Anda di halaman 1dari 11

MATERI PENYULUHAN GIZI

SEIMBANG UNTUK ANAK


DEFINISI
Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui
makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif dan
sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh
tetap sehat

KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian,
sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai
bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan
jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih
kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.

PERAN MAKANAN BAGI BALITA

Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu


karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.

Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga,


zat pembangun , dan zat pengatur.
1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah
karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih
besar daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang
aus atau rusak.
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan
jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai
zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks
dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak
( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium,
dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel
tubuh.

KEBUTUHAN GIZI BALITA


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang
diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya.
Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia,
jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik.
Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang
anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar
dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa
pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih
besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari
satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari
berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

BEBERAPA HAL YANG MENDORONG


TERJADINYA GANGGUAN GIZI
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab
terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima
tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh
mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong


terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita
antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan


kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering
terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan
gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga
yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan
faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai
sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga,
khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah
gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan
dibidang memasak menurunkan komsumsi anak,
keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu


Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai
gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya
digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka
yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat
menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti
genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya
akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan


Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang
makan makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak
untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya
berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan
hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal
anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan
seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.

d. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu


makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat
cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan
jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh
buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan
seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono,
1999).

e. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan


tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis
makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme
makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.

f. Jarak kelahiran yang terlalu rapat


Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa
banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh
karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang
baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat
merawatnya secara baik.

g. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat


memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan
makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil
lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan
menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang
masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

h. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk


menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-
kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat
rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena
produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong
anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk,
yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam
usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga,
disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

i. Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga


turut menentukan mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga
akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk
keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan.

j. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak


tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan
kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.
k. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk
keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)


Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan
protein.
a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau
makan
c. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga
penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena
penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan
yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan


pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan
wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna
ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi
sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka
akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan
usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal


sebagai berikut:

a. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga


bayi menjadi frustasi dan menangis
b. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan
dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi
tertekan
c. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan / membosankan
d. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau
ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan
sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
e. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak
pernah makan bersama kedua orang tuanya.

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit


makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor
pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus
dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya
melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut
beberapa hal yang dapat dilakukan.
a. Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah
dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan
anak dan disajikan semenarik mungkin.
b. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan
makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan
anak.
c. Upayakan suasana makan menyenangkan ,
sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk
menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)
d. Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap
suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan
ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan
yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan


maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.

a. Diusahakan waktu makan teratur dan makanan


diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
b. Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan
tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar
anak tetap mau makan nasi.
c. Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan
selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya
sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang
baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
d. Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan
harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan
gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau
gizi lebih.
e. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus
disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.

MENU MAKANAN BALITA


Makanan memegang peranan penting dalam
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan
pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian
makanan sebagai berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi,
makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga
anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya
secara utuh dalam satu hari.

Waktu-waktu yang disarankan adalah:


o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau
gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang


Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini
fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.

MAKANAN SELINGAN BALITA


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang
yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai
lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan
termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh
optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui
makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan
berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam,
menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak
bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi,
dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai
makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola
makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan
untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang
ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu
menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam
keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari
orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam
keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang
diberikan pada jam di antara makan pokoknya.
Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak
cukup menerima porsi makan karena anak susah
makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada
makanan selingan pun tidak baik karena akan
mengganggu nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang


mengandung zat gizi lengkap yaitu ......
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral,
seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi
daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan
lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang


terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam
makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya
aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah


sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di
luar rumah.

Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang


bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya
sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung
gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus
sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang
manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa
sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor
risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang
penyakit tertentu.

Pertumbuhan Anak
Untuk Berat Badan :
Saat lahir 2800 3500 gr
Saat usia 5 bulan berat badan bayi normal adalah 2 kali
berat saat lahir
Saat usia 1 tahun, maka berat badan bayi adalah 3 kali
berat lahir
Saat usia 2 tahun beratnya minimal 4 kali berat badan
lahir
Untuk BALITA kurang lebih berat badannya
bertambah 2 kg pertahun

Sedangkan untuk panjang badan/Tinggi Badan adalah


sebagai berikut :
Saat Lahir : lebih kurang 50 cm
Saat usia 1 tahun adalah 1,5 kali panjang badan saat
lahir
Saat usia 4 tahun, tinggi badannya adalah 2 kali
panjang badan saat lahir
Saat usia 6 tahun adalah 1,5 kali tinggi badan saat
berusia 1 tahun

Perkembangan anak

1. Perkembangan motorik
Anak baru lahir : memiliki reflek mengembang bila
telapak tangannya disentuh jari kita
2-3 bulan : menggerakkan kepala ke kanan ke kiri,
mengangkat kepala dan dada pada posisi tengkurap
4 bulan : menggenggam benda dengan seluruh jari dan
telapak tangan, mampu bermain-main dengan kedua
tangannya
5 bulan : mampu mengangkat kepala pada saat
terlentang
6 bulan : memegang ibu jari dan 2 jari lainnya
7-9 bulan : mulai belajar merangkak
8 bulan : mampu duduk sendiri kemudian mengambil
posisi ongkong-ongkong dan bertahan sebentar,
mampu menggenggam balok mainan dengan seluruh
permukaan tangan
9-10 bulan : mampu berdiri dan mulai melangkah
(masih dibantu)
12 bulan mampu berdiri dan berjalan sambil
berpegangan dan mampu mengambil benda kecil
dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk
12 -18 bulan : bisa berjalan sendiri , serta mampu
melepaskan mainan dari tanggannya dengan baik
18 bulan : mampu berlari tanpa jatuh, mampu
menyusun tiga balok mainan
24 bulan : mampu melompat dengan 2 kaki sekaligus,
mampu membuka botol dengan memutar penutupnya

2. Penglihatan dan Pendengaran


Saat lahir sudah bisa melihat
Lebih dari 2 bulan pandanagan mata belum terarah
dengan baik
2-3 bulan bayi dapat mengikuti benda yang digerakkan
di depan mata

4 bulan : bayi mampu mengamati mainan dan mampu


tersenyum pada ibu

8 bulan bayi mampu memperlihatkan dan mencari


mainan yang jatuh dan bermain cilukba

12 bulan, dapat mengiktui perintah, bicara


menggunakan konsonan misalnya b,d, k. Dapat
menunjukkan roda mobil-mobilan dan mata boneka

18 bulan bisa menunjukkan bagian tubuh bila ditanya


dan menirukan ktara-ktara baru, mengucapkan 10
sampai 20 kata

Saat usia 2 tahun, sudah dapat mengikuti petunjuk


sederhana, menyebutkan namanya sendiri

3. Berbicara dan berbahasa

1 bulan , kegiatan anak akibat suara


3 bulan, melihat ke arah pembicara
4 bulan , mampu mendengar suara kertas diremas dan
bermain bibir sambil mengeluarkan air liur
5 bulan, bereaksi ketika namanya dipanggil
6-7 bulan , mulai mengenal dan bereaksi dengan kata-
kata dada.. papa., kemari nak dll
8 bulan , mampu mengeluarkan suara mama, tata, dada
dan sebagainya
9 bulan , menghentikan kegiatan bila dilarang
10 bulan, kata-kata mulai muncul
11-12 bulan, bereaksi jika ditanya
12 bulan , mampu mengucapkan satu kata atau lebih
dan tahu artinya
15 bulan , mengetahui dan mengenal nama-nama
bagian tubuh, kata-kata benar terdengan diantara kata-
kata yang kacau
18 bulan, lebih banyak menggunakna kata-kata
daripada gerakan untuk mengungkapkan keinginan dan
mampu menyebutkan namanya bila ditanya.
Saat usia 2 tahun, anak mengetahui lebih banyak
kalimat yang rumist, menyebut nama sendiri, mampu
menjawab dengan kalimat dengan dua kata
68cd927ecd257cd1a47de83f710cc3c1_tahap-
perkembangan-anak-3

Contoh mainan untuk menstimulasi perkembangan


anak:
Untuk fisik/motorik kasar : permainan sepeda roda 3,
atau roda 2, mainan yang ditarik atau didorong
Untuk Motorik Halus : gunting, pensil, bola, balok,
lilin
Untuk Kecerdasan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pendil wana, radio
Untuk Bahasa : buku bergambar, buku cerita, majalah ,
radio, tape, televisi
Tingkah laku sosial : kotak pasir, tali, bola
Kemandirian/menolong diri sendiri : gelas, piring
plastik, baju, kaus kaki

Anda mungkin juga menyukai