PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan latihan, proses perluasaan dan cara mendidik. Menurut Undang-Undang sistem
pendidikan nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
Kurikulum di Indonesia saat ini telah disesuaikan dengan macam cara agar
kualitas pendidikan semakin maju dan semakin berkembang sehingga potensi peserta
dari kurikulum 2013 ke kurikulum 2013 revisi karena adanya berbagai tantangan
berpusat pada peserta didik student centered dengan harapan peserta didik menjadi
lebih paham dan mengerti mengenai konsep pembelajaran di kelas. Bukan hanya
sekedar di kelas saja akan tetapi kurikulum sekarang mengarahkan peserta didik dapat
1
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran harus diubah
dari teacher centered ke student centered, metode yang semula di dominasi oleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai dengan kurikulum 2013 revisi peserta
sehingga fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti
dengan guru kimia di SMA Negeri 1 Prambanan, bahwa rata-rata nilai pembelajaran
kimia pada materi kesetimbangan kimia masih tergolong rendah hal ini dikarenakan
tidak semua peserta didik tuntas pada materi tersebut secara klasikal. Hal ini
kimia kelas XI tersebut adalah 75, dari 25 orang peserta didik, yang tuntas hanya 15
orang sedangkan yang lainnya tidak. Menurut Chiu, Chou & Liu (2002)
kesetimbangan kimia merupakan salah satu dari konsep yang paling sulit dalam kimia
untuk dipelajari oleh peserta didik berbagai tingkatan, padahal kesetimbangan kimia
merupakan salah satu konsep pokok dalam pembelajaran kimia baik di sekolah
disesuaikan dengan kurikulum 2013 juga tidak berjalan dengan efektif pada proses
di kelas akan tetapi proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan peserta didik
2
kurang belajar mandiri dan aktif. Menurut Schunk (2012:26-32) menyatakan
pengajaran adalah ranah studi para pendidik yang fokus perhatiannya berkaitan
keadaan pembelajaran lainnya. Metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru
pengamatan dan pengalaman melalui praktik. Oleh karena itu, peneliti perlu
menyelidiki, dan pemecahan masalah yang mirip dengan proses ilmuwan saat
3
penyelidikan dan investigasi di laboratorium, di lokasi lapangan, di perpustakaan, dan
itu, Trowbridge & Bybee (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai proses
tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge & Bybee (1990) mengatakan bahwa esensi dari
pembelajaran ini pada kelompok model yang memproses informasi, yakni bagaimana
guru dan para peserta didik dapat memperoleh informasi. Tujuan umum dari
pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan
mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce & Weil (2000:194). Ada juga
penelitian oleh Crawford (2007), yaitu walaupun membutuhkan waktu yang lama,
sehingga mereka mengalami sendiri dan akan lebih melekat pada ingatan siswa itu
4
sehingga mempengaruhi kinerja peserta didik, misalnya dalam memecahkan masalah,
membangun pengetahuan dan pemahaman yang saling terkait. Sebagai suatu model
pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, inkuiri menempatkan
guru sebagai fasilitator, guru membimbing peserta didik yang diperlukan. Dalam
model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis
sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang
telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh peserta didik dibimbing, tergantung pada
kurang hal ini diketahui dari nilai rata-rata peserta didik yang masih banyak dibawah
KKM. Menurut Badar (2014:6) masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan
formal (sekolah) dewasa ini yakni masih rendahnya daya serap peserta didik. Prestasi
ini tentunya merupakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan
tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri serta tidak memberikan akses
bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses
berpikirnya. Menurut Celik, Sagir & Armagan (2008) ada banyak kesalahpahaman
tentang kesetimbangan kimia karena konsep abstrak dan peserta didik berpikir
kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan yang sama dengan yang mereka hadapi
dalam fisika dan dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan itu menurut Calik &
Ayas (2005), Chairam (2009), Coll (2010), kimia adalah salah satu mata pelajaran
ilmu pengetahuan yang paling penting, dan berkaitan dengan sifat dan reaksi zat
5
sehingga kimia menjadi sesuatu yang dianggap sulit bagi peserta didik di sekolah
menengah atas maupun di pendidikan tinggi. Dengan demikian diperlukan cara agar
peserta didik memahami konsep pembelajaran kimia tersebut sehingga peserta didik
Pembelajaran di laboratorium adalah inti dari belajar peserta didik. Peserta didik
karena laboratorium dalam ilmu sekolah yang berbeda satu sama lain, seperti
lingkungan yang unik dari laboratorium dan pengalaman langsung dengan fenomena
alam dari dunia nyata. Perbedaan ini dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran
sains peserta didik selama proses belajar di laboratorium (Hume & Coll, 2008).
Sarana dan prasarana laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Prambanan dalam kondisi
yang baik dimana dari hasil wawancara dengan guru menyatakan bahan, alat serta
keadaaan laboratorium sejauh ini masih lengkap dan guru juga telah melakukan
praktikum pada materi kesetimbangan kimia akan tetapi dalam proses pembelajaran
peserta didik masih belum dapat menunjukkan keterampilan proses sains ketika
bekerja di laboratorium. Hal ini dikarenakan guru masih berfokus pada aspek kognitif
keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Padahal keterampilan proses sains
pembelajaran. Leach & Scott (2003) juga menunjukkan bahwa mengajar ilmu harus
6
seperti ilmu yang ilmuwan benar-benar melakukan. Guru harus memperkenalkan ide-
ide ilmiah untuk siswa dan membimbing belajar sebagai individu siswa masuk akal
dari sudut ilmiah tampilan, karena guru memainkan peran perencanaan tugas belajar
agar peserta didik memahami alam sekitar secara mendalam, sehingga proses
Pemahaman konsep dengan keterampilan proses adalah dua konsep yang tidak jauh
diagram ilmiah (Vee) (Novak & Gowin, 1984: 5-6). Studi mengakui bahwa peserta
didik membutuhkan alat praktis untuk berhasil memandu pelajaran melalui model
mengajar dengan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu belajar lebih baik dan
pemahaman baik di kelas sains, dan telah terbukti meningkatkan tingkat pembelajaran
7
dan pemahaman siswa jika dibandingkan dengan siswa yang menerima pembelajaran
tradisional.
diperlukan usaha agar peserta didik dapat memahami konsep kesetimbangan kimia
belajar, dan juga mengajarkan metode penelitian. Keterampilan proses sains disini
menggunakan diagram ilmiah (Vee) yang telah dimodifikasi dari Chairam, Klahan &
Coll (2015), Novak (1990) pada saat peserta didik melakukan praktikum dimana
digunakan untuk mengukur tujuh tahapan keterampilan proses sains yaitu teori,
prinsip, alat dan bahan yang digunakan, prosedur percobaan, data percobaan, hasil
dan pembahasan dan kesimpulan. Hal ini untuk membantu peserta didik memperoleh
pemahaman dan keterampilan proses sains pada materi kesetimbangan kimia pada
saat praktikum.Untuk akhir pembelajaran guru akan memberikan soal yang berupa
8
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini berjudul
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi Kesetimbangan
Kimia”.
B. Identifikasi Masalah
hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 revisi dimana belajar mengajar di kelas
2. Proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru walaupun guru telah
3. Peserta didik kurang aktif dan mandiri karena guru kurang memberikan
4. Nilai peserta didik pada materi kesetimbangan masih belum tuntas secara
kesetimbangan kimia.
5. Sarana dan prasarana laboratorium sudah baik akan tetapi pada saat
proses sains secara menyeluruh dimana guru masih berfokus pada aspek
kognitif saja.
9
6. Metode praktikum yang digunakan oleh guru masih belum berinovasi
C. Pembatasan Masalah
kurikulum 2013 proses pembelajaran harus berpusat kepada siswa dan siswa
juga harus aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Guru berfungsi sebagai
digunakan oleh guru masih belum berinovasi sehingga diperlukan cara agar
10
siswa merasa tertarik dalam proses pembelajaran salah satunya menggunakan
D. Rumusan Masalah
berbasis inkuiri?
E. Tujuan Penelitian
proses sains peserta didik dengan model pembelajaran berbasis inkuiri apabila
11
3. Untuk menguji perbedaan signifikan keterampilan proses sains peserta didik
F. Manfaat Penelitian
G. Definisi Operasional
12
membedakan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep berdasarkan
pengetahuannya sendiri.
pada saat mereka berproses ilmiah, dimana teori, prinsip, data, hasil dan
keterampilan proses sains siswa yang menggunakan lima indikator KPS yaitu
mengemukakan sendiri fakta, konsep, dan nilai dalam diri peserta didik
sendiri.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kimia
atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari
adalah instruction atau pembelajaran yaitu suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang
terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Duffy dan Roehler
tujuan kurikulum. Senada dengan itu, Dick and Carey (1985) pembelajaran
yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu (sub ordinate
keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek
proses. Kedua sisi ini sama pentingnya karena keberhasilan pembelajaran tidak
14
Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa SMA/sederajat adalah
mata pelajaran kimia. Kimia adalah salah satu cabang dari ilmu sains yang
dipelajari oleh peserta didik agar dapat memahami berbagai fenomena yang
sehingga kimia menjadi subjek yang dianggap sulit oleh kebanyakan peserta
didik (Sirhan,2007). Mata pelajaran kimia merupakan salah satu ilmu dasar yang
sarana, metode, strategi belajar, alat dan media yang tersedia serta faktor
kelas sehingga peserta didik menajadi aktif dan komunikatif dalam proses
pembelajaran.
2. Model Pembelajaran
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
15
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce & Weil,
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
pembelajaran adalah pola pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
proses pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru untuk mencapai tujuan
dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman dan interaksi mereka (dalam Badar, 2014: 30). Berdasarkan
pembelajaran karena inkuiri menyandarkan pada dua sisi yang sama pentingnya,
yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan
16
pengetahuan dan penguasaan materi pelajaran baru. Selain itu, yang dinilai dalam
pembelajaran inkuiri adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses
adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti
penyelidikan. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau
tentang inkuiri, yakni inkuiri adalah proses dinamis terbuka terhadap keajaiban
dan kebingungan dan mengenal dan memahami dunia. Menurut Alberta (2004)
berbasis inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
terkait.
17
Pembelajaran dengan model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Ridchard
Suchman tahun 1962 (dalam Joyce& Weil, 2000). Ia menginginkan agar peserta
pertanyaan itu.
arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
18
pengajaran dan metodologi pembelajaran. Model ini menekankan pada
oleh Jones & Eick (2007) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri adalah
sebuah proses aktif dan menggambarkan penyelidikan yang ilmiah dan terjadi
dalam konteks pendidikan formal. Pada pembelajaran inkuiri yang menjadi poin
penting adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswa yang harus mendapatkan
didiklah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Jadi, dalam proses
tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri
19
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Aktivitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan
siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya
Dengan demikian, dalam inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai
yang dimilikinya.
anak menjadi terlibat dalam banyak kegiatan dan proses berpikir yang seperti
berpusat pada guru instruksional, seperti penekanan pada buku teks, dan fakta-
bukti
20
d. mendorong siswa untuk melakukan studi lebih lanjut untuk mengembangkan
tersebut
21
hipotesis yang akan dilakukan
Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-
langkah percobaan
4. Melakukan Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
percobaan untuk melalui percobaan
memperoleh
informasi
5. Mengumpulkan Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok
dan menganalisis untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
data terkumpul
6. Membuat Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
kesimpulan
pada permasalahan. Pada tahap ini guru menyatakan situasi masalah dan
mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami, dan
membuktikannya.
3. Tahap ketiga: eksperimen dan mengumpulkan data. Pada tahap ini siswa
mengetes secara langsung, melihat apakah yang akan terjadi, tidak memerlukan
suatu teori atau hipotesis, tetapi boleh menggunakan ide-ide untuk terjadinya
suatu teori. Sedangkan tes langsung berlaku apabila siswa-siswa mencoba suatu
22
4. Tahap keempat: merumuskan penjelasan. Pada tahap keempat ini guru
5. Tahap kelima: mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Pada tahap kelima
menentukan pertanyaan yang lebih efektif, pertanyaan yang produktif dan yang
tidak, atau tipe informasi yang mereka butuhkan dan yang tidk diperoleh
(2007). Hal ini karena model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2007) ada
23
kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan
langkah model pembelajaran berbasis inkuiri menurut Sanjaya (2007) yang paling
a. Orientasi
Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
24
b. Merumuskan Masalah
Pada langkah ini guru membawa siswa pada suatu persoalan yang
siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Proses berpikir dan mencari
jawaban teka-teki itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
jawabannya pasti
terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh
melalui melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa
masalah.
c. Mengajukan Hipotesis
dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir tersebut dimulai dari kemampuan
25
permasalahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
d. Mengumpulkan Data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
e. Menguji Hipotesis
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji
dipertanggungjawabkan.
26
f. Merumuskan Kesimpulan
yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat
guru mampu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.
1. Keunggulan
secara seimbang
b. Peserta didik menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi
c. Peserta didik mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik
d. Memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka
hipotesisnya sendiri
27
h. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri (self-concept) pada
diri peserta didik sehingga secara psikologis peserta didik lebih terbuka
belajar
2. Kelemahan
a. Jika guru tidak dapat merumuskan teka-teki atau pertanyaan kapada peserta
d. Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak penggunaan
guru
28
4. Pemahaman Konsep
kemampuan untuk membuat makna Anda sendiri dari materi pendidikan seperti
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Berdasarkan taksonomi
prasyarat mutlak untuk tingkatan kemampuan kognitif yang lebih tinggi, aplikasi,
simbol atau kejadian yan memiliki karakteristik yang sama atau sifat-sifat
penting. Menurut Rosser (1984) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut
29
yang sama. Konsep adalah abstraksi-abstarksi yang berdasarkan pengalaman
seseorang. Tanpa konsep, belajar akan sangat terhambat. Hanya dengan bantuan
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien
suatu materi yang disajikan dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu
30
konsep menjadi bekal bagi mereka untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian kimia. Penilaian
pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa
mampu menerima dan memahami konsep dasar kimia yang telah diterima siswa.
Dengan demikian, pemahaman konsep kimia siswa dikatakan baik apabila siswa
acuan dalam proses pemahaman konsep-konsep yang dilakukan oleh siswa yaitu:
Pemahaman salah satu konsep dalam kimia sangat berpengaruh dengan konsep
yang lain. Oleh karena itu, konsep yang dipelajari harus dikuasai dengan benar
hasil belajar. Hasil belajar meliputi 3 ranah, yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah
31
bagian dari hasil belajar yaitu ranah kognitif. Berdasarkan hasil penelitian
32
3. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma. Kemampuan memberikan
matematis.
keterampilan proses sains adalah kemampuan berpikir yang kita gunakan untuk
33
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah. Jadi
untuk menemukan dan mengemukakan sendiri fakta, konsep, nilai serta sikap
dan diidentifikasi karena peran sentral mereka dalam belajar dengan pengertian,
baik dalam pendidikan formal maupun sepanjang hidup. Keterampilan sains juga
pengamatan, (c) cara mendiskusikan hasil percobaan, (d) cara membaca grafik
atau tabel, dan (e) mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa dan
34
fakta yang relevan
2. Mengelompokkan/klasifikasi a. Mencatat setiap pengamatan secara
terpisah
b. Mencari perbedaan, persamaan
c. Mengontraskan cirri-ciri
d. Membandingkan
e. Mencari dasar pengelompokkan atau
penggolongan
f. Menghubungkan hasil-hasil
pengamatan
3. Menafsirkan/interpretasi a. Menghubungkan hasil-hasil
pengamatan
b. Menemukan pola dalam satu seri
pengamatan
c. Menyimpulkan
4. Meramalkan/prediksi a. Menggunakan pola-pola hasil
pengamatan
b. Mengemukakan apa yang mungkin
terjadi pada keadaan yang belum
diamati
5. Mengajukan pertanyaan a. Bertanya apa, bagaimana, dan
mengapa
b. Bertanya untuk meminta penjelasan
c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar
belakang hipotesis
6. Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu
kejadian
b. Menyadari bahwa suatu penjelasan
perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau
melakukan cara pemecahan masalah
7. Merencanakan a. Menentukan alat/bahan/sumber yang
percobaan/penelitian akan digunakan
b. Menentukan variabel/fakto penentu
c. Menentukan apa yang akan diukur,
diamati, dicatat
d. Menentukan apa yang akan
dilaksanakan berupa langkah kerja
8. Menggunakan alat/bahan a. Memakai alat/bahan
b. Mengetahui alas an mengapa
menggunakan alat/bahan
35
c. Menggunakan bagaimana
menggunakan alat/bahan
9. Menerapkan konsep a. Menggunakan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru
b. Menggunakan konsep pada
pengalaman baru untuk menjelaskan
apa yang sedang terjadi
10. Berkomunikasi a. Memeriksa/ menggambarkan data
empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik atau tabel
atau diagram
b. Menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis
c. Menjelaskan hasil percobaan atau
penelitian
d. Membaca grafik atau tabel atau
diagram
e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu
masalah atau suatu peristiwa
Keterampilan proses sains yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan diagram ilmiah atau vee (V). Gowin menemukan suatu alat yang
proses dari pemahaman konsep pengetahuan yang disebut dengan diagram vee.
Menurut Novak & Gowin (1984:5-6), bentuk V bukan suatu keharusan, dan bisa
dibuat dalam bentuk garis lurus, lingkar, ataupun bentuk yang lain akan tetapi
yang lebih ditekankan adalah bahwa diagram vee pada dasarnya merupakan
metode untuk membuat hubungan antara ‘thinking’ dan ‘doing’ yang terjadi
selama di laboratorium.
36
Diagram Vee menurut Novak (1990)
Conceptual/Theory Methodological
Focus Question
Philosophies
Interpretation, explanation, &
generalization
Theories:
Transformation
Conceptual structure
Record
Events/objects
37
Diagram Vee menurut Chairam, Klahan & Coll (2015)
Knowing Doing
Scientific question:
Result (Graph):
Identification of variables:
Controlled variables : Data (Chart):
Independent Variable:
Dependent Variable:
Experimental procedure:
38
Maka dapat disimpulkan diagram ilmiah (Vee) pada penelitian ini dapat
Hasil percobaan:
Prinsip (Tuliskan beberapa prinsip
kerja yg anda ketahui )
Prosedur percobaan:
dalam proses sains yaitu teori, prinsip kerja, konsep, prosedur percobaan, data
percobaan, hasil percobaan dan kesimpulan dalam bentuk diagram. Artinya, siswa
tentang proses penyelidikan ilmiah. Ada beberapa bahan bacaan atau buku teks
39
proses sains digunakanlah diagram ilmiah praktis/diagram vee (Chairam, Klahan,
dalam penelitian ini yaitu dengan metode praktikum dan berupa soal uraian
sehingga di dalam praktikum keterampilan proses sains yang diukur adalah teori,
prinsip, alat dan bahan, data percobaan, hasil dan pembahasan serta kesimpulan.
ketika praktikum. Indikator ini juga sinkron dengan langkah-langkah yang ada
dalam model pembelajaran berbasis inkuiri. Jadi dalam penelitian ini merujuk
observasi.
Nutsuda Klahan & Richard K. Coll (2015) yang berjudul “Exploring secondary
data, karena memungkinkan untuk pemahaman yang lebih dalam terhadap pandangan
siswa tentang konsep dan keterampilan proses sains pada materi kinetika kimia.
40
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 33 siswa kelas 11 Thai dengan rentang usia 17-
yang didominasi oleh guru menjadi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa
diagnostik two-tier, dan mencari wawasan lebih dalam pemahaman siswa tentang
kinetika kimia dengan meminta penjelasan pada pilihan mereka. Banyak siswa
memberikan jawaban yang benar tetapi dengan alasan yang salah. Hal ini mungkin
karena sifat dari tes yang didasarkan pada pilihan dan penalaran. Tes diagnostik
yang memadai dari beberapa konsep (yaitu, katalis dan inhibitor reaksi, keadaan fisik
reaktan dan tingkat, konsentrasi dan tingkat, dan suhu dan tingkat ), karya ini
memberikan wawasan ke dalam apa yang mereka mengerti tentang kinetika kimia
sebelum dan sesudah instruksi. Berdasarkan hasil penelitian dari survei menunjukkan
bahwa ada perbedaan dalam pemahaman siswa tentang kinetika kimia antara pre-test
dan post-test uji diagnostik. Namun, temuan dari menggunakan diagram praktis
aktif, pembelajaran yang berpusat pada siswa ini tersedia berbagai jenis belajar
41
Watcharee Ketpichainarong, Bhinyo Panijpan, Pintip Ruenwongsa (2010)
mengidentifikasi dan mengenali tema, dan untuk melakukan penelitian dalam konteks
otentik. Hasil dari pemahaman tes tentang tiga topik enzim utama mengungkapkan
bahwa semua skor post-test secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan pre-
test. Keuntungan yang lebih tinggi diamati pada aspek aplikasi dan metode untuk
selulase - interaksi selulosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa bisa mencari
cara untuk mengukur aktivitas selulase dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh
setelah kegiatan laboratorium berbasis inquiry. Dalam hal dokumen siswa, laporan
dari peta konsep siswa meningkat secara signifikan setelah proses pembelajaran
sesuai dengan tiga kriteria pada konten, logika dan pemahaman, dan penyajian peta
tentang enzim selulase dari prinsip-prinsip dasar aplikasinya. Persepsi siswa tentang
kuesioner pra-CLES, para siswa diminta untuk berpikir tentang pengalaman dikelas
42
sebelumnya dalam metode pembelajaran tradisional sedangkan kuesioner pasca
CLES memungkinkan siswa untuk berpikir tentang proses pembelajaran inkuiri. Skor
post-test secara keseluruhan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan pre-
test yang ditentukan oleh t-test berpasangan. Namun, setelah melihat lebih dekat ke
setiap skala, perbedaan signifikan yang diamati pada relevansi pribadi, ketidakpastian
ilmiah, suara kritis, negosiasi siswa, dan sikap, tapi tidak di kontrol bersama. Hasil ini
laboratorium tradisional.
C. Kerangka Pikir
Dalam proses belajar mengajar di kelas tidak telepas dari suatu permasalahan,
dimana peserta didik yang kurang aktif dan nilai yang masih tergolong rendah. Hal
ini karena proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru walaupun guru
sehingga mengabaikan peran penting peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh
dan makna baru sehingga mempengaruhi kinerja peserta didik, misalnya dalam
43
memecahkan masalah, menarik kesimpulan, menghasilkan prediksi dalam proses
terkait.
Nilai peserta didik pada materi kesetimbangan masih belum tuntas secara
dalam inkuiri terdapat proses-proses yang melibatkan peserta didik secara langsung
sehingga mereka mengalami sendiri dan akan lebih melekat pada ingatan peserta
didik itu sendiri. Sebagai suatu model pembelajaran dari sekian banyak model
membimbing peserta didik yang diperlukan. Dalam model pembelajaran ini, peserta
menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru.
Sarana dan prasarana laboratorium sudah baik akan tetapi pada saat praktikum
guru belum mengarahkan peserta didik tentang keterampilan proses sains secara
menyeluruh dimana guru masih berfokus pada aspek kognitif saja. Padahal
proses sains dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran sains adalah untuk membekali
peserta didik memiliki keterampilan mengetahui dan mengerjakan agar peserta didik
44
langsung. Metode praktikum yang digunakan oleh guru masih belum berinovasi
sehingga diperlukan cara agar siswa merasa tertarik dalam proses pembelajaran salah
sains peserta didik. Hal ini untuk membantu peserta didik memperoleh pemahaman
dan keterampilan proses sains pada materi kesetimbangan kimia pada saat praktikum.
Diagram ilmiah (Vee) adalah diagram yang berbentuk huruf V yang membantu
konsep dan keterampilan proses sains secara bersamaan. Dengan demikian jika
didik dapat memahami konsep kesetimbangan kimia baik materi maupun praktikum.
D. Hipotesis Penelitian
konsep dan keterampilan proses sains apabila pengetahuan awal peserta didik
45
BAB III
METODE PENELITIAN
sains peserta didik. Oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah Quasi
karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan utuk
yang sempat memiliki waktu kemungkinan untuk dipilih sebab peneliti biasanya
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol, dengan desain penelitian Posttest Design Only. Kelas eksperimen merupakan
didik, sedangkan untuk keterampilan proses sains peserta didik digunakan soal
46
Tabel 3.1 Desain Penelitian
berbasis inkuiri
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas XI MIPA yang berjumlah 118 peserta didik yang terdiri dari XI
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
ketidakmampuan penggunaan semua yang ada pada populasi. Oleh karena itu, sampel
yang diambil dari populasi harus bersifat representatif (mewakili). Sampel dalam
47
penelitian ini berjumlah 55 peserta didik yang terdiri dari kelas XI MIPA 3 dan XI
MIPA 4.
Pada penelitian ini sampel diambil dengan teknik purposive sampling karena
guru melihat dengan asumsi guru bahwa kemampuan siswa kedua kelas berimbang.
D. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat dan
variabel terkontrol.
proses sains. Pada penelitian ini ada kovariat yaitu pemahaman awal peserta
didik.
3. Variabel terkontrol
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ada dua cara
48
a. Secara kuantitatif
Pengetahuan awal
berupa nilai hasil ulangan semester di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.
N – g ≤ 0,3 : rendah
0,31<N-g≤0,7 sedang
N-g>0,71 : tinggi
Bentuk tes yang digunakan pada soal postes ini adalah soal pilihan ganda
49
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
peserta didik dalam proses sains yang terdiri dari percobaan yang disediakan
dalam bentuk diagram ilmiah (V) serta pada akhir pembelajaran berupa soal
dari Chairam, Klahan, & Coll (2015), Novak (1990). Diagram Vee pada
keterampilan proses sains peserta didik digunakan alat ukur yakni lembar
50
observasi digunakan untuk mengetahui gambaran keterampilan proses sains
b. Secara kualitatif
Observasi
menggunakan diagram ilmiah (V). Lembar observasi berisi sebuah daftar jenis
keterampilan proses sains dengan memberikan skor mulai dari skala 1 sampai
dengan 3.
Angket
Dokumentasi
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
51
digunakan untuk memperoleh data nilai ujian peserta didik, nama-nama
profil sekolah.
2. Instrumen Penelitian
a. Pengetahuan awal
Instrumen tes yang digunakan untuk pemahaman konsep siswa adalah tes
tertulis dalam bentuk pilihan ganda beralasan yang disusun berdasarkan indikator
yang berjumlah 25 soal dapat dilihat pada Lampiran 12. Tes ini merupakan tes
akhir yang diadakan secara terpisah terhadap masing-masing kelas. Data ini
digunakan adalah tes bentuk pilihan ganda beralasan. Sebelum tes diberikan pada
reliabilitas, daya pembeda dari tiap-tiap butir tes. Jika terdapat butir soal yang
tidak valid dan bedanya tidak signifikan, maka butir soal tersebut tidak digunakan
dalam penelitian, sedangkan butir soal yang valid, signifikan dan reliabel
52
digunakan dalam penelitian dan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
peserta didik dalam proses sains yang terdiri dari percobaan yang disediakan
dalam bentuk diagram ilmiah (Vee) serta pada akhir pembelajaran berupa soal
dan meramalkan yang berjumlah 20 soal menurut Harlen (1996) dan Rustaman
(2005) dapat dilihat pada Lampiran 13, sedangkan untuk diagram ilmiah (Vee)
dimodifikasi dari Chairam, Klahan, & Coll (2015), Novak (1990) dapat dilihat
merupakan metode untuk membuat hubungan antara ‘thinking’ dan ‘doing’ yang
4.
53
Konsep teoritis Metodologis
(Pengetahuan) (Doing)
Prosedur percobaan
alat ukur yakni lembar observasi keterampilan proses sains berupa metode check-
proses sains pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada
Lampiran 11.
d. Angket
54
dalam penelitian ini merupakan angket respon peserta didik terhadap
d. Dokumentasi
Validitas suatu alat ukur adalah sejauhmana alat ukur itu mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur ( Kerlinger, 1986). Validitas itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga tipe, yaitu: (1) validitas kriteria (criterion-related), (2) validitas isi, dan
(3) validitas konstruk (Kerlinger, 1986). Pada penelitian ini hanya menggunakan
hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang
hendak diukur. Validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan expert judgement
maka selanjutnya judgement experts memberikan penilaian terhadap setiap butir soal
dengan skala penilaian berupa skala rating politomi dengan rentang nilai 1-4,
55
Aiken dengan alasan validitas ini hanya digunakan untuk butir yang penilaiannya
∑s
V=[n(C−1)]
n = banyaknya ahli
Untuk menginterpretasi nilai validitas isi yang diperoleh dari perhitungan di atas,
hendak diukurnya. Prosedur validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi dan
batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk
konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Dari teori ini ditarik
56
suatu konskuensi praktis mengenai hasil pengukuran pada kondisi tertentu, dan
konskuensi inilah yang akan diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka
Reliabilitas Soal
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg atau sama
reliabilitas.
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi
yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken, 1994: 66). Semakin besar indeks
tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal
itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab
benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada
prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang
bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan
untuk soal pilihan ganda beralasan. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko,
1996: 310).
57
𝑚𝑒𝑎𝑛
𝑇𝐾 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Interval TK Kriteria
0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan
antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan
𝐵𝐴−𝐵𝐵 2(𝐵𝐴−𝐵𝐵)
𝐷𝑃 = 1 atau 𝐷𝑃 =
𝑁 𝑁
2
58
Tabel 3.4 Tolak Ukur Daya Pembeda
Interval DP Kriteria
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,21≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,41 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,71 ≤ DP ≤ 1,00 Baik sekali
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan
tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah
Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini (Crocker & Algina, 1986:
315).
dihasilkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis sesuai dengan jenisnya.
dan postes. Data hasil pretes dan postes diolah dengan software SPSS. Pengolahan
59
b. Analisis data kualitatif
analisis kuantitatif. Data angket siswa dan data hasil observasi dianalisis tiap
pertemuan selanjutnya.
Untuk menguji data hasil pengetahuan awal peserta didik yang diperoleh
dari nilai ujian dan posttes, diolah dengan secara statistik dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Pada analisis multivariat data harus berasal dari populasi yang berdistribusi
apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Oleh
karena pada MANCOVA jumlah variat lebih dari satu variat, maka pengukuran
multivariat tidak ada uji langsung untuk menguji kenormalan dari data multivariat.
sudah berdistribusi normal atau mendekati normal, maka gabungan dari semua
variat dalam multivariat akan berdistribusi normal. Dalam penelitian ini akan
digunakan plot chi-square dari distribusi chi-square dan jarak Mahalanobis yang
60
multivariat pada data. Plot chi-square tersebut dibuat dengan menggunakan
1 1 1 1
1− 2− 3− 𝑛−
𝑋𝑝2 ( 2) , 𝑋𝑝2 ( 2) , 𝑋𝑝2 ( 2) , … . , 𝑋𝑝2 ( 2)
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
dimana secara berurutan mendekati garis lurus (Johnson & Wichern, 2007:183).
Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05 dengan kriteria keputusan
yakni jika nilai signifikan (p) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (p > 0,05)
maka H0 diterima.
b. Uji Homogenitas
populasi yang sama atau tidak. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan antara
kelompok atau lebih yang dibandingkan, bukan disebabkan adanya perbedaan data
pemahaman konsep, dan kps peserta didik. Uji homogenitas dilakukan dengan uji
61
Levene melalui uji One way Anova. Adapun rumus uji Levene sebagai berikut
(Levene, 1960:278-292)
H0 = 𝜎1 = 𝜎2 = ⋯ = 𝜎𝑘
Keterangan :
t=banyaknya kelompok
zij=|yij − y̅i|
2. Analisis deskriptif
memerlukan uji statistik tetapi tetap dapat dipahami dengan rinci. Data
keterampilan proses sains peserta didik dari lembar observasi dapat dilakukan
62
Σ skor yang diperoleh
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100%
Σskor maksimal
Data yang telah di dapat dari hasil perhitungan data berupa lembar
Persentase Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
intrumen keterampilan proses sains yang berupa tes uraian peserta didik pada
berikut:
a. Skor yang diperoleh peserta didik yang menjawab dengan benar dapat
63
2) Uji Hipotesis
data yang tidak hanya terdiri atas satu variable, tetapi ada beberapa variabel
digunakan untuk membandingkan dua data atau lebih dari dua kelompok atau
Pada penelitian ini, hipotesis nolnya (H0) adalah tidak ada perbedaan
yang signifikan pada pemahaman konsep dan kps antara peserta didik yang
taraf signifikan 5%, apabila harga F0>Ftabel, maka ada perbedaan rerata kelas
kontrol dan eksperimen, atau jika p<0,05 maka H0 ditolak, berarti ada
1. Hipotesis pertama
H0 : 𝛼1 = 𝛼2 = 0
64
(Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri
Ha :∃ 𝛼1 ≠ 0 𝑙 = 1,2,
1 − ᴧ𝐴 𝑉𝐸 + 𝑉𝐻 − 𝑝
𝐹=( )( )
ᴧ𝐴 𝑝
Kriteria keputusan, H0 ditolak jika Fhitung > F0,05(𝛼) atau pvalue < 𝛼
(Timm, 2002)
b. Analisis Regresi
regresi linear sederhana menggunakan program SPSS 16.0 for Windows melalui
5%) berarti ada hubungan yang positif antara pemahaman konsep dengan
awal terhadap pemahaman konsep peserta didik dihitung dari R2x100% disebut
65
dengan koefisien determinasi. Pengetahuan awal dinyatakan berpengaruh secara
signifikan jika nilai p<0,05 atau melalui nilai F yaitu Fhitung>Ftabel (Jonathan
Sarwono,2009:91-99)
2. Hipotesis kedua
𝑟 𝑛−2
𝑡= √
1 − 𝑟2
3. Hipotesis ketiga
66
dilakukan dengan pengujian hipotesis menggunakan independent sample t-test
𝑟 𝑛−2
𝑡= √
1 − 𝑟2
67
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka landasan untuk pembelajaran,
pengajaran dan asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bern, Robert G. dan Patricia M. Erickson. (2001). Contextual teaching and learning:
preparing students for the new economy. Retrieved from
http://eric.ed.gov/?id=ED452376
Bybee, R.W. (2007). Psychology and the teacher (8thed). London: The Cromwell
Press.
68
Calik, M & Ayas, A. (2005). An analogy activity for incorporating
students’conceptions of types of solutions. Asia-Pasific Forumon Science
Learning And Teaching, 6(2), 1-13
Celik, Sagir, Armagan (2009). The effect of students ’ perceptions of nature of matter
on their laboratory attitudes and their achievement in chemical equilibrium,
1, 607–611. Retrieved from https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2009.01.108
Chairam, S., Klahan, N., & Coll, R. K. (2015). Exploring secondary students
understanding of chemical kinetics through inquiry-based learning activities.
Eurasia Journal Of Mathematics, Science & Technology Education, 11(5),
937–956. Retrieved from https://doi.org/10.12973/eurasia.2015.1365a
Crawford, B.A. (2007). Learning to teach science as inquiry in the rough and tumble
of practice. Journal of research in science teaching, 44(4), 613-642. Doi:
10.1002/tea.20157
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test: Theory.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Dick, Walter & Carey Lou. (1985). The systematic design of intruction. London,
Scott: Foresman and Company.
Duffy and Roehler. (1989). Improving classroom reading instruction. New York:
Radom Hause
Eggen, Paul D. & Kauchak, Donald P. (1996). Strategies for teachers teaching
content and thinking skills. Boston: Allyn and Bacon
Gagne , R.M., & Briggs, L.J. (1979). Principle of instructional design. New Yorks:
Holt Rinehart and Winston.
69
Harlen, W. (1999). Purpose and procedures for assessing science process skills,
assessment in education, 6(1), 129-144
http://dx.doi.org/10.1080/09695949993044
Hume, A. & Coll, R. (2008). Student experiences of carrying out a practical science
investigation under direction. International Journal of Science Education,
30(9), 1201-1228. http://dx.doi.org/10.1080/09500690701445052
Jonathan, Sarwono. (2009). Statistik itu mudah: Panduan lengkap untuk belajar
komputasi statistic menggunakan SPSS 6. Yogyakarta: Andi Offset
Johnson, R. & Wichern, D.W. (2007). Applied multivariate statistical analysis 6th
edition. New Jersey, NJ: Pearson Prentice Hall.
Jones, M.T & Eick, C.J. (2007). Implementing inquiry kit curriculum: obstacles,
adaption, and practical knowladge development in ztwo middle school
science teachers. Science education,91(1), 492-513, Retrieved from
https://doi.org/10.1002/sce.20197
Joyce, Bruce & Weil, Marsha. (2000). Models of teaching (5th ed). New York:Allyn
and Bacon
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, D. (Eds). (2001). Adding it up: helping
children learn mathematics. Washington: National Academy Press.
Knaggs, C. M., & Schneider, R. M. (2012). Thinking Like a Scientist : Using Vee-
Maps to Understand Process and Concepts in Science, 609–632. Retrieved
from https://doi.org/10.1007/s11165-011-9213-x
70
Nitko, A. J. (1996). Educational assessment of students (2thed). Ohio: Merrill an
imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.
Novak, J.D & Gowin, D. B. (1984). Learning how to learn. New York: Cambridge
University Press.
Novak, J. D. (1990). Concept maps and vee diagrams: two metacognitive tools to
facilitate meaningful learning. Instructional science, 52, 29–52.
https://eric.ed.gov/?id=EJ413732
Schneider, R. M., Krajcik, J., Marx, R. W., & Soloway, E. (2002). Performance of
students in project-based science classrooms on a national measure of
science achievement. Journal of Research in Science Teaching, 39(5), 410–
422. DOI: 10.1002/tea.10029
71
Teaching, S., & Chiu, M. (2002). Dynamic processes of conceptual change : Analysis
of constructing mental models of chemical equilibrium. Journal of research
in science teaching, 39(8), 688-712. Retrieved from
https://doi.org/10.1002/tea.10041
Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming a scondary school science
teacher (5thed). Columbus: Merrill Publishing Company
Usa, J., Paula, A., Magee., Natalie, B., Pintip, R., & Bhinyo, Panijpan. (2011). An
inquiry learning unit for enhancing elementary pre-service teacher
understanding of factors affecting chemical reaction rate. The international
journal of learning, Retrieved from http://www.Learning-Journal.com
72