Anda di halaman 1dari 2

Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2017 Tentang Jasa Konstruksi

Sumber.com - Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi


telah disahkan dan ditandatangani oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 12
Januari 2017 serta telah diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 2017 oleh
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly. UU No 2 Tahun 2017 ini terdiri atas 106
pasal.

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

1. Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan


dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3833), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini; dan
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3833), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Jasa Konstruksi
Substansi Penting UU Jasa Konstruksi

Dilansir dari Biro Komunikasi Publik, Kementerian PUPR bahwa UU Jasa Konstruksi
ini tidak lagi berorientasi hanya kepada urusan bidang PUPR tetapi mencakup
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi di Indonesia secara utuh. Beberapa
substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang disepakati antara Pemerintah dan
DPR-RI, antara lain

1. Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi;
2. Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil,
sehat dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat;
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi
melalui kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan
penyelenggaraan jasa konstruksi;
4. Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi
melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha
penyediaan bangunan;
5. Adanya perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat penyelenggaraan
jasa konstruksi agar tidak mengganggu proses pembangunan. Perlindungan ini
termasuk perlindungan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam melaksanakan
pekerjaan konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru tidak terdapat
klausul kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan bangunan.
Hal ini sebagai perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
6. Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi,
termasuk pengaturan badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga
penetapan standar remunerasi minimal untuk tenaga kerja konstruksi;
7. Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa
konstruksi;
8. Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan
nilai-nilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4).

Editor : Indoyanu M

Sumber : pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai