Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jamak dari yang diartikan dengan
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
1. Akhlak itu tersendiri terbagi atas 2, yaitu : Akhlak Mahmuda ( akhlak
terpuji ) Contoh : memberi sumbangan, sabar menghadapi masalah, rajin
belajar dan bekerja, berbuat baik kepada orang tua
2. Akhlak Mazmumah ( akhlak tercela )
Contoh : berdusta ketika berbicara, malas, dan apatis

Sebagai seorang yang beriman, kita harus membiasakan untuk berakhlak yang
terpuji, karena akhlah adlah buah dan merupakan hasil dari iman dan aqidah kita
sendiri.
Akhlak menurut Imam Gazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat
yang tertanam di dalam jiwa dan terdapat macam-macam perbuatan tanpa
membutuhkan pertimbangan terlebih dahulu.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian akhlak?


b. bagaimana cara berahklak dalam islam?
c. Bagaimanakah tata cara berpakaian yang benar menurut ajaran Islam ?

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Akhlak Berpakaian

Menurut bahasa, dalam bahasa Arab pakaian disebut dengan kata


“Libaasun-tsiyaabun” dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pakaian
diartikan sebagai “barang apa yang biasa dipakai oleh seorang baik berupa jaket,
celana, sarung, selendang, kerudung, jubah, serban”
Menurut isltilah, pakaian adalah “segala sesuatu yang dikenakan seseorang
dalam berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung, jubah, ataupun
yang lain, sesuaikan dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang
bersifat khusus ataupun umum.

Tujuan berpakaian :

1.Tujuan khusus, yaitu : “pakaian yang lebih berorientasi kepada nilai keindahan,
sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaian”
2.Tujuan umum, yaitu : “pakaian yang lebih berorientasi kepada keperluan
menutup atau melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau dilindungi, baik
menurut kepatutan agama ataupun adat”
Menurut kepatutan agama lebih mengarah kepada keperluan menutup
aurat, sesuai dengan ketentuan syara’ dengan tujuan beribadah. Sedangkan
menurut kepatutan adat adalah pakaian yang sesuai dengan mode atau batasan
ukuran berpakaian yang berlaku dalam suatu wilayah hukum ada.

B. Bentuk akhlak berpakaian

Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi dua bentuk :


1. Pakaian untuk menutupi aurat tubuh yang dalam perkembangannya telah
melahirkan kebudayaan bersahaja. Hal ini sebagai realisasi dari perintah
Allah, aurat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan dua telapan tangan,
sedangkan aurat pria menutup aurat di bawah lutut dan di atas pusar. Batasan
yang telah ditetapkan Allah ini melahirkan kebudayaan yang sopan dan
enak dipandang serta menciptakan rasa aman dan tenang, sebab
telah memenuhi kewajaran. Bepakaian menutup aurat juga menjadi bagian
integral dalam menjalankan ibadah, terutama shalat, haji dan umrah. Oleh
sebab itu setiap orang beriman berkewajiban untuk berpakaian yang menutup
aurat.
2. Pakaian merupakan perhiasan yang menunjukkan identitas diri, sebagai
konsekuensi perkembangan peradaban manusia. Hal ini bertujuan untuk
menjaga dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan perkembangan
mode dan zaman. Dalam kaitan dengan pakaian sebagai perhiasan, maka
setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan
mengembangkan berbagai mode pakaian, sesuai dengan fungsi dan
mementumnya.

2
Walaupun demikian Allah memberikan batasan kebebasan itu dalam Firman-
Nya :
َّ َ
‫ّللاِ لعَل ُه ْم‬ ‫ت ه‬ ِ ‫ى ذَ ِلكَ َخي ٌْر ذَ ِلكَ ِم ْن آيَا‬ َ ‫اس التَّ ْق َو‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم ِل َباسا ً يُ َو ِاري‬
ُ ‫س ْو َءاتِ ُك ْم َو ِريشا ً َو ِل َب‬ َ ‫نز ْلنَا‬َ َ ‫يَا بَنِي آ َد َم قَ ْد أ‬
. َ‫يَذك َُّرون‬ َّ
Artinya : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan
pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasanmu. Tetapi pakaian takwa,
itu yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-
mudahan mereka ingat. (al-A'raf : 26)
Aurat secara bahasa berarti “hal yang jelek untuk dilihat” atau “sesuatu yang
memalukan bila dilihat”
Menurut syara’ aurat adalah “bagian tubuh yang diharamkan Allah untuk
diperlihatkan kepada orang lain”
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa garis panduan adab berpakaian (untuk
lelaki dan wanita) muslim dan muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai
berikut :
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah dari pusat hingga ke
lutut. Aurat wanita ialah seluruh anggota badan, kecuali wajah, telapak tangan
dan telapak kaki. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Paha itu adalah
aurat." (HR.Bukhari)
2. Tidak tembus pandang dan tidak ketat. Pakaian yang tembus pandang
dan ketat tidak memenuhi syarat menutup aurat. Rasulullah Saw. bersabda
yang artinya : "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah,
satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan untuk
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi
telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang
tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya
walaupun bau syurga itu dapat dicium dari jarak yang jauh." (HR.Muslim).
3. Tidak menimbulkan sifat riya. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya :
"Barang siapa yang mengenakan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah
Swt. tidak akan memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain,
Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa yang memakai pakaian
yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada
hari akhirat nanti." (HR.Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
4. Wanita tidak menyerupai laki-laki dan laki-laki tidak menyerupai
wanita. Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh
wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah Saw. mengingatkan hal ini dengan
tegas dalam sabdanya : "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan
sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan." (HR.
Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Baginda Nabi Saw. juga bersabda :
"Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (HR.
Abu Daud dan Al-Hakim).
5. Menutup tubuh bagian atas dengan tudung kepala. Contohnya seperti
tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu untuk menutupi
kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman :
‫علَي ِْهنَّ ِمن ج َََل ِبي ِب ِهنَّ ذَ ِلكَ أَ ْدنَى أَن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل‬
َ َ‫ساء ا ْل ُمؤْ ِم ِنينَ يُ ْد ِنين‬
َ ‫اجكَ َو َبنَا ِتكَ َو ِن‬ِ ‫َيا أ َ ُّيهَا النَّ ِب ُّي قُل ِ هِل َ ْز َو‬
َ
ً ‫ّللاُ غفُوراً َّر ِحيما‬ َ
َّ َ‫يُؤْ ذ ْينَ َوكَان‬

3
Artinya : Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang. (al-Ahzab:59). Jilbab ialah sejenis baju kurung
yang lapang yang dapat menutup kepala, wajah dan dada.
6. Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih
karena warna-warna seperti itu kelihatan bersih dan sangat disenangi serta
sering menjadi pilihan Rasulullah Saw. Beliau bersabda : "Pakailah pakaian
putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)."
(an-Nasa'ie dan al-Hakim).
7. Laki-laki dilarang memakai emas dan sutera. Ini termasuk salah satu
etika berpakaian di dalam Islam. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya
dikaitkan dengan wanita, namun hari ini banyak di antara laki-laki cenderung
untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang memakai anting, cincin dan
gelang emas. Semua ini sangat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah
s.a.w. bersabda : "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan
dihalalkan (memakainya) kepada wanita”. Dalam hadits lain Rasulullah SAW
bersabda : "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang
memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (HR.Muttafaq
8. Dahulukan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan dari Saidatina
Aisyah : "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti
memakai baju, berjalan kaki dan bersuci". Apabila memakai baju atau
seumpamanya, dahulukan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
dahulukan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda : "Apabila seseorang
memakai baju, dahulukanlah sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
dahulukanlah sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai
baju dan yang terakhir menanggalkannya." (HR. Muslim).
9. Memakai pakaian baru. Apabila memakai pakaian yang baru dibeli,
ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang
artinya : "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku,
aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku
mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa
yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
10. Berdo’a. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz-kanlah: "Pujian kepada Allah
yang mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat
mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan
melainkan Dia."
Sebagai seorang muslim, sewajarnya memakai pakaian yang sesuai dengan
tuntunan dan tuntutan agama Islam itu sebdiri, karena sesungguhnya pakaian
yang sopan dan menutup aurat adalah cerminan kepribadian seorang Muslim
yang sebenarnya.

4
C. Nilai positif Akhlak Berpakaian

Suruhan memakai pakaian tidak hanya berfungsi sebagai berhias untuk


keindahan, namun juga untuk menjaga kesehatan kulit, karena kulit berfungsi
melindungi fisik dari kerusakan-kerusakan, kumat, panas, zat kimia dan sinar ultra
violet yang dapat menyebabkan kulit terbakar serta penyakit kanker kulit. Dengan
berpakaian yang baik, kesehatan akan terpelihara dan suhu tubuh akan selalu
normal.

Sementara dari segi syara’ di samping berhias untuk keindahan


penampilan, pakaian juga sebagai aplikasi dari perintah Allah untuk menutup
aurat dan bernilai ibadah. Oleh sebab itu pemilihan bahan dan mode pakaian,
selain indah dan bersih haruslah sesuai dengan ketentuan agama, sebagaimana
Firman Allah :

ُّ ‫س ِرفُواْ ِإنَّهُ الَ يُ ِح‬


ْ ‫ب ا ْل ُم‬
َ‫س ِر ِفين‬ ْ ‫َيا َب ِني آ َد َم ُخذُواْ ِزينَت َ ُك ْم ِعن َد ُك ِ هل َم‬
ْ ُ ‫س ِج ٍد و ُكلُواْ َواش َْربُواْ َوالَ ت‬
Artinya : Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh,
Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan. (Al’araf:31)

D. Membiasakan akhlak berpakaian

Tidak dapat dipungkiri bahwa, manusia dalam berbagai level kehidupan


mengenakan pakaian sebagai kebutuhan melindungi diri dan memperindah
penampilan, dengan jenis dan bahan serta mode yang beragam sesuai dengan
tingkat dan status sosial serta mengikuti perkembangan zaman.

Namun, sebagaimana dijelaskan di atas, Islam telah mengatur sedemikian


rupa tentang tata dan krama berbusana. Seorang muslim tidak dibenarkan
berpakaian berdasarkan kesenangan, mode atau adat yang berlaku di suatu
masyarakat dengan meninggalkan ketentuan syara’. Hanya orang munafik yang
meninggalkan ketentuan agama dalam berpakaian, sebagai akibatnya tentu akan
beroleh kemurkaan dari Allah Swt.

E. Hakikat menutup Aurat dalam berpakaian

Hakikat pakaian menurut Islam ialah untuk menutup aurat, yaitu menutup
bagian anggota tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Syariat Islam
mengatur hendaknya pakaian tersebut tidak terlalu sempit atau ketat, tidak terlalu
tipis atau menerawang, warna bahannya pun tidak boleh terlalu mencolok, dan
model pakaian wanita dilarang menyerupai pakaian laki-laki. Selanjutnya, baik
kaum laki-laki maupun perempuan dilarang mengenakan pakaian yang
mendatangkan rasa berbangga-bangga, bermegah-megahan, takabur dan
menonjolkan kemewahan yang melampaui batas.
Yang menjadi dasar aurat wanita adalah:

5
1. Al-Qur’an
Allah SWT berfirman :
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan khumur (jilbab)nya ke dadanya”. (QS. An-Nur :
30-31)
Ayat ini menegaskan empat hal :
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari
khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab.
Allah SWT berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-
istri orang-orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan
oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian
kurung), bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas).
Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban
setiap mukminah dan merupakan tanda keimanan mereka.

2. Hadits Nabi SAW


Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai
Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan
berkata : Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh
(akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk
wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak
tangan.
2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh
kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami
bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan
pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa.
Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga
pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.
A. Aurat wanita bersama wanita
Wanita bersama dengan kaum wanita, bagaikan laki-laki bersama dengan laki-
laki, diperbolehkan melihat seluruh badannya kecuali antara lutut dan pusarnya,
kecuali diindikasikan akan membawa fitnah, maka tidak boleh menampakkan
bagian tubuh itu. Hanya saja kepada wanita yang tidak seagama, wanita muslimah
tidak boleh menampakkan auratnya sebagaimana kepada sesama wanita

6
muslimah. Karena wanita yang tidak seagama berstatus orang lain bagi wanita
muslimah. Allah berfirman :
Artinya: …atau wanita-wanita Islam…. (QS. An Nur/24:30)

B. Aurat wanita di hadapan laki-laki


Keberadaan wanita di hadapan lawan jenisnya memiliki rincian hukum yang
berbeda-beda, yaitu:
a. Di hadapan laki-laki lain, yang tidak ada hubungan mahram.
Maka seluruh badan wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan.
Karena keduanya diperlukan dalam bermuamalah, memberi dan menerima.
Pandangan laki-laki kepada wajah dan telapak tangan wanita bisa diklasifikasikan
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Tidak diperbolehkan dengan sengaja melihat wajah dan telapak tangan wanita
lain tanpa tujuan syar’i. Dan jika tanpa sengaja melihatnya maka segera harus
memalingkan pandangan seperti yang telah dijelaskan pada
pandangan faj’ah (tanpa sengaja).
2. Melihat karena ada tujuan syar’i dan tidak ada fitnah, seperti melihat untuk
melamar. Rasulullah menyuruh Mughirah bin Syu’bah untuk melihat wanita yang
hendak dinikahinya:
“Jika salah seorang di antaramu, meminang seorang wanita maka jika ia mampu
melihat bagian yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah. (H.R.
Ahmad, dan Abu Daud)
Dan untuk semua tujuan itu, seseorang diperbolehkan melihat wajahnya, yang
dengan melihat wajah itu sudah cukup untuk mengenalinya.
3. Memandang dengan syahwat, inilah pandangan terlarang, seperti yang
disebutkan dalam hadits Nabi:
Nabi saw bersabda :
“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bagian dari zina, zina mata adalah
pandangannya, zina mulut adalah ucapannya, zina telinga adalah
mendengarkannya, zina tangan adalah memegangnya, zina kaki adalah melangkah
menemuinya, nafsunya berharap dan berselera, kemaluannya membenarkan atau
mendustakannya. (H.R. Ibnu Majah)
Asbabun nuzul ayat 30 ini sangat memperjelas kewajiban menjaga pandangan,
yaitu kisah seorang laki-laki yang lewat di salah satu jalan di Madinah, ia
memandangi seorang wanita. Dan wanita itupun membalas memandanginya.
Setan ikut bermain menggoda keduanya, sehingga keduanya saling mengagumi.
Sambil berjalan laki-laki itu terus memandangnya hingga ia menabrak tembok dan
berdarah hidungnya. Ia berkata:
“Demi Allah! Saya tidak akan membasuh darah ini sebelum saya menemui
Rasulullah SAW lalu saya ceritakan kejadian ini.”
Laki-laki itu segera menemui Nabi dan menceritakan kejadiannya. Nabi bersabda:
“Inilah hukuman dosamu”. Dan Allah menurunkan ayat 30 dan 31 ini.[1]
Pengecualian dalam hukum ini adalah jika berada dalam keadaan terpaksa, seperti
penglihatan dokter muslim yang terpercaya untuk pengobatan, khitan, atau
penyelamatan dari bahaya kebakaran, tenggelam, dsb.

7
b. Di hadapan laki-laki yang memiliki hubungan mahram
Ada ulama yang mengatakan bahwa dalam kondisi itu wanita hanya boleh
menampakkan bagian tubuh yang biasa terlihat sewaktu bekerja, yaitu: rambut,
leher, lengan, dan betis.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasan-nya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara perempuan mereka” ( QS. An Nur/24:31)

c. Di hadapan suami
Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota
badannya. Karena segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.
Allah berfirman :
“kecuali kepada suami mereka, …,
Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah
RA mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:
Artinya: “Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat
dariku. (H.R. At Tirmidzi)

d. Budak wanita di hadapan orang yang tidak boleh menikmatinya


Aurat budak wanita di hadapan laki-laki yang tidak boleh menikmatinya adalah
seperti aurat laki-laki, yaitu antara lutut dan pusar. Dan jika di hadapan tuan yang
boleh menikmatinya maka kedudukannya bagaikan istri dengan suaminya.
Allah berfirman :
“atau budak-budak yang mereka miliki,….
Aurat Laki-laki dan Hukum Menutupnya
Aurat laki-laki yang harus ditutup saat menunaikan shalat adalah qubul (kemaluan
bagian depan) dan dubur (kemaluan bagian belakang), adapun di luar itu, mulai
dari paha, pusar dan lutut, para ulama berbeda pendapat; sebagian ulama
menganggapnya sebagai aurat dan sebagian lagi tidak menganggapnya sebagai
aurat.

F. Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam

Surat Al a’raf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang


baik untuk menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap
dirinya dan orang lain.
yang artinya : “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah
menyediakan pakaian untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu’tetapi
pakaian takwa itulah yang lebih baik demikianlah sebagai tanda-tanda
Allah’mudah-mudahan ingat.”(al-A’raf: 26)
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian
(untuk lelaki dan wanita) yaitu:

8
1). Menutup aurat: aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke
lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak
tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu
adalah aurat." (Bukhari)

2). Tidak menampakkan tubuh: pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat
tidak memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak
warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang
belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu
yang digunakan bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang
memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya
seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat
mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang
jauh." (Muslim).

3). Pakaian tidak ketat: tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh
badan.

4). Tidak menimbulkan riak: Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang
melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah
akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu
Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
5). Lelaki, wanita berbeza: maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak
boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan
hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud:
"Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang
meniru pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud:
"Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu
Daud dan Al-Hakim).

6) Larangan pakai sutera: Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera.


Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera,
sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di
akhirat." (Muttafaq 'alaih)

7) Melabuhkan pakaian: contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai


sesuai kehendak syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher
dan juga dada. Allah berfirman bermaksud:
"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu
serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya
bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian

9
lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka
dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha
Pengampun dan Maha Penyayang."
(al-Ahzab:59)

8). Memilih warna sesuai: contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana
ia nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan
Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia
lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-
Hakim)

9) Larangan memakai emas: termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam


ialah barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk
perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai
antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang
sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum
Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram
kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada
wanita.

10) Mulakan sebelah kanan: apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya,
mulakan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah
bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti
memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci."Apabila memakai kasut atau
seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya,
mulakan dengan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila
seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila
menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang
pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat
Muslim).

11). Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah
seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:
"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku
memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon
perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang
diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".

12) Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah
yang mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan
diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia”.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai
menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan
menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.

10
G. Hikmah berpakaian Islami :

1) Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat2


yang memakai jilbab insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al
Ahzab:59).

2) Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih


banyak yang membuka aurat, maka kita harus pandai2 mengalihkan
pandangan. '' Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.'' (Q.S. An Nur: 30).
" Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan
pandangannya." (Q.S. An Nur: 31)

3) Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi
tubuh. Artinya, secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar
ultraviolet yang bisa menyebabkan kanker kulit.

4) Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang
hamil muda pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan
tempat ia bekerja. Jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam
perjalanan mobilnya bertabrakan dengan mobil lain. Setelah diselidiki, tidak
ada satu korban pun yang selamat dari kecelakaan itu. Dan setelah diselidiki
lebih jauh, tidak ada satu pun identitas korban yang diketahui. Makanya mayat
para korban dimakamkan oleh penduduk setempat termasuk wanita yang hamil
muda itu. Setelah beberapa hari ternyata sang suami dan keluarga korban
menerima berita tersebut dan langsung menuju pemakaman sang istri.
Kemudian mayatnya dipindahkan ke dekat tempat tinggalnya. Tapi ketika
makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu langsung pingsan karena
tidak kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat tersebut diletakan dalam
kondisi membujur sementara setelah digali kembali posisi mayat sudah
berubah menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas kepala seperti
menahan siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang sangat
banyak hampir memenuhi semua bagian kepalanya. Setelah diselidiki, ternyata
wanita tersebut belum berjilbab semasa hidupnya. Itu siksaan di alam kubur
belum lagi siksaan nanti di akhirat.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua
telapak tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan
pandangan mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan
pandangan tidak akan sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab
yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi
bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke
arahnya.
2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan
luarnya kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak
bisa disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk
memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak
tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih
wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke
dada-dada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk
menutup kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada,
maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-
wanita Muhajirin yang pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah
mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka,” mereka merobek kain-kain
mereka lalu menjadikannya se

12
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abdurrahman, Asymuni, dkk. Pedoman Hidup Islami Warga


Muhammadiyah. 2000. Jakarta: Suara Muhammadiyah.

13

Anda mungkin juga menyukai