Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN


ACARA V
CROWAT

Disusun oleh :

1. Aryyana Hasyim (14063)


2. Fatmawati (14065)
3. Moh. Rofiq (14067)
4. Muhammad Fachruri Ali (14068)
Golongan : B1
Asisten : Eka Erliana

LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA V
CROPWAT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor penting dalam membangun kehidupan suatu bangsa,
terutama karena kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Dalam melakukan kegiatan
budidaya tanaman tersebut tentu dilakukan irigasi untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan
air. Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik untuk
menjalankan fungsi fisiologis dan metabolismenya, termasuk untuk tumbuh, berkembang dan
berproduksi. Air yang dibutuhkan tanaman ialah air yang terdapat di dalam tanah yang
ditahan oleh partikel tanah.
Perkembangan iklim dewasa ini yang tidak menentu akibat global warming
menyebabkan persediaan air hujan untuk tanaman juga tidak menentu. Hal ini sangat
berpengaruh pada produktivitas para petani tadah hujan yang memang hanya memanfaatkan
curah hujan dalam irigasi tanaman budidayanya. Kebutuhan air tanaman dan irigasi sangat
penting diketahui guna menentukan jadwal irigasi yang akan diberikan pada lahan tersebut.
Untuk memperkirakan kebutuhan air dengan masing-masing karakteristik tanaman yang
berbeda-beda kebutuhan airnya dan diseimbangkan dengan keadaan iklim.
Penentuan kebutuhan air secara manual memerlukan suatu penelitian dan pengamatan
panjang oleh para ahli, dengan menggunakan biaya yang cukup mahal dan waktu yang lama.
Salah satu cara mudah, cepat dan murah untuk mengetahui kebutuhan air tanaman yaitu
dengan menggunakan program CropWat. CropWat merupakan suatu program komputer yang
berguna untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi berdasarkan data
iklim dan data tanaman. Program ini dapat membantu dalam menentukan perhitungan standar
untuk desain dan manajemen skema irigasi. Hal ini dapat mempermudah penentuan pola
tanam dan skema irigasi pada suatu lahan di wilayah dan waktu tertentu. Penggunaan
program CropWat diharapkan dapat mempermudah dan mendukung kegiatan irigasi yang
tepat sehingga petani dapat menentukan pola tanam yang sesuai iklim dan menggunakan air
yang tersedia secara efektif dan efisien.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk dapat menggunakan program komputer CropWat
untuk menentukan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua
makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri, perikanan, pertanian dan
usaha-usaha lainnya. Dalam penggunaan air sering terjadi kurang hati-hati dalam pemakaian
dan pemanfaatannya sehingga diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan antara
ketersediaan dan kebutuhan air melalui pengembangan, pelestarian, perbaikan dan
perlindungan. Dalam memenuhi kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan air di persawahan
maka perlu didirikan sistem irigasi dan bangunan bendung. Kebutuhan air di persawahan ini
kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi. Untuk irigasi, pengertiannya adalah usaha
penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Tujuan irigasi adalah untuk memanfaatkan air irigasi yang tersedia secara benar
yakni seefisien dan seefektif mungkin agar produktivitas pertanian dapat meningkat sesuai
yang diharapkan (Ansori et al.,2013).
Irigasi adalah prasarana untuk meningkatkan produktivitas lahan, baik dalam
meningkatkan produktivitas per hektar maupun untuk meningkatkan intensitas panen per
tahun. Metode perhitungan seringkali dipakai. Rumus-rumus pendekatan umumnya berupa
rumus-rumus empiris yang dikembangkan berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Rumus-
rumus tersebut antara lain Blaney-Criddle, Hergreaves, Penman, Penman Modifikasi,
Penman Mounteith, Radiasi, Panci Evaporasi dan lain-lain (Murdiyarso, 1978). Pengelolaan
air perlu disesuaikan dengan sumber daya tanah, iklim, sumber air, dan biologi dengan
memanfaatkan teknologi dari berbagai disiplin ilmu untuk menyediakan air ke perakaran
tanaman sehingga mampu berproduksi optimal (Nobe and Sampath dalam Aqil dan
Bunyamin, 2016). Sasaran dari pengelolaan air adalah tercapainya empat tujuan pokok, yaitu:
(1) efisiensi penggunaan 2 Sorgum: Inovasi Teknologi dan Pengembangan air dan produksi
tanaman yang tinggi, (2) efisiensi biaya penggunaan air, (3) pemerataan penggunaan air, dan
(4) keberlanjutan sistem penggunaan sumber daya air (Aqil dan Bunyamin, 2016).
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan
jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah (Sosrodarsono
dan Takeda dalam Priyonugroho, 2014). Estimasi kebutuhan air tanaman terutama tergantung
parameter iklim dan data tanaman, air tanaman persyaratan dihitung dengan mengalikan
referensi evapotranspirasi dan koefisien tanaman. Estimasi referensi evapotranspirasi (ETo)
yang banyak digunakan dalam rekayasa irigasi untuk menentukan kebutuhan air tanaman
(Allen et al., 1998 dalam Paço et al., 2014). Salah satu teknologi yang dapat membantu untuk
menentukan kebutuhan air tanaman dengan mudah dan dikenal oleh masyarakat di dunia
adalah CropWat.
Cropwat merupakan alat bantu bagi para agro-meteorologis dan agroekonomis dalam
kalkulasi data iklim untuk perhitungan evapotranspirasi dan kebutuhan air tanaman serta
untuk perencanaan dan desain irigasi yang lebih spesifik. Alat bantu ini memberikan
rekomendasi dalam merencanakan jadwal irigasi pada ketersediaan air yang relatif sedikit
dan menghindari adanya defisit irigasi yang merugikan. Kebutuhan air tanaman harus
dipertimbangkan sesuai dengan jenis tanaman, keadaan media tanah, sifat-sifat tanah, cara
pemberian air, pengolahan tanah, iklim, waktu tanam (pola tanam), kandungan air tanah,
efisiensi irigasi, curah hujan efektif, koefisien tanaman bulanan, pemakaian air konsumtif dan
perkolasi. Data yang diperlukan dalam mengoperasikan CropWat adalah data klimatologi
bulanan, meliputi temperatur maksimum-minimum atau rata-rata, penyinaran matahari,
kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan (Sons and John, 1997).
Model FAO-CropWat dibuat berdasarkan rekomendasi FAO tahun 1998. Metode
yang dibuktikan dengan banyak penelitian sebagai pendekatan terbaik yang tersedia. Model
yang dibangun untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan penjadwalan berdasarkan data
meteorologi lokal seperti suhu minimum dan maksimum, kecepatan angin, kelembaban,
panjang penyinaran matahari dan hujan efektif. Pemodelan rata-rata data meteorologi selama
sepuluh tahun terakhir dengan menggunakan CropWat Versi 8.0 (Al-Najar, 2011). CropWat
8.0 untuk Windows adalah sebuah program komputer untuk perhitungan kebutuhan air
tanaman dan irigasi dari data iklim yang ada atau baru dan data tanaman. Selanjutnya,
program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang
bervariasi dan perhitungan skema pasokan air untuk berbagai pola tanaman (Clarke et al.,
1998 dalam Banerjee et al., 2016).
III. METODOLOGI

Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara V yaitu Cropwat dilaksanakan pada
hari Senin, 23 April 2018 di Laboratorium Agrohidrologi, Departemen Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah data iklim selama 1 tahun (bulanan), data tanaman, software Cropwat for
Windows. Adapun alat yang digunakan antara lain satu unit komputer prosesor 486 atau yang
lebih cepat, RAM 4 MB dengan sistem operasi (OS). Windows 3.1, 3.11, 95 atau 98 dan 1
unit printer.
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah dengan menganalisis data iklim untuk
menentukan Eto, kemudian menentukan kebutuhan air irigasi dengan periode irigasi tertentu.
Pertama-tama dilakukan analisis data iklim untuk menentukan nilai evapotranspirasi standar
(Eto). Setelah itu, kebutuhan air irigasi dengan periode irigasi tertentu dapat ditentukan.
Langkah yang dilakukan yaitu program CropWat dibuka, kemudian masukkan data iklim
dengan input data → climate → enter/modify. Lalu akan muncul suatu bar data klimat
bulanan. Pada bar tersebut pilih calculate Eto untuk menghitung Eto pada bulan yang
diinginkan. Untuk melanjutkan ke bulan yang selanjutnya, dapat dipilih Next>. Setelah
selesai data dapat disimpan dengan mengklik save atau dapat juga disimpan dalam bentuk file
teks dengan mengklik report. Setelah semua selesai pilih OK. Untuk memasukkan data Eto
akan secara otomatis muncul bar data Eto bulanan dengan cara memilih menu input data
climate enter/modify. Retrieve berfungsi untuk mengambil file Eto. Save berfungsi untuk
menyimpan data dalam bentuk file *.pnm. Report berfungsi menyimpan file dalam bentuk
file teks. Setelah itu dapat memilih OK. Untuk memasukkan data curah hujan dengan
memilih menu input data → rainfall → enter/modify dan akan muncul bar data curah hujan
bulanan. Untuk memasukkan data koefisien tanaman dengan cara memilih menu input data
→ crops → crops coefficient → enter/modify maka akan muncul bar data tanaman. Untuk
memasukkan data pola tanaman dapat memilih menu input data → crops → crops pattern →
enter/modify dan akan muncul bar perencanaan pola tanam. Terdapat pilihan number of
staggered blocks yang menyatakan jumlah petak yang akan ditanami dan jarak antara
penanaman antara 1 blok dengan blok lainnya diisikan pada time interval between planting of
blocks. Untuk mengisi data tanah dapat dipilih menu input data → soil → enter/modify maka
akan muncul bar data tanah. Untuk mengambil data iklim, Eto, tanaman, dan tanah dari file
dapat memilih input data kemudian jenis data dan yang terakhir pilih retrieve.
Setelah semua data masuk, maka jika jendela data status di-maximize akan muncul
bar status data. Untuk dapat melihat tabel data dapat memilih menu tables, kemudian pilih
jenis tabel yang akan dilihat. Tabel yang dapat dilihat antara lain, tabel iklim Eto, tabel
kebutuhan air tanaman, dan tabel jadwal irigasi. Untuk melihat grafik dapat dipilih menu
graph kemudian pilih jenis grafik yang akan ditampilkan. Jenis grafik tersebut adalah grafik
iklim dan Eto, grafik curah hujan, grafik pola penanaman, grafik kebutuhan air tanaman, dan
grafik jadwal irigasi. Untuk menentukan metode perhitungan dapat memilih menu schedule
→ criteria. Digunakan untuk mengubah metode perhitungan standar yang telah digunakan
dalam program ini baik dalam pembuatan tabel maupun grafik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1. Data Iklim dan Evapotranspirasi Lokasi Dieng

Tabel 4.2. Skema Kebutuhan Air Tanaman


B. Pembahasan
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah.
Kebutuhan air tanaman dapat dihitung melalui beberapa pendekatan secara konvensional
maupun dengan program komputer bernama Cropwat. Cropwat merupakan program
komputer yang berguna untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi
berdasarkan data iklim dan data tanaman. Program cropwat memfasilitasi estimasi dari
evaporasi tanaman, jadwal irigasi, dan kebutuhan air pertanian dengan perbedaan pola tanam
dan perencanaan irigasi (FAO, 2015).
Nilai evapotranspirasi dapat dihitung secara konvensional maupun dengan program
Cropwat. Perbedaaan kedua metode ini dapat dijelaskan pada table berikut :
Tabel 1. Perbandingan menghitung kebutuhan air tanaman dan irigasi
Perbandingan Metode Konvensional CropWat

Perhitungan Dilakukan manual satu persatu Tinggal memasukkan data yang telah
Eto, Kc, Etc ada di software

Pembuatan Dilakukan manual menggunakan Dilakukan menggunakan software


histogram millimeter blok hanya memasukkan data lalu klik chart
pilih grafik yang diinginkan

Irigasi Kebutuhan irigasi ditunjukan Kebutuhan irigasi dari jumlah, jadwal,


pada bulan bukan spesifik waktu pemberian langsung tersedia
tanggal, jumlah irigasi juga hanya dengan memasukkan data
dihitung manual, penentuan climate, rain, crop
jadwal dan waktu irigasi manual

Waktu yang Waktu untuk menganalisis Waktu untuk menganalisis sampai


dibutuhkan sampai memberi saran irigasi memberi saran irigasi cepat hanya
membutuhkan waktu lama, yaitu membutuhkan waktu beberapa menit
beberapa hari (1-2 hari) saja

Error Human error tinggi, sering Human error sedikit


terjadi kesalahan dalam
menghitung
Pola tanam Harus mencocokkan terlebih Tidak perlu mencocokkan histogram
dahulu histogram curah hujan curah hujan dan kebutuhan air tanaman,
dengan kebutuhan air tanaman langsung memasukkan data dan
memillih pola tanam yang diinginkan

Alat yang Dengan cara konvensional hanya Dengan CropWat membutuhkan


dibutuhkan membutuhkan kalkulator untuk komputer atau laptop dengan prosesor
menghitung, alat tulis, millimeter 486 atau lebih, RAM 4 Mb dengan
blok dan kertas mika sehingga system OS windows 3.1, 3.11, 95 atau
tidak perlu membutuhkan biaya 98.
yang banyak

Cakupan Semua tanaman bisa dihitung Hanya tanaman tertentu saja yang
tanaman secara manual datanya sudah ada di dalam software,
tidak bisa menentukan kebutuhan air
tanaman padi

Jadwal tanam Penentuan jadwal panen dan Terdapat saran tanggal tanam
dan panen penanaman secara manual dan tanggal panen

Program Cropwat sendiri telah mengalami perkembangan sehingga memiliki beberapa


versi diantaranya Cropwat versi 5.6, versi 5.7, versi 7.0 dan versi 8.0 atau Cropwat for
windows. Perbedaan CropWat 8.0 for Windows dibandingkan CropWat 7.0 mencakup
sejumlah fitur baru dan telah diperbarui, termasuk :
1. Menggunakan grafik dan forms untuk menampilkan hasil. Hasil akan ditampilkan jika
dipilih menu Table atau Graph.
2. Dapat menghitung kebutuhan air tanaman untuk 20 jenis tanaman yang berbeda yang
ditanam pada satu bidang lahan.
3. Jadwal irigasi dapat dihitung untuk tiap-tiap petak masing-masing jenis tanaman dan
dalam jangka waktu harian, mingguan, atau bulanan.
4. Grafik berwarna maupun monokromatik dapat dicetak dengan menggunakan Windows
Print Manager Standar.
5. File-file “Scheduling Scenario” dapat disimpan sehingga dapat digunakan dikemudian
hari.
6. Menggunakan data klimat bulanan.
7. Tidak dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air untuk tanaman padi.

Berikut ini merupakan histogram hubungan antara Eto dengan anasir-anasir iklim yang
telah dianalisis menggunakan program computer Cropwat 8.0. Analisis berikut berguna
dalam penentuan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi :

Gambar 5.1. Histogram Hubungan antara Eto dan Suhu Maksimum

Gambar 5.2. Histogram Hubungan antara Eto dan Suhu Minimum

Dari Gambar 5.1 dan gambar 5.2 di atas menunjukkan bahwa bagian yang berwarna
biru adalah suhu minimum bulanan, warna oranye adalah suhu maksimum bulanan, dan
warna merah muda merupakan Eto (Evapotranspirasi). Suhu maksimum terjadi pada bulan
November sebesar 20 0C, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 2,6
0
C. Hasil tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya suhu akan diikuti peningkatan
evapotranspirasi. Peningkatan suhu memicu terjadinya penguapan baik pada vegetasi maupun
non vegetasi. Suhu yang tinggi mengakibatkan air mudah menguap dan berubah bentuk dari
bentuk cair menjadi uap/gas. Evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar
3,32 mm/hari dan November sebesar 3,21 mm/hari, sedangkan evapotranspirasi terendah
terjadi pada bulan Mei sebesar 2,62 mm/hari.

Gambar 5.3. Histogram Eto dan Kelembaban

Dari gambar 5.3 menunjukkan bahwa bagian yang berwarna abu abu adalah
kelembaban bulanan dan warna merah muda merupakan Eto (Evapotranspirasi). Kelembaban
maksimum terjadi pada bulan Maret dan April sebesar 90%, sedangkan kelembaban
minimum terjadi pada bulan September sebesar 79%. Kelembaban adalah jumlah uap air
yang terkandung di udara. Kelembaban berbanding terbalik dengan suhu. Apabila suhu tinggi
maka kelembaban rendah dan sebaliknya sehingga apabila kelembaban tinggi maka
evapotranspirasi rendah. Kelembaban bermanfaat untuk tanaman agar iklim di sekitar
tanaman tidak terlalu kering dan tidak terjadi evapotranspirasi yang berlebihan. Kebutuhan
tanaman akan kelembaban berbeda-beda sesuai jenisnya. Selain itu, kelembaban
berhubungan dengan kemunculan penyakit, jamur, OPT dan gulma. Kelembapan yang tinggi
akan memicu munculnya penyakit dan amur, dan apabila kelembaban terlalu rendah, maka
gulma akan mudah berkembang.
Gambar 5.4. Histogram Eto dan Kecepatan Angin

Gambar 5.4 merupakan histogram Eto dan kecepatan angin dimana kecepatan angin
bulanan ditunjukan oleh bagian yang berwarna hijau sementara warna merah muda
merupakan Eto (Evapotranspirasi). Jika dilihat dari hstogram, sepanjang tahun kecepatan
anginnya bernilai konstan. Kecepatan angin adalah cepat lambatnya gerakan udara secara
horizontal. Secara umum, evapotranspirasi akan meningkat akibat peningkatan suhu, radiasi
matahari, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin. Gambar 5.4 menunjukkan bahwa
Evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus hingga November sebesar 4 mm/hari,
sedangkan evapotranspirasi rendah terjadi pada bulan Desember hingga Juli sebesar 3
mm/hari. Gerakan angin yang cepat mempercepat terjadi penguapan air baik pada permukaan
vegetasi maupun pada permukaan non vegetasi.

Gambar 5.5. Histogram Eto dan Lama Penyinaran Matahari


Pada Gambar 5.5. lama penyinaran matahari (sunshine) yang ditunjukan oleh bagian
berwarna kuning dan Eto yang ditunjukan oleh bagian berwarna merah muda. Lama
penyinaran matahari maksimum (panjang) terjadi pada bulan Agustus sebesar 7,3 jam,
sedangkan lama penyinaran matahari minimum (pendek) terjadi pada bulan Januari sebesar
3,8 jam. Lama Penyinaran matahari adalah lamanya matahari bersinar cerah pada permukaan
bumi, dihitung mulai matahari terbit hingga terbenam. Secara umum, evapotranspirasi akan
meningkat akibat peningkatan suhu, radiasi matahari, lama penyinaran matahari, dan
kecepatan angin. Hal tersebut tampak pada histogram bahwa evapotranspirasi tertinggi terjadi
pada bulan Oktober sebesar 3,3 mm/hari pada saat terjadi lama penyinaran matahari cukup
tinggi. Evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 2,6 mm/hari. Jika
diperhatikan besarnya evapotranspirasi akibat radiasi dan akibat lama penyinaran matahari
hasilnya hampir sama yaitu evapotranspirasi tertinggi pada bulan Oktober dan
evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Juni. Hal tersebut menunjukkan bahwa radiasi
dan lama penyinaran matahari berhubungan erat. Radiasi tinggi biasanya akan diikuti dengan
lama penyinaran matahari yang panjang waktunya. Lama penyinaran matahari yang terlalu
rendah mengakibatkan tanaman sulit untuk melakukan proses fotosintesis, sebaliknya apabila
lama penyinaran matahari terlalu panjang maka akan terjadi evapotranspirasi yang berlebihan
sehingga mengakibatkan tanaman kurang air atau kekeringan.

Gambar 5.6. Histogram Hubungan antara Eto dengan Radiasi

Dari gambar 5.6. menunjukkan bahwa bagian yang berwarna merah muda terang
adalah radiasi bulanan dan warna merah muda gelap merupakan Eto (Evapotranspirasi).
Radiasi merupakan proses merambatnya sinar matahari sampai ke bumi atau pancaran energi
yang berasal dari proses termonuklir dalam matahari. Radiasi maksimum terjadi pada bulan
September dan Oktober sebesar 20 MJ/m2/hari, sedangkan radiasi minimum terjadi pada
bulan Juni sebesar 15,8 MJ/m2/hari. Secara umum, evapotranspirasi akan meningkat akibat
peningkatan suhu, radiasi matahari, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin. Hal
tersebut tampak pada histogram bahwa evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan
September dan Oktober sebesar 3,2 mm/hari pada saat terjadi radiasi maksimum.
Evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 2,8 mm/hari pada saat terjadi
radiasi minimum. Radiasi berpengaruh pada suhu dan kelembaban di iklim mikro tanaman.
Selain itu, radiasi matahari juga mempengaruhi fotosintesis yang terjadi pada tanaman.

Gambar 5.7. Histogram Hubungan antara Curah Hujan dengan Hujan Efektif

Pada gambar 5.7. menunjukkan bahwa bagian yang berwarna ungu tua adalah curah
hujan bulanan dan warna abu-abu merupakan hujan efektif. Curah hujan maksimum terjadi
pada bulan Maret sebesar 380 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan
Agustus sebesar 23 mm. Hujan efektif tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret sebesar
162 mm, sedangkan hujan efektif terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 22 mm. Tidak
semua jumlah air hujan yang jatuh ke bumi dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena tanaman
memiliki kebutuhan air tertentu pada masing-masing fase pertumbuhan. Selain itu, air hujan
dapat berkurang jumlahnya atau hilang akibat limpasan permukaan (run off). Bagian
berwarna abu-abu tersebut yang menunjukkan besarnya hujan efektif adalah jumlah air yang
dapat memenuhi kebutuhan air tanaman.
Setelah mengetahui hubungan antara anasir-anasir iklim dengan evapotranspirasi dan
besarnya hujan efektif, selanjutnya akan dibahas mengenai kebutuhan air pada tanaman yang
telah dipilih yaitu tomat, sweet peppers, dan small vegetables. Kebutuhan air pada beberapa
tanaman tersebut disajikan dalam hitungan bulanan untuk mempermudah pengamat
mengetahui kebutuhan air untuk tanaman setiap bulannya. Analisis berikut bermanfaat untuk
membuat perkiraan irigasi untuk tanaman berdasarkan kebutuhan tanaman dan iklim.

Gambar 5.8. Histogram Kebutuhan Air Tomat dan Kebutuhan Air Irigasi

Histogram di atas menunjukkan bahwa bagian yang berwarna hijau muda adalah
besar kebutuhan air tomat sedangkan bagian berwarna biru adalah besar kebutuhan air irigasi
tomat. Tomat merupakan suatu tanaman hortikultura. Tomat dapat ditanam pada bulan April
dasarian III hingga panen pada September dasarian II. Kebutuhan air untuk tanaman tomat
yang tertinggi selama satu periode tanam yaitu pada bulan Juli dasarian III sebesar 36,5
mm/hari, sedangkan kebutuhan air terendah pada bulan September dasarian II sebesar 10,8
mm/hari.. Apabila curah hujan tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman dapat
dilakukan irigasi. Irigasi dilakukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak
terhambat akibat kekurangan air.
Gambar 5.9. Diagram CWR

Pemberian air untuk tanaman tembakau harus disesuaikan kebutuhan air tanaman agar
irigasi menjadi efisien. Pada Gambar 5.8. dapat terlihat bahwa kebutuhan air tanaman mulai
dibutuhkan dari bulan April dasarian III, kemudian pada bulan Juni dasarian II hingga bulan
September dasarian II tidak membutuhkan air tanaman. Hasil diagram menunjukkan
kebutuhan air tanaman tertinggi pada bulan Agustus dasarian II dan III dengan jumlah 28,8
mm.

Gambar 5.10 Histogram irrigation schedule tanaman tomat

Gambar 5.9 menunjukan jadwal irigasi tanaman tomat yang dapat dibaca dengan
menentukan hubungan bagian yang berwarna oranye yaitu deplesi terhadap garis berwarna
kuning kecoklatan sebagai RAM dan garis hijau sebagai TAM. RAM atau Readly Available
Moisture merupakan persentase dari total lengas tanah tersedia (Total Available Moisture
atau TAM), dimana evapotranspirasi aktual (Eta) masih sama dengan evapotranspirasi
potensial (Etm). Besarnya RAM (mm air/m kedalaman perakaran) sama dengan TAM (mm
air/m kedalaman perakaran) dikalikan dengan faktor deplesi (p). Deplesi merupakan nilai
yang mencerminkan tingkat kepekaan tanaman terhadap kekurangan air. Semakin kecil nilai
deplesi maka semakin tahan tanaman terhadap kekeringan, begitupun sebaliknya. Dari
gambar 5.9. diketahui bahwa nilai deplesi tanaman tomat sangat dekat dengan garis RAM
bahkan ada yang bersinggungan namun tidak melebihi garis RAM, artinya tanaman tomat
termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Penanaman tembakau pada
percobaan ini dimulai pada bulan April dimana bulan ini mendekati akhir musim hujan
sehingga untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tomat membutuhkan irigasi pada bulan
bulan yang ketersediaan airnya terbatas.
Kombinasi tanaman yang digunakan oleh kelompok kami yaitu ada tiga jenis tnaman
diantaranya, tomat, sweet peppers, dan small vegetables. Tanaman tersebut dapat ditumpang
gilirkan karena masing masing tanaman kebutuhan airnya tidak terlalu banyak, selain itu
lama waktu dari mulai penanaman hingga panen tidak membutuhkan waktu terlau lama
sehingga setelah satu tanaman panen dapat disusul oleh tanaman berikutnya. Ketiga jenis
tanaman tersebut, ditanam secara tumpang gilir dengan urutan penanaman yaitu tomat yang
ditanaman pada 24 April dan dipanen pada 14 September, kemudian sweet peppers yang
ditanam pada 16 September dan dipanen pada 18 Januari dan kemudian small vegetables
yang ditanam pada 20 anuari dan dipanen pada 24 April. Tumpang gilir adalah sistem
pertanaman dengan membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman pada tempat yang sama
tetapi dengan waktu tanam yang berbeda. Sistem ini digunakan biasanya untuk mengejar
berakhirnya musim hujan sehingga tanaman yang kedua masih dapat memperoleh suplai air.
Di samping itu, juga untuk menghemat waktu dan lahan sehingga diperoleh produktivitas
lahan yang lebih tinggi
Penerapan sistem tumpang gilir memiliki beberapa keuntungan antara lain:dapat
memperbaiki kesuburan tanah, mengurangi erosi dan meningkatkan pendapatan petani
(Sukoco et al. 1992). Keuntungan lain (Rahmianna et al. 1989) meningkatkan efisiensi
penggunaan tenaga kerja, menekan serangan gulma dan penyakit. Selain itu dapat
meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari 100% menjadi 200% melalui peningkatan
efisiensi penggunaan air.
Gambar 5.11 Tabel Skema Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi untuk masing-masing tanaman berbeda-beda. Pada ketiga jenis
tanaman yang dipilih oleh kelompok kami yaitu tomat, sweet peppers, dan small vegetables
memiliki kebutuhan air irigasi yang berbeda. Kebutuhan air irigasi dibedakan menjadi 3
satuan antara lain mm/hari, mm/bulan dan l/s/h. Jumlah irigasi dalam satuan mm/hari dan
mm/bulan diberikan saat tanaman di tanam dan dipelihara (mengalami pengolahan)
sedangkan jumlah irigasi dalam satuan l/s/h menujuka debit irigasi yang diberikan dari
sumber air. Hasil gambar 1.11 menunjukkan bahwa tanaman tomat membutuhkan irigasi
pada bulan Juni yaitu sejumlah 0,1 mm/hari, 3,6 mm/bulan dan 0,01 l/s/h. Kemudian pada
bulan Juli tanaman tomat membutuhkan air irigasi sebesar 0,5 mm/hari, 16,7 mm/bulan dan
0,06 l/s/h. Pada bulan Agustus tanaman tomat membutuhkan irigasi 0,8 mm/hari, 24,9
mm/bulan dan 0,09 mm/l/s/h. Dan pada bulan September yaitu tomat, sweet peppers
membutuhkan irigasi sejumlah 0,5 mm/hari, 13,6 mm/bulan dan 0,05 l/s/h. Maka dapat
diketahui bahwa tanaman yang paling banyak membutuhkan air yaitu tomat karena tanaman
kentang membutuhkan air selama 4 bulan berturut-turut.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Dengan menggunakan Cropwat, kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi dapat
ditentukan dengan melihat histogram CWR dan data CWR yang ditampilkan
2. Berdasarkan hasil analisis dengan aplikasi Cropwat, tanaman yang dipilih dan dapat
ditanam tumpang gilir yaitu tanaman , tomat, sweet peppers, dan small vegetables
3. Berdasarkan hasil analisis dengan aplikasi Cropwat, tanaman tomat membutuhkan
irigasi pada bulan Juni yaitu sejumlah 0,1 mm/hari, 3,6 mm/bulan dan 0,01 l/s/h.
Kemudian pada bulan Juli tanaman tomat membutuhkan air irigasi sebesar 0,5
mm/hari, 16,7 mm/bulan dan 0,06 l/s/h. Pada bulan Agustus tanaman tomat
membutuhkan irigasi 0,8 mm/hari, 24,9 mm/bulan dan 0,09 mm/l/s/h. Dan pada bulan
September yaitu tomat, sweet peppers membutuhkan irigasi sejumlah 0,5 mm/hari,
13,6 mm/bulan dan 0,05 l/s/h.
DAFTAR PUSTAKA

Gadmor, Margaretha.2016. Penerapan Pupuk Urea Pada Tumpangsari Jagung “Double Row”
dan Kacang Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.). Universitas
Lampung. Skripsi

Sukoco Y., C. Reitjes, Haverkort B., dan Woter. 1992. Pertanian Masa Depan. Kanisius.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai