Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar Belakang
Beberapa tahun ini, semakin banyak tuntutan agar perusahaan memperhatikan faktor-
faktor lingkungan dalam menjalankan usahanya. Tuntutan ramah lingkungan bukan saja berasal
dari pemerintah, yang semakin banyak menerbitkan peraturan-peraturan untuk memaksa
perusahaan menjadi ramah lingkungan, namun juga banyak perusahaan yang memasukkan unsur
ramah lingkungan sebagai bagian dari strategi usaha mereka.
Perusahaan dituntut untuk menjadi eco-efficient, yang berarti kemampuan untuk
memproduksi barang untuk memuaskan konsumen dengan biaya yang kompetitif, namun juga
sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan alasan-alasan tersebut, maka
kebutuhan informasi keuangan dan non-keuangan mengenai pengelolaan lingkungan menjadi
semakin dibutuhkan perusahaan.

2. Fungsi Akuntansi Manajemen Lingkungan


Menurut IFAC (2005), akuntansi manajemen lingkungan (environmental management
accounting) merupakan pengelolaan lingkungan sekaligus kinerja ekonomi organisasi melalui
pengembangan dan implementasi sistem dan praktek akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi tersebut.
Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam akuntansi manajemen lingkungan, yaitu:
 Kepatuhan (compliance); akuntansi lingkungan harus memberikan informasi
mengenai kepatuhan perusahaan terhadap peraturan-peraturan yang terkait
dengan lingkungan, yang dibuat sendiri oleh perusahaan tersebut maupun
pemerintah.
 Eco-efficient; akuntansi manajemen lingkungan harus melalukan pengawasan
terhadap efisiensi penggunaan sumber daya alam seperti penggunaan bahan baku,
bahan bakar, air, dan lain-lain. Selain itu akuntansi manajemen lingkungan juga
harus dapat mengawasi dampak terhadap lingkungan serta biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
 Posisi strategik; organisasi harus membuat program-program yang terkait dengan
lingkungan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Akuntansi
manajemen lingkungan harus dapat memonitor biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
mencapai tujuan tersebut.

3. Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan


Pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan dapat dilakukan dengan membagi biaya
menjadi empat bagian:
 Biaya lingkungan yang bersifat pencegahan (Environmental prevention costs)
 Biaya lingkungan yang bersifat pemeriksaan (Environmental appraisal costs)
 Biaya lingkungan karena adanya kegagalan internal (Environmental internal failure
costs)
 Biaya lingkungan karena adanya kegagalan eksternal (Environmental external
failure costs)
Biaya Lingkungan yang Bersifat Pencegahan (Environmental Prevention Costs)

Termasuk di dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang dapat dipergunakan untuk menjaga agar perusahaan dalam melakukan
aktivitasnya tidak menghasilkan sesuatu yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Contoh dari
kelompok biaya ini adalah:

 Memilih dan mengevaluasi pemasok, sehingga didapatkan pemasok yang ramah lingkungan
 Merancang proses produksi yang ramah lingkungan
 Memperoleh sertifikasi ISO 14001
 Merancang produk ramah lingkungan

Biaya Lingkungan yang Bersifat Pemeriksaan (Environmental Appraisal Costs)

Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk memastikan apakah produk yang dihasilkan perusahaan,
ataupun proses dan aktivitas yang dilakukan perusahaan memang sudah sesuai dengan standar
lingkungan yang terdapat pada peraturan pemerintah ataupun peraturan perusahaan sendiri. Aktivitas-
aktivitas ini dilakukan untuk dapat mendeteksi sedini mungkin jika terdapat produk atau proses yang
tidak sesuai dengan peraturan atau standar tersebut, sehingga jangan sampai dampaknya meluas.
Contoh dari kelompok biaya ini adalah:
 Melakukan pemeriksaan/audit terhadap aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan
 Melakukan inspeksi terhadap produk dan proses yang dilakukan
 Mengembangkan tolok ukur yang berkaitan dengan lingkungan
 Melakukan testing untuk melihat potensi kontaminasi lingkungan

Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan Internal (Environmental Internal Failure Costs)

Biaya-biaya yang muncul karena dalam kegiatannya perusahaan menghasilkan elemen-elemen


yang dapat merusak lingkungan, namun elemen-elemen tersebut dapat dikendalikan oleh perusahaan,
sehingga tidak mencemari lingkungan. Contoh dari kelompok biaya ini adalah:

 Biaya untuk mengamankan dan membuang ekses produksi yang tidak ramah lingkungan
 Biaya untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan yang berkaitan dengan polusi
Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan Eksternal (Environmental External Failure Costs)

Biaya-biaya ini muncul karena elemen-elemen perusak lingkungan yang dihasilkan oleh
perusahaan ternyata mengkontaminasi lingkungan. Contohnya, kasus kapal tanker pengangkut minyak
yang karam, yang mengakibatkan tumpahan minyak ke laut. Environmental external failure costs dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

 Realized external failure costs, dalam hal ini adalah biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan
oleh perusahaan karena adanya kontaminasi atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan operasi
perusahaan. Contoh dari biaya-biaya ini adalah:
A. Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena bocor atau karamnya
tangker pengangkut minyak.
B. Biaya untuk membersihkan danau atau sungai yang tercemar.
C. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar ganti rugi pada penduduk atau pihak ketiga
karena kerusakan lingkungan yang dibuat perusahaan.
 Unrealized external failure costs, dalam hal ini kontaminasi dan kerusakan lingkungan memang
berasal dari kegiatan operasi perusahaan, namun biaya yang timbul tidak ditanggung oleh
perusahaan, tapi ditanggung oleh pihak lainnya di luar perusahaan. Contoh dari biaya-biaya ini
adalah:
A. Kesehatan penduduk yang menurun akibat sungai yang terkontaminasi
B. Mata pencaharian nelayan yang hilang akibat sungai yang terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai