WANPRESTASI
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Aspek Hukum Dalam Ekonomi
Dosen Pengampu : Hasanain Haikal Hadining, S.H, M.H
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial (Zoon Politicon) tidak ada yang bisa hidup sendiri di
dunia ini. Maka diperlukan adanya hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain berupa
perikatan, termasuk dalam pencapaian kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia satu dan
manusia lainnya berbeda sesuai usia dan status sosialnya.
Dahulu kala, orang melakukan perikatan dengan yang lain guna memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan cara barter (penukaran barang dengan barang), lalu berubah menjadi penukaran
barang dengan uang barang dan kemudian berganti menjadi barang dengan uang.
Ternyata perkembangan zaman sudah merubah peradaban cara hidup manusia memenuhi
kebutuhannya. Tidak hanya melakukan transaksi (akad) secara langsung, tapi juga bisa dengan
kredit, dan lain-lain bahkan ada perjanjian secara tertulis sebelum diadakan perikatan pemenuhan
kebutuhan tersebut.
Akibat kian hari kian banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi yang tidak diiringi
dengan jumlah pendapatan, maka lahirlah ingkar janji dari suatu kesepakatan yang telah dibuat
yang dinamakan Wanprestasi yang tentunya tidak lain merugikan pihak kreditur, baik perjanjian
itu berupa sepihak (cuma-cuma) maupun timbal-balik (atas beban).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wanprestasi ?
2. Bagaimana wujud wanprestasi ?
3. Apa saja sebab dan akibat wanprestasi ?
4. Bagaimana cara penyelesaian wanprestasi di Pengadilan ?
5. Bagaimana sanksi dan ganti rugi terhadap wanprestasi ?
6. Apa perbadaan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum (PMH)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wanprestasi
Wanpresentasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi. Somasi sendiri
merupakan terjemahan dari ingerbrekestelling. Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata
dan Pasal 1243 KUH perdata.1[1]
Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk. Menurut
kamus Hukum, wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati
kewajibannya dalam perjanjian.2[2] Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan
yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti
yang telah ditentukan dalam perjanjian3[3] dan bukan dalam keadaan memaksa adapun yang
menyatakan bahwa wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.4[4]
Wanprestasi berarti tidak melakukan apa yang menjadi unsur prestasi, yakni:
1. Berbuat sesuatu;
2. Tidak berbuat sesuatu; dan
3. Menyerahkan sesuatu.
Dalam restatement of the law of contacts (Amerika Serikat), Wanprestasi atau breach of
contracts dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Total breachts artinya pelaksanaan kontrak tidak mungkin dilaksanakan;
2. Partial breachts artinya pelaksanaan perjanjian masih mungkin untuk dilaksanakan.
Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh
kreditur atau Juru Sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau
Juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu
1[1] Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hal.
96.
2[2] Sudarsono. Kamus Hukum. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 578.
4[4] Marhainis Abdulhay, Hukum Perdata Materil. (Jakarta : Pradnya Paramita, 2004), hal. 53.
ke pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau
tidak.5[5]
B. Wujud Wanprestasi
Jika debitur tidak melaksanakan prestasi-prestasi tersebut yang merupakan kewajibannya,
maka perjanjian itu dapat dikatakan cacat atau katakanlah prestasi yang buruk. Wanprestasi
merupakan suatu prestasi yang buruk, yaitu para pihak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai
isi perjanjian. Wanpestasi dapat terjadi baik karena kelalaian maupun kesengajaan.6[6]
Wanprestasi seorang debitur yang lalai terhadap janjinya dapat berupa:
1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan merek Snoopy dengan harga Rp
13.000.000,00 yang penyerahannya akan dilaksanakan pada Hari Minggu, Tanggal 25 Oktober
2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama sekali tanpa alasan
yang jelas.
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sesuai dengan janjinya.
Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat waktu, tapi membawa motor Miu bukan
merk Snoopy yang telah diperjanjikan sebelumnya.
3. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tapi kedaluwarsa.
Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu membawa motor Snoopy, namun
datang pada jam 14.00.
4. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Contoh:(Konteks contoh nomor 1). Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu dan membawa
motor Snoopy, namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang sudah jelas-jelas dilarang
dalam kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya.
Untuk mengatakan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian, kadang-
kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan suatu pihak
diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan.
6[6] Yogi Ikhwan. Wanprestasi Sanksi Ganti Kerugian dan Keadaan Memaksa.
http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-dan-keadaan-
memaksa/. diakses. 27 September 2014.
Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam perjanjian yang berupa tidak berbuat sesuatu,
akan mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan wanprestasi yaitu sejak pada saat debitur
berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur
yang berupa berbuat sesuatu yang memberikan sesuatu apabila batas waktunya ditentukan dalam
perjanjian maka menurut pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap melakukan wanprestasi
dengan lewatnya batas waktu tersebut. Dan apabila tidak ditentukan mengenai batas waktunya
maka untuk menyatakan seseorang debitur melakukan wanprestasi, diperlukan surat peringatan
tertulis dari kreditur yang diberikan kepada debitur. Surat peringatan tersebut disebut dengan
somasi.7[7]
7[7] Abdul Rosyid Sulaiman, SH., MM. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus. (Jakarta: Prenada
Media, 2005), hal. 44.
11[11] Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Cetakan Ketigapuluh enam. (Jakarta: Pradnya Paramita,
2005), hal. 147.
12[12] Subekti, Hukum Perjanjian. Cetakan Ketigabelas. (Jakarta: PT. Intermasa, 1991), hal. 45.
keuntungan yang akan diperoleh sekiranya perjanjian tesebut dipenuhi dan ganti rugi bunga
(interst).13[13]
a. Ganti biaya yaitu mengganti pengeluranan yang dikeluarkan kreditur;
b. Ganti rugi yaitu mengganti barang-barang rusak; dan
c. Ganti bunga yaitu mengganti keuntungan yang seharusnya didapat.
3. Pembatalan perjanjian
Dalam hal pembatalan perjanjian, banyak pendapat yang mengemukakan bahwa
pembatalan ini dilakukan oleh hakim dengan mengeluarkan putusan yang bersifat declaratoir.
Hakim juga mempunyai suatu kekuasaan yang bernama “discretionair”, artinya ia berwenang
untuk menilai wanprestasi debitur. Apabila kelalaian itu dianggapnya terlalu kecil, hakim
berwenang untuk menolak pembatalan perjanjian meski ganti rugi yang diminta harus
dituluskan.14[14]
4. Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi;
5. Meminta/ menuntut ganti rugi saja.
Dan hak-hak yang dituntut oleh kreditur dicantumkan pada bagian petitum dalam surat
gugatan. Jika debitur tidak bisa membuktikan bahwa ia tidak melakukan wanprestasi tersebut,
maka biaya perkara seluruhnya dibayar oleh debitur.
17[17] Nindyo Pramono, Hukum Komersil, (Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2003), cet. 1, hal. 223.
F. Perbedaan Wanprestasi dengan Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
Banyak yang mengira wanprestasi adalah bagian kesatuan dari perbuatan melawan
hukum, banyak praktisi hukum sekalipun menganggap bahwa wanprestasi adalah perbuatan
melawan hukum (genus spesific). Banyak kasus contohnya dalam suatu perjanjian, si A
meminjam uang kepada si B dengan dasar surat perjanjian, kemudian A cidera janji atas
perjanjian tersebut, kemudian B dengan banyak bicara akan menuntut A ke pengadilan kemudian
membuat surat gugatan. Hal ini salah besar karena kita harus melihat kaidah kaidah hukum itu
sendiri sebelum membuat surat gugatan karena jika dicampur adukan akan menimbulkan
kekeliruan posita, bisa saja A dapat tuntutan karena perbuatan melawan hukum tapi bisa saja
tidak, kembali lagi kepada asas kebebasan berkontrak. Namun dalam perbuatan melawan hukum
timbulnya hak menuntut ketika melakukan perbuatan yang dilarang Undang- Undang.
Maka dari itu sebelum menuntut dan membuat surat gugatan anda perlu mengetahui
tentang perbedaan wanprestasi dan perbuatan melawan hokum
1. Wanprestasi bersumber dari suatu ikatan, adanya wanprestasi karena sebelumnya ada suatu
perjanjian yang mengharuskan melaksanakan suatu kewajiban, dikatakan wanprestasi saat pihak
yang memiliki kewajiban tersebut tidak dapat menjalankan kewajibannya, sehingga
penyelesaiannya dapat melalui jalur negosiasi, mediasi, atau yang tertera sebelumnya pada
perjanjian. Sedangkan perbuatan melawan hukum ialah bersumber dari Undang-undang bukan
berdasarkan perjanjian hasil persetujuan, perbuatan melawan hukum berpatokan pada melawan
hukum atau tidak sesuai dengan hukum maka akibatnya hukuman pidana atau pertanggung
jawaban perdata.
2. Pada wanprestasi pihak yang dirugikan tidak dapat langsung memberikan somasi kepada pihak
yang cidera janji, karena butuh proses untuk melihat perjanjian awal, apakah dia cidera janji
karena lalai atau tidak. sedangkan dalam Perbuatan melawan hukum jika pihak yang dirugikan
sesuai dengan ketentuan Undang undang hukum positif maka bisa dapat langsung melaporkan
kerugian tersebut kepada kepolisian.
3. Ganti rugi dalam wanprestasi (injury damage) yang dapat dituntut haruslah terinci dan jelas.
Sementara, dalam perbuatan melawan hukum, tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan pasal
1265 KUHPerdata, tidak perlu menyebut ganti rugi bagaimana bentuknya, tidak perlu perincian.
Dengan demikian, tuntutan ganti rugi didasarkan pada hitungan objektif dan konkrit yang
meliputi materiil dan moril. Dapat juga diperhitungkan jumlah ganti rugi berupa pemulihan
kepada keadaan semula (restoration to original condition, herstel in de oorpronkelijke toestand,
herstel in de vorige toestand)18[18]
CONTOH KASUS
Di Desa Kecamatan Karangbatu, Kelurahan Makmur Jaya, terjadi suatu perjanjian antara
dua kepala keluarga berkenaan dengan perjanjian tempat tinggal antara keduanya (25/05/2013).
Sebut saja pihak pertama yaitu Bapak Suherman beserta istri dan kedua anaknya sebagai pihak
yang membutuhkan tempat tinggal sementara karena keluarga ini sedang mengalami masalah
ekonomi sehingga hilang kepemilikan tempat tinggal sebelumnya. Bapak Suherman memiliki
teman akrab bernama Bapak Jali yang berperan sebagai pihak kedua dalam kejadian ini. Bapak
Jali bersedia membantu keluarga Bapak Suherman dengan beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi oleh pak Suherman dan keluarganya.
Bahwa keluarga Pak Suherman bisa menempati salah satu dari rumah yang dimiliki oleh
pak Jali, tetapi Pak Suherman harus mampu membayar uang sewa rumah tersebut sebesar
Rp.500.000/bulan tepat setiap tanggal 25. Apabila terjadi tunggakan/penundaan pembayaran
sewa rumah tersebut berdasarkan waktu yang telah ditetapkan, maka Bapak Jali berhak mengusir
keluarga Pak Suherman dari rumahnya.
Hingga pada bulan ketiga Bapak Suherman menempati rumah tersebut, ia dan
keluarganya belum juga mampu membayar sewa rumah sesuai kesepakatan dengan pak Jali. Pak
Jali pun menderita kerugian dengan kejadian ini. Sehingga beliau dengan terpaksa harus
mengusir keluarga pak Suherman setelah memberikan beberapa dispensasi sebagai seorang
teman seperti memaklumi penundaan pembayaran selama 3 bulan lamanya dan tidak menuntut
ganti rugi bayaran selama 3 bulan tersebut.
Analisa:
18[18] Hokum kompasiana. Bedakan Wanprestasi Dengan PMH Perbuatan Melawan Hukum.
http://hukum.kompasiana.com/2014/04/14/bedakan-wanprestasi-dengan-pmh-perbuatan-melawan-hukum-
646893.html. diakses, 6 September 2014.
Jenis perbuatan : Wanprestasi/Cidera Janji
Subyek hukum : Bapak Suherman dan Bapak Jali
Peristiwa hukum adalah Segala kejadian kemasyarakatan yang akibatnya diatur oleh hukum.
Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam babVII Buku III KUH Perdata yang berjudul
“Tentang Sewa-Menyewa” yang meliputi pasal 1548 sampai dengan pasal 1600 KUH Perdata.
Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “
Perjanjian sewa-menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama
waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah
disanggupi pembayaranya.”
Alasan :
Menurut J Satrio: “Suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak
memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya”.
Bentuk-bentuk Wanprestasi :
1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;
2. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat);
3. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan; dan
4. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Dalam kejadian diatas termasuk bentuk wanprestasi yang pertama, dimana bapak
Suherman tidak melaksanakan janji yang telah disepakati sama sekali. Ia lalai untuk
melaksanakan kewajibannya sebagai pihak yang menyewa rumah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak
dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam
keadaan memaksa adapun yang menyatakan bahwa wanprestasi adalah tidak memenuhi atau
lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara
kreditur dengan debitur.
2. Wujud Wanprestasi
a. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sesuai dengan janjinya.
c. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tapi kedaluwarsa.
d. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
3. Sebab dan Akibat Wanprestasi
a) Sebab adanya wanprestasi
- Kesengajaan atau kelalaian debitur itu sendiri.
- Adanya keadaan memaksa (overmacht).
b) Akibat wanprestasi
- Perikatan tetap ada
- Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 KUH Perdata).
- Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur
wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan besar dari pihak kreditur.
- Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari
kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUH Perdata.
4. Sanksi dan Ganti Rugi terhadap Wanprestasi
Kerugian yang harus diganti meliputi kerugian yang dapat diduga dan merupakan akibat
langsung dari wanprestasi, artinya ada hubungan sebab-akibat antara wanprestasi dengan
kerugian yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA