Pendahuluan
Berapa banyakkah tenaga dosen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-
tugas tridharma perguruan tinggi di suatu jurusan ? Secara kasar kebutuhan tenaga
dosen ini dapat dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa yang terdaftar di jurusan itu,
misalnya jika diinginkan nisbah dosen terhadap mahasiswa sebesar 1:10 maka untuk
mengasuh 250 orang mahasiswa diperlukan 25 orang dosen. Cara ini kurang tepat
karena jurusan tidak hanya melaksakan tugas mengajar mahasiswa, tetapi juga
melaksanakan tugas-tugas penelitian, pengabdian pada masyarakat dan tugas-tugas
lainnya. Selain itu bagi jurusan-jurusan yang memberikan layanan pengajaran untuk
berbagai program studi, misalnya jurusan-jurusan dalam ilmu-ilmu dasar, jumlah
mahasiswa yang terdaftar di jurusan itu mungkin sedikit tetapi tugas mengajar
mahasiswa dari jurusan lain jauh lebih banyak. Cara yang lebih tepat untuk menghitung
kebutuhan tenaga dosen di suatu jurusan adalah berdasarkan beban kerja yang dipikul
oleh jurusan itu. Beban kerja suatu jurusan ditentukan oleh banyaknya dan jenis
program yang diselenggarakan serta besarnya kegiatan dalam program itu, misalnya
jumlah mahasiswa yang diasuh. Dengan demikian perencanaan kebutuhan tenaga
dosen akan didasarkan pada program-program yang sedang dan akan diselenggarakan
oleh jurusan dalam beberapa tahun mendatang serta proyeksi jumlah mahasiswa untuk
setiap program tersebut.
Pengembangan tenaga dosen melalui peningkatan mutunya harus selalu dilaku-
kan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berlangsung serta tuntutan
masyarakat akan tenaga profesional dan ilmuwan yang bermutu akan terus meningkat.
1
semester dinilai setara dengan satu FTE (istilah Indonesia-nya: EWMP atau ekuivalen
waktu mengajar penuh). Beban kerja sebesar 12 sks atau 1 FTE ini dianggap sebagai
beban kerja penuh seorang dosen. Beban kerja sebesar 1 sks dinilai setara dengan
beban kerja mengajarkan satu mata ajaran berbobot 1 kredit selama satu semester
kepada satu kelas mahasiswa program S1 sebanyak 40 orang. Perlu dicatat bahwa
beban mengajar sebesar 1 sks setara dengan 3 jam kerja per minggu selama satu
semester, sedangkan 3 jam per minggu ini terdiri dari 1 jam persiapan kuliah, 1 jam
tatap muka, dan 1 jam evaluasi.
Untuk keperluan perhitungan beban kerja dosen dalam tugas-tugas pengajaran
pada berbagai jenjang pendidikan (S0, S1, S2, S3) digunakan dasar perhitungan
menurut SK Dirjen Dikti No. 48/DJ/kep/1983 seperti tertera pada Tabel 1.
2
5. Administrasi dan manajemen : 0-3 sks ( 0-25)%.
Untuk jurusan yang belum lama berdiri, biasanya dosen lebih banyak melaksa-
kan tugas pengajaran, misalnya rata-rata 8 sks per semester (67%), sedangkan untuk
pelaksanaan tugas-tugas lainnya hanya 4 sks per semester (33%). Bagi jurusan yang
sudah lama berdiri persentase beban kerja dosen dalam pengajaran cenderung me-
nurun, tetapi persentase beban kerja dalam bidang penelitian dan pengembang ilmu
biasanya menaik, misalnya rata-rata hanya 5 sks per semestar atau 42% dalam bidang
pengajaran dan sebesar 7 sks per semester atau 58% untuk bidang lainnya. Makin
berkembang kemampuan ilmiah dosen, biasanya beban kerjanya dalam bidang
penelitian dan pengembangan ilmu juga akan meningkat, apalagi bagi perguruan tinggi
yang telah menjadi “research university”.
Sebagai ilustrasi, beban kerja yang diperlukan untuk mengasuh satu mata ajaran
berbobot 4 kredit yang diberikan kepada 2 kelas mahasiswa S1 yang masing-masing
terdiri dari 40 orang pada semester ganjil adalah sebesar 4 x 2 kelas x 1 sks/kelas = 8
sks atau setara dengan 8/12 = 0.67 FTE. Jadi, bila ada seorang dosen yang bekerja
penuh pada semester itu atau tersedia tenaga dosen sebesar 1 FTE, maka ia dapat
diberi beban kerja sebesar 0.67 FTE untuk mengasuh mata ajaran tersebut dan
disamping itu ia juga masih dapat diberi beban kerja sebesar 0.33 FTE lagi untuk
melaksanakan tugas-tugas lainnya. Dalam hal ini dikatakan bahwa dosen tersebut
beban kerjanya sudah penuh pada semester ganjil, dan pada semester genap ia juga
dapat diberi beban kerja penuh misalnya 6 sks atau 0.50 FTE untuk tugas pengajaran
dan 6 sks atau 0.50 FTE untuk tugas-tugas lainnya.
Beban kerja masing-masing dosen untuk berbagai kegiatan yang dilakukannya
selama satu semester dapat diketahui melalui suatu formulir laporan kegiatan yang
harus diserahkan oleh dosen kepada Ketua Jurusan pada setiap akhir semester.
Melalui formulir ini setiap dosen melaporkan semua kegiatannya selama satu semester,
berapa orang mahasiswa yang dilayani, jam kerja yang digunakan untuk pelaksanaan
tiap kegiatan, hasil yang dicapai, masalah/hambatan yang dihadapi, dan saran-saran.
Dari laporan ini Ketua Jurusan dapat mengetahui alokasi beban kerja dosen untuk
berbagai macam kegiatan serta dosen-dosen mana yang bebannya berlebihan dan
dosen-dosen mana pula yang bebannya masih ringan. Selain itu dapat pula diketahui
apakah beban kerja setiap dosen sudah merata pada semester ganjil dan semester
genap, ataukah lebih berat pada semester tertentu dan lebih ringan pada semester
3
lainnya. Hasil analisis laporan kegiatan dosen ini dapat digunakan oleh Ketua Jurusan
dalam pemberian tugas kepada dosen secara adil pada semester-semester berikutnya.
Beban Kerja Program Pendidikan
Jumlah beban kerja dosen yang diperlukan untuk penyelenggaraan suatu
program pendidikan disebut ‘beban kerja program’. Beban kerja program ini dapat
diukur dalam sks dengan menggunakan pedoman perhitungan seperti pada Tabel 1,
kemudian diterjemahkan dalam FTE. Besarnya beban kerja program yang diucapkan
dalam FTE ini menunjukkan banyaknya tenaga dosen yang diperlukan untuk
penyelenggaraan program pendidikan itu, asal setiap dosen bekerja dengan beban
penuh (12 sks tiap semester) dan tugasnya hanya dalam bidang pengajaran saja.
Dalam kenyataan tugas dosen tidak hanya dalam bidang pengajaran saja, tetapi juga
dalam bidang-bidang lainnya.
Misalkan suatu jurusan menyelenggarakan sebuah program S1 dengan jumlah
mahasiswa tertentu, dari perhitungan diperoleh beban kerja program untuk pelaksanaan
program S1 itu adalah sebesar 16 FTE pada semester ganjil dan 14 FTE pada semester
genap. Bila dianggap bahwa perbandingan rata-rata beban kerja dosen dalam bidang
pengajaran dan bidang-bidang lainnya sebesar 60% : 40% pada setiap semester, maka
banyaknya tenaga dosen yang diperlukan oleh jurusan untuk pelaksanaan program S1
itu dan juga untuk pelaksanaan tugas dalam bidang-bidang lainnya adalah sebesar
16/0.60 = 24 orang pada semester ganjil dan 14/0.60 = 21 orang pada semester genap,
asal setiap orang bekerja dengan beban penuh 12 sks tiap semester. Sebenarnya
dengan tenaga dosen sebanyak 21 orang saja jurusan ini telah dapat melaksanakan
program S1 dan semua tugas lainnya (penelitian, pengabdian pada masyarakat,
administrasi, dll), asal beban kerja untuk bidang di luar pengajaran pada semester ganjil
dikurangi sehingga perbandingan beban kerja dalam bidang pengajaran dan bidang-
bidang lainnya menjadi 76% : 24%. Sudah tentu bila jurusan ini mempunyai 24 orang
dosen yang bekerja penuh, maka semua tugas-tugas jurusan dapat terlaksana dan
bahkan pada semester genap tiga orang dosen dapat diperbantukan ke luar jurusan
atau mengikuti kursus singkat/magang di luar kampus.
4
mata ajaran, 46 mata ajaran yang diasuh oleh Jurusan X dan 6 mata ajaran diasuh oleh
jurusan lain. Dari 46 mata ajaran yang diasuh oleh Jurusan X, 26 mata ajaran diberikan
pada semester ganjil --satu diantaranya merupakan mata ajaran layanan yang juga
diambil oleh mahasiswa dari jurusan lain--, dan 20 mata ajaran diberikan pada semester
genap --satu diantaranya merupakan mata ajaran layanan yang juga diambil oleh
mahasiswa dari jurusan lain--. Nama mata ajaran, jam per minggu untuk kuliah dan
praktikum, banyaknya kelas, jumlah mahasiswa per kelas, serta beban kerja dalam sks
untuk mengasuh setiap mata ajaran disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
5
Kode mata ajaran misalnya 314 berarti mata ajaran ke-4 pada semester ganjil
tahun ke-3.
Dari perhitungan pada Tabel 2 dan Tabel 3 yang dilakukan berdasarkan pedo-
man pada Tabel 1 diperoleh kebutuhan tenaga dosen untuk melaksanakan program S1
di Jurusan X adalah 11.6 FTE pada semester ganjil dan 10.4 FTE pada semester genap.
Jika dianggap bahwa perbandingan beban kerja dosen dalam bidang pengajar-an dan
bidang di luar pengajaran (penelitian, pengabdian pada masyarakat, adminis-trasi, dll)
adalah 65% : 35%, maka kebutuhan tenaga dosen untuk melaksanakan semua tugas-
tugas Jurusan X pada semester ganjil adalah sebanyak 11.6/0.65 = 17.9 FTE atau
dibulatkan menjadi 18 orang, sedangkan pada semester genap sebanyak 10.4/0.65 =
6
16.0 FTE atau 16 orang, asal setiap dosen bekerja penuh 12 sks per semester. Per-
hatikan bahwa dengan tenaga dosen sebanyak 16 orang yang masing-masing bekerja
penuh 12 sks tiap semester, Jurusan X akan dapat melaksanakan semua tugas-
tugasnya (pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu, pengabdian pada masya-
rakat, administrasi, dan lain-lain), bila pada semester ganjil perbandingan beban kerja
dalam bidang pengajaran dan dalam bidang di luar pengajaran adalah 72% : 28%
sedangkan pada semester genap perbandingannya tetap sebesar 65% : 35%.
Kebutuhan tenaga dosen bagi Jurusan X, untuk beberapa macam skenario alokasi
beban kerja untuk pelaksanaan tugas-tugas jurusan disajikan pada Tabel 4.
7
keahlian dosen tidak hanya menumpuk pada beberapa cabang atau sub-cabang
tertentu saja.
