Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Teori dan konsep terkait

1. Diare

a. Pengertian Diare

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan

cair.Bisa juga didefinisikan sebagai buan air besar yang tidak normal

dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi

dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan

neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar

(Vivian, 2010)

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4

kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer,

dapat berwarna hijua atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau

lendir saja (Ngastiyah, 1997 dalam buku Ilmu Kesehatan Anak Dalam

Kebidanan Anik Maryunani 2010 )

Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau

anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau

lebih per hari, di sertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau

tanpa lendir dan darah. Pada bayi yang masih mendapatkan ASI, tidak

jarang frekuensi defekasinya lebih dari 3-4 kali sehari, keadaan ini

tidak dapat disebut diare, melainkan masih bersifat fisiologis atau

normal. Kadang-kadang seorang anak defekasi kurang dari 3 kali


sehari , tetapi kosistensinya sudah encer; keadaan ini sudah dapat

disebut diare (A.H Markum, dkk, 1991 dalam Anik, 2010)

Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-

tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10

mL/KgBB/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3

kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Pola defekasi

neonates dan bayi, hingga usia 4-6bulan, yang defekasi >3kali/hari

dan konsistensinya cair atau lembek masih dianggap normal selama

tumbuh kembangnya baik (Kapita Selekta Kedokteran, 2014).

b. Etiologi

Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor,menurut Vivian (2010)

yaitu seperti infeksi, malabsorbsi, makan dan psikologi.

1) Infeksi

a) Enteral, yaitu terjadi dalam saluran pencernaan dan

merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral

meliputi :

b) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya;

c) Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,

poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan

sebagainya;

d) Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichiusris, oxyuris, dan

strongylodies ), protozoa (entamoeba histolytica, giardia


lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (candida

albicans).

e) Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA),

tongsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefaltis, dan

sebagainya.

2) Malabsorbsi

a) Karbohirat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,

dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya

adalah intoleransi laktosa.

b) Lemak.

c) Protein.

3) Makanan, misalnya makanan basi, beracun dan alergi.

4) Psikologis, misalnya rasa takut dan cemas.

c. Patogenesis

Mekanisme dasar yang dapat menyebab kan terjadinya diare

adalah sebagai berikut .

1) Gangguan osmotik

Akbiat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap

oleh tubuh akan menyebab kan tekanan osmotik dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.


2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tentu, misalnya toksin pada dinding usus

yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan eletrolit ynag

berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi

peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang

pengeluaran isi dari rongga usus dan akhir nya timbul diare.

3) Gangguan motalitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurang nya

kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk

sehingga akan menyebabkan timbulnya diare. Akan tetapi, apabila

terjadi sebalik nya yaitu menurunan dari peristaltik usus maka akan

menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam

rongga usus sehingga menyababkan diare juga

d. Patogenesis Diare Akut

1) Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus setelah

berhasil melewati ringtangan asam lambung

2) Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di

dalam usus halus

3) Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik)

4) Toksin diaregenik kan menyebabkan hipersekresi yang

selanjutnya akan menimbulkan diare

e. Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare
1) Cengeng, rewel.

2) Gelisah

3) Suhu meningkat

4) Nafsu makan menurun

5) Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai ada darahnya.

Kelamanan, feses ini akan berwarna hijau dan asam

6) Anus lecet

7) Dehidrasi, bila dehidrasi berat akan terjadi menurunan volume dan

tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung,

penurunan kesadaran, dan diakhirin dengan syok

8) Berat badan menurun

9) Tugor kulit menurun

10)Mata dan ubun-ubun cekung

11)Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

f. Komplikasi

1) Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang di bagi

menjadi:

a) Dehidarsi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB

b) Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB

c) Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB

d) Ranjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan

apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan

menyebabkan penurunan tekanan darah


e) Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus,

hipotoni otot kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada

pemeriksaan EKG

f) Hipoglikemia

g) Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi laktosa

karena kerusakan vili mukosa usus halus

h) Kejang

i) Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya

penderita mengalami kelaparan

g. Penatalaksanaan

1) Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut

a) Pemberian cairan (dehidrasi awal dan rumatan)

b) Diatetik (pemberian makanan)

c) Obat-obatan

2) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak

1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50%

cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisa adlibitum

3) Sesuaikan dengan umur anak:

a) <2 tahun di berikan ½ gelas

b) 2-6 tahun di berikan 1 gelas

c) >6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas)


d) Apabila dehidrasi ringan dan diare nya 4 kali sehari, maka

diberikan cairan 25-100 ml/kg/BB dalam sehari atau setiap jam

2 kali.

e) Oralit diberikan sebanyak ± 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada

kasus dehidrasi ringan sampai berat.

Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)

a) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½

sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh

hangat

b) Air tajin (2 liter + 5g garam)

(1) Cara tradisional

3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak

selama 45-60 menit

(2) Cara biasa

2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak

hingga mendidih

(3) Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu

meningkatkan daya tubuh anak (Vivian, 2010)

h. Pencegahan diare

Pengobatan diare penting jika seseorang telah menderita diare.

Akan tetapi bagi anak yang masih sehat lebih bermakna jika

pencegahan diare dapat di lakukan. Karena mencegah lebih baik dari

pada mengobati. Menurut WHO (2009) dalam Ernawati (2012),


mencuci tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi kejadian

penyakit diare kurang lebih 40%. Mencuci tangan disini lebih

ditekankan pada saat sebelum makan maupun sesudah buang air besar.

Cuci tangan menjadi salah satu intervensi yang paling cost effective

untuk mengurangi kejadian diare pada anak. Di samping mencuci

tangan pencegah diare dapat di lakukan meningkatkan sanitasi dan

peningkatan sarana air bersih. Sebab 88% penyakit diare yang ada di

dunia disebabkan oleh air yang terkontaminasi tinja, sanitasi yang

tidak memadai, maupun hygiene perorangan yang buruk

2. Tumbuh kembang toddler (balita) umur 1-4tahun

a. Pengertian tumbuh kembang anak

Pertumbuhan merupakan masalah perubahan dalam ukuran berat,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa

di ukur dengan ukuran berat maupun panjang. Sedangkan perkembangan

merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam

strukutur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur

dan dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Sujono

Riyadi dan Sukarmin 2013)

b. Umur 12 bulan

1) Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan

bawah sudah tumbuh

2) Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama,

belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri,
mulai belajar akan dengan menggunakan sendok akan tetapi lebih

senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain cilukba, mulai

senang mencoret-coret kertas

3) Sesoris : visual aculty 20-50 positif, sudah dapat membedakan bentuk.

4) Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada

lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang

asing, muai mengerti akan perintah sederhana, sudah mengerti

namanya sendiri, sudah bisa menyebut abi dan umi.

c. Umur 15 bulan

1) Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri, tanpa bantuan orang lain

2) Motorik halus : sudah bisa memgangi cangkir, memasukan jari

kelubang, memukul kotak, melempar benda.

d. Umur 18 bulan

1) Motorik kasar : mulai berlari tetapi masih sering jatuh, menarik-narik

mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih dengan bantuan.

2) Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan sendok, bisa

membuka halaman buku, belajar menyusun balok-balok.

e. Umur 24 bulan

1) Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan

kedu kaki tiap tahap.

2) Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka kunci,

mengunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau

cangkir, sudah dapat menggunakan sendok dengan baik.


f. Umur 36 bulan

1) Motorik kasar : sudah bisa turun tangga tanpa bantuan, memakai baju

dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.

2) Motorik halus : bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri,

menggosok gigi.

g. Umur 4 tahun

1) Motorik kasar : berjalan berjinjit, melompat, melomat dengan satu

kaki, menangkap bola dan melemparnya dari atas kepala.

2) Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar,

sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun

horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.

h. Fase-fase yang terjadi pada balita usia 1-4 tahun

a. Fase oral (umur 0-1 tahun)

Segala hal yang memberikamn kepuasan pada anak adalah berfokus pada

mulut misalnya, anak sering menghisap jempol, memasukan mainan

kedalam mulut, anak akan senang jika memainkan bibir, dia akan

menelan makanan yang ada di tangannya dan setelah kenyang akan tidur.

b. Fase anal (1-3 tahun)

Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terpusat pada anus misalnya,

anak melakukan BAB dan BAK sendiri.

c. Fase palik (umur 3-6 tahun)


Fase ini anak akan senang jika selalu memegang alat genitalia,

kecenderungan anak akan dengan orang tua yang berlawanan jenis

kelamin.

3. Pengetahuan Ibu

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu.Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman

yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa,

media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster,

kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu

keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan

tersebut (Kismoyo cit Afriyanti, 2011).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2012).


1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali(recall) sesuatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak balita.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan meteri yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai


aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan

prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistika dalam perhitungan-perhitungan

hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

meteri atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan dan dapat menyesuiakan

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.Misalya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kurang gizi, dapat menanggapi terjadinya diare

di suatu tempat dan dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu

mau ikut KB.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2010). Ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan.

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintahan, atau berbagai prinsip orang lain

yang mempunyai otoritas.


c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadipun dapat di gunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang di hadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

populer disebut metodologi penelitian.Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu

cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

d. Jenis pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam kontek

kesehatan sangat beraneka ragam.Pengetahuan merupakan begian

perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan menurut Budiman dan Riyanto

(2013) adalah:

1) Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih

tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-

faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi,

perspektif dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit

untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.


Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya

bahkan bisa tidak disadari.

2) Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam

wujud perilaku kesehatan.Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam

tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan

(2010) adalah:

1) Faktor internal

(a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Budiman & Agus (2013) yang menyatakan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya tetapi selain dari

pendidikan formal informasi dan pengetahuan tersebut juga dapat

diperoleh dari pendidikan informal.


(b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Menurut thomas yang di kutip oleh nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan nya dan kehidupan keluarga nya, pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umum merupakan kegiatan yang

menyita waktu.

(c) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Dan semakin tinggi usia

seseorang maka semakin bijaksana dan banyak pengalaman yang

telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki pengetahuan. Usia

diklasifikasikan dalam 6 tingkatan, yang dibagi berdasarkan

pembagian usia Depkes RI (2009), yaitu usia 17-25 tahun , usia

26-35 tahun, usia 36-45 tahun, usia 46-55 tahun, usia 56-65 tahun

dan usia >65 tahun. Budiman dan Agus (2013) menyatakan

bahwa usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Tetapi menurut Maryam (2011)


yang menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran

kemampuan kognitif antara lain berupa berkurangnya ingatan

(suka lupa).

2) Faktor eksternal

(a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

(b) Sosial budaya

Sistem budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) yang dikutip oleh Budiman dan Riyanto

(2013) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala, yaitu:

2). Baik : hasil presentase 76%-100%

3). Cukup : hasil presentase 56%-75%

4). Kurang : hasil presentase <55%

4. Personal Hygiene

a. Pengertian personal hygiene

Personal higiene berasal dari bahasa yunani, berasal dari kata

personal yang artiya perorangan dan higiene berati sehat. Dari

pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perseorangan


atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesahatan seseorang unntuk kesejahteraan, baik fisik

maupun psikisnya.

b. Macam-macam personal hygiene

1) Mencuci tangan

a) Definisi Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis

melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan

menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir (Depkes RI,

2007) dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-

UNPAD ( Universitas Padjajaran) Cuci tangan pakai sabun

(CTPS) merupakan suatu kebiasaan membersihkan tangan

dari kotoran dan berfungsi untuk membunuh kuman

penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci

tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti sabun, air

mengalir yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati, 2011).

Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci

tangan dengan larutan yang berbahan dasar alkohol (Wati,

2011). Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran

dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan dengan

memakai sabun dan air yang bertujuan untuk mencegah

kontaminasi silang (orang ke orang atau benda


terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan

kuman (Ananto, 2006). Perilaku mencuci tangan adalah salah

satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan tangan dan

jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang

bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang

baik dan benar 11 adalah dengan menggunakan sabun karena

dengan air saja terbukti tidak efektif (Danuwirahadi, 2010).

b) Tujuan Mencuci Tangan Tujuan

mencuci tangan menurut Depkes RI tahun 2007 adalah

salah satu unsur pencegahan penularan infeksi. Menurut

Ananto (2006) mencegah kontaminasi silang (orang ke orang

atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau

perpindahan kuman.

c) Indikasi Waktu Mencuci Tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes

RI (2013) adalah:

1) Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang,

binatang, berkebun dll)

2) Setelah BAB (buang air besar)

3) Sebelum memegang makanan

4) Setelah bersin, batuk, membuang ingus

5) Setelah pulang dari bepergian

6) Setelah bermain
d) Teknik mencuci tangan yang efektif

Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang

mengalir dilakukan 40- 60 detik. Langkah-langkah teknik

mencuci tangan yang benar menurut anjuran WHO (2008) yaitu

sebagai berikut :

(1) Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang

mengalir,Teknik mencuci tangan dengan menggunankan air

dan sabun ( WHO, 2008)

(2) Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri

dan tangan kanan, begitu pula sebaliknya.

(3) Ketiga, gosok kedua telapak dan sela - sela jari tangan

(4) Keempat, jari - jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

(5) Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan

kanan dan lakukan sebaliknya.

(6) Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan

kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya

(7) Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan

keingkan

e) Kategori teknik mencuci tangan (Wibowo, 2013):

(1) Sangat buruk : Bila tidak melakukan 7 langkah cuci tangan

(skor 1)

(2) Buruk : bila melakukan 1-2 dari 7 langkah cuci tangan (skor

2)
(3) Cukup baik : bila melakukan 3-4 dari 7 langkah cuci tangan

(skor 3)

(4) Baik : bila melakukan 5-6 dari 7 langkah cuci tangan (skor

4)

(5) Sangat baik : bila melakukan 7 langkah cuci tangan dengan

baik dan benar (skor 5)

f) Manfaat cuci tangan

Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit

yaitu dengan cara membunuh kuman penyakit yang ada

ditangan. Dengan mencuci tangan, maka tangan menjadi bersih

dan bebas dari kuman. Apabila tangan dalam keadaan bersih 14

akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan,

penyakit kulit, Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu

burung (Proverawati dan Rahmawati, 2012).

2) Kebersihan kuku

b) Definisi

Merapikan dan memotong bagian kuku yang panjang dan

tidak rapi, umumnya dilakukan oleh perawat terhadap pasien

yang total care. memang terbilang ganpang tapi hal ini tidak

bisa disepelekan karna Perawat adalah suatu profesi

yang mempunyai standar dan aturan main.


c) Tujuan

(1) Menjaga kebersihan kuku.

(2) mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat kuku yang

panjang

(3) Menjaga kebersihan tangan dan jari.

(4) Menjaga kerapian.

(5) Menambah kenyamanan klien yang terganggu karena

kuku yang panjang.

d) Persiapan Alat

(1) Gunting kuku

(2) Handuk

(3) Kom berisi air hangat

(4) Body lotion

(5) Bengkok

e) Persiapan Pasien

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan perawat

f) Persiapan Petugas

Sarung tangan dan masker k/p

g) Pelaksanaan Tindakan

(1) Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga

serta menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan

(2) Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada

pasien/keluarganya
(3) Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang

tirai

(4) Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan

prosedur

(5) Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan

prosedur

(6) Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur

(7) Perawat menempatkan pasien pada posisi yang nyaman

(8) Perawat meletakkan handuk di bawah kuku yang akan

dipotong

(9) Perawat menggunting kuku sesuai dengan bentuknya, bila

kuku tangan dipotong bundar dan bila kuku kaki dipotong

lurus

(10) Perawat merendam kuku bila terasa keras saat mau

dipotong.

(11) Perawat mengkikir kuku yang telah dipotong

(12) Perawat memberi lotion pada kuku

(13) Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan

membuang sampah sesuai dengan prosedur

(14) Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa

tindakan selesai dilakukan dan mohon undur diri

(15) Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur

(16) Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur


(17) Perawat melakukan dokumentasi tindakan di dalam

catatan perkembangan terintegrasi

3) Penyediaan Air Bersih

a) Pengertian air bersih

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat

pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan

untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi

persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila

dimasak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian

mengenai :

1) Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya

disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber

air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang

memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air

minum.
2) Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui

proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

3) Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah

tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan

permukiman.

4) Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air

minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar

mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

5) Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut

SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan

non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

6) Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan

membangun, memperluas dan/atau meningkatkan

sistemfisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan,

manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum)

dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan

penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan

yang lebih baik.

7) Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola,

memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau


mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik

penyediaan air minum.

8) Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya

disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik

negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha

swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan

penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air

minum.

b) Sumber Air Bersih

Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana

Kota Terpadu perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis

Sektor Air Bersih, disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu

diolah terlebih dahulu adalah:

(1) Mata air, Yaitu sumber air yang berada di atas permukaan

tanah. Debitnya sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan

penelitian dalam jangka beberapa lama.

(2) Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil

penggalian ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang

dari 40 meter.

(3) Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil

penggalian ataupun pengeboran yang kedalamannya lebih

dari 40 meter.
(4) Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai

dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di

laut/danau. Secara umum air baku yang didapat dari sungai

harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk

tercemar polutan sangat besar.

(5) Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit

penampung air dalam jumlah tertentu yang airnya berasal

dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan.

Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk

keperluan air minum adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan

Kota Tinjauan Regional dan Lokal, 1999):

(1) Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan

mengalami pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat

apabila langsung diminum.

(2) Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai,

danau yang tidak dapat diminum sebelum melalui

pengolahan karena mudah tercemar.

(3) Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur

dangkal dan air sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap

belum memenuhi syarat untuk diminum karena mudah

tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah

dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk,

sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan sumber air


tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di permukaan

tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk

topografi, muka air tanah akan dalam di daerah yang

bertopografi tinggi dan dangkal di daerah yang bertopografi

rendah.

c) Standar Kualitas Air Baku

Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu

melarutkan zat-zat yang alamiah dan buatan manusia. Untuk

menggarap air alam, meningkatkan mutunya sesuai tujuan,

pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan kontaminan

yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran

tersebut tidak begitu besar.

Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air

limbah dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas

air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai

standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri

Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun

1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria

penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:

(1) Persyaratan kualitas air untuk air minum.

(2) Persyaratan kualitas air untuk air bersih.


(3) Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan

yang telah beroperasi.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan

manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi

persyaratan, yaitu:

d) Syarat fisik, antara lain:

(1) Air harus bersih dan tidak keruh.

(2) Tidak berwarna

(3) Tidak berasa

(4) Tidak berbau

(5) Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)

e) Syarat kimiawi, antara lain:

(1) Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung

racun.

(2) Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.

(3) Cukup yodium.

(4) PH air antara 6,5 – 9,2.

(5) Syarat bakteriologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri,

tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar

kecilnya investasi instalasi penjernihan air dan biaya operasi

serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air


semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga

jual air bersih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus

memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:

(1) Aman dan higienis.

(2) Baik dan layak minum.

(3) Tersedia dalam jumlah yang cukup.

(4) Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar

masyarakat.

f) Parameter kualitas air baku

Depkes RI telah menerbitkan standar kualitas air bersih

tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam peraturan tersebut

standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori

(Menkes No. 173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977):

(2) Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk

keperluan air minum.

(3) Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum,

pertanian dan air yang terlebih dahulu dimasak.

(4) Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat.


g) Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat

kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya tingkat

kebutuhan air. Variabel yang menentukan besaran kebutuhan

akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:

(2) Jumlah penduduk

(3) Jenis kegiatan

(4) Standar konsumsi air untuk individu

(5) Jumlah sambungan

h) Satuan Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:

(2) Rumah Tangga

(3) Non Rumah Tangga

Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan

air bersih sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan

berdasarkan jumlah penduduk.

