ANGGOTA KELOMPOK 2 :
1.YE’MUH.APRIZAL (G1A016053)
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah KEWARGANEGARAAN yang berjudul hubungan Negara dan warga Negara .
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung hingga selesai. Harapan
kami semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Kewarganegaraan terkait hubungan Negara dan warga Negara.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Pengertian Negara........................................................................................................................5
2.2 Tujuan Negara................................................................................................................................7
2.3 Bentuk-bentuk Negara..................................................................................................................8
2.4 Pengertian Kewarganegaraan.......................................................................................................9
2.5 Hak dan Kewajiban Warga Negara...............................................................................................10
2.6 Contoh Hak dan Kewajiban Warga Negara..........................................................................11
2.7 Hubungan Negara dan Kewarganegaraan......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks Indonesia ini yang merupakan suatu Negara yang demokratis tentunya
elemen masyarakat disini sangat berperan dalam pembangunan suatu Negara. Negara
mempunyai hak dan kewajiban bagi warga negaranya begitu pula dengan warga negaranya
juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap Negaranya. Seperti apakah hak dan kewajiban
tersebut yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh masing-masing komponen tersebut.
Dalam tulisan makalah ini akan mencoba menulis tentang hak dan kewajiban yang dilakukan
oleh masing-masing komponen tersebut. Apakan hak dan kewajiban Negara terhadap warga
negaranya? Dan apa pula hak dan kewajiban warga Negara terhadap negaranya?
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsur-unsur
dari Negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah.
Salah satu unsur Negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu Negara tersebut
merupakan penduduk dari Negara yang bersangkutan. Warga Negara adalah bagian dari
penduduk suatu Negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang bukan
merupakan warga Negara bisa tinggal di suatu Negara lain yang bukan merupakan
Negaranya. suatu Negara pasti mempunyai suatu undang-undang atau peraturan yang
mengatur tentang kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang siapa saja kah yang
bisa dianggap sebagai warga Negara. Di Indonesia juga salah satu Negara yang mempunyai
peraturan tentang kewarganegaraan tersebut. Maka dari itu dalam makalah ini akan coba
dijelaskan secara rinci.
PEMBAHASAN
Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada
saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara secara
beragam. Aristoteles (384-522 SM) merumuskan negara dalam bulu politica yang disebut negara
polis, yang saat itu masih dipahami dalam suatu wilayah terkecil.
Dalam pengertian negara disebut negara hukum yan didalamnya terdapat suatu warga
negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia), oleh karena itu Aristoteles mengartikan
keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik demi terwujudnya
cita-cita seluruh warga negaranya.
Pengertian yang lain mengenai negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan
tokoh katolik. Ia membaginya dalam dua pengertian, yaitu Civitas dei yang artinya negara
Tuhan, dan civitas terrena atau civitas dei yang artinya negara duniawi, Civitas terrena ini ditolak
oleh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau civitas Dei, negara
tuhan bukanlah dari negara dunia lain, melainkan juwa yang dimiliki oleh sebagian-sebagian
atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah
gereja yang mewakili Tuhan, meskipun demikian bukan berarti apa yang diluar gereja itu
terasing sama sekali dari civitas dei (Kusnardi), beberapa dengan konsep negara menurut kedua
tokoh pemikir negara tersebut, Nocolli Machlavell (1469-1527) yang merumuskan negara
sebagai negara kekuasaan dalam bukunya “II Principle” yang dahulu merupakan buku referensi
dalam raja. Machlavelly memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara
harus ada suatu kekuasaan yang harus dimiliki oleh suatu orang pemimpin negara atau raja, raja
sebagai pemegang kekuasaan suatu negara tidak mungkin hanya mengandalkan suatu kekuasaan
hanya pada satu moralitas atau kesusilaan, kekacauan yang timbul dalam suatu negara karena
lemahnya suatu kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machlavelly tentang
tujuan yang dapat menghalalkan segala cara akibat ajaran inilah munculah berbagai praktek
pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai-nilai moral, teori machlavelly
mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari filsuf lain seperti Thomas Habes (1958-1679).
John Locke (1652-1704), dan Rouseau(1712-1788). Mereka mengartikan negara sebagai suatu
badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama, menurut mereka manusia
yang dilahirkan telah membawa hak asasi seperti hak untuk hidup, untuk memilih, serta hak
kemerdekaan dalam keadaan naturalis terbentuknya negara hak-hak itu akan dapat dilanggar
yang konsekuensi terjadi pembentukan kepentingan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat
tersebut, menurut hobbes dalam keadaan naturalis sebuah terbentuknya suatu negara akan terjadi
homoni lupus yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia lain yang menimbulkan perang
sementara yang disebut belum ominum Contrk Omnes dan hukum yang berlaku adalah hukum
rimba.
Bentuk ini pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa tokoh antara lain :
a. Roger H,
Mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat argency atau wewenang louthority yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atau nama masyarakat (Soltau, 1961)
b. Harold J,
Lasky menerangkan bahwa negara merupakan suatu masyarakat yang diantar generasikan
karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara syah lebih agung dari pada
individu atau kelompok. Masyarakat merupakan suatu negara manakala cara hidup yang harus
ditaati baik oleh individu atau kelompok – kelompok ditentukan oleh wewenang yang bersifat
memaksa dan mengikat (Lasky, 1947)
c. Max Weber,
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan
fisik secara sah dalam suatu wilayah (Weber, 1958).
2.2 Tujuan Negara
b. Memperluas kekuasaan
a. Plato
Tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia sebagai perseorangan (Individu) atau
sebagai makhluk sosial.
b. Ibnu Arabi
Tujuan negara adalah agar manusia dapat menjalankan kehidupan baik jauh dari sengketa
atau perselisihan
c. Ibnu Khaldun
Tujuan negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara
pada kepentingan akhirat.
Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, terdapat 4 poin tujuan
Negara Indonesia yaitu sebagai berikut :
Hal-hal yang termasuk untuk wajib dilindungi adalah semua komponen yang membentuk
bangsa Indonesia, mulai dari rakyat, kekayaan alam, serta nilai-nilai bangsa yang patut
dipertahankan.
Kesejahteraan umum tidak hanya mencakup tentang kesejahteraan ekonomi dan materi,
namun kesejahteraan lahir dan batin. Terciptanya rasa aman, gotong royong, saling menghormati
dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing individu, masyarakat yang makmur dan adil
sederajad.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar perdamaian abadi dan keadilan
sosial
Perdamaian yang tercipta di masing-masing negara di dunia akan melahirkan politik luar
negeri yang bebas dan aktif.
Negara terbagi kedalam dua bentuk yaitu negara kesatuan(Uniterianisme) dan negara
serikat(Federasi).
a. Negara kesatuan
Bentuk suatu negara yang merdeka yang berdaulat dengan satu pemerintah pusat yang
berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya negara kesatuan ini
terbagi ke dalam dua macam yaitu :
Sentral dan Otonomi, sistem yang langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat model
pemerintahan orde baru di bawah pimpinan presiden Soeharto. Didesentralisan adalah kepada
daerah diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan di wilayahnya sendiri,
sistem itu dikenal sebagai Otonomi daerah ata swantara.
b. Negara serikat
Negara serikat atau pederasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa
negara bagian dari sebuah negara serikat. Pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk
negara dapat di golongkan ke-3 kelompok yaitu monarki, Oligarti dan Demokrasi.
b. Oligarti, pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan
atau kelompok tertentu.
c. Demokrasi, bentuk pemerintahan yang bersandar kepada kedaulatan rakyat atau
mendasarkan kekuasaaannya pada pilihan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan
umum (Pemilu).
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai
berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia
Dari UU ini terlihat bahwa secara prinsip Republik Indonesia menganut asas kewarganegaraan
ius sanguinis; ditambah dengan ius soli terbatas (lihat poin 8-10) dan kewarganegaraan ganda
terbatas (poin 11).
Dalam pengertian warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga negara
merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia
mempunyai hak dan kewajibannya yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.
Dalam konteks Indonesia hak warga Indonesia terhadap negaranya telah diatur dalam
UUD 1945 dan berbagai peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari UUD 1945.
Pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara mencakup pasal-pasal
27,28,29,30,31,33,34.
a. Pasal 27 Ayat (1) menetapkan hak warganegara yang sama dalam hukum dan
pemerintahan sera kewajiban umtuk menjunjung hukum dan pemerintahan.
b. Pasal 27 Ayat (2) menetapkan hak warganegara atas pekerjaan dan kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
c. Pasal 27 Ayat (3) dalam perubahan kedua UUD 1945 menetapkan hak dan kewajiban
warga Negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
d. Pasal 28 menetapkan hak warganegara untuk berserikat, berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan.
e. Pasal 29 Ayat (2) menyebutkan adanya hak kemerdekaan unuk memeluk agamanya
masing-masing dan beribadah menurut agamanya.
f. Pasal 30 Ayat (1) dalam perubahan kedua UUD 1945 menyebutkan hak dan kewajiban
warganegara unuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.
g. Pasal 31 Ayat (1) menyebutkan bahwa tiap-tiap warganegara berhak mendapakan
pendidikan.
h. Pasal 33 menetapkan tentang system perekonomian didasarkan pada demokrasi dan
dipergunakan untuk sebear-besar kemakmuran rakyat.
i. Pasal 34 menetapkan hak warga Negara yang tidak mampu ditpelihara oleh Negara.
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa
terkecuali, persamaan antara sesama manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai
kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan dikemudian hari.
Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum, dan setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghu=idupan yang layak.
Setiap warga negara Indonesia memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh dan setiap warga negara
wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah (Pemda).
Hubungan negara dan warga negara ibarat ikan dan airnya, keduanya memiliki hubungan
timbal balik yang sangat erat. Negara Indonesia sesuai dengan institusi, misal, berkewajiban
untuk menjamin dan melindungi seluruh warganya, tanpa kecuali. Secara jelas dalam UUD Pasal
33. Misal, disebtkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (ayat 1)
negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, (ayat 2) negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Analisis
Hubungan antara negara dan warga negaranya tercermin dalam hak dan kewajiban antara
negara dan warga negara. Hak dan kewajiban itu tertuang dalam pasal-pasal konstitusi negara,
UUD 1945. Misalnya, pasal 30 UUD 1945 yang mengatur tentang Pendidikan, pasal 1(satu)
berbunyi: ”Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pasal ini menyuratkan bahwa
negara mempunyai kewajiban untuk mendukung dan membantu warga negaranya untuk
mendapat atau meraih pendidikan.
Namun, dalam kenyataannya pasal-pasal dalam UUD tersebut kadang tidak dijalankan secara
sungguh-sungguh oleh negara. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, misalanya lemahnya
kinerja lembaga negara atau badan negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Lemahnya kinerja
lembaga legislatif (penyalur aspirasi rakyat), eksekutif (pelaksana kebijakan), dan yudikatif
(pengawas pemerintah) akan berujung pada kesejangan antara peran negara dan situasi warga
negara.
Supaya terdapat keseimbangan dan keselarasan antara hak dan kewajiban antara negara
dan warga negara maka negara harus melaksanakan hak dan kewajibannya dan warga negara
patuh dan taat terhadap negara dan juga sebaliknya.
3.2 Kesimpulan
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat
dan berasil menuntut kewarganegaraannya taat pada peraturan perundang-undangan nya melalui
pengusaan menopolitis dari kekuasaan yang sah.