PAPILITIS
Pembimbing:
dr. Trisihono, Sp.M
Disusun oleh:
Linda Levina Dharmawan
11.2016.124
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nervus Optikus adalah saraf yang membawa rangsang dari retina menuju
otak, saraf optikus ini seperti sebuah wayar listrik dimana setiap wayar membawa
yaitu : Bagian Intraokular(kepala dari nervus optikus), Bagian Rongga Mata (orbita
yang meluas dari bola mata menuju foramen optikus), Bagian Intrakranial(terletak
antara foramen optikus dengan chiasma optikus. Jika satu ataupun semua serabut
optikus, keadaan ini disebut dengan neuritis optikus. Pada neuritis optikus,
3
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
otak. Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel
ganglion retina yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik
berkisar antara 35-55 mm (rata-rata 40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi
4
Segmen intraokular saraf optik sepanjang 1 mm terbagi menjadi lapisan
retrolaminar. Papil saraf optik (diskus optik) merupakan bagian prelaminar saraf
optik berbentuk oval, 1,5 mm horizontal dan 1,75 mm vertikal dengan cekungan
(cup shaped depression) agak ke temporal. Papil saraf optik merupakan daerah
keluarnya akson-akson sel ganglion terletak sekitar 3-4 mm sebelah nasal fovea.
Bagian prelaminar dan laminar terdiri dari akson-akson sel ganglion retina tak
bermielin, astrosit dan arteri-vena retina sentralis yang keluar dari bagian tengah
papil saraf optik. Akson-akson bergabung menjadi fasikulus dan menembus sklera
200-300 lubang pada lamina kribosa. Setelah melewati lamina kribosa (bagian
mielin akson) dan selubung meningeal yang terdiri dari piamater, arakhnoid dan
duramater. Bagian prelaminar dan laminar diperdarahi terutama oleh arteri siliaris
posterior brevis yang beranastomosis dengan pleksus pial dan pembuluh darah
Segmen intraorbita saraf optik berukuran panjang 25-30 mm, lebih panjang
dari jarak antara belakang bola mata dan apeks orbita sehingga dapat bebas bergerak
pada pergerakan bola mata. Pada apeks orbita segmen saraf optik dikelilingi oleh
anulus Zinn sebelum berlanjut ke kanal optik. Saraf optik berjalan kearah
porteromedial dan meninggalkan orbita melalui foramen optik (optic ring) menuju
5
Segmen intrakanalikular yang terdapat di dalam kanalis optik memiliki
panjang 4-10 mm. Kanalis optik dibentuk oleh tulang sphenoid parva minor. Bagian
sampai kiasma optikum. Bagian ini berjalan di atas arteri oftalmika, sebelah
cabang arteri tersebut.4 Jika satu ataupun semua serabut saraf mengalami
menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi ataupun demielinisasi nervus optikus, keadaan
ini disebut dengan neuritis optikus. Pada neuritis optikus, serabut saraf menjadi
bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya. Penglihatan dapat saja normal
6
Gambar 2. Vaskularisasi nervus optikus3
2.3 Jaras Visual
7
Gambar 3. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal) 3
8
Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus
superior, saraf akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi
yang berhubungan dengan nukleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua
sisi menyebabkan refleks cahaya menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen
motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal dan menyertai nervus
okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot
sfingter pupil 1,4
9
Gambaran penting dari lesi tersebut yaitu hemianopsia ipsilateral dan
kontralateral, hilangnya refleks cahaya langsung pada sisi yang
terkena dan reflek cahaya tidak langsung pada sisi kontralateral.
3. Lesi kiasma sentral.
Dicirikan oleh hemianopsia bitemporal dan kelumpuhan refleks pupil.
Biasanya diahului oleh atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus.
Penyebab umum lesi kiasma pusat adalah suprasellar aneurisma,tumor
kelenjar hipofise, craniopharyngioma, meningioma suprasellar,
glioma ventrikel ketiga, hidrosefalus akibat obstruktif ventrikel tiga,
dan kiasma arachnoiditis kronis.
4. Lesi kiasma lateral.
Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan
kelumpuhan refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut
diantaranya penggelembungan dari ventrikel ketiga yang
menyebabkan tekanan pada setiap sisi kiasma dan ateroma dari carotis
atau arteri communican posterior.
5. Lesi saluran optik.
Ditandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi pupil
kontralateral (Reaksi Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi
optik pada sebagian akhir nervus optikus dan mungkin berhubungan
dengan kelumpuhan saraf ketiga kontralateral serta hemiplegic
ipsilateral.
Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis, tuberculosis, dan
aneurisma dari cerebellar atas atau arteri serebral posterior.
6. Lesi badan genikulatam lateral.
Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan refleks pupil
minimal, dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial.
7. Lesi radiasi optik.
Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi. Keterlibatan
radiasi optic total mengakibatkan hemianopsia homonim total.
Hemianopia quadrantic inferior (pie on the floor) terjadi pada lesi
lobus parietal (mengandung serat unggul radiasi optik). Hemianopia
10
quadratic superior (pie on the sky) dapat terjadi setelah lesi dari lobus
temporal (mengandung serat radiasi optik inferior). Biasanya lesi dari
radiasi optik terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor primer dan
sekunder, serta trauma.
8. Lesi korteks visual.
Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang
dapat terjadi sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak
senapan. Refleks cahaya pupil normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi
kortetk visual.
Gambar 5. Lintasan Impuls visual dan Gangguan Medan Penglihatan Akibat Berbagai Lesi di
Lintasan 3,4,5
11
2.5 Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi fungsi nervus II, yaitu:
5,6
1. Pemeriksaan visus
Gambar 6. Lintasan Impuls visual dan Gangguan Lapang Pandang Akibat Berbagai Lesi di
Lintasan Visual 5,6
4. Pemeriksaan funduskopi
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Papilitis adalah inflamasi diskus optikus. Papilitis disebut juga neuritis
optik, ditandai dengan peradangan dan kerusakan di bagian saraf optik yang dikenal
dengan diskus optikus yang juga disebut dengan bintik buta. Diskus optikus adalah
bagian dari saraf optik yang memasuki mata dan bergabung dengan membran saraf
yang kaya lapisan mata (retina). Dengan kata lain, papilitis merupakan radang pada
serabut retina saraf optik yang masuk pada papil saraf optik yang berada dalam bola
mata. 1,3,5
3.2 Epidemiologi
Sekitar 35% kasus neuritis optik ditemukan adanya inflamasi pada anterior
serabut saraf optikus, udema papil, dan tanda-tanda peradangan papil. Neuritis optik
sering terjadi unilateral, pada usia dewasa muda (18 - 45 tahun), dengan usia rata-
rata 30 – 35 tahun, dan lebih sering pada wanita . Insidensi neuritis optik per tahun
adalah 5 per 100.000 penduduk sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. 4, 5, 6
Pada anak lebih umum terkena bilateral, dan timbul papilitis dengan
kecenderungan menjadi sklerosis multipel yang rendah. Kasus neuritis optik pada
anak lebih jarang dibandingkan kasus neuritis optik pada dewasa, kurang lebih 5%
kasus. 4,5
3.3 Etiologi
Papilitis atau neuritis optik dapat disebabkan oleh:
1. Demielinatif
2. Diperantarai imun
3. Infeksi langsung
4. Neuropati optik granulomatosa
5. Penyakit peradangan sekitar
Gambar 8. a). Demielinisasi; pembengkakan non spesifik tanpa perdarahan atau exsudat. b).
Infektif neuroretinitis; pembengkakan diskus disertai perdarahan dan eksudat macular (macular
star). c). Neuritis optik viral; pembengkakan keseluruhan diskus non spesifik. d). Neuritis optik
sifilis; pembengkakan kepala/pangkal nervus optikus, hiperemia dan perdarahan. e). Neuritis optik
16
terhubung HIV; pembengkakan kepala/pangkal nervus optikus masif, exudat yang luas dan
perdarahan. f). Neuritis optik toxocara; dengan infiltrat, pembengkakan dan distorsi masif pada yang
kepala/pangkal nervus optikus normal.2,4,6,7
Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia
rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga
tetapi frekuensinya lebih sedikit.
2. Jenis kelamin
Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.
3. Ras
Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada ras yang
lain
3.5 Klasifikasi4,6
Neuritis optikus secara anatomi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Papilitis. Hal ini mengacu pada keterlibatan optik disk akibat gangguan
inflamasi dan demielinasi. Kondisi ini biasanya unilateral tapi kadang-
kadang mungkin bilateral.
2. Neuroretinitis mengacu pada keterlibatan gabungan optik disk dan retina
sekelilingnya pada area macula.
3. Retrobulbar neuritis ditandai dengan keterlibatan saraf optik di belakang
bola mata. Gambaran klinis neuritis retrobulbar akut dasarnya mirip dengan
akut papillitis kecuali untuk perubahan fundus dan perubahan okular.
3.5 Patofisiologi
17
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului
demielinisasi dan terkadang terlihat sebagai retinal vein sheathing. Kehilangan
mielin dapat melebihi hilangnya akson. 1,4,6
Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada Neuritis optikus
diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum
diketahui. Aktivasi sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului
perubahan yang terjadi didalam cairan serebrospinal. Perubahan sistemik kembali
menjadi normal mendahului perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T
menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain. Aktivasi sel B
melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di
cairan serebrospinal pasien dengan Neuritis optikus. Neuritis optikus juga berkaitan
dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu
diantara pasien Neuritis optikus1,6
3.6 Gejala Klinis
3.6.1. Gambaran akut6,7
Tanda dan gejala :
Gejala neuritis optik biasanya monokular.
Hilangnya penglihatan terjadi dalam periode jam-hari, mencapai puncak
dalam 1-2 minggu.
Nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan.
Defek pupil aferen (afferent pupillary defect) selalu terjadi pada neuritis
optik bila mata yang lain tidak ikut terlibat. Adanya defek pupil aferen ini
ditunjukkan dengan pemeriksaan swinging light test (Marcus-Gunn pupil).
Defek lapang pandang pada neuritis optik ditandai dengan skotoma sentral.
Papilitis dengan hiperemia dan edema diskus optik sehingga membuat batas
diskus tidak jelas.
Enam puluh persen pasien memiliki neuritis retrobulbar dengan
pemeriksaan funduskopi yang normal.
Perdarahan peripapil, sering menyertai papilitis karena neuropati optik
iskemik anterior.
Fotopsia sering dicetuskan oleh pergerakan bola mata.
Buta warna pada mata yang terkena, terjadi pada 88% pasien .
18
Tanda lain adanya inflamasi pada mata yang terdeteksi pada pemeriksaan
funduskopi atau slit lamp, yaitu: perivenous sheathing, periflebitis retina
(risiko tinggi terkena MS), uveitis, sel di bilik mata depan, atau pars planitis
menandakan adanya infeksi atau penyakit autoimun yang lain.
3.6.2. Gambaran Kronik6,7
Walaupun telah terjadi penyembuhan secara klinis, tanda neuritis optik
masih dapat tersisa. Tanda kronik dari neuritis optik yaitu:
Kehilangan penglihatan secara persisten. Kebanyakan pasien neuritis optik
mengalami perbaikan penglihatan dalam 1 tahun.
Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25% pasien dua tahun setelah
gejala awal.
Desaturasi warna, terutama warna merah. Pasien dengan desaturasi warna
merah akan melihat warna merah sebagai pink, atau orange bila melihat
dengan mata yang terkena.
Fenomena Uhthoff yaitu terjadinya eksaserbasi temporer dari gangguan
penglihatan yang timbul dengan peningkatan suhu tubuh. Olahraga dan
mandi dengan air panas merupakan pencetus klasik.
Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama didaerah temporal.
Pucatnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil.
3.7 Diagnosis
3.7.1 Anamnesis
20
optik neuritis yang berat pada mata yang sama, hal ini dijumpai pada
18% dari pasien yang menjalani pemeriksaan. Papilitis tahap awal di
karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan
sedikit hiperemis.
b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap
Adanya papiledema pada opthalmoskopi tidak memungkinkan untuk
menyatakan hal ini, ditandai dengan adanya pembengkakan, hilangnya
fisiologis cup, hiperemis dan perdarahan yang terpisah. Pembungkus
vena biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk
melihat adanya sel pada vitreous adalah hal yang sangat penting.
c. Perubahan lanjut
Pada neuritis optikus retrobulbar, diskus yang normal dapat dijumpai
selama 4-6 minggu, saat dimana pucat dijumpai. Papilitis yang
berlanjut kadang-kadang didapati gambaran optik atropi sekunder.
Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat
jaringan glial pada diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium akhir
optik neuritis. Pada stadium ini, serabut saraf atropi dapat diamati pada
retina dengan perangkat lampu hijau merah.
22
7. Pemeriksaan darah.
Pemeriksaan tes darah NMO-IgG untuk memeriksa antibodi
neuromyelitis optica. Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya
menjalani pemeriksan ini untuk mendeteksi apakah berkembang menjadi
neuromyelitis optica. Pemeriksaan tingkat sedimen eritrosit (erythrocyte
sedimentation rate (ESR)) dipakai untuk mendeteksi inflamasi pada tubuh,
tes ini dapat menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi
arteri kranialis.
23
Gejala Pupil Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria; Tidak ada isokoria;
reaksi sinar reaksi normal reaksi sinar
menurun pada sisi menurun pada sisi
neuritis infark disk
Penglihatan Berkurang Normal Normal/ berkurang
Warna
Ketajaman Biasanya menurun Normal Ketajaman
Visus bervariasi; hilang
hebat/ NLP (nolight
perception)
lazim pada arteritis
Sel badan Ada. Retrobulbar; Tidak ada Tidak ada
kaca normal
(vitreus)
Fundus Papilitis Derajat Biasanya edema
derajat pembengkakan pembengkakan disk disk segmental
disk bervariasi bervariasi, hemoragi pallid, dengan sedikit
hemoragi lidah api
Pulsasi vena Hilang titik buta Defek
kampus besar inferior altitudinal.
24
Tabel 1. Diagnosis banding papilitis/ neuritis optik, papiledema/ edema papil dan iskemik optik
neuropati1,4,7,8,9
3.9.Penatalaksanaan
a. Terapi jangka pendek
25
dengan menggunakan metilprednisolon IV ini baik dalam 15
hari pertama saja.
b. Pasien yang mendapatkan terapi dengan menggunakan
prednison oral saja didapatkan terjadi resiko rekurensi neuritis
optiknya (30% setelah 2 tahun dibandingkan dengan kelompok
placebo 16% dan kelompok yang mendapatkan steroid IV 13%)
sampai dengan follow up 5 tahun.
c. Pasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi
dengan menggunakan metilprednisolon intra vena didapatkan
penurunan tingkat perkembangan ke arah CDMS selama 2 tahun
pertama follow up, tetapi tidak bermanfaat setelah 2 tahun karena
persentase perkembangan menjadi CDMS hampir sama dengan
kelompok prednison oral dan placebo.
b. Terapi jangka panjang
27
Neuritis optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel memiliki ciri khas
kekambuhan dan remisi. Disabilitas yang menetap cenderung meningkat pada
setiap kekambuhan. Peningkatan suhu tubuh dapat memperparah disabilitas
(fenomena Uhthoff) khususnya gangguan penglihatan.8
3.11. Prognosis
28
BAB IV
KESIMPULAN
Papilitis adalah inflamasi diskus optikus. Papilitis disebut juga neuritis
optik, ditandai dengan peradangan dan kerusakan di bagian saraf optik yang dikenal
dengan diskus optikus yang juga disebut dengan bintik buta.2,5,6
Individu dengan papilitis memiliki pengalaman hilang penglihatan pada
satu atau kedua mata dalam onset waktu beberapa jam sampai hari. Pada beberapa
orang, papilitis dapat menyebabkan penurunan visus dari ringan hingga hilangnya
persepsi cahaya total/ buta. Terdapat rasa sakit pada rongga orbita terutama saat
pergerakan mata, gangguan lapangan pandang dan adanya tanda Uhthoff
(penglihatan turun setelah olahraga atau suhu tubuh naik). Adanya defek
pupil Marcus Gunn. Papilitis dapat pula menyebabkan penurunan persepsi warna.
Pada beberapa kasus hal tersebut dapat sembuhdengan sendirinya.1,5,10
Steroid dapat digunakan untuk mempersingkat fase akut penyakit, namun
tidak mempengaruhi hasil akhir dari penglihatan. Pengobatan dapat dimulai dengan
steroid sistemik untuk fase akut diikuti dengan imunosupresan jangka panjang
sesuai aktivitas penyakitnya. Walaupun pada penelitian di Amerika, oleh the Optic
Neuritis Treatment Trial (ONTT), prednisolon oral 1mg/kg BB/hari selama 14 hari
kemudian diturunkan perlahan selama 4 hari. Injeksi intravena metilprednisolon
250 mg 4 kali sehariuntuk 3 hari kemudian dilanjutkan prednisolon oral 1mg/kg
BB/hari selama 14 hari kemudian diturunkan perlahan selama 4 hari. Pemberian
prednison oral tidak meningkatkan kecepatan kembalinya tajam penglihatan dan
akan meningkatkan risiko terjadinya neuritis optik rekuren, akan tetapi pemberian
injeksi intravena metilprednisolon dikombinasikan dengan oral prednison dapat
mempercepat kembalinya tajam penglihatan dan dapat menurunkan risiko multipel
sklerosis pada pasien risiko tinggi selama 2 tahun.2,3,10
Penyembuhan pada neuritis optik berjalan secara bertahap. Pada sebagian
besar pasien neuritis optik, fungsi visual mulai membaik 1 sampai 3 minggu setelah
onset penyakit walaupun tanpa pengobatan. Sisa defisit pada penglihatan warna,
kontras, serta sesitivitas adalah hal yang umum.1,4,10
29
DAFTAR PUSTAKA
1. SA, Lim and KY, Goh. Optic Neuritis in Singapore. Tan Tock Seng Journal of
Medicine. Singapore;2008.
2. Shams, PN and Plant, GT. Optic Neuritis. The National Hospital for Neurology
& Neurosurgery. Moorfields Eye Hospital. London;2009.
3. Osborne, Benjamin and Volpe, Nicholas. Optic Neuritis and Risk of Multiple
Sclerosis. Cleveland Clinic Journal of Medicine, Volume 76, No.
3.Washington; 2009.
30