Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok Transcultural Nursing yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dengan Model Keperawatan Transcultural in Nursing pada Balita Gizi
Buruk“ tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat sebagai tugas mata kuliah
Transcultural Nursing.
o Bu Siti Nurkholifah selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Transcultural Nursing
yang turut membantu dan membimbing kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini di Prodi KeperawatanSutopo Surabaya
o Teman-teman yang turut memberi saran dan kritik atas penyusunan makalah ini.
Materi makalah ini kami susun sedemikian rupa dengan mengakses melalui website
(internet), dengan metode kepustakaan juga. Makalah ini kami susun sesuai dengan
kemampuan kami dan kami kerjakan dengan maksimal.
Kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan dari dosen, teman,
mau pun pihak lain yang menaruh perhatian terhadap kemajuan kami untuk lebih
menyempurnakan dan melengkapi makalah ini. Dan kami berharap, semua pihak dapat
memanfaatkan makalah ini sebaik-baiknya.
Penyusun
Daftar Isi
Daftar Isi
…………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian
………………………………………………………………………… 24
3.2 Diagnosa Keperawatan …………………………………………………………
29
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………. 36
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok Transcultural Nursing yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dengan Model Keperawatan Transcultural in Nursing pada Balita Gizi
Buruk“ tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat sebagai tugas mata kuliah
Transcultural Nursing.
o Bu Siti Nurkholifah selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Transcultural Nursing
yang turut membantu dan membimbing kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini di Prodi KeperawatanSutopo Surabaya
o Teman-teman yang turut memberi saran dan kritik atas penyusunan makalah ini.
Materi makalah ini kami susun sedemikian rupa dengan mengakses melalui website
(internet), dengan metode kepustakaan juga. Makalah ini kami susun sesuai dengan
kemampuan kami dan kami kerjakan dengan maksimal.
Kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan dari dosen, teman,
mau pun pihak lain yang menaruh perhatian terhadap kemajuan kami untuk lebih
menyempurnakan dan melengkapi makalah ini. Dan kami berharap, semua pihak dapat
memanfaatkan makalah ini sebaik-baiknya.
Penyusun
Daftar Isi
Daftar Isi
…………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Pengkajian
………………………………………………………………………… 24
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………. 36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah
ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara
diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak
atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya
dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,
maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat
akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah
memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Saat ini gizi buruk pada balita menjadi perdebatan dan isu menarik. Keadaan ini akibat
dari ditemukannya kasus-kasus kelaparan (hoenger oedema/HO) pada orang dewasa dan
marasmus atau kwashiorkhor pada anak balita yang sering dilaporkan oleh media cetak
maupun elektronik. Kejadian gizi buruk sebenarnya dapat dicegah apabila akar masalah
di keluarga yang bersangkutan dapat dikenali, sehingga masalah penanggulangannya
dapat dilakukan secara lebih mendasar melalui penanganan terhadap akar masalahnya.
Kendala secara umum adalah masih banyaknya anggapan oleh pemegang kebijakan
bahwa masalah gizi buruk merupakan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh
sektor kesehatan saja. Sehingga secara umum program penanganan gizi buruk lebih
banyak menggunakan pendekatan bidang kesehatan. Pendekatan secara ekonomi,
pertanian, dan pendidikan belum banyak dilaksanakan. Sebagian besar pelaku program
masih bertindak sendiri secara sektoral dengan indikator pencapaian program yang diukur
dengan indikator fisik dan kurang mendorong perubahan perilaku. Harus disadari bahwa
program penanganan gizi buruk di bidang kesehatan lebih banyak bersifat darurat dan
mendesak seperti bantuan pengobatan atau perawatan, pemberian PMT pemulihan dan
suplementasi zat gizi. Pada saat bantuan dihentikan, masalah kekurangan gizi akan terjadi
lagi karena ketidakmampuan keluarga terkait dengan daya beli dan keadaan ekonomi
keluarga.
Permasalahan gizi buruk tak bisa terselesaikan tanpa ada penanganan yang serius dari
pemerintah, hal tersebut membuktikan rendahnya perhatian pemerintah terhadap sektor
kesehatan, baik kurangnya pusat kesehatan di daerah maupun di wilayah. Bagaimana
masyarakat bisa mewujudkan program Indonesia Sehat 2010 tanpa penanganan gizi buruk
yang serius dari pemerintah.
1.2 Tujuan
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada balita gizi buruk dengan model keperawatan
in nursing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing
2.1.1 Model Keperawatan Transcultural in Nursing
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensidari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalammemberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinyadiberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secaraumum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan danbimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yanguniversal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satutempat dengan tempat lainnya.
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yangdipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak danmengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan
dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yangdigolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
3. Lingkungan
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia sepertidaerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah didaerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada mataharisepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yangberhubungan dengan sosialisasi individu,
keluarga atau kelompok ke dalammasyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harusmengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut.Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,riwayat hidup, bahasa dan
atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untukmembantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebihmenguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klienagar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatankesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan
yangberbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yanglain.
1. Pengkajian
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak
positif terhadap kesehatan.c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-normabudaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbataspada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yangdigunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan denganjam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,
carapembayaran untuk klien yang dirawat.
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakangbudayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosakeperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkulturalyaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
danketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
b. Cultural careaccomodation/negotiation
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akanterganggu. Pemahaman budaya
klien amat mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien
yang bersifat terapeutik.
2.1.7Evaluasi
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai
dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.
Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi
balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya adalah
normal, underweight(kurus), dan gemuk.
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik
disebut stunted(pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-
NCHS (National Center for Health Statistics).
Menurut Prof. Ali, untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi buruk dapat dilakukan
dengan cara berikut. Gizi kurang adalah bila berat badan menurut umur yang dihitung
menurut Skor Z nilainya kurang dari -2, dan gizi buruk bila Skor Z kurang dari -3.
Artinya gizi buruk kondisinya lebih parah daripada gizi kurang.
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan (pirang), perut
kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau monkey
face (keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila kurang gizi berlangsung lama akan
berpengaruh pada kecerdasannya.
Status gizi pada balita dapat diketahui dngan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan)
dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang, maka status
gizinya kurang.
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi yang
kurang. Kekurangan gizi ini secara umum menyebabkan gangguan pada
• Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai zat
pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok
• Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan tenaga
untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa lemas
• Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi seperti
batuk, pilek dan diare
Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental. Kekurangan
gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen seperti perkembangan IQ
dan motorik yang terhambat
• Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang, cengeng dan
apatis.
2.2.2 Etiologi
Penyebab dari gizi kurang antara lain : kebiasaan makan dimana makanan yang
dikonsumsi kurang mengandung kalori dan protein. Faktor social budaya dapat juga
menjadi factor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan mengkonsumsi makanan
tertentu, seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut kecacingan. Faktor-faktor lain
yang dapat menimbulkan gizi kurang adalah penyakit metabolic, infeksi kronik atau
kelainan organ tubuh lain.
1. Penyebab langsung
Asupan makanan yang kurang bisa berasal dari ketidakcukupan anak mendapatkan
makanan bergizi seimbang dan pola makan yang salah. Makanan bergizi pada anak tidak
hanya mengandung karbohidrat dan protein saja, tetapi harus diimbangi dengan zat-zat
lain seperti lemak, vitamin (A, D, E, K, C, B1, B2, B5, B12), asam folat, mineral (kalium,
natrium, iodium, magnesium,fosfor, dan lainnya). Jika kebutuhan akan zat-zat tersebut
kurang atau bahkan tidak terpenuhi, maka anak akan kekurangan gizi. Selain itu ditunjang
dengan pola makan yang salah. Misalnya pada anak yang diasuh oleh neneknya yang
masih memiliki kebiasaan turun temurun. Bayi yang baru lahir beberapa bulan sudah
diberi makanan tambahan seperti pisang, nasi lumat, atau bahkan ada kebudayaan yang
tidak memperbolehkan anak mengkonsumsi daging, telur, santan, dan lainnya. Hal ini
dapat menghilangkan kesempatan anak memperoleh zat gizi dari lemak dan protein.
Penyakit infeksi yang sedang diderita oleh anak menjadi penyebab terpenting kedua dari
kejadian gizi buruk. Apalagi di negara terbelakang dan sedang berkembang seperti
Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan masih kurang serta ancaman endemitas
penyakit tertentu khususnya penyakit infeksi seperti diare, TBC, campak, gastroenteritis.
Ada keterkaitan antara penyakit infeksi dengan gizi buruk, yaitu kondisi infeksi kronik
akan menyebabkan gizi buruk, dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan tubuh sehingga anak mudah terkena penyakit infeksi.
Persediaan makanan di rumah merupakan penyebab tidak langsung dari kejadian gizi
buruk pada anak. Jika di dalam keluarga tidak memiliki persediaan makanan yang cukup
untuk seluruh anggota keluarga, maka dapat dipastikan anggota keluarga akan
kekurangan makanan. Terlebih lagi jika di dalam keluarga terdapat anak balita yang
sangat membutuhkan makanan bergizi seimbang yang mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan untuk proses tumbuh kembang anak.
Perawatan pada anak juga mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Jika seorang anak dirawat
oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan kebutuhannya tercukupi baik
secara fisik maupun psikologis, maka anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya. Anak akan tampak sehat dan terhindar dari kurang gizi atau bahkan gizi
buruk. Selain itu perawatan pada ibu sejak hamil juga mempengaruhi perkembangan bayi
dalam kandungannya. Jika seorang ibu tidak memperhatikan pemenuhan gizi selama
hamil dan setelah melahirkan, maka akan berdampak buruk bagi anaknya. Ibu yang
mengkonsumsi makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna akan dapat menghindari kejadian
gizi buruk pada anaknya kelak. Selain itu pemberian ASI secara eksklusif juga
memberikan kontribusi yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Kejadian gizi buruk pada suatu wilayah akan cepat diketahui jika terdapat pelayanan
kesehatan yang memadahi seperti posyandu dan puskesmas. Tetapi jika pelayanan
kesehatan tersebut tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya, maka balita yang
terkena gizi buruk tidak dapat dideteksi secara cepat, atau bahkan angka kejadian gizi
buruk akan semakin meningkat jika tidak segera mendapatkan penanganan.
Akar permasalahan yang sesungguhnya dari semakin meningkatnya angka kejadian gizi
buruk adalah faktor ekonomi. Sejak terjadinya krisis ekonomi, banyak masyarakat yang
menderita kemiskinan dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Hal ini menyebabkan orang tua
tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terutama
kebutuhan pokok berupa makanan bergizi bagi keluarga. Khususnya pada balita yang
sangat membutuhkan zat gizi penting yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi,
dan makanan tersebut merupakan aset utama yang mendukung tumbuh kembang anak.
Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi kurang gizi atau bahkan gizi
buruk.
Marasmus adalah kekurangan energy pada makanan yang menyebabkan cadangan protein
tubuh terpakai sehingga anak kurus dan keriput.
1) Etiologi :
Penyebab umum:
- Cengeng
- Kulit keriput , jari lemak subtikus sangat sedikit sampai tidak adaü Perut cekung
3) Patofisiologi
(kebutuhan energy)
Penciutan/pengecilan otot
o ekonomi rendah.
1) Etiologi :
- Kegagalan pertumbuhan tampak dengan berat badan rendah maupun ada edema
- Cengeng
- Cracy papement
- Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanparasa sakit dan
rontok
- Pembesaran hati
- Otot mengecil, lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri dan dudukü Sering disertai
infeksi anemia , diare.
Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung (Soegianto,
2007):
1. Antropometri Gizi:
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Ada 2 tipe pengukuran antropometri yang digunakan untuk penilaian status gizi (Gibson,
1990):
Pengukuran pertumbuhan:
Sebagian besar metode antropometri untuk menilai komposisi tubuh didasarkan pada
model dimana tubuh terdiri dari susunan kimia: massa lemak dan massa bebas lemak.
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati,
dan otak). Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
1. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode penilaian gizi yang didasarkan pada perubahan-
perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala
atau riwayat penyakit.
1. Pemeriksaan Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan malihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik,
cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Survey konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
1. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa
statistik kesehatan, seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Kartu Menuju Sehat atau KMS merupakan metode untuk mengetahui pertumbuhan berat
badan anak mulai lahir sampai usia lima tahun.
Ketentuan KMS:
1. Pertumbuhan disebut baik: bila berat badan bulan ini bertambah dibandingkan berat
badan bulan lalu dan grafik berat badan di KMS tetap pada pita warna yang sama atau
berpindah ke pita warna yang lebih atas.
2. Pertumbuhan tidak baik:
1. Bila berat badan bulan ini bertambah tetapi grafik di KMS berpindah ke pita yang lebih
rendah
2. Bila berat badan bulan ini dibandingkan bulan lalu sama nilainya (tetap) atau lebih rendah
(berkurang)
2.2.5Penatalaksanaan
Ada berbagai macam cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk antara lain (Pudjiadi,
2000):
1. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih
banyak, dan sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
2. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi.
3. Memperbaiki infrastruktur pemasaran. Infrastruktur pemasaran yang tidak baik akan
berpengaruh negatif terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
4. Subsidi harga bahan makanan. Intervensi demikian bertujuan untuk membantu mereka
yang sangat terbatas penghasilannya
5. Pemberian makanan suplementer melalui puskesmas
6. Memberikan pendidikan gizi
7. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan:
1. Pemeriksaan kesehatan di Puskesmas, Posyandu pada waktu-waktu tertentu
1. Memperbaiki hygieni lingkungan dengan menyediakan air minum, tempat membuang air
besar (WC)
2. Mendidik masyarakat untuk membuang air besar di tempat yang telah disediakan,
membersihkan badan, memasak air minum, membersihkan rumah
3. Menganjurkan kepada masyarakat untuk mengunjungi puskesmas secepatnya jika
kesehatan mulai terganggu
4. Menganjurkan untuk mengikuti program KB (Keluarga Berencana)
Makanan /minuman dengan biologic tinggi gizi kalori / protein. Pemberian secara
bertahap dari bentuk dan jumlah mula – mula cair (seperti susu) lunak(bubur) biasa ( nasi
lembek).
Antibiotic
Hari
I. PENGKAJIAN
a) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, No. Register,agama,
tanggal masuk RS , dll.
b) Keluhan utama
Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai muntah dan
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit
2. Pemeriksaan urine
4. EKG
5. X foto paru
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat
Kriteria hasil :
Rencana :
1) Beri asupan makanan/minuman tinggi kalori/protein
Kriteria hasil:
• Gatal hilang/berkurang.
Rencana:
• Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.
• Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit
anak tetap kering.
3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
Kriteria hasil:
• Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.
Rencana:
• Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
• Jelaskan tentang:
- Penyebab penyakit.
• Jelaskan tentang:
mengandung protein.
• Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
• Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah
sakit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN
NURSING
3.1 Pengkajian
a) Gambaran diri : anak masih belum mempunyai gambaran tentang dirinya secara
utuh karena anak masih berumur satu tahun dan belum mengerti bagian tubuh mana yang
paling disukainya.
b) Ideal diri : anak masih belum mengerti ideal dirinya dan belum mempunyai cita –
cita terhadap dirinya.
c) Harga diri : anak masih belum mengerti tentang apa arti harga diri baginya dan anak
masih sedikit berinteraksi dengan lingkungan.
d) Peran diri : berperan sebagai anak dan masih belum mempunyai peran yang lain
sebagai anak. Meskipun sakit dan dirawat di rumah sakit peran sabagai anak masih dapat
berfungsi meskipun tidak maksimal.
e) Identitas diri : Identitasnya belum jelas karena masih belum sekolah dan belum
mempunyai cita – cita sebagaimana mestinya.
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum,
biakan darah.
2. Pemeriksaan urine
4. EKG
5. X foto paru
Analisa Data
No. Pengelompokan Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
Ds :
Do :
- Anaknya rewel
- Makanan yang
dikonsumsi kurang
mengandung zat gizi ( seperti
,makan makanan gaplek )
- BB = 5 kg, TB = 70
cm ( status nutrisi gizi buruk )
- Perut buncit
- Hepatomegali
Ds:
- Ibu px mengatakan
bahwa sakit anaknya
dikarenakan karena
kemasukan roh halus
Ds:
Do :
- Anaknya tampak
bingung
Ds :
Do :
- Anaknya rewel
- Perut buncit
- Hepatomegali
Ds:
- Ibu px mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan karena kemasukan roh halus
Do :
- Ibu membawa anaknya untuk berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke
petugas kesehatan
- Kalalu anaknya sakit diberi obat atau ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera
dibawa ke petugas kesehatan.
Ds:
- Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa takut kalau didatangi oleh perawat
Do :
Do :
- Anaknya tampak
bingung
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
udaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
keoercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khussnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise
model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses
keperawaqtan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan
solusi terhadap masalah klien (Andrew & Boyle, 1995).
Pudjiadi, Solihin. ( 2000 ). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru Jakarta.
Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company
Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case
Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and
Application, USA, Appleton & Lange
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks
Budaya, Jakarta, UI Press
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care Ditelusuri tanggal 14
Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Leave a Reply
Choose how to leave your comment
NAME *
E-MAIL *
To prevent comment spam, you must verify you own your email address using Mozilla
Persona (Browserid) by clicking the green Sign In button.
COMMENT
Post Comment
HOME
ABOUT
© 2016 LiZa. All rights reserved.