(i) Tahapan Perencanaan Air Bersih

Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana air bersih, maka

dilakukan tahapan-tahapan perencanaan berdasarkan 5 (lima)

komponen utama yang terdiri dari:

(j) Perhitungan Kebutuhan Air

Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan untuk

rumah tangga (domestik), non domestik dan juga termasuk


perhitungan atas kebocoran air. Analisis kebutuhan air ini

disesuaikan dengan hasil perhitungan proyeksi penduduk,

prosentase penduduk yang dilayani dan besarnya pemakaian air.

c. Tujuan perawatan personal hygiene

1). Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2). Memelihara kebersihan diri seseorang

3). Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4). Mencegah penyakit

5). Meningkatkan percaya diri seseorang

6). Menciptakan keindahan

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

1) Praktik sosial

2) Pilihan pribadi

3) Citra tubuh

4) Status sosial ekonomi

5) Pengetahuan dan motivasi

6) Variabel budaya

7) Kondisi fisik

e. Dampak Personal Hygiene

1). Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas


kulit, gangguan membram mukosa mulut, infeksi pada mata

dan telinga, dan gangguan fisik dan kuku.

2). Gangguan psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, keebutuhan dicintai

dan mencintai, aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam

interaksi sosial

B. Penelitian terkait

Apabila balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil

akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi

berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan. Penyakit diare merupakan

penyebab kedua kematian pada anak dibawah lima tahun terutama di Negara

berkembang.Sebanyak 1,8 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit

diare, 90% adalah anak usia di bawah lima tahun. Dalam urutan penyebab

kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk

dalam kelompok tiga penyebabutama ke puskesmas.

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross-sectional untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu

tentang diare dengan kejadian diare pada balita usia 2-5 tahun. Pengumpulan

data dengan menggunakan kuesioner pengetahuan tentang diare, analisis data

menggunakan KolmogorovSmirnov. Jumlah sampel sebanyak 100 responden.

Tingkat pengetahuan ibu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu,

pengetahuan baik 53 orang (53%), pengetahuan cukup 41 orang (41%), dan


pengetahuan kurang 6 orang (6%). Dari hasil penelitian, ibu dengan

pengetahuan baik (53 orang) sebanyak 18 anak diare dan 35 anak tidak diare.

Ibu dengan pengetahuan cukup (41 orang), didapatkan 29 anak diare dan 12

anak tidak diare. Ibu dengan pengetahuan kurang (6 orang) didapatkan 5 anak

diare dan 1 anak tidak diare. Hasil analisis didapatkan nilai p = 0,001.

Terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian

diare pada balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

C. Kerangka teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penggabungan antara konsep pengetahuan ibu tentang personal hygiene dengan

kejadian diare pada usia 1-4 tahun. Adapun unsur- unsur yang terkait adalah

sebagai berikut:

1. Konsep Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada

bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat

berwarna hijua atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah, 1997 dalam buku Ilmu Kesehatan Anak Dalam

Kebidanan,2010).

2. Tumbuh kembang toddler (balita) umur 1-4 tahun

Pertumbuhan merupakan masalah perubahan dalam ukuran berat,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa

di ukur dengan ukuran berat maupun panjang. Sedangkan perkembangan


merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam

strukutur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur

dan dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Sujono

Riyadi dan Sukarmin 2013)

3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

4. Personal hygiene

Personal higiene berasal dari bahasa yunani, berasal dari kata

personal yang artiya perorangan dan higiene berati sehat. Dari pernyataan

tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perseorangan atau personal

hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesahatan

seseorang unntuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily

Isro’in,2012).
Diare

Faktor penyabab

- Infeksi
- Malabsorsi
- Makan
- Psikologis
- Personal hygiene

Pengetahuan

- Pendidikan
- Lingkungan
- Usia
- Sosial budaya
- Pekerjaan
-
Skema 2.1 kerangka teori
Sumber : Vivian Nanny Lia Dewi 2010, A.Wawan dan Dewi.M 2011, Laily
Isro’in dan Sulistyo Andarmoyp 2012, Anik Maryunani 2010, Notoatmodjo,
2012.

Anda mungkin juga menyukai