Anda di halaman 1dari 15

Nama dan No Mhs : Tommy Akroma (20130310021)

RSUD : RS PKU Unit II


1. Pengalaman : Seorang wanita bernama Poniyah dengan usia 61 tahun 2
bulan 2 hari, beragama islam, dengan pekerjaan pedagang, dan alamat beliau di
tegarejo No 71A RT02 Tamantirto, Kasihan, Bantul. Pada tanggal 12 desember 2014
datang dengan keluhan muntah-muntah sejak semalam, lemas, tidak mau makan
sehari-hari, sakit perut, dan BAB.

Dari keadaan umum pasien sedang, sadar penuh, pernafasan normal, nadi 100/60
mmhg. Jalan nafas pasien paten , pernafasan spontan, gerakan dada simetris, dan
tipe pernafasan normal. Untuk sirkulasi nadi radialis normal. Kulit/mukosa normal,
akral hangat. Neurologi GCS : 15 pupil 3/3. Konjungtiva pink, mukosa basah, sklera
tidak ikterik, bibir lidah normal. Nyeri pada bagian kuadran kiri atas. Diagnosis awal
OBS Vomitus.

Tata laksana dokter : infus RL, Injeksi ondansetron IA, injeksi Ranitidin IA, ranitidin
2x1, Dompenidin 3x1, Cefixin 2x1.

Pemeriksaan penunjang Lab :

AL : 12,4

AT : 197

HMT : 36

HB : 11,7

GDS : 109

Untuk pemeriksaan tanggal 13 desember 2014 pukul 17.30

Kesuluruhan masih sama, yang berbeda hanya nadi menjadi 110/80 mmhg. Keluhan
utama pasien muntah dan diare. Dari anamnesis lagi muntah-muntah, diare berkali-
kali lemas, pusing. Didiagnosis dokter -> GEA dan vomitus dengan dehidrasi sedang.

Tatalaksana : Infus RL, Injeksi Ondasetron IA, Injeksi scopamin.

2. Masalah yang dikaji :


 Mengapa dokter pada tanggal 12 desember 2014 mendiagnosis OBS
vomitus?
 Mengapa dokter memberikan tatalaksana infus RL, Injeksi ondansetron IA,
injeksi Ranitidin IA, ranitidin 2x1, Domperidone 3x1, Cefixim 2x1?
 Mengapa pasien tiba-tiba ada diare dan dokter mendiagnosis GEA dan
Vomitus dengan Dehidrasi sedang?
 Mengapa tatalaksanya Infus RL, Injeksi Ondansetron IA, Injeksi scopamin?

3. Analisis kritis
1. Mengapa dokter pada tanggal 12 desember 2014 mendiagnosis OBS vomitus?

Observasi vomitus atas dasar : riwayat mual disertai muntah pasien yang berkelanjutan,
rasa lemas,tidak nafsu makan, sakit perut.

Mual itu adalah perasaan subjektif ingin muntah. Muntah (Vomitus/emesis) adalah
ekpulsi isi gastrointestinal melalui mulut akibat kontraksi otot dan dinding thorakabdomen.
Di awali dengan perasaan tidak nyaman yang berlanjut kemudian muntah.

Observasi Vomiting (mual muntah) adalah pengeluaran isi lambung secara paksa melalui
mulut disertai kontraksi lambung. Pada anak biasanya sulit untuk mendeskripsikan mual,
mereka lebih sering mengeluh sakit perut atau keluhan umum lainnya. Muntah pada bayi
dan anak dapat terjadi secara regurgitasi ( kembalinya makanan tercernah) dari isi lambung
sebagai akibat refluks gastroesofageal ( suatu kondisi medis yang ditandai dengan
mengalirnya kembalinya isi lambung ke esofagus ( tabung yang menghubungkan
kerongkongan dengan lambung atau dengan menimbulkan reflek emetik ( gerakan yang
menimbulkan mual ). Terdapat dua type muntah akut dan kronis. Batasan muntah kronis
apabila muntah lebih dua minggu.( Judith, M.S.2004;203 ).
Anatomi dan Fisiologi Observasi Vomitus

o v Stimulasi reseptor supramedular


 ü Muntah psikogenik(masalah psikis juga dapat menyebabkan mual muntah)
 Contohnya: ketika cemas misalnya karena ancaman atau situasi yang tidak disukai
yang menyebabkan kecemasan dan juga apabila seorang wanita ingin memiliki anak
bisa muntah pada tanggal atau mendekati tanggal dimana dulu dia mengalami
operasi pengangkatan rahim.
 Tekanan intrakranial merupakan komplikasi yang serius yang biasanya terjadi pada
trauma kepala(perdarahan,hematome,edema dll)
 Vaskular (migran,hipertensi dan kejang)
o Stimulasi chemoreceptor trigger zone
 Obat
 Digoxin:digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa jantung
dalam keadaan kegagaln jantung
 Antikonvulsan:adalah depresan ssp,macam-macam interaksi kelompok
antikonvulsan :antikonvulsan depresan lain,antikonvulsan
antipsikotika,antikonsulvan pil kb,antikonsulvan estrogen.

Etiologi/faktor resiko
· Kolesistisis
Lebih sering terjadi pada perempuan,terutama pada penyakit hemalitik contohnya:anemia
ditandai dengan nyeri epigastrium(lambung)yang terjadi secara tiba-tiba setelah makan
· Gastroentitis
Sangat sering terjadi ,adanya riwayat kontak dengan orang yang sakit,biasanya diikuti
oleh diare dan demam
· Korpus alienum
Dihubungkan dengan kejadian tersedak berulang,batuk tiba-tiba/air liur yang menetes
· Posttensive
Seringkali anak-anak muntah setelah batuk berulang atau batuk yang dipaksakan

patofisiologi
Muntah merupakan proses reflek/gerakaan dengan tingkat koordinasi yang tinggi dan
dimulai dengan retching(tampak upaya yang kuat untuk muntah)proses ini dikoordinasikan
dalam pusat muntah medula yang dipengaruhi secara langsung oleh sistem saraf pusat
.proses muntah dibagi menjadi 3 yaitu:
· Nausea(mual)merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ ,labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching(muntah).
· Retching(muntah)merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glotis
tertutup,bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intraktoraks yang negatif.
· Emesis(ekspulsi)terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut,diikuti dengan bertambah turunnya diafragma disertai dengan
penekanan mekanisme antirefluks.

Manifestasi klinis
· Seringkali muntah,kembung,buang angin bunyinya keras,sering ngeden dan sering
rewel,gelisah terutama malam hari,bab tidak tiap hari,bab >3kali perhari.
· Lidah/mulut sering timbul putih,bibir kering.
· Kepala,telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat,keringat berlebihan.
· Gejala muntah cairan regurgitasi(aliran dengan arah yang berlawanan dari normal,aliran
kembali isi lambung dan kedalam eshophagus(tabung yang berulang /berrongga yang
mengangkut makanan dan cairan dari tenggorokan kelambung.(Dorland,2002) .
Bisa disimpulkan dokter lebih menkankan ke keluhan utama pasien yaitu MUNTAH jadi
dokter mendiagnosis OBS Vomitus.

2. Mengapa dokter memberikan tatalaksana infus RL, Injeksi ondansetron IA, injeksi
Ranitidin IA, ranitidin 2x1, Domperidone 3x1, Cefixim 2x1?

Infus RL
Infus Ringer Laktat merupakan larutan elektorlit yang terdiri dari kalsium klorida,
sodium klorida, sodium laktat, dan kalium klorida. Infus Ringer Laktat merupakan
infus untuk pertolongan pertama pada kehilangan cairan tubuh karena penyakit,
pendarahan, muntah ataupun penyakit lainnya (Hospira Inc., 2004).

Ranitidin
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja
histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung.
Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat
50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut
bertahan selama 6–8 jam.
Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma
dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi
secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 ½–3 jam pada
pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

Domperidone
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik.
Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal
(gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di
kemoreseptor “trigger zone” yang terletak diluar saluran darah otak di area
postrema.
Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan
duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan
setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yang
pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada sfingter
esofagus bagian bawah pada orang sehat.

Cefixim
Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme sebagai berikut :
• Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli
dan Proteus mirabilis.
• Otitis media yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae (beta-laktamase
strain positif dan negatif), Moraxella (Branhamella) catarrhalis (umumnya yang
termasuk beta-laktamase strain positif) dan Streptococcus pyogenes.
• Faringitis dan tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
• Bronkitis akut dan bronkitis kronik eksaserbasi akut yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain
negatif dan positif).
• Pengobatan demam tifoid pada anak dengan multi-resisten terhadap
pengobatan standar.

3. Mengapa pasien tiba-tiba ada diare dan dokter mendiagnosis GEA dan Vomitus
dengan Dehidrasi sedang?

Salah satu alasan diare adalah merupakan salah satu faktor resiko dari
Gastroentitis yang sangat sering terjadi ,adanya riwayat kontak dengan orang
yang sakit,biasanya diikuti oleh diare dan demam.

GASTROENTERITIS AKUT

1. Pengertian

Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan
sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair
(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak. (Soebagyo, 2008)

Dengan kata lain Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus
yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar ( BAB )
lebih dari 3 kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu
keadaan kekurangan atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.

Secara klinis Gastro Enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:


a. Gastro Enteritis Desentriform.
Disebabkan oleh antara lain: Shigella, Entamoeba Hystolitica.
b. Gastro Enteritis Koleriform.
Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida, atau Intoksikasi makanan.

2. Etiologi

Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena
sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan
sebagainya.
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
Gastroenteritis. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi Bakteri :
- Salmonella (Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp)
Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman
terutama terjadi pada anak-anak, identifikasi salmonella dari feses penderita.
- Escherichia coli
Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi dapat menjadi
patogen pada bagian tubuh yang lain, dapat menimbulkan radang pada vesika
urinaria.
- Vibrio (Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non 01, Vibrio
parachemolyticus)
Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis yang
menimbulkan penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan vibrio eltor.
- Shigella (Shigella dysentriae, Shigella Flexneri)
Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang tercemar oleh sekresi /
feses penderita. Lokalisasi yang paling sering terkena adalah usus besar dengan
bagian terbesar adalah bagian sigmoid.
- Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus
spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis.

b) Infeksi Virus :
- Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
- Adenovirus
- Rotavirus
- Norwalk virus
-Astrovirus, dan lain-lain.

c) Infeksi Parasit :
- Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)
- Protozoa (Entamoeba Histtolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas Haminisis)
- Jamur (Candida Albicans).

2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Ortitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia (Radang Paru),
Encephalitas (Radang Otak) dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada
bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi Karbohidrat :
- Disakarida (Intoleransi Laktosa, Maltosa, Dan Sukrosa)
- Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa Dan Galaktosa)
2) Malabsorbsi lemak
- Long Chain Triglyceride
3) Malabsorbsi protein
- Asam Amino dan B-Laktoglobulin
c. Faktor makanan :
- Makanan basi dan Makanan yang belum waktunya diberikan.
d. Keracunan
e. Alergi :
- Alergi Susu
- Alergi Makanan
- Cow's Milk Potein Sensitive Enteropathy (CMPSE)
f. Imunodefisiensi
g. Faktor lain :
- psikis
- lingkungan
- cuaca

3. Patofisiologis

Sebanyak sekitar 9 - 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal
dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan
sebagainya). Sebagian besar (75 - 85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali
di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90
% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150 -
250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.

Faktor-faktor faali yang menyebabkan Gastro Enteritis sangat erat hubungannya satu
sama lain, misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas
usus meningkat.

Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan
gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga waktu
penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.

Mekanisme dasar yang menimbulkan Gastro Enteritis :


a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula (Latief dkk, 2005 ).
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
(Suriadi, 2006)
Gastro Enteritis juga dapat terjadi karena Kuman Patogen masuk ke dalam traktus
gastro intestinal melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman
tersebut, kemudian merusak sel-sel mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan
kolon, sehingga akan terjadi peradangan.

Gastro Enteritis yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :

a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk ke dalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri
tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung
bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak
maka akan ada yang lolos ke dalam usus 12 jari (duodenum).

Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai


100 juta koloni atau lebih per-ml cairan usus. Dengan memproduksi enzim muicinase
bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam
membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. Sub
unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan
membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP
berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat
absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel
tersebut.

Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan
tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan
menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding
usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik
untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar.

Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk


menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila
jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi
diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan
terjadi diare.

b. Bakteri Enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri
yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B,
S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe
C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar
(E. Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan
(lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin
karena superinfeksi dengan jasad renik lain.

Pada Gastro Enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa usus menjadi
merah dan meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya terbatas pada lapisan
mukosa usus, terjadi pengrusakan terhadap sel-sel epithel yang matang dan
kemudian digantikan oleh absorbsi, yang tidak matang yang tidak dapat menyerap
karbohidrat atau gizi lain dan air secara efisien.

Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak
sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air,
dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan
bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan
enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama
diare.

Gastro Enteritis Akut dapat terjadi disebabkan oleh infeksi langsung virus ataupun
oleh efek neurotoksik yang dihasilkan oleh bakteri. Akibatnya terjadi peningkatan
frekuensi buang air besar.

4. Patogenesis

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan Gastro Enteritis Akut atau
diare akut karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).

- Faktor kausal
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan
penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk
koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.

- Faktor penjamu
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya
tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung,
motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi
mukosa, dan enzim pencernaan. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella
terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan
kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera.

Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit,
serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan
eliminasi sumber infeksi.

Potogenesis diare akut :


a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin.
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:


a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik hipokalemi dan sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah).
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah

5. Manifestasi klinis

Secara umum, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :


a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

c. Demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
l. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.

Secara khusus, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :


1) Agen Bakterial :
a. Kelompok Shigella gram negative
Demam, kram abdomen, sakit kepala, Diare cair disertai mucus dan pus. Penyakit
dapat sembuh sendiri , pengobatan dengan antibiotic.
b. Salmonella
Suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau tidak enak, kadang
bercampur sedikit lendir dan berdarah, stadium predromal 2 – 4 hari dengan gejala
sakit kepala, nyeri, perut kembung.
c. Escherrichia Coli
Pada bayi malas menetek, lemah, berat badan sukar naik. Insiden banyak pada
musim panas, dengan hanya pengobatan simptomatis. Gejala berkurang dalam 3-7
hari.
d. Vibrio
Konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh mules, dalam waktu
singkat tinja berubah menjadi cairan putih keruh, tidak berbau amis, diendapkan
mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan
dinding perut: suara serak, kelopak mata cekung, tulang pipi menonjol, menonjol,
bibir kering, turgor kulit kering, perut kembung.
e. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7 hari)
Kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat penyembuhan

2) Agen Viral :
- Rotavirus
Awitan tiba-tiba, nyeri perut, demam, mual, muntah, diare dapat menetap lebih dari
satu minggu. Terjadi lebih tinggi pada musim dingin, biasanya ringan dan sembuh
sendiri.

3) Agen Protozoa :
- Entamoeba Hystolitica.
Tinja biasanya berlendir dan berdarah, gejala menyolok adalah tenesmusnya.
(perasaan konstan untuk mengosongkan usus yang disertai rasa sakit, kram dan
spontan)

4) Keracunan makanan :
a. Staphilococcus (inkubasi 4-6 jam)
mual, muntah, kram abdomen, diare hebat, demam ringan, syok pada kasus berat.
Ditularkan melalui makanan terkontaminasi, sembuh sendiri, perbaikan terlihat
dalam 24 jam.
b. Clostridium Perfringens (inkubasi 8-24 jam)

Kram sedang sampai hebat, nyeri midepigastrik. Dapat sembuh sendiri.


c. Clostridium botulinum (inkubasi 12-26 jam)
Mual, muntah, diare, mulut kering, disfagia. Keparahan bervariasi cepat dalam
beberapa jam, dapat diberikan antitoksin.

- Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
- Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
- Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot-otot kaku sampai sianosis.
http://parfait-ceylon.blogspot.com/2013/10/laporan-pendahuluan-gastroenteritis-
akut.html

4. Mengapa tatalaksanya Infus RL, Injeksi Ondansetron IA, Injeksi scopamin?


Infus RL
Infus Ringer Laktat merupakan larutan elektorlit yang terdiri dari kalsium klorida,
sodium klorida, sodium laktat, dan kalium klorida. Infus Ringer Laktat merupakan
infus untuk pertolongan pertama pada kehilangan cairan tubuh karena penyakit,
pendarahan, muntah ataupun penyakit lainnya (Hospira Inc., 2004).

Domperidone
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik.
Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal
(gastroprokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di
kemoreseptor “trigger zone” yang terletak diluar saluran darah otak di area
postrema.
Pemberian oral domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan
duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan
setengah padat pada orang sehat, serta bentuk padat pada penderita yang
pengosongan lambungnya terhambat, dan menambah tekanan pada sfingter
esofagus bagian bawah pada orang sehat.

Scopamin
Komposisi: Per mL : Hyoscine-N-butylbromide 20 mg. Indikasi: Nyeri paroksismal
pada lambung atau usus halus, nyeri spastik pada saluran kemih, dismenore.
Dosis: Ampul : 1 ampul IM/IV, dapat diulang setelah 1/2 jam. Pemberian Obat:
Diberikan sebelum atau sesudah makan. Kontra Indikasi: Miastenia gravis,
glaukoma, megakolon, toksik, hipertrofi prostat, porfiria, takikardia. Perhatian:
Hamil, gangguan ginjal dan hati. Efek Samping: Mulut dan kulit kering, konstipasi,
palpitasi, rasa panas dan kemerahan pada kulit wajah, bradikardi, takikardi.
Interaksi Obat: Memperkuat efek antikolinergik dari antidepresan trisiklik.
Kemasan: Ampul 20 mg/mL x 1 mL x 5

4. Dokumentasi (terlampir)
5. Referensi

http://www.apotikantar.com

http://www.hexpharmjaya.com

L. Longo, Dan dan S. Fauci, Anthony. 2010. Gastroenterologi & Hepatologi Harrison. Jakarta :
EGC.

Amin, Z., A. Bahar. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI

Dosen Pembimbing Refleksi

( dr. Mahendra Priya Adhi K )

Anda mungkin juga menyukai