Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

PSORIASIS

Pembimbing:
dr. Mahdar Johan, Sp.KK

Disusun Oleh:
Delima Istio Prawiradhani Putri 12100115062

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD SYAMSUDIN, SH SUKABUMI
PERIODE 27 FEBRUARI – 17 MARET 2017
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien


Identitas Pasien

• Keterangan Umum

– Nama pasien : An.I.P.


– Usia : 9 tahun
– Jenis Kelamin : Perempuan
– Alamat : Kec. Cibeber Kab. Cianjur
– Pendidikan : SD
– Pekerjaan : Pelajar
– Agama : Islam
– Status Marital : Belum Menikah
– Etnis : Sunda
– Tanggal Pemeriksaan : 27 februari 2016

1.2. Anamnesis
Diperoleh secara autoanamnesis, pukul 11.15 WIB.

A. Keluhan Utama
Kemerahan dengan kulit bersisik pada perbatasan rambut-leher bagian belakang.

B. Keluhan Tambahan

Gatal pada bagian kemerahan tersebut.

C. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Syamsudin, SH dengan keluhan
kemerahan disertai kulit bersisik dan gatal pada perbatasan rambut-leher bagian belakang
sejak 6 bulan yang lalu, gatal dan kemerahan dengan kulit bersisik awalnya hanya seluas
kacang merah dan dirasakan semakin lama makin meluas. Keluhan pasien saat ini
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Pasien mengaku bahwa dalam aktivitas sehari-hari pasien sering menggaruk bagian
yang mengalami kemerahan tersebut sehingga timbul kulit kering seperti sisik dan meluas.
Kulit kemerahan beserta adanya sisik tersebut tidak ditemukan pada bagian tubuh pasien
yang lainnya seperi siku, lutut, bokong ataupun bagian lainnya. Tidak ada kelainan pada kuku
dan sendi. Pasien mengatakan bahwa pasien semakin gatal ketika pasien berkeringat dan
mereda setelah mandi dan beristirahat. Pasien tidak memiliki alergi dan pasien tidak ada
riwayat asma ataupun hidung sering berair sejak kecil. Pasien tidak sedang mengalami
pengobatan ataupun mengkonsumsi obat yang lama.
Pasien sudah pernah berobat sebelumnya ke praktek dokter, kemudian umum diberi
obat obat oles berupa salep namun bercak kemerahan bersisik tersebut tidak mengalami
perbaikan. serupa.
Anamnesis tinea korporisnya dan dermatitis seboroik belum ada
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami seperti ini sebelumnya.
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat penyakit asma sejak kecil disangkal
Riwayat penyakit kulit sebelumnya herpes simplex
Riwayat penyakit sistemik disangkal.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit asma disangkal

1.3. Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Generalis
 Keadaan umum : Tampak tenang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : tidak diperiksa
 Laju nadi : 100 x/menit, teratur, kuat, penuh
 Laju napas : 20 x/menit
 Suhu : Afebris
 Tinggi badan : 115 cm
 Berat badan : 38 kg
B. Pemeriksaan Dermatologik

 Regio/Letak Lesi : Posterior ccerviccal -


ocipitalis
 Efloresensi
• Primer: plaque, eritema
• Sekunder: skuama collarette, skuama
psoriasiform
 Sifat UKK
• Ukuran: plakat plaque (skuama koleret)
• Susunan/bentuk: korimbiformis
• Penyebaran dan lokalisasi: regional,
bilateral
• Pembesaran KGB : (-)

C. Pemeriksaan
A. Fenomena tetesan lilin : (+)
B. Fenomena auspitz : (+)
D. Pemeriksaan Anjuran (Penunjang)
 Pemeriksaan histopatologik untuk memastikan diagnosis. (mitosis 3-5x pada
epidermis dan mengarah ke basal, hiperkeratosis dengan stratum granulosum yang
menghilang)

1.4. Resume Kasus


Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Syamsudin, SH dengan keluhan
kemerahan disertai kulit bersisik dan gatal pada perbatasan rambut-leher bagian belakang
sejak 6 bulan yang lalu, gatal dan kemerahan dengan kulit bersisik awalnya hanya seluas
kacang merah dan dirasakan semakin lama makin meluas. Pasien mengaku sering menggaruk
bagian yang mengalami kemerahan tersebut sehingga timbul kulit kering seperti sisik dan
meluas. Kulit kemerahan beserta adanya sisik tersebut tidak ditemukan pada bagian tubuh
pasien yang lainnya seperi siku, lutut, bokong ataupun bagian lainnya Di keluarga pasien juga
tidak ada yang menderita penyakit kulit serupa dengan pasien. Riwayat penyakit asma, alergi
dan hidung berair setiap pagi disangkal pasien. Riwayat pengobatan sebelumnya ke praktek
dokter diberi obat oles (salep).
Pada pemeriksaan generalis tidak didapatkan kelainan Pada pemeriksaan kulit
didapatkan lesi pada daerah posterior cervial, bagian occipital dengan efloresensi primer
berupa: plaque; eritema, ukuran lesi plakat plaque, susunan/bentuknya korimbiformis, dan
penyebaran lesi: regional; bilateral. Pemeriksaan penunjang fenomena tetesan lilin (+),
fenomena Auspitz (+).
1.5. Diagnosis
A. Diagnosis Banding
1. Psoriasis....
2. Tinea Capitis
3. Dermatitis Seborrhoeic

B. Diagnosis Kerja
Psoriasis

1.6. Tatalaksana
A. Tatalaksana Umum
- Pasien dijelaskan mengenai kemungkinan sebab penyakit adalah genetik dan
autoimmun
- Menjelaskan agar pasien tidak menggaruk bagian lesi walaupun gatal.
- Pasien disarankan untuk membersihkan bagian yang luka secara rutin dengan cara
yang lembut, tidak menggosok.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan pengobatan secara tuntas, jika
tidak dapat terjadi rekurensi.

B. Tatalaksana Khusus (Farmakologi)


 Topikal:
Miconazole cream 2%
 Sistemik:
- Ketoconazole tab 200 mg 2 dd tab I
- Cetirizine tab 10 mg 1 dd tab I
- Vitamin C tab 50 mg 3 dd tab I

1.7. Prognosis

 Quo ad vitam : Bonam.


 Quo ad functionam : Bonam.
 Quo ad sanationam : Bonam.
BAB II
ANALISIS KASUS

2.1. Analisis Diagnosis Kerja


KASUS TEORI: KANDIDIASIS
Epidemiologi  Wanita, usia 60 tahun.  Semua usia, namun orang tua dan
bayi lebih mudah terkena infeksi.
Faktor  Sering berbersisikat  Faktor mekanis: trauma; oklusi;
Predisposisi  Pakaian tertutup dan ketat pakaian ketat, obesitas
 Penggunaan deodorant  Faktor nutrisi: malnutrisi umum
 Status gizi termasuk obesitas  Faktor fisiologi: hamil, usia lanjut
 Pasien menyangkal adanya  Penyakit sistemik: diabetes mellitus,
penyakit kencing manis hipertiroid, hipotiroid, keganasan
(endokrinopati)  Imunologik: imunosupresi
 Pasien menyangkal adanya  Iatrogenik: penggunaan antibiotik,
penyakit kronis seperti kortikosteroid jangka panjang, pil
tuberkulosis paru KB, KB suntik, KB implan
 Pasien menyangkal  Faktor eksogen:
menggunakan obat-obatan 1. iklim, kelembaban yang
(kortikosteroid) jangka panjang menyebabkan perspirasi
meningkat
2. Kebiasaan memakai pakaian
tertutup
Manifestasi C. Pasien mengeluhkan gatal D. Keluhan subjektif berupa gatal
Klinis
Lokasi  Letak lesi pada daerah aksila  Daerah intertriginosa: genitokruris;
Predileksi (daerah intertriginosa) aksilaris; interdigital; inframammae
Karakteristik  Regio/letak lesi: aksila dekstra,  Lesi pada daerah intertriginosa yang
Lesi efloresensi primer: pustule; mengalami maserasi, dengan
eritema, ukuran lesi: miliar, karakteristik eritematosa, dengan lesi
susunan/bentuk: korimbiformis, satelit berupa vesikopustul, susunan
penyebaran dan lokalisasi: korimbiformis.
regional; bilateral; intertriginosa  Pustul kemudian dapat pecah,
 Regio/letak lesi: aksila sinistra, meninggalkan erosi dengan dasar
efloresensi primer: pustule; eritema, dikelilingi skuama koleret.
eritema, efloresensi sekunder:
skuama koleret, ukuran lesi:
miliar (pustule); en plaque
(skuama koleret),
susunan/bentuk: korimbiformis,
penyebaran dan lokalisasi:
regional; bilateral; intertriginosa
Pemeriksaan  Pemeriksaan kerokan kulit  Pemeriksaan kerokan kulit dengan
Laboratorik dengan larutan KOH 10% tidak larutan KOH 10%, akan tampak
dilakukan spora, blastospora (budding cell),
dengan pseudohifa.
 Pada pemeriksaan dengan pewarnaan
gram, akan tampak gram (+) ovoid
bodies, dengan diameter 2 – 5
mikrometer
 Pada biakan dengan media agar
Sabouraud + antibiotic, akan tumbuh
koloni mukoid berwarna putih
keabuan dalam 2 – 5 hari

2.2. Analisis Diagnosis Banding


1. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu peradangan kulit yang timbul setelah
kontak dengan alergen melalui proses sensitasi sebagai suatu akibat dari pajanan
sebelumnya.
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel
atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).
Pada yang kronis terlihat kulit bersisik, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin
juga fisur, batasnya tidak jelas.
Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya
konstan dan seringkali hebat (sangat gatal).
Untuk mendiagnosis dermatitis kontak alergi dapat dilakukan uji tempel.
Tempat untuk melakukan uji tempel biansanya di punggung atau bagian luar dari
lengan atas. Bahan uji dapat berasal dari antigen standar buatan pabrik atau dari bahan
kimia murni dan lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan
kerja atau tempat rekreasi.

2. Eritrasma
Eritrasma merupakan penyakit infeksi bakteri kronik pada stratum korneum
yang disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum. Tempat predileksinya adalah
di daerah ketiak dan lipat paha, atau daerah intertriginosa lainnya, terutama pada
penderita gemuk. Lesi kulit berupa eritoskuamosa dengan skuama halus, kadang
terlihat berwarna merah kecoklatan, tergantung dari area lesi dan warna kulit
penderita. Lesi dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Perluasan lesi terlihat
pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi ini tidak menimbul, bersisik.
Biasanya penderita tidak mengeluhkan keluhan subjektif, kecuali bila terjadi
ekzematisasi oleh karena penderita berbersisikat banyak atau terjadi maserasi pada
kulit.
Untuk mendiagnosis eritrasma dapat dilakukan pemeriksaan dengan lampu
Wood ataupun pemeriksaan kerokan kulit. Pada pemeriksaan lampu Wood, lesi
terlihat berfluoresensi merah membara (coral-red). Pada pemeriksaan kerokan kulit
terlihat sebagai batang pendek, halus, bercabang, berdiameter 1 mikron atau kurang,
yang mudah putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2013.
2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. 7th Ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
3. Wolff K, Johnson RA. Flitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology. 6th
Ed. New York: McGraw-Hill; 2009.
4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s disease of the skin clinical dermatology.
11th Ed. Canada: Elsevier; 2011.

Anda mungkin juga menyukai