Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada materi ini akan membahas sampling statistik dan non statistik untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi. Penerapan
tersebut audit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit
yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling memiliki
peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis memandai bagi
auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.
Ketika memilih sampel dari populasi auditor berusaha memperoleh
sampel yang representatif, yaitu sampel yang karakteristinya hampir sama
dengan yang dimiliki oleh populasi. Ini berarti item- item yang dipilih yang
dijadikan smpel populasi serupa dengan item- item yang dijadikan sampel.
Dampak praktek ,auditor tidak pernah mengetahuai apakah suatu smpel
bersifat representatif adalah dengan melakukan audit lebih lanjt tas populasi
secara keseluruhan. Akan tetpi auditor dapat meningkatkan sampel dianggap
representatif dengan menggunakan secara cermat ketika merancang proses
sampling,pemilihan sampel dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat
nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling.
Risiko dari kedua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko
nonsampling dan risiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.
Risiko nonsampling (nonsupling risk) adalah risiko bahwa pengjian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang
tidakfektif untuk mndeteksi pengecualian uang diragukan adalah dengan
memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing
masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel
salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman
telah dilampirkan. Dalam kasus ini auditor telah melakukan pengujian dengan
arah yang salah karena memulainya dngan dokumen pengiriman dan bukan
salinan fakturpenjualan. Prosedur audit yang dirancang dengan cerma,
instruksiyang tepat, pengawasan, dan review merupakan cara untuk
mengendalikan risiko nonsampling.
Risiko sapling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit
dari populasi secara keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian, uditir menerima populasi yang slah karenaa sampel tidak cukup
mewakili populasi.

1
Auditor yang akan melakukan pengujian harus menentukan ukuran
sampel dan item sampel yang akan dipilih dari populasi untuk setiap sampel
prosedur audit. Banyaknya persentase dari jumlah populasi yang akan dipilh
auditor bagi pengujian untuk membuat kesimpulan mengenai populasi
tersebut disebut sebagai sampling audit.

1.2 Rumusan Masalah


Berkaitan dengan uraian latar belakang diatas, maka pada kesempatan ini
dipertanyakan tentang :
1. Apa saja resiko sampling dan resiko nonsampling
2. Bagaimana sampling statistik vs sampling nonstatistik dan
pemilihan sampel probabilistik vs nonprobabilistik?
3. Apa metode pemilihan sampel nonprobabilistik dan probabilistik?
4. Bagimana sampel untuk tingkat pengecualian?

1.3 Tujuan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka perlu mencantumkan
tujuan dalam penulisan agar penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai Audit Sampling Terhadap Pengujian
Atas Pengendalian & Pegujian Subtantive Atas Transaksi, termasuk
didalamnya Apa saja resiko sampling dan resiko nonsampling, Bagaimana
sampling statistik vs sampling nonstatistik dan pemilihan sampel probabilistik
vs nonprobabilistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Mendefinisikan sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap


kurang dari 100% unsur dalam suatu saldi akun atau kelompok transaksi dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tertentu yang diterapkan untuk melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
subtantif.

2.1 RESIKO SAMPLING DAN RESIKO NONSAMPLING


2.1.1 Resiko Sampling
Timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian atas
pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel,
kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yg akan
dicapainya jika cara pengujian yg sama diterapkan terhadap semua
unsur saldo rekening/kelompok transaksi. Dlm melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian substantif, terdapat 2 tipe resiko sampling
yg bisa terjadi :
a. Pengujian pengendalian
1) Resiko penentuan tingkat resiko pengendalian yg terlalu
rendah, yaitu menentukan tingkat resiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan
efektivitas operasi prosedur/kebijakan struktur pengendalian
sesungguhnya.
2) Resiko penentuan tingkat resiko tinggi pengendalian yg terlalu
tinggi, yaitu mementukan tingkat resiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, yg terlalu tinggi dibandingkan
dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan
pengendalian yg sesungguhnya.
b. Pengujian substantif
1) Resiko keliru menerima, yaitu resiko mengambil kesimpulan,
berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening tidak berisi
salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo
rekening telah salah saji secara manual.
2) Resiko keliru menolak, yaitu resiko mengambil kesimpulan,
berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening berisi salah
saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening tidak
berisi salah saji secara material.

2.2.1 Resiko Nonsampling


Meliputi semua aspek resiko audit yg tidak berkaitan dengan sampling.
Sumber resiko samplung meliputi :
a. Kesalahan manusia, seperti gagal mengenali kesalahan dlm
dokumen
b. Ketidaktepatan penerapan prosedur audit terhadap tujuan
c. Kesalahan dlm menafsirkan hasil sampel

3
d. Kesalahan karena mengandalkan pada informasi keliru yg diterima
dari pihak lain, seperti jawaban konfirmasi yg tidak benar.

2.2 SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK DAN


PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK VS NONPROBABILISTIK
2.2.1 Sampling Statistik Vs Sampling Nonstatistik
Metode sampling audit dapat dibedakan menjadi 2 kategori utama yaitu
sampling statistik dan nonstatistik yang kedua melibatkan 3 tahap :
 Perencanaan sampel : bertujuan untuk memastikan bahwa pengujian
audit dilakukan dengan cara memberikan risiko sampling yang
diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan non sampling.
 Pemillihan sampel dan melakukan pengujian : pemilihan sampel
melibatkan keputusan bagaimana memilih sampel dari populasi dan
auditor baru dapat melaksanakan pegujian audit setelah item sampel
dipilih.
 Pengevaluasian hasil : penarikan kesimpulan berdasarka pengujian audit.

a. Sampling Statistik ( statistical sampling ) : sampling ini menerapkan


aturan matematika, auditor dapat mengukur risiko sampling dalam
merencanakan sampel, dan dalam mengevaluasi hasil.
b. Sampling nonstatistik ( nonstatistical sampling) : auditor memilih
item sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling
bermanfaat dalam situasi tertentu dan mencapai kesimpulan
mengenai populasi atas dasar pertimbangan.

2.2.2 Pemilihan Sampel Probabilistik Vs Sampel Nonprobabilistik


1) Sampel Probabilistik : pemilihan sampel probabilistik ( probabilistic
sample selection ) adalah auditor memilih secara acak item- item
sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama untuk
dimasukan dalam sampel.
2) Sampel nonprobabilistik : auditor memilih item sampel dengan
menggunakan pertimbangan profesional bukan metoe probabilististik.

2.2.3 Penerapan Sampling Statistik Dan Nonstatistik Dalam Metode Praktik


Serta Metode Pemilihan Sampel.
Auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan metode
sampling statistik maupun nonstatistik, namun harus diterapkan dengan
hati- hati, dan semua langkah dalam proses harus diikuti. Jika sampel
harus bersifat nonprobabilistik maka metode yang tepat digunakan adalah
metode evaluasi statistik.

2.3 METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK DAN


PROBABILISTIK

4
2.3.1 Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilistik

Metode pemilihan sampel nonrobabilistik adalah metode yang tidak


memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik. Karena
metode tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan
sampel mungkin sulit ditentukan.

Dalam pemilihan sampel terarah (directed sample selection) auditor dengan


sengaja menilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria
pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan pemilihan acak.
Pendekatan yang umum digunakan termasuk :

a. Pos yang paling mngkin mengandung salah saji. Auditor sering kali
mampu mengidentifikasi pos populasi mana yang mungkin
mengandung salah saji.
b. Pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih. Dengan memilih
satu atau lebih pos yang memiliki karakterisitik populasi yang
berbeda, auditor mungkin bisa merancang sampel agar regresentatif.
c. Cakupan nilai uang yang besar. Auditor kadang kadang dapat memilih
sampel yang meliputi bagian total nilai uang bagian populasi yang
besar sehingga mengurangi risiko penarikan kesimpulan yang tidak
tepat dengan tidak memeriksa pos pos yang kecil.

Dalam pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos
pertama dalam satu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya
penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang
digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan probabilitas
memperoleh sampel nonpresentatif sangatlah besar, dengan menggunakan
kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi dan sifat
musiman, ari sejumlah jenis.

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection), adalah


pemilihan sampel item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor.
Dalam kasus semacam itu, auditor memilih item populasi tnpa memandang
ukurannya, sumber,atau karakteristik lainnya yang membedakan.

Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah


sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. Karena
pelatihan auditor dan bias yang tidak disengaja, item populasi tertentu akan
lebih besar kemungkinannya untuk dimasukkan dalam sempel ketimbang
yang lainnya.

2.3.2 Metode pemilihan sampel probabilistik


Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko
sampling. Untuk sampel probabilistik, auditortidakmenggunakan
pertimbangan mengenai item atau po sampel mana yang akan dipilih, keculi
dalam memilih mana dari epat metode pemilihan yang akan digunakan.

5
1. Pemilihan sampel acak sederhana ( random sample ) : setiap kombinasi
dari populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama dimasukkan
ke dalam sampel. Metode yang digunakan antara lain :
o Tabel angka acak : metode untuk memastikan bahwa semua item
dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Angka
acak adalah serangkaian digit yang memiliki probabilitas yang sama
untuk muncul selama jangka panjang dan tidak memiliki pola yang
dapat diidentifikasi.
o Angka acak yang dihasilkan komputer : sebagian besar acak yang
digunakan auditor dihasilkan oleh komputer menggunakan salah satu
dari jenis program.
2. Pemilihan sampel sistematis ( systematic sample selection ): auditor
menghitung suatu interval dan kemudian memilih item- item yang akan
dijadikan sampel berdasrkan ukuran interva tersebut.
3. Pemilihan sampel probabilitas yang profesional dengan ukuran dan
bertahap.

Ada 2 cara untuk memperoleh sampel yang menekankan item- item populasi
dengan jumlah yang tercatatat yang lebih besar :
1) Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi
individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya.
2) Membagi populasi ke dalam subpopulasi.

2.4 SAMPEL UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN

Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan


pengujian substantif atas transaksi untuk mengestimasi persentase item- item
populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.

3 jenis pengecualian dalam populasi data akuntansi yang harus diperhatikan :


1. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang ditetapkan klien
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam populasi rincian saldo akun

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis


pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor
menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat
pengecualian ketika melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
ekspensif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor
harus mengestimasi jumlah total dolar dari pengecualian itu karena mereka
harus memutuskan apakah salah saji yang ada bersifat material. Jika ingin
mengetahui jumlah salah saji, auditor akan menggunakan mode yang
mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian.

Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk


mengestimsi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi
terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian
(exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur

6
pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal
itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab
lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan
dari pengendalian yang telahdigariskan.

2.5 APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK

Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk


menerapkan sampling audit pada pengujian substantif dan pengujian
pengendalian atas transaksi, dan langkah tersebut dibagi kedalam 3 tahap.
I. Tahap merencanakan sampel , meliputi :
1.Menyatakan tujuan audit: yaitu untuk menguji keefektifan pengedalian
dan menentukan salah saji dalam transaksi.
2.Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan: yaitu dengan
cara melakukan prosedur analitis, pengajian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi.
3.Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4.Mendefinisikan populasi
5.Mendefinisikan unit sampling
6.Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi(TER)
7.Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko
pengendalian yang terlalu rendah (ARO)
8.Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9.Menentukan ukuran sampel awal

II. Tahap memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit , meliputi:


10.Memilih sampel, terdapat hal yang perlu diperhatikan auditor agar
klien tidak merubah sampel yaitu auditor tidak boleh memberi tahu
klien akun yang akan di audit dan harus segera mengendalian sapel
setelah klien menyediakan dokumen.
11.Melaksanakan prosedur audit: memeriksa setiap item dalam sampel,
mendokumentasikan pengujian dan pengedalian informasi.

III. Tahap mengevaluasi hasil, meliputi :


12.Menggeneralisasi dari smpel ke populasi
13.Menganalisis pengecualian
14.Memutuskam akseptabilitas populasi

Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang
diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi sebagai :

Menguji keefektifan operasi pengendalian


Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter

Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat suatu
kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus

7
memeriksa program audit dan memilih prosedur audit dimana sampling audit
dapat diterapkan:

· Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan


tidak biasa (prosedur analitis)
· Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas
menangani kas (pengujian pengendalian)
· Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat persetujuan
kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian), keberadaan
dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian) dan
pencantuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian)
· Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing
ke salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
· Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur
penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait
(pengujian substantif atas transaksi)

Sampling Audit Statistik

Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian


pengendalian dan engujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut
(atribute sampling). Sampling nonstatistik juga memiliki atribut, yang
merupakan karakteristik yang sedang diuji dalam populasi, tetapi sampling
atribut merupakan metode statistik.

2.6 DISTRIBUSI SAMPLING

Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling.


Disribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel
berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki
beberapa karakteristik tertentu.distribusi sampling memungkinkan auditor
untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilnya
stiap sampel dalam distribusi.sampling atribut didasarkan pada distribusi
binominal, imana setipsampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai
yang mungkin atau deviasi pengendalian.

2.7 APLIKASI SAMPLING ATRIBUT

Pada prinsipnya bahwa empat belas langkah untuk sampling nonstatistik sama
dan dapat diterapkan pada sampling atribut hanya saja terdapat beberapa
bagian yang berbeda antara keduanya yaitu:
a. Dalam menetapkan ARO, untuk nonstatistik mengunakan resiko rendah,
sedang,tinggi dan untuk statistik mengunakan risiko denagn angka.

8
Selain it metodenya berbeda karena auditor harus mengevaluasi dengan
angka.
b. Dalam menentukan ukuran sampel, untuk faktor penentianya sama yaitu
terdapat empat faktor. Nama dalam menentukan progrsm komputer atau
tabel yang dikembangkan dari rumus statistik.

Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,


mereka akan mengikuti empat langkah berikut :
1) memilih tabel yang berhubungan dengan ARO
2) menempatkan TER pada bagian atas tabel
3) menempatkan EPER pada kolom bian kiri
4) membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga
berpotongn dengan baris EPER yang tepat, Angka pada perpotongan
tersebut adalah ukuran sampel awal.
c. Dampak ukuran populasi. Dengan teori statistik pada penerapan sampling
atribut ukuran populasi tidak dipertimbangkan dalam menetukan ukuran
sampel.
d. Memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi
sampling statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa
metode probabilistik harus digunakan untuk sampling statistik. Baik
sampling acak sederhana maupun sampling sistematis akan digunakan
pada sampling atribut.
e. Mengevaluasi hasil dengan menggenaralisasi dari sampel ke populasi.
Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas kemampuan atas
CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program
komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rimus statistik.

BAB III
PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan

Di dalam makalah ini juga menguraikan sampel probabilistik dan sampel


nonprobabilistik serta langkah dalam sampling yang diterpkan untuk tingkat
pengecualian dan digunakan pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi. Sampling atribut nonstatistik dan statistik untuk tingkat
pengecualian.

Sampel nonrobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi persyaratan


teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik. Karena metode tersebut tidak
didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin sulit
ditentukan. Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko
sampling. Untuk sampel probabilistik, auditortidakmenggunakan pertimbangan
mengenai item atau po sampel mana yang akan dipilih, keculi dalam memilih
mana dari epat metode pemilihan yang akan digunakan.

Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang
diuji. Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi sebagai : Menguji keefektifan operasi pengendalia,
Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter

Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah
(acceptable risk of assessing control risk (ARACR) to low ) ARACR mengukur
risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian
sebagai efektif (atau tingkat slah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat
pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besardaripada tingkat pegecualian
yang dapat ditoleransi (TER)

Jika hasil pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi tidak


mendukung penilaian risiko pengendalian pengendalian, auditor harus merivisi
penilaian risiko pengendalian keatas. Hal ini meungkin menyebabkan auditor
meningkatkan pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo.

DAFTAR PUSTAKA

10
Al.Haryono Jusup. 2010. Auditing pengauditan, Yogyakarta : SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI
Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA
http://fridarohmasulaeman.blogspot.com/2016/04/sampling-audit-untuk-
pengujian.html
http://andinurhasanah.wordpress.com/2013/04/15/sampling-audit-untuk-
pengujian-pengendalian-dan-pengujian-substantif-atas-transaksi/
http://www.scribd.com/document/243488414/SAMPLING-AUDIT-UNTUK-
PENGUJIAN-PENGENDALIAN-DAN-PEGUJIAN-SUBSTANTIF-
TRANSAKSI-rtf

11

Anda mungkin juga menyukai