Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO menyatakan bahwa setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara
berkembang khususnya anak-anak meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang buruk. Peningkatan kebersihan
(hygiene) yang baik dapat menurunkan angka kematian akibat diare sampai 65% dan
penyakit-penyakit lainnya sekitar 26%.
Setiap dua orang meninggal atau lebih dari 17.000 ibu meninggal setiap tahun di
Indonesia. Sekitar empat juta ibu hamil dan ibu menyusui menderita gangguan anemia
karena kekurangan zat besi. Lebih dari 1,5 juta balita terancam gizi buruk. Setiap sepuluh
dari sekitar 502 bayi yang lahir meninggal dunia. Peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam tatanan rumah tangga dapat menekan angka kejadian tersebut.
Di lingkup provinsi Jawa Tengah Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 sebesar
116,34/100.00 kelahiran hidup, hasil ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Penyebab utamanya ialah tidak mempunyai akses pelayanan kesehatan
ibu yang berkualitas. Angka Kematian Bayi (AKB) 10,75/1000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Balita (AKABA) 11,85/1000 kelahiran hidup, keduanya juga menunjukkan
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Hasil tersebut
menggambarkan diantaranya status gizi ibu hamil, kondisi lingkungan sosial ekonomi,
tingkat pelayanan dan keberhasilan KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan yang
cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Di Kabupaten Wonogiri Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 mengalami peningkatan
menjadi 13 kematian dari 10 kematian pada tahun 2011. Angka Kematian Bayi (AKB)
6,58/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) 7,29/1000 kelahiran hidup,
keduanya telah menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Meskipun telah menunjukkan penurunan, masih diperlukan berbagai upaya untuk terus
menurukan angka kejadian hingga sekecil-kecilnya.
Gerakan Pembangunan Indonesia Sehat yang berlandaskan paradigma sehat telah
dicangankan oleh Departemen Kesehatan bersamaan dengan masuknya milenium baru.

1
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan.
Terdapat tiga pilar yang perlu mendapat perhatian khusus dalam visi Indonesia sehat
yang ditetapkan bedasarkan paradigma sehat, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Salah satu cara untuk mengubah
perilaku tidak sehat menjadi sehat adalah dengan KIE PHBS (Komunikasi, Informasi,
Edukasi Perilaku Hidup Bersih Sehat).
Perilaku Hidup Bersih Sehat 2010 adalah keadaan dimana tiap individu dalam keluarga
masyarakat Indonesia telah melaksanakan PHBS dalam rangka :
a. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lain.
b. Menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan lain untuk meningkatkan derajat
kesehatan.
c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan.
d. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
Pada tahun 2014, diharapkan sekitar 70% masyarakat Indonesia telah mencapai kriteria
PHBS baik.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan KIE
PHBS. Adapun learning outcome pembelajaran ini
1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing wilayah
kerja puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa.
2. Mampu menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah tangga, sekolah,
tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.
3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang memiliki
bayi dan balita.
4. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang tidak
memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing puskesmas.

2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

A. Kegiatan Pra-Lapangan
Sebelum mengikuti kegiatan lapangan di Puskesmas Wonogiri I, mahasiswa mengikuti
kegiatan pre-test tertulis yang dilaksanakan di FK UNS. Soal yang dikerjakan bersumber dari
buku manual Field Lab yang telah diberikan sebelumnya. Pre-test tersebut dilaksanakan
untuk menguji seberapa jauh materi yang telah dipahami oleh mahasiswa. Tanggal 30
September 2015 beberapa perwakilan kelompok melakukan survey dan koordinasi dengan
pihak Puskesmas mengenai rangkaian kegiatan yang akan dilakukan.

B. Kegiatan Lapangan 1
Pengenalan materi kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bertempat di
Puskesmas Wonogiri 1 pada hari Rabu, 7 Oktober 2015. Kepala Puskesmas Wonogiri I, dr.
Pitut Kristiyanta Nugraha, MM dan Istruktur Lapangan, Ibu Idayu Kurniawati Estiningsih,
SKM memberikan pengarahan dan pembekalan untuk Kegiatan Lapangan 2 berupa
pendataan PHBS pada lingkungan rumah tangga dan sekolah. Mahasiswa dibagi dalam 5
kelompok kecil beranggotakan 2-3 orang untuk melakukan pendataan di dua sekolah yaitu
TK dan SD dan 3 RT yaitu RT 1, 2, dan 3 Desa Purwosari. Pendataan PHBS pada tiap RT
diharapkan mendapat 10 sampel KK sehingga didapatkan total sampel 30 KK dari tiga RT.
Mahasiswa juga menyerahkan Buku Rencana Kerja (BRK) yang berisi tentang tujuan dan
prosedur kegiatan.

C. Kegiatan Lapangan 2
Rabu, 28 Oktober 2015, Pukul 08.15 mahasiswa tiba di Puskesmas Wonogiri I, tidak
ada kegiatan di Puskesmas. Pukul 08.30 mahasiswa dan instruktur lapangan menuju ke desa
untuk melakukan pendataan. Setelah meminta izin di kantor kepala desa mahasiswa menuju
ke balai posyandu untuk bertemu dengan ibu-ibu kader. Mahasiswa dibagi dalam lima
kelompok sesuai pembagian yang telah dilakukan. Setiap kelompok didampingi satu sampai
dua ibu kader. Pendataan pada lingkungan sekolah dilakukan di TK Purwosari 1 dan SDN
Purwosari 3. Di samping pendataan PHBS sekolah, mahasiswa juga melakukan penyuluhan

3
mencuci tangan menggunakan sabun. Pendataan pada lingkungan rumah tangga dilakukan di
RT 1, RT 2 dan RT 3 dengan cara pendataan dari rumah ke rumah. Dari hasil pendataan
didapatkan total sampel rumah tangga sebanyak 32 KK. Kegiatan pendataan selesai sekitar
pukul 11.00. Kemudian mahasiswa berpamitan dan kembali ke kampus.

D. Kegiatan Lapangan 3
Pengumpulan laporan dan presentasi hasil kegiatan yang sudah dilakukan bertempat di
Puskesmas Wonogiri I pada hari Sabtu, 7 November 2015

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. PHBS di Tatanan Sekolah


1. Taman Kanak-kanak
Dari survei yang kami lakukan di TK Purwosari I Sumbersari RT 03 RW 06 Purwosari,
Wonogiri, pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 10.00-11.00 WIB didapatkan total nilai 13
dari 14 indikator. Nilai ini termasuk dalam sehat paripurna.
Terdapat 15 indikator PHBS institusi pendidikan meliputi :
a. Siswa dan guru (minimal 80%) memiliki kuku pendek dan bersih : Ya
b. Tidak ada guru dan siswa yang merokok : Ya
c. Guru dan siswa memiliki gigi yang bersih : Ya
d. Guru dan siswa memakai alas kaki atau sepatu : Ya
e. Terdapat ruang UKS dan alat P3K : Ya
f. Terdapat Dokter Kecil dan atau Kader Kesehatan Remaja
(minimal 10% dari jumlah siswa) : Dianulir
g. Guru dan siswa menjadi anggota Dana Sehat atau JPK : Tidak
h. Sekolah melaksanakan PSN dengan 3M : Ya
i. Guru dan siswa menggunakan air bersih di sekolah : Ya
j. Guru dan siswa menggunakan jamban atau WC sehat : Ya
k. Guru dan siswa membuang sampah pada tempatnya : Ya
l. Terdapat warung sekolah atau kantin sehat : Ya
m. Guru dan siswa terbiasa melakukan olahraga secara teratur : Ya
n. Guru dan siswa terbiasa mencuci tangan dengan sabun dan air
bersih : Ya
o. Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap 6 bulan sekali : Ya
Dari kelima belas indikator di atas, indikator (f) kami anulir karena program Dokter
Kecil dan atau Kader Kesehatan Remaja tidak memungkinkan untuk dilaksanakan di
institusi Taman Kanak-Kanak.

5
Dari kelima belas indikator di atas, didapatkan satu indikator yang tidak dipenuhi,
yaitu guru dan siswa menjadi anggota Dana Sehat atau JPK. Hal ini disebabkan asuransi
belum menjadi prioritas utama masyarakat desa Purwosari.
Di TK Purwosari 1 tidak terdapat warung sekolah atau kantin sehat tetapi siswa setiap
hari membawa bekal makanan sehat dan bergizi dari rumah sehingga kami menyimpulkan
bahwa TK Purwosari 1 memenuhi indikator ini.
2. Sekolah Dasar
Dari survei yang kami lakukan pada siswa-siswi kelas 6 SDN Purwosari 3, didapatkan
total nilai 12 dari 15 indikator. Hasil tersebut tergolong dalam sehat paripurna (total nilai
12 atau lebih).
Indikator tersebut antara lain:
a. Siswa dan guru (minimal 80%) memiliki kuku pendek dan bersih Tidak
b. Di sekolah tidak ada guru dan siswa yang merokok Tidak
c. Guru dan siswa giginya bersih Ya
d. Guru dan siswa memakai alas kaki/sepatu Ya
e. Di sekolah terdapat ruang UKS dan alat P3K Ya
f. Di sekolah terdapat Dokter Kecil dan atau Kader Kesehatan Remaja
(minimal 10% dari jumlah siswa) Ya
g. Di sekolah guru dan siswa menjadi anggota Dana Sehat/JPK Ya
h. Di sekolah melaksanakan gerakan PSN dan 3M Ya
i. Di sekolah guru dan siswa menggunakan air bersih Ya
j. Di sekolah guru dan siswa menggunakan Jamban/ WC sehat Ya
k. Di sekolah guru dan siswa membuang sampah pada tempatnya Ya
l. Di sekolah terdapat warung sekolah atau kantin sehat Tidak
m. Di sekolah guru dan siswa terbiasa melakukan olahraga secara teratur Ya
n. Di sekolah guru dan siswa terbiasa mencuci tangan dengan sabun dan air
bersih Ya
o. Di sekolah siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap 6 bulan sekali Ya
Berdasarkan 15 indikator PHBS Institusi Pendidikan SDN 3 Purwosari yang tidak
memenuhi indikator antara lain:

6
1) Masih ditemukannya kuku panjang dan kotor pada beberapa siswa kelas 6. Kuku
kotor karena kurang tersedianya kran di lingkungan sekolah. Kuku panjang
dikarenakan tidak adanya pemeriksaan kuku berkala oleh pihak sekolah.
2) Masih ditemukan adanya guru yang merokok di sekolah karena kurang sadarnya guru
terhadap ancaman asap rokok terhadap kesehatan.
3) Masih sering berjamurnya pedagang makanan dan minuman yang menggunakan
bahwan pewarna atau pengawet serta kebersihannya kurang terjamin.
3 Kendala dan Solusi
Kami tidak menemukan adanya kendala dalam pelaksanaan pendataan PHBS tatanan
sekolah di SDN Purwosari 3.

B. PHBS di Rumah Tangga (RT)


1. Penilaian PHBS
Pada kegiatan lapangan Field Lab hari Kedua, yang dilaksanakan pada Rabu, 29
Oktober 2015, kami mengadakan beberapa kegiatan yaitu: survey PHBS ke rumah-rumah
warga di Dusun Sumbersari, Desa Purwosari. Pada kegiatan survey, kelompok kami dibagi
menjadi tiga kelompok. Adapun hasil dari survey PHBS yang dilakukan yaitu sebagai
berikut:
a. Total rumah disurvey : 32 rumah
b. Rumah sehat paripurna : 0 rumah
c. Rumah sehat utama : 31 rumah
d. Rumah sehat madya : 1 rumah
e. Prosentase indikator penilaian :
Kebiasaan bersalin nakes : 100%
Pemberian ASI Ekslusif : 81%
Penimbangan Balita Rutin : 100%
Gizi seimbang : 71%
Air bersih : 100%
Jamban sehat : 100%
Kebiasaan membuang sampah : 100%
Cek kehamilan rutin min.4x : 100%

7
Lantai kedap air : 93%
Aktivitas fisik : 69%
Bebas asap rokok : 31%
Cuci tangan : 96%
Gosok gigi : 100%
Bebas Miras dan Napza : 100%
Jamkes : 28%
Pemberantasan Sarang Nyamuk : 93%
Dari hasil survey tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat di desa Purwosari
rata-rata sudah mengerti terhadap pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
sudah menerapkan dengan cukup baik. Diharapkan ke depannya, perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat dapat ditingkatkan sehingga dapat mencapai kriteria
“Sehat Paripurna”.
Kriteria yang masih dirasa kurang (kurang dari 50%) dalam penilaian PHBS ini
adalah:
1) Jaminan Kesehatan Masyarakat (28%). Rata-rata masyarakat di desa Purwosari
berprofesi sebagai petani dan tidak banyak mengenal tentang jaminan kesehatan
nasional. Namun demikian, sudah ada beberapa masyarakat yang mulai sadar akan
pentingnya jaminan kesehatan nasional dan mengikuti jaminan kesehatan nasional
tersebut.
2) Bebas asap rokok (31%) . Hal ini dikarenakan belum terdapat kesadaran pada
masyarakat bahwa merokok merugikan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar
serta berbahaya juga bagi perokok aktif maupun pasif.

2. Kendala dan Solusi


Hal yang cukup menghambat efektivitas dan efisiensi selama pengambilan data PHBS
RT adalah kurangnya latihan wawancara dan pemahaman tentang definisi operasional dari
masing-masing indikator. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan banyak membaca
mengenai kuisoner PHBS beserta definisi operasionalnya sebelum melakukan penilaian
PHBS.

8
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Hasil survei penilaian PHBS di TK Purwosari 1 diperoleh total nilai 13 dari 14 indikator.
Total nilai tersebut termasuk dalam kategori sehat paripurna. Indikator yang belum
terpenuhi adalah guru dan siswa belum menjadi anggota Dana Sehat atau JPK.
2. Hasil survei penilaian PHBS di SDN Purwosari 3 diperoleh total nilai 12 dari 15 indikator.
Total nilai tersebut termasuk dalam kategori sehat paripurna. Indikator yang belum
terpenuhi adalah masih ada guru yang merokok, murid yang memiliki kuku panjang, dan
belum memiliki warung atau kantin yang sehat.
3. Hasil survei penilaian PHBS Rumah Tangga di RT 1, 2, dan 3 di Dusun Sumbersari, Desa
Purwosari diperoleh 32 rumah dengan kategori rumah sehat utama sebanyak 31 rumah,
dan kategori rumah sehat madya sebanyak 1 rumah. Indikator yang masih kurang adalah
masyarakat belum mengikuti Jaminan Kesehatan Masayarakat dan belum bebas asap
rokok.

B. Saran
1. Untuk indikator bebas asap rokok di SDN Purwosari 3 dan di RT 1,2, dan 3 diperlukan
edukasi yang lebih rutin untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dari
merokok baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif.
2. Untuk indikator Keanggotaan JPK, diperlukan sosialisasi yang meluas kepada masyarakat
tentang definisi, keuntungan bila tergabung dalam JPK, dan bagaimana cara mendaftarnya.
3. Untuk indikator siswa yang memiliki kuku panjang di SDN Purwosari 3, diperlukan
pemeriksaan kuku yang rutin seminggu sekali untuk mencegah adanya siswa yang
memiliki kuku panjang.

Anda mungkin juga menyukai