Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kredit atau Pembiayaan dan Manajemen Kredit atau Pembiayaan

Istilah Credit, berasal dari perkataan latin credo, yang berarti I Believe, I Trust, saya percaya atau saya
menaruh kepercayaan. Perkataan credo berasal dari kombinasi perkataan sansekerta cred yang
berarti kepercayaan (trust) dan perkataan latin do, yang berarti saya menaruh.

Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman)
atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.[1]

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga
imbalan atau pembagian hasil keuntungan (UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab I, Pasal 1,
ayat (12)).[2]

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.

Manajemen kredit adalah bagaimana cara mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut
diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Sedangkan manajemen perkreditan bank adalah
kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya
tetap sehat.

2. Jenis-jenis Kredit

jenis kredit dapat dilihat dari tujuan kegunaannya, jangka watunya, penerimaan kredit, sektor
ekonomi, sifat, bentuk, sumber dana, akad jaminannya, orangnya (yang menerima dan memberi
kredit) dan tempat kediamannya.

1) Jenis Kredit Dilihat menurut Tujuan Penggunaan[3]

a. Kredit Modal Kerja/Kredit Eksploitasi

Kredit Modal Kerja adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva
lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang
dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain.

Kredit Modal Kerja terdiri dari sebagai berikut:

- Kredit Modal Kerja Ekspor

- Kredit Modal Kerja Dalam Negeri

- Kredit Modal Kerja Industri

- Kredit Modal Kerja Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan

- Kredit Modal Kerja Prasarana/Jasa-jasa


b. Kredit Investasi

Kredit investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha
guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk
pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik. Kredit investasi ini digunakan untuk
pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, pembelian alat-alat produksi baru,
perbaikan alat-alat produksi secara besar-besaran.

c. Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga/perorangan (termasuk
karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara membeli,
menyewa atau dengan cara lain. Kredit yang termasuk dalam kredit konsumsi ini adalah kredit
kendaraan pribadi, kredit perumahan (untuk dipakai sendiri), kredit untuk pembayaran sewa/kontrak
rumah, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Termasuk juga kredit profesi untuk mengembangkan
profesi tertentu seperti dokter, akuntan, notaris, dan lain-lain yang dijamin dengan pendapatan dari
profesinya serta barang-barang yang dibeli dengan kredit itu.

2) Jenis Kredit Dilihat dari Jangka Waktu[4]

a. Short term credit (Kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu
maksimum satu tahun. Dalam kredit jangka pendek, termasuk kredit untuk tanaman musiman yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun. Dilihat dari sisi perusahaan kredit jangka pendek dapat
berbentuk berikut ini.

- Kredit rekening Koran

- Kredit penjual

- Kredit pembeli

- Kredit wesel

- Kredit eksploitasi

b. Intermediate term credit (Kredit jangka waktu menengah) ialah suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu dari satu tahun sampai tiga tahun.

c. Long term credit (kredit jangka panjang) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih
dari tiga tahun.

d. Demand loan atau call loan ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali.

3) Jenis Kredit Dilihat menurut Lembaga yang Menerima Kredit[5]

a. Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.

b. Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha
yang dimiliki swasta.

c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan perusahaan, tetapi kepada perorangan.

d. Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi.


4) Jenis Kredit menurut Sektor Ekonomi[6]

Kredit menurut sektor ekonomi didasari atas kebutuhan untuk menentukan kebijakan pengarahan
kredit bank secara kualitatif yang dititikberatkan pada sektor ekonomi yang diutamakan dalam
pembiayaan dengan kredit bank itu. Sektor-sektor ekonomi dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Sektor Pertanian, Perburuhan dan Sarana Pertanian

b. Sektor Pertambangan

c. Sektor Perindustrian

d. Sektor Listrik, Gas dan Air

e. Sektor Konstruksi

f. Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel

g. Sektor Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi

h. Sektor Jasa-jasa Dunia Usaha

i. Sektor Jasa-jasa Sosial/Masyarakat

j. Sektor lain-lain

5) Jenis Kredit menurut Sifat[7]

Kredit berdasarkan sifatnya dapat dibedakan di antaranya:

a. Kredit atas dasar transaksi satu kali

b. Kredit atas dasar transaksi berulang

c. Kredit atas dasar plafon terikat

d. Kredit atas dasar plafon terbuka

e. Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur-angsur

6) Jenis Kredit yang Disalurkan menurut Bentuk

a. Cash Loan

b. Non-Cash Loan

7) Jenis Kredit menurut Sumber Dana

a. Kredit dengan dana bank sendiri

b. Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain

c. Kredit dengan dana luar negeri

8) Jenis Kredit menurut Akad

Kredit menurut akadnya dibagi atas pinjaman dengan akad kredit dan pinjaman tanpa akad kredit.

3. Sistem Pembiayaan Bank Syariah


Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut[8]

1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan


konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam:

a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (1) Peningkatan
produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi. (2) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang.

b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-
fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash
financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory
financing).

Bank Konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut dengan cara memberikan pinjaman
sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari
komponen-komponen modal kerja tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun perdagangan
untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan berupa bunga.

Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan
meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, di mana
bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha
(mudharib). Pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah. Fasilitas ini dapat diberikan untuk
jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati.
Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang
belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.[9]

Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu untuk
keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian
proyek baru.

Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:[10]

· Untuk pengadaan barang-barang modal;

· Mempunyai perencanaan yang matang dan terarah; dan

· Berjangka waktu menengah dan panjang.

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan sebagai berikut:[11]


a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.
Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan-pembiayaan murabahah, salam dan
istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa
(ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah
sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual
beli obyek transaksinya adalah barang, maka ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di
bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah. Jasa layanan
perbankan yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah, rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.

4. Administrasi dan Proses Pembiayaan

Portofolio pembiayaan (financing) merupakan bagian terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan
merupakan aktivitas utama dari usaha perbankan. Pendapatan bagi hasil atau keuntungan jual-beli
yang merupakan instrument pembiayaan perbankan syariah merupakan sumber pendapatan yang
dominan.

Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan yang diharapkan. Oleh
karena itu kualitas ini haris dijaga, agar jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah, yang
akibatnya bukan saja menyebabkan tidak efektifnya pendapatan tetapi lebih dari itu dapat
menyebabkan kerugian bank karena tidak terbayarnya kembali dana bank yang ditanamkan dalam
pembiayaan itu. Prinsip kehati-hatian harus menjadi perhatian utama dalam manajemen pembiayaan.

Administrasi dari portofolio pembiayaan dapat dibagi menurut tujuan dari fungsi manajemen secara
umum, yaitu sebagai berikut:[12]

1) Perencanaan Pembiayaan

Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi:

a. Forecasting, adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, untuk mencapai sesuatu yang paling
mungkin diperoleh di masa yang akan datang, dengan melakukan penaksiran dan perhitungan yang
rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

b. Tujuan pembiayaan, merupakan bagian dari tujuan bank sebagai perusahaan, yaitu memperoleh
keuntungan bagi kesejahteraan stakesholders-nya. Tujuan pembiayaan harus mendukung visi, misi
dan strategi usaha bank. Tujuan pembiayaan harus dirumuskan dengan jelas, realistis dan dapat
diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi, agar mereka dapat berpartisipasi dengan
penuh kesadaran.

c. Kebijakan pembiayaan, bidang kegiatan pembiayaan yang perlu dirumuskan dalam bentuk
kebijakan dasar umumnya meliputi hal-hal berikut:

- Segmentasi pembiayaan

- Jenis pembiayaan yang disediakan bagi nasabah

- Wilayah pelayanan
- Sistem penyampaian produk & jasa bank

- Distribusi pembiayaan

d. Programmes, adalah sederetan kegiatan yang dipaparkan untuk melaksanakan policies. Program
itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan secara bertahap, dan
terikat dengan ruang dan waktu.

e. Budget, adalah suatu taksiran atau perkiraan volume portofolio pembiayaan yang ingin dicapai
selama kurun satu periode anggaran, termasuk biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang
diharapkan diperoleh di masa yang akan datang.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah meletakkan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan ke dalam tindakan
melalui penetapan kebijakan dan proses, termasuk pengadaan fungsi pendukung dan penyebaran
layanan melalui struktur organisasi

Di samping perangkat organisasi lini, yaitu seperti dewan komisaris, direksi, pejabat-pejabat lainnya
serta satuan-satuan kerja dalam organisasi operasional bank yang terkait dengan proses kegiatan
pembiayaan. Untuk mendukung pemberian pembiayaan yang sehat, organisasi pembiayaan perlu
dilengkapi dengan unsure struktur pengendalian dan pengawasan sampai penyelesaiannya. Untuk
menerapkan hal itu antara lain bank memiliki komite kebijakan pembiayaan dan komite pembiayaan.

Setiap pejabat pemutus pembiayaan, termasuk para anggota komite pembiayaan memikul tanggung
jawab yang meliputi hal-hal berikut:

· Memastikan bahwa setiap pembiayaan yang diberikan telah memenuhi ketentuan perbankan
dan telah sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat.

· Memastikan bahwa pelaksanaan pemberian pembiayaan telah sesuai dengan kebijakan


pembiayaan yang berlaku dan prosedur yang telah ditetapkan.

· Memastikan bahwa pemberian pembiayaan telah didasarkan pada penilaian yang jujur,
obyektif, cermat dan seksama, terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
pemohon pembiayaan.

· Meyakini bahwa pembiayaan yang akan diberikan akan dapat dilunasi kembali pada waktunya
dan tidak akan berkembang menjadi pembiayaan bermasalah.

Wewenang dan tanggung jawab masing-masing lini adalah sebagai berikut:

- Dewan komisaris

- Direksi

- Satuan kerja pembiayaan

Adapun prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan
kegiatan pembiayaan. Perbedaannya dengan program adalah program menyatakan apa yang harus
dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya.

Proses dasar pembiayaan meliputi aplikasi, analisis permohonan pembiayaan, penyusunan struktur
pembiayaan dan penyiapan dokumen pembiayaan, realisasi pembiayaan, pembinaan dan
pengawasan serta penyelesaian pembiayaan.
3) Pengawasan Pembiayaan

Pembiayaan merupakan kegiatan utama bank, sebagai usaha untuk memperoleh laba, tetapi rawan
risiko yang tidak saja dapat merugikan bank tapi juga berakibat kepada masyarakat penyimpan dan
pengguna dana. Oleh karena itu bank harus menerapkan fungsi pengawasan yang bersifat
menyeluruh, dengan tiga prinsip utama, yaitu: prinsip pencegahan dini (early warning system), prinsip
pengawasan melekat (built in control) dan prinsip pemeriksaan internal (internal audit).

5. Penggolongan Kredit atau Nasabah Bermasalah

Penggolongan kredit atau nasabah bermasalah, yaitu:[13]

a. Itikad nasabah

b. Prospek usaha nasabah

c. Kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek

d. Kredit bermasalah yang sudah tidak mempunyai prospek

Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah sebagai
berikut:[14]

a. Karena kesalahan Bank

b. Karena kesalahan nasabah

c. Faktor eksternal

Gejala dini timbulnya kredit bermasalah, jika bank tidak mau rugi karena kredit yang diberikan menjadi
bermasalah, bank harus dapat mengidentifikasi gejala-gejala dininya sehingga dapat segera
mengambil langkah penanganan sebelum masalahnya menjadi semakin parah. Adapun gejala dini
tersebut dapat dideteksi dari keadaan-keadaan sebagai berikut:[15]

a. Ada tunggakan

b. Mengajukan perpanjangn

c. Kondisi keuangan menurun

d. Laporan keuangan terlambat atau yang tadinya selalu diaudit akuntan menjadi tidak

e. Saldo rata-rata giro menurun dan sering overdraft

f. Hubungan dengan bank semakin renggang, menghindar setiap kali dihubungi

g. Penurunan nilai/hilangnya jaminan

h. Penggunaan kredit tidak sesuai rencana

i. Kehilangan langgan utama

j. Informasi negatif

k. Konflik intern

l. Masalah keluarga

m. Menurunnya kesehatan nasabah, meninggal


n. Masalah perburuhan

o. Resesi, kejenuhan pasar

p. Bencana alam, perubahan peraturan

q. Keterlibatan dalam usaha lain secara diam-diam

r. Enggan dikunjungi tempat usahanya

s. Memberikan laporan tidak benar

t. Terlalu optimis

Adapun tahap penyelesaian kredit bermasalah disini diartikan sebagai pengakhiran hubungan
nasabah, penjualan asset, atau penjualan perusahaan. Kewajiban membayar dari nasabah
diselesaikan sekaligus dengan sumber dana dari:[16]

1) Hasil perusahaan nasabah yang dibiayai;

2) Hasil usaha lain;

3) Penjualan asset perusahaan;

4) Penjualan kekayaan pribadi;

5) Sumber-sumber lainnya.

Tindakan ini dilaksanakan apabila:

1) Nasabah nakal dan tidak kooperatif;

2) Sudah dilakukan berbagai cara penyelamatan tetapi tidak berhasil;

3) Perusahaan tidak mempunyai prospek;

4) Kegagalan program penyelamatan akan menyulitkan bank.

Penyelesaian dilaksanakan dengan dua macam kondisi, yaitu sebagai berikut:

a) Sukarela

b) Paksaan

Kriteria untuk menentukan kondisi faktor-faktor kredit yang bermasalah tersebut adalah dengan
itikad, kemampuan/prospek, dan jaminan. Tindakan awal yang perlu diambil dalam menangani kredit
bermasalah adalah:

a. Membujuk nasabah agar kooperatif;

b. Memperkuat posisi jaminan;

c. Mencari informasi usaha lain nasabah;

d. Terus menerus menagih secara intensif.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman)
atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil. Manajemen kredit adalah bagaimana cara mengelola pemberian kredit mulai dari kredit
tersebut diberikan sampai dengan kredit tersebut lunas. Sedangkan manajemen perkreditan bank
adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank supaya produktif, aman, dan giro wajib
minimalnya tetap sehat.

jenis kredit dapat dilihat dari tujuan kegunaannya, jangka watunya, penerimaan kredit, sektor
ekonomi, sifat, bentuk, sumber dana, akad jaminannya, orangnya (yang menerima dan memberi
kredit) dan tempat kediamannya.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dibagi menjadi pembiayaan produktif dan pembiayaan kondumtif.

B. Saran-saran

Dari penjelasan di atas tentang manajemen kredit bank syariah pasti tidak terlepas dari kesalahan
penulisan dan rangkaian kalimat serta penyusunannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca dan khususnya pembimbing mata
kuliah Administrasi dan Operasional Bank II. Oleh karena itu, penulis mengharap kepada para pembaca
(mahasiswa/i) dan dosen pembimbing mata kuliah ini dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.

Anda mungkin juga menyukai