Pengadaan Tenaga Dosen
Perencanaan kebutuhan tenaga dosen merupakan bagian dari rencana strategis
jurusan, disesuaikan dengan rencana pengembangan berbagai program tridharma
perguruan tinggi yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Perhitungan banyaknya kebutuhan tenaga pada setiap tahap pengembangan dapat
dengan menggunakan cara seperti diuraikan terdahulu. Pemenuhan kebutuhan tenaga
dosen dapat dilakukan melalui pengangkatan dosen baru atau menerima pindahan dari
tempat lain. Tetapi perpindahan tenaga dosen antar perguruan tinggi negeri atau dari
instansi lainke perguruan tinggi negeri sampai saat ini masih jarang terjadi. Pengadaan
dosen baru akan sangat menentukan budaya dan hari depan jurusan, karena mereka
yang direkrut inilah yang akan merumuskan kebijakan dan melaksanakan peranan
penting beberapa waktu kemudian.
Bagi perguruan tinggi negeri pengadaan tenaga dosen baru harus mengikuti
ketentuan atau peraturan tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dan hal ini
dirasakan kurang mendukung pengembangan perguruan tinggi, apalagi dengan adanya
kebijakan ‘zero growth’. Dari sisi lain kebijakan ini ada hikmahnya, yaitu jurusan akan
sangat selektif dalam pengadaan dosen baru sehingga dapat memilih calon dosen yang
lebih bermutu. Pengangkatan dosen baru yang pegawai negeri harus dilakukan dengan
hati-hati, karena begitu seorang calon diangkat menjadi dosen ia akan seterusnya
berada di jurusan sampai pensiun, kecuali bila ia pindah ke tempat lain atau ke alam
baka.
Selama ini pengangkatan dosen baru pada umumnya bersumber dari lulusan
perguruan tinggi sendiri, mungkin karena adanya keengganan merekrut lulusan dari
perguruan tinggi lain atau karena tidak mampu menyediakan biaya perjalanan dan
fasilitas yang memadai seperti perumahan bila mengangkat dosen dari luar. Akibatnya
banyak jurusan yang dosen-dosennya berasal dari satu daerah atau satu almamater,
sehingga budaya dan sikap dosen jurusan ini boleh dikatakan lebih seragam. Keadaan
ini dikenal sebagai ‘inbreeding’ yang biasanya akan menghambat perkembangan
jurusan, dan bila dosen-dosen ini tidak memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan
lanjutan di tempat lain, maka wawasan mereka akan sangat sempit dan tidak mudah
menerima perubahan ke arah kemajuan.
8
Pengangkatan dosen baru hendaknya betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga untuk mengisi cabang atau sub-cabang bidang ilmu yang memang diperlukan
dan sebaiknya tidak dilakukan sekali gus beberapa orang, tetapi hanya 1-2 orang saja
untuk satu kali penerimaan dan dilakukan secara berkala, misalnya sekali dalam 2-3
tahun. Dengan cara ini dapat dipilih calon yang lebih bermutu dan komposisi umur
dosen di jurusan nanti akan berjenjang serta pensiunnya kelak tidak dalam waktu yang
relatif bersamaan, sehingga akan ada kekontinuan dalam senioritas dan kepemimpinan.
Selain itu hendaknya diusahakan merekrut dosen-dosen baru yang berasal dari
berbagai daerah dan dari beberapa perguruan tinggi, namun tentunya dengan
memperhatikan mutu dan potensinya untuk berkembang.
9
asing dan/atau dengan memperkuat bekal ilmu yang menjadi pra-syarat. Pendidikan
S2/S3 ini haruslah dalam bidang keahlian atau spesialisasi yang sesuai dengan
kebutuhan jurusan dan diminati oleh dosen yang bersangkutan. Penugasan dosen
untuk mengikuti pendidikan S2/S3 hendaknya tidak ditentukan berdasarkan senioritas,
tetapi berdasarkan potensi akademik, minat dan kesungguhan dosen yang bersangkut-
an serta relevan dengan kebutuhan jurusan. Dengan demikian dosen yang baru direkrut
juga punya kesempatan untuk mengikuti pendidikan S2/S3.
