Anda di halaman 1dari 20

Tinjauan Pustaka

Tumbuh Kembang Pada Anak


Stefanus
E8 / 10.2012.433
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : stefanus@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Pediatri berkenaan dengan kesehatan bayi, anak, dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan,
dan kesempatannya untuk mencapai potensi penuh sebagai orang dewasa. Pertumbuhan dan
perkembangan dipengaruhi oleh oleh berbagai faktor seperti imunisasi, pemberian makanan, dan pola
asuh. Pemberian imunisasi dasar merupakan imunisasi yang wajib dilakukan. Pemberian makan yang
baik harus memerlukan kerja sama antara ibu dan anak. Hal ini sangat membantu kesehatan emosional
bayi dan anak. Apabila faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan
anak akan terganggu. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan
pemeriksaan denver II dan pemeriksaan antropometri. Karena itu pada kesempatan kali ini, penulis
membuat makalah ini dengan tujuan membahas mengenai anamnesis (riwayat kehamilan, persalinan,
perkembangan, dan penyakit keluarga), pemeriksaan fisik pada anak (pemeriksaan denver, pemeriksaan
antropometri, dan pemeriksaan umum), dan penatalaksanaan (medika mentosa dan non medika
mentosa).

Pembahasan
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan
langsung terhadap pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dapat dilakukan terhadap orangtua, wali,
orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain yang disebut sebagai alloanamnesis. Termasuk dalam
alloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua
keterangan yang diperoleh selain dari pasien sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum
dapat memberikan keterangan, maka dalam bidang kesehatan anak alloanamnesis menduduki tempat
yang jauh lebih penting daripada autoanamnesis. Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebagian
besar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Bahkan dalam
beberapa kedaan tertentu, anamnesis merupakan cara yang tercepat dan satu-satunya kunci menuju

Page | 1
diagnosis, baik pada kasus-kasus dengan latar belakang faktor biomedis, psikososial, ataupun keduanya.
Berdasarkan anamnesis, sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-
faktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit yang diderita, yang semuanya berguna dalam
menentukan sikap untuk penatalaksanaan selanjutnya. Alloanamnesis pada anak dapat meliputi :1
 Identitas pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang penting dalam anamnesis. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa yang akan diperiksa benar-benar anak yang dimaksud dan tidak keliru
dengan anak lainnya. Identitas pasien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, alamat, nama orang
uta, pekerjaan orang tua, agama, dan suku bangsa.

 Keluhan utama
Keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
 Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan meliputi bagaimana kesehatan Ibu saat hamil, upaya untuk mengatasi
penyakit ibu, serta mengenai obat-obatan yang diminum Ibu pada masa kehamilan.

 Riwayat kelahiran
Perlu ditanya teliti mengenai tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong pada proses
kelahiran, cara kelahiran, adanya kehamilan ganda, keadaan segera (setelah lahir, pasca lahir,
hari-hari pertama kehidupan), berat badan, serta panjang badan saat lahir.

 Riwayat perkembangan
Tahapan perkembangan sesuai normal atau ada penyimpangan. Perlu ditanyakan beberapa
patokan (milestones) dibidang motorik kasar, halus, sosial-personal dan bahasa.

 Riwayat pertumbuhan
Dapat dilihat dari kurva berat badan dan panjang badan terhadap umur.

Page | 2
 Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien harus secara rutin ditanyakan bertujuan untuk mengetahui status
perlindungan pediatrik yang diperoleh dan dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan
tertentu (mis: polio).

 Riwayat makanan
Keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, apakah sesuai dengan AKG yang
dianjurkan.

 Riwayat penyakit yang pernah diderita


Perlu diketahui, karena mungkin ada hubungannya dengan riwayat penyakit sekarang.

 Riwayat keluarga
Perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial, ekonomi, budaya
dan kesehatan keluarga pasien. Banyak penyebab kesakitan maupun kematian dengan latar
belakang sosial ekonomi keluarga (mis: malnutrisi atau TBC).

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum
dan sistem organ yang spesifik.1 Pemeriksaan fisik pada anak dapat menjadi suatu hal yang
menyenangkan, tetapi mungkin memerlukan permainan-permainan yang tidak ingin anda lakukan
sehingga terkadang hal ini dapat menimbulkan rasa frustasi yang hebat. Anak, bahkan bayi yang sangat
kecil, akan berusaha menduga maksud anda dengan melihat pada mata anda. Orang-orang dengan mata
yang ramah terkesan tidak memiliki maksud untuk menyakiti. Orang tua mungkin lebih tegang terhadap
apa yang akan anda lakukan daripada anak itu sendiri, sehingga penerangan kepada mereka juga
diperlukan. Orang tua perlu diyakinkan agar dapat menolong anda dalam melakukan pemeriksaan

Page | 3
dengan memegang atau mengalihkan perhatian anak, kecuali anak tersebut telah mendekati usia
pubertas yang kebebasannya perlu dihargai.2
Anak-anak memang harus ditangani dengan perhatian dan kepekaan yang tinggi. Oleh karena itu,
kita sebaiknya melakukan observasi saat anak masih berpakaian dan belum merasa terganggu. Palpasi
dan auskultasi mudah dilakukan tanpa melepaskan pakaian. Anda dapat meperoleh banyak informasi
dari penanganan yang anda lakukan. Walaupun pengumpulan informasi mungkin tidak runtun,
pencatatan tidak boleh demikian. Pada berbagai keadaan, pencatatan aspek-aspek ukuran tubuh anak
merupakan hal yang penting dilakukan. Berat dan tinggi atau panjang badan harus diukur secara tepat.
Lingkar kepala dan kadang-kadang tebal lipatan kulit mungkin juga perlu diukur pada keadaan tertentu.
Data-data tersebut dicatat pada buku dan pada grafik yang sesuai.
Kesadaran dan perilaku umum anak secara umum dicatat untuk evaluasi kemajuan seorang anak.1
Selanjutnya, anda harus melakukan observasi yang cermat. Dengan menggunakan istilah umum,
apakah penampilannya secara keseluruhan di luar kebiasaan? Jika demikian, mengapa, dan lain-lain.
Kemudian perlu dilakukan penilaian spesifik terhadap ukuran tubuhnya secara keseluruhan, proporsi
tubuhnya, dan status gizinya. Sifat dan distribusi setiap ruam dan kelainan kulit yang ada harus dicatat.
Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada sistem organ yang menjadi sumber keluhannya. Sebaiknya
perkusi atau auskultasi tidak dilakukan sebelum anda selesai memeriksa frekuensi napas, pergerakan
diafragma dan dinding dada pada pernapasan normal, serta pengaruh usaha napas yang lebih kuat yang
ditunjukkan pada anak besar sesuai perintah atau pada anak kecil yang sedang menangis. Pemeriksaan
sistem kardiovaskuler dimulai dengan pencatatan frekuensi, irama, kekuatan dan jenis nadi perifer.
Palpasi dan perkusi dinding dada anterior dilakukan untuk menentukan ukuran jantung, lokasi dan
karakteristik denyut apