Wt = Cp (T2 – T3) (i)
Dan kerja yang dilakukan kompresor per kg udara:
Wc = Cp [(T1 – T6) + (T5 – T4)] (ii)
Kerja netto yang tersedia:
W = Wt – Wc
Untuk pendinginan yang sempurna, tekanan antara bisa dicari dengan persamaan:
p6 = p5 = √ (p1 x p4)= √ (p2 x p3)
Pada akhir proses kompresi pada kompresor, terjadi kenaikan temperatur dari
fluida gas. Dari perumusan termodinamika didapat bahwa kenaikan temperatur
sebanding dengan rasio tekanannya. Adapun persamaannya sebagai berikut:
Tb/Ti = (Pd/Pi)(n-1)/n
29
Tb = Ti (Pd/Pi)(n-1)/n
dimana
Tb = temperatur akhir kompresi Ti = temperatur awal kompresi pd = tekanan
akhir kompresi
pi = tekanan hisap kompresi
n = faktor politropie ( n=1 ~n = 1,4)
dan persamaan kerja dari kompresor adalah
Wkompresor = Ri Ts n/(n-1)[(Tb/Ti)-1]
dan untuk kerja pada kondisi isotermal, persamaannya adalah
Wkompresor = Ri Ts ln(Pb/Pi)
Dari perumusan temperatur dan kerja menunjukkan bahwa
dengan kenaikan rasio tekanan akan menaikkan temperatur akhir dari kompresi,
hal ini juga berarti kerja yang dibutuhkan kompresor naik.
Kenaikan kerja kerja kompresor sangat tidak menguntungkan, karena
kerja kompresor adalah negatif. Apabila kondisi ini diaplikasikan pada
kompresor turbin gas pada rasio tekanan tinggi, maka akan banyak
mengurangi daya dari turbin gas, hal ini akan menurunkan efisiensi secara
keseluruhan.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, proses kompresi dibuat
bertingkat dan dengan pendinginan sela ( intercooler) pada setiap tingkat
kompresi. Dengan metode ini akan menggunakan kompresor yang jumlahnya
sama dengan jumlah tingkat kompresi, dan jumlah intercooler yang dipasang
adalah jumlah kompresor dikurangi satu.
Dengan pemasangan intercooler suhu dari proses kompresi
tingkat sebelumnya didinginkan kembali ke temperatur awal. Dengan keadaan
tersebut kerja kompresor yang kedua adalah sama dengan kerja kompreso
sebelumnya, dengan rasio tekanan yang sama. Pada gambar 3.3 terlihat dengan
membuat dua tingkat kompresi, dua kompresor, dan satu intercooler, ada
penghematan kerja kompresor dibandingkan dengan kerja kompresor tunggal.
30
Gambar 4.2 Diagram p-v kompresor bertingkat dengan intercooler
Gambar 4.3 Intercooler
31
BAB V
PERSAMAAN ENERGI YANG UMUM UNTUK PROSES
ALIRAN TUNAK DAN PENERAPANNYA PADA SISTEM
TURBIN GAS
5.1 Persamaan Energi yang Umum Untuk Proses Aliran Tunak
Aliran tunak adalah aliran fluida yang besaran dan sifatnya tidak berubah
dengan waktu. Sedangkan system yang dibahas dapat mengenai apa saja yang
didefinisikan dengan jelas dan tegas. System yang dimaksud disini adalah serupa
dengan diagram benda bebas dalam analisis mekanika dan dinamika struktur atau
mekanisme mesin-mesin pada umumnya. Pada system energy, semua bentuk
energy yang terlibat hendaknya digambarkan secara lengkap, seperti terlihat pada
gambar 5.1, yaitu antara lain energy-dalam, energy aliran, energy kinetic, energy
potensial, energy panas, dan energy kerja mekanik.
Gambar 5.1 Sistem dan batas system
System tersebut dapat berupa saluran, pipa, diguser, nosel, kompresor,
pompa, turbin, motor torak, pemanas, pendingin, dan ruang bakar.
Pada dasarnya persamaan tersebut merupakan jabaran dari hokum kekekalan
energy. Pada gambar 5.1 dilukiskan massa fluida masuk system melalui
penampang i dan keluar system melalui e yang masing-masing dapat lebih dari
satu. Melalui penampang i dan e tersebut fluida kerja memilikienergi-dalam,
energy aliran, energy kinetic, dan energy potensial. Sedangkan panas masuk ke
32
dalam system sebesar Q dan system menghasilkan kerja mekanik sebesar W.
sebenarnya Q = ΣQi dan W = ΣWi karena Qi dapat masuk ke dalam system
melalui banyak tempa, dan Wi dapat juga dihasilkan di beberapa tempat. Qi dan
Wi masing-masing dapat bernilai positif maupun negative. Qi adalah positif jika
panas masuk ke dalam system dan negative apabila panas keluar dari system,
sedangkan Qi = 0 berlaku untuk proses adiabatic. Demikian pula Wi bernilai
positif jika system menghasilkan kerja, seperti pada mototr torak atau turbin, dan
bernilai negative jika system dikenai atau memerlukan kerja, seperti pada pompa,
blower, dan kompresor.
Dengan demikian persamaan energy yang umum untuk proses aliran tunak dapat
dituliskan sebagai
(5.1)
atau,
(5.2)
Dimana
mi= massa fluida masuk system
me= massa fluida keluar system
h = u + pv/J = entalpi
u = energy dalam persatuan massa
p = tekanan
v = volume spesifik
C = kecepatan
z = jarak dari garis datum
g = percepatan gravitasi
33
J = factor pengubah satuan, misalnya J = 778
atau J = 0.427
Q = perpindahan panas; negative jika panas keluar system, dan positif jika panas
masuk system.
W = kerja mekanik; positif jika system menghasilkan kerja mekanik seperti pada
turbin, dan negative jika system dikenai atau memerlukan kerja mekanik seperti
pada kompresor atau pompa.
Subskripsi i dan e berturut-turut menyatakan pada seksi masuk dan keluar system.
Jika pada system hanya terdapat satu lubang fluida masuk dan satu lubang fluida
keluar, maka mi = me sehingga persamaan 5.2 menjadi:
he +
(5.3)
Dimana,
5.2 Penerapan Persamaan Energi Yang Umum Untuk Proses Aliran Tunak
Jika batas-batas system yang akan dibahas telah ditetapkan dengan jelas
dan tegas, dan semua energy yang terlibat telah diketahui semuannya, maka
persamaan (5.1), (5.2), (5.3) dapat digunakan.
Selanjutnya persamaan tersebut akan digunakan untuk menganalisis prestasi
komponen utama turbin gas, yaitu saluran masuk atau difusser, kompresor, ruang
bakar, turbin, nosel, pemanas, dan pendingin, seperti diuraikan pada beberapa
pasal berikut ini, akan tetapi disini penulis akan menjabarkan mengenai turbin
saja. Penggunaan akan makin jelas jika disertai dengan diagram entalpi versus
entropi atau temperature versus entropi. Melalui setiap titik pada diagram entapli
versus entropi terdapat garis Ykonstan, garis pkonstan dan vkonstan, berturut-turut dengan
sudut kemiringan yang makin besar, seperti ditunjukan pada gambar 5.2. Untuk
gas ideal dengan cp konstan garis T konstan tegak lurus sumbu-h.
34
Gambar 5.2 Diagram entropi versus entropi
5.3 Turbin
Persamaan energy pada turbin sama halnya seperti pada kompresor. Pada
turbin juga digunakan beberapa idealisasi dan asumsi. Namun, prosesnya adalah
ekspansi yang dianggap berlagsung adiabatic, Q 0. Sedangkan selisih energy
potensial gas keluar dan masuk turbin dianggap kecil dibandingkan dengan sukusuku
lainnya. Sehingga dapat diabaikan, ΔPE 0. Dengan demikian persamaan
5.3, untuk turbin menjadi
()()
( ) ( ) (5.4)
Dimana,
WTs = kerja yang dihasilkan turbin isentropic
J = factor pengubah satuan
Dari gambar 5.3 terlihat bahwa
Wts > WT
Dengan demikian efisiensi turbin didefinisikan sebagai,
(5.5)
35
Gambar 5.3 Diagram entalpi versus entropi sebuah turbin
36
BAB VI
PROSEDUR PENGOPERASIAN TURBIN GAS PLTGU CILEGON
6.1 Persiapan dan Pelaksanaan, Sebelum Operasi Turbin Gas
Pastikan seluruh peralatan bekerja secara normal sebelum turbin gas
dioperasikan, peralatan-peralatan tersebut adalah:
1. Lube oil system
2. Control oil system
3. CCW system
4. Gen. seal oil/H2-system
5. Turbine cooling air system
6. Inlet & exhaust duct
7. Package ventilation system
8. Circulating demin water system
9. Instrument air system
10. Service air for back up system
11. HP purge air system
12. Water injection system
13. Fuel gas and fuel oil system
14. CO2 fire fighting
6.2 Persiapan Start
Pastikan kondisi unit turbin gas bekerja normal pada bagian:
a. Mechanical
Pastikan semua pompa, fan, motor, control valve pada posisi
remote/auto control mode.
Pastikan H2 gas system dalam kondisi siap dioperasikan dan
tekanan H2 di dalam gas turbine generator normal.
Periksa status operasi CO2 fire fighting system bekerja secara
normal.
Pastikan seluruh instalasi pada masing-masing system sudah
terpasang dengan benar sesuai dengan P&ID.
b. Control & Instrument
37
Pastikan semua signal and communications dari local gas turbine
system beserta peralatan bantunya masuk ke control unit.
Semua alarm dan trip interlock system sudah dinormalkan.
Pastikan air instrument system beroperasi dengan normal.
c. Electrical
Pastikan semua MV/LV Switch gear & MCCC dalam kondisi
bertegangan.
Pastikan generator protection relay and inter-trip test antara
generator dengan turbine system bekerja dengan normal.
6.3 Batasan Operasi
Tabel 6.1 Batasan operasi PLTGU Cilegon
Speed up rate 135 rpm/min
Load change rate 6.7%/min
Purge period 5 min
Speed increase rate 135 rpm/min
Over speed setting Mechanical over speed 110±1% of
rated speed (3270 ~ 3330 rpm)
Tabel 6.2 Vibration limits setting value (peak to peak)
Alarm > 125 μm
Trip > 200 μm
Tabel 6.3 Lube oil pressure setting
Lube oil supply pressure control 1.5 kg/ cm2
Lube oil supply pressure alarm < 1.08 kg / cm2
Lube oil supply pressure trip < 0.88 kg / cm2
Turning interlock < 0.41 kg / cm2
Lube oil filter differential pressure high
alarm
>1.0 kg / cm2
38
Tabel 6.4 Lube oil temperature setting
Lube oil supply temperature control 460 C
Lube oil supply temperature alarm > 600 C
Journal bearing metal temperature
alarm
> 1070 C
Thrust bearing metal temperature alarm > 990 C
Bearing drain oil temperature alarm > 770 C
Tabel 6.5 Cooling temperature setting
Rotor cooling air alarm > 2600 C
No. 2 disc cavity temperature alarm > 4600 C
No. 3 disc cavity temperature alarm > 4600 C
No. 4 disc cavity temperature alarm > 4600 C
Down stream of No. 4 turbine disc
temp. alarm
> 4100 C
Tabel 6.6 Exhaust gas pressure setting
Exhaust gas pressure alarm > 500 mmH2O
Exhaust gas pressure trip > 600 mmH2O
Tabel 6.7 Blade path and exhaust temperature alarm setting
Blade path temp. high trip > 6800 C
Blade path temp. control deviation high
trip
> 450 C
Exhaust gas temp. high trip > 6200 C
Exhaust gas temp. control deviation
high trip
> 450 C
Blade path temp. spread alarm, untuk
gas fuel
-30 / +200 C dan oil fuel ±600 C
Blade path temp. spread shut down,
untuk gas fuel
-40 / +250 C dan oil fuel ±700 C
39
Blade path temp. spread trip, untuk gas
fuel-
-60 / +300 C dan oil fuel ±800 C
Tabel 6.8 Low frequency interlock summary
Alarm 47.5 Hz + 0 sec
Generator breaker off 47.5 Hz + 15 sec
Trip 47.5 Hz + 0.1 sec
40
BAB VII
MAINTENANCE DAN TROUBLESHOOTING TURBIN GAS
7.1 Maintenance Turbin Gas
Maintenance adalah perawatan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan seperti kerusakan terlalu cepat terhadap semua peralatan di pabrik,
baik yang sedang beroperasi maupun yang berfungsi sebagai suku cadang.
Kerusakan yang timbul biasanya terjadi karena keausan dan ketuaan akibat
pengoperasian yang terus-menerus, dan juga akibat langkah pengoperasian yang
salah.
Maintenance pada turbine gas selalu tergantung dari faktor-faktor
operasional dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah, karena operasional
turbine gas sangat tergantung dari kondisi daerah operasional. Semua pabrik
pembuat turbine gas telah menetapkan suatu ketetapan yang aman dalam
pengoperasian sehingga turbine selalu dalambatas kondisi aman dan tepat waktu
untuk melakukan maintenance.
Secara umum maintenance dapat dibagi dalam beberapa bagian,
diantaranya adalah:
1. Preventive Maintenance.
Suatu kegiatan perawatan yang direncanakan baik itu secara rutin maupun
periodik, karena apabila perawatan dilakukan tepat pada waktunya akan
mengurangi down time dari peralatan. Preventive maintenance dibagi menjadi:
Running Maintenance. Suatu kegiatan perawatan yang dilakukan hanya
bertujuan untuk memperbaiki equipment yang rusak saja dalam satu unit.
Unit produksi tetap melakukan kegiatan.
Turning Around Maintenance. Perawatan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya.
2. Repair Maintenance.
Perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang tidak kritis, atau
disebut juga peralatan-peralatan yang tidak mengganggu jalannya operasi.
3. Predictive Maintenance.
41
Kegiatan monitor, menguji, dan mengukur peralatan-peralatan yang
beroperasi dengan menentukan perubahan yang terjadi pada bagian utama,
apakah peralatan tersebut berjalan dengan normal atau tidak.
4. Corrective Maintenance.
Perawatan yang dilakukan dengan memperbaiki perubahan kecil yang
terjadi dalam disain, serta menambahkan komponen-komponen yang
sesuai dan juga menambahkan material-material yang cocok.
5. Break Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan atau kelainan
pada peralatan sehingga tidak dapat berfungsi seperti biasanya.
6. Modification Maintenance.
Pekerjaan yang berhubungan dengan disain suatu peralatan atau unit.
Modifikasi bertujuan menambah kehandalan peralatan atau menambah
tingkat produksi dan kualitas pekerjaan.
7. Shut Down Maintenance.
Kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap peralatan yang sengaja
dihentikan pengoperasiannya.
7.2 Trobleshooting
Secara umum ada beberapa permasalahan yang sering terjadi pada PLTG :
Pengoperasian pembangkit LTG dalam waktu yang lama secara terus menerus,
dengan kondisi lingkungan yang berdebu (lingkungan tropis) semakin
mempercepat penurunan kinerja kompresor ditandai dengan menurunnya tekanan.
Kinerja kompresor dapat menerun dikaranakan adnya kontaminan deposit yang
menempel pada kompresor dan inlet guide vane. Semakin tebal deposit yang
menempel semakin menurun unjuk kerja kompresor.
Penurunan kinerja kompresor mengakibatkan penurunan output turbin gas,
yang mana menjadikan kinerja turbin gas mejadi menurun. Dengan menurunnya
kinerja kompresor dan turbin gas sangat mempegaruhi efisiensi pembangkit.
Permasalahan tersebut diatas dapat ditanggulangi lagi dengan melakukan
pembersihan pada kompresor(Compressor C leaning) atau pasir halus.
42
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
1. Turbin gas adalah motor bakar yang terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu : kompresor, ruang bakar, dan turbin
2. Bahan bakar untuk turbin gas harus memenuhi persyaratan tertentu
sebelum digunakan pada proses pembakaran. Persyaratan
tersebut yaitu bahan bakar mempunyai kadar abu yang tidak
tinggi.
3. Kenaikan kerja kompresor sangat tidak menguntungkan, karena
kerja kompresor adalah negatif. Apabila kondisi ini
diaplikasikan pada kompresor turbin gas pada rasio tekanan
tinggi, maka akan banyak mengurangi daya dari turbin gas,
hal ini akan menurunkan efisiensi secara keseluruhan.
4. Persamaan energy pada turbin
()()
()()
5. SOP Operasi sangatlah penting sebagai panduan operator guna
menjalankan turbin gas.
6. Maintenance pada turbine gas selalu tergantung dari faktor-faktor
operasional dengan kondisi yang berbeda disetiap wilayah, karena
operasional turbine gas sangat tergantung dari kondisi daerah
operasional.
8.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan terutama
dalam hal pembahasan turbin gas. Karena referensi yang penulis dapatkan
sangat minim sekali. Untuk itu saya harap kritik dan saran yang sifatnya
membangun
43
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y.A dan Boles, M.A., 1994, Thermodynamic An Engineering Approach,
Mv. Graw Hill, USA.
Inisiator Aceh Power Investment: Turbine Gas
Nugroho, Dwi., 2013, Turbin Gas, Universitas Muhammadiya Pontianak
Lazuardi, Bintang. et all, 201, Termodinamika Intercooler Pada Turbin Gas,
Universitas Indonesia
Nn, 2006, Turbin Gas
Meidriansyah, E., Pengoperasian Turbin Gas PLTGU Cilegon, PT PLN (Persero)
Pembangkitan Cilegon
http://majarimagazine.com/2009/02/gas-turbine-engine-part-1/ diunduh tanggal 04
Oktober 2013
http://majarimagazine.com/2009/02/gas-turbine-engine-part-2/ diunduh tanggal 04
Oktober 2013
http://sulthonyusuf.blogspot.com/2010/01/turbin-gas-1.html diunduh 04 Oktober
2013
http://primapump.wordpress.com/category/gas-turbine/ diunduh 04 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai