Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Reaksi fisi merupakan reaksi pecahnya inti atom akibat tembakan neutron.
Reaksi ini menghasilkan energi serta inti baru yang tidak stabil dan memancarkan
radiasi untuk mengembalikan kestabilannya [1]. Energi yang dihasilkan dalam
reaksi ini terbilang sangat besar. Satu kali reaksi menghasilkan energi yang
besarnya sekitar 200 MeV [5]. Untuk dapat memanfaatkan energi tersebut
dikembangkanlah teknologi nuklir.
Teknologi nuklir adalah suatu teknologi yang berbasis pada pemanfaatan energi
yang dibebaskan dari suatu inti atom (nuklida) dalam bentuk radiasi [4]. Dewasa ini
pemanfaatan teknologi nuklir telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan dalam berbagai bidang, seperti bidang industri, kesehatan, pertanian,
pangan, militer dan arkeologi. [2]. Teknologi nuklir di Indonesia masih dalam tahap
pengembangan. Indonesia memiliki dua buah reaktor nuklir, salah satunya adalah
Reaktor Kartini yang berada di kawasan BATAN Yogyakarta. Reaktor Kartini
merupakan reaktor nuklir yang digunakan untuk kepentingan riset dan penelitian.
Dampak negatif pemanfaatan teknologi nuklir berasal dari radiasi yang
dipancarkan oleh energi nuklir, diantaranya adalah radiasi sinar-α, sinar-, radiasi
elektromagnetik dan radiasi neutron [3]. Pancaran radiasi ini apabila berinteraksi
dengan sel-sel tubuh dapat mengakibatkan perubahan struktur sel menjadi tidak
normal, bahkan dapat mengganggu seluruh metabolisme tubuh sehingga merusak
pembawa informasi untuk memperbaiki sel, hingga dapat mengakibatkan kematian
[9]. Bencana terbesar akibat kebocoran reaktor nuklir terjadi pada tahun 1986 di di
PLTN Chernobyl, kota Pripyat, Ukraina. Kebocoran ini bahkan menyebabkan ledakan
yang sangat besar dan menewaskan 64 orang. Chernobyl Forum memperkirakan,
korban tewas akibat radiasi nuklir mencapai 4.000 orang dan sekitar 50.000 orang
terkontaminasi radiasi dan menderita kanker. Dari 50.000 penderita kanker
tersebut, separuhnya meninggal dunia [10].
Di Indonesia telah diatur peraturan tentang keselamatan dan kesehatan
terhadap radiasi pengion. Dalam Peraturan Pemerintah RI no 63 tahun 2000 Bab III
Pasal 3 disebutkan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja,
masyarakat dan lingkungan hidup, maka penguasaan instalasi yang melaksanakan
setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang dapat mengakibatkan penerimaan
dosis radiasi harus memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan sebagai
berikut :
1. Setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat lebih besar
dibanding resiko yang ditimbulkan.
2. Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak melebihi nilai
batas dosis yang ditetapkan oleh badan pengawas.
3. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi
harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang
terjadi ditekan serendah-rendahnya.
Untuk mengurangi paparan radiasi dari sebuah reaktor nuklir diperlukan perisai
(shielding) terhadap sumber radiasi tersebut. Terdapat beberapa jenis bahan yang
dapat digunakan sebagai perisai (shielding) radiasi neutron, salah satunya yaitu
parafin. Parafin memiliki kemampuan untuk meningkatkan interaksi neutron dengan
atom bahan sehingga dapat menahan dan memperlambat laju neutron [7]. Hal ini
merupakan akibat dari neutron yang bertumbukan dengan hidrogen dalam parafin
dan besarnya tampang lintang dalam atom bahan tersebut [8].
Saat ini, Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) Indonesia mengembangkan teknologi nuklir dalam bidang kesehatan, yaitu
dengan memanfaatkan tembakan neutron untuk metode terapi penyembuhan
kanker. Kanker merupakan tumor ganas yang tumbuh akibat pembelahan sel yang
tidak normal dan tidak terkontrol. Menurut World Health Organization (WHO) jumlah
penderita kanker di Indonesia akan menjadi sangat tinggi pada tahun 2030, padahal
hingga saat ini pengobatan kanker belum dapat menjangkau sampai sel akar local
(cell targeting). Oleh karena itu, dikembangkanlah metode terapi kanker yang dapat
menjangkau sel akar kanker yaitu metode Boron Neutron Capture Cancer Therapy
(BNCT) [11].
Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT) merupakan salah satu cara
pengobatan kanker dengan metode radioterapi, yaitu teknik pengobatan dengan
menggunakan sumber radioaktif maupun gelombang elektromagnetik energi tinggi.
Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT) memanfaatkan interaksi tangkapan
neutron dengan boron-10. Boron-10 memiliki tampang lintang reaksi dengan
neutron termal yang tinggi. Reaksi nuklir yang terjadi ketika boron-10 diiradiasi
dengan neutron termal adalah interaksi tangkapan neutron menghasilkan litium-7
dan partikel alfa dengan energi 2,33 MeV. Partikel alfa memiliki linier energi transfer
yang besar di dalam tubuh tetapi jangkauan partikel alfa sangat pendek yaitu ±9
Jlm. Sehingga dosis yang diterima jaringan terlokalisasi [12].
Dalam pengaplikasian Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT) sebagai
pengobatan kanker, diperlukan sebuah reaktor sebagai sumber neutron. Dengan
kata lain, penggunaan BNCT pun memiliki dampak negatif berupa paparan radiasi
yang dapat berbahaya bagi lingkungan. Radiasi yang dihasilkan dari penggunaan
BNCT pada dasarnya disebabkan oleh interaksi radiasi dengan materi oleh neutron,
sinar gamma, beta dan alfa. Penelitian BNCT dilakukan pada Reaktor Kartini dengan
memanfaatkan sebuah sumber neutron berupa kolom termal. Di dalam kolom
termal dipasang sebuah kolimator untuk mengarahkan radiasi ke ruangan yang
digunakan untuk iradiasi .
Ruangan iradiasi ini memerlukan material disekelilingnya untuk mengurangi
radiasi yang keluar dari ruangan, baik radiasi neutron maupun radiasi gamma.
Dosis radiasi yang keluar harus berada di bawah ambang batas yang diijinkan dan
memenuhi peraturan yang berlaku yaitu ketentuan BAPETEN nomor 4 tahun 2013
tentang nilai batas dosis untuk pekerja radiasi. Pembatasan radiasi yang keluar ini
dilakukan dengan cara pemasangan perisai (shielding) radiasi di sekeliling ruangan.
Oleh karena itu, diperlukan material yang mampu mengurangi paparan radiasi
neutron dan gamma. Material yang digunakan harus tepat sehingga mampu
menyerap radiasi yang keluar agar tidak berbahaya bagi pekerja radiasi yang
berada di luar ruangan fasilitas iradiasi [13, 14]. Salah satu material yang bagus
untuk perisai (shielding) radiasi neutron adalah paraffin. Karena paraffin merupakan
senyawa alkana dengan rumus kimia C nH2n+2 yang memiliki banyak atom hidrogen
dibandingkan senyawa lainnya. Akan tetapi, paraffin memiliki titik leleh yang rendah
sehingga menjadi mudah leleh. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis dan evaluasi
mengenai kemampuan atenuasi dari perisai (shielding) paraffin yang ada di BATAN
Yogyakarta.
DASAR TEORI
Reaktor nuklir adalah alat tempat terjadinya reaksi berantai yang berhubungan
dengan fisi nuklir yang terkendali. Reaktor nuklir sesuai dengan tujuannya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Reaktor riset adalah reaktor nuklir yang digunakan untuk berbagai penelitian di
bidang aplikasi teknik nuklir, dalam hal ini reaksi nuklir (pembelahan) dipakai
sebagai sumber neutron dan pada umumnya daya reaktor rendah sebesar 100
kW–30 MW
2. Reaktor daya adalah reaktor nuklir pembangkit tenaga listrik dengan daya
reaktor yang tinggi umumnya diatas 1000 MW. Reaktor tersebut digunakan
sebagai pembangkit tenaga panas, hasilnya kemudian diambil oleh sistem
pendingin primer dan digunakan untuk pendidihan sistem pendingin primer dan
digunakan untuk pendidihan sistem pendingin sekunder sehingga dihasilkan uap.
Dengan tekanan tinggi, uap tersebut digunakan untuk memutar turbin generator
untuk menghasilkan tenaga listrik. [6]
REFERENCE
1. Very Richardina, dkk. Studi Parameter Reaktor Berbahan Bakar UO 2 dengan
Moderator H2O dan Pendingin H2O. Berkala Fisika Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal
95 – 100.
2. YB Hari Susanto. Optimalisasi Neutron Gamma dengan Beberapa Shielding pada
Fasilitas Radiografi Neutron di reactor Kartini. April 2005.
3. Widarto dan Y. Sardjono. Analisis Karakteristik Faktor Atenuasi Grafit, Parafin,
dan Boral untuk Bahan Perisai Radiasi Neutron Termal. SEMINAR NASIONAL II
SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 ISSN 1978-0176.
4. Zubaidah Irawati. Pengembangan Teknologi Nuklir untuk Meningkatkan
Keamanan dan Daya Simpan Bahan Pangan. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 3
No. 2 Desember 2007.
5. D Andris, dkk. Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan
Uranium Alam sebagai Bahan Bakar. Jurnal Fisika Unand, 2016.
6. Beiser, Srthur. 1992. Konsep Fisika Modern Edisi ke-4 (Alih Bahasa : The Houw
Liang). Jakarta : Erlangga. Hal495
7. B Buyuk, dkk. Radiation Shielding Properties of Spark Plasma Sintered Boron
Carbide–Aluminium Composites. Acta Physica Polonica A Vol. 128, 2015
8. Tomasz Piotrowski. Importance of Atomic Composition and Moisture Content of
Cement Based Composites in Neutron Radiation Shielding. Procedia Engineering
108 ( 2015 ) 616 – 623
9. Karmila Bandu. 2014. Efek Radiasi Sinar-X pada Anak-Anak. Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
10. Kiev. 26 April 1986, Reaktor Nuklir Chernobyl Meledak.
http://internasional.kompas.com/read/2016/04/26/12171741/26.April.1986.Reak
tor.Nuklir.Chernobyl.Meledak. Diakses pada : Senin, 20 Februari 2017.
11. Prof. Ir. Yohanes Sardjono, APU. 2015. Pengenalan Fisika Neutron : Prinsip Dasar
Desain Boron Neutron Capture Theraphy (BNCT) Edisi 1. BATAN Yogyakarta.
12.Sri Nurwati dan Rizka lndra Prasetya. Kajian Medis Pemanfaatan Teknologi Nuklir
BNCT Untuk Tumor Otak Jenis Glioma. Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Ilmiah - Penelitian Dasar !lmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2014.
13.Martinus I Made Adrian Dwiputra. Pemodelan Perisai Radiasi Fasilitas Boron
Neutron Capture Therapy dengan Sumber Neutron Kolom Termal Reaktor Kartini
menggunakan Simulator Monte Carlo N Particle Extended. Oktober, 2015.
14.Arief Fauzi. Pemodelan Perisai Radiasi Fasilitas Boron Neutron Capture Therapy
dengan Sumber Neutron Cyclotron 30 Mev menggunakan Simulator Monte Carlo
N Particle Extended. Januari, 2016.
15.

Anda mungkin juga menyukai