Bagi dosen-dosen yang masih berpendidikan S1 yang tidak memenuhi syarat
untuk mengikuti pendidikan S2/S3, peningkatan kemampuan akademiknya dapat
dilakukan melalui kegiatan pelatihan jangka pendek seperti kursus, lokakarya, magang,
penelitian, pertemuan ilmiah. Sudah tentu kegiatan pelatihan jangka pendek yang dipilih
adalah yang betul-betul diperlukan oleh dosen tersebut dan sesuai dengan kebutuhan
jurusan. Bagi dosen senior yang tidak perlu lagi mengikuti pendidikan S2/S3,
peningkatan kemampuan akademik atau perluasan wawasan ilmu mereka dapat
dilakukan melalui, antara lain, penugasan sementara di perguruan tinggi atau lembaga
ilmiah yang lebih maju (sabbatical leave), kegiatan penelitian, pertemuan ilmiah. Dalam
usaha peningkatan dan pemutakhiran ilmu para dosen, jurusan juga hendaknya
menyediakan beberapa jurnal ilmiah penting yang relevan serta akses internet, sehingga
dosen dapat mengikuti perkembangan ilmu dalam bidang keahliannya dan memperoleh
informasi ilmiah dari berbagai sumber di seluruh dunia.
Peningkatan kemampuan akademik dosen perlu dilakukan dengan berencana
disesuaikan dengan rencana strategis dan beban kerja jurusan, karena kegiatan ini
sering harus dilakukan di luar kampus. Penugasan dosen untuk meningkatkan
kemampuannya di luar kampus dalam waktu yang cukup lama, misalnya mengikuti
pendidikan S2/S3 atau magang, dapat dilakukan asal tugas-tugas yang ditinggalkan
oleh dosen itu dapat dilimpahkan kepada dosen tetap lain atau dosen luar biasa yang
diperbantukan sementara. Demikian pula waktu antar semester yang berlangsung
antara 2-3 bulan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan peningkatan kemampuan akademik
dosen seperti kursus singkat, lokakarya, seminar, dan lain-lain, baik di dalam kampus
maupun di luar kampus. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa kegiatan-kegiatan ini,
terutama yang dilakukan di luar kampus, tidak sampai menghambat kelangsungan missi
jurusan.
Penutup
10
Perencanaan kebutuhan tenaga dosen merupakan bagian penting dari rencana
strategis jangka panjang jurusan. Suatu rencana kebutuhan tenaga dosen bagi
perguruan tinggi negeri, apalagi bila rencana ini terlalu ambisius, pada waktu ini dan
beberapa waktu mendatang akan sulit dilaksanakan selama kebijakan ‘zero growth’
masih berlaku. Namun demikian perencanaan kebutuhan tenaga dosen jurusan masih
tetap perlu dilakukan, tetapi rencana opreasional tahunannya yang perlu disesuaikan
dengan kenyataan. Pengadaan dosen baru dan upaya peningkatan kemampuan
mereka merupakan langkah yang sangat menentukan hari depan jurusan, karena
dosen-dosen yang direkrut itulah nanti yang akan memegang kendali jurusan di
kemudian hari. Demikian pula dengan dosen-dosen yang sudah ada, bila pengembang-
an kemampuannya kurang diperhatikan atau mereka kurang berhasil mengembangkan
diri, maka pelaksanaan missi jurusan akan dapat terhambat dan mungkin beberapa
diantara mereka ini hanya akan menjadi beban saja bagi jurusan. Bagi perguruan tinggi
negeri, dosen yang menjadi beban ini akan tetap berada di jurusan, karena peraturan
kepegawaian tidak memungkinkan jurusan untuk memberhentikan mereka sebelum
pensiun.
Kepustakaan
Hecht, Irene W. D., Mary L. Higgerson, W. H. Gmelch, dan Allen Tucker. 1999. The
Department Chair as Academic Leader. American Council on Education and
The Oryx Press, Phoenix.
Tucker, Allen. 1992. Chairing the Academic Department: Leadership among Peers.
Edisi Ketiga. American Council on Education and Macmillan Publishing Co.,
New York.
Tucjer, Allen, dan Robert A. Bryan. 1991. The Academic Dean. Edisi Kedua.
American Council on Education and Macmillan Publishing Co., New York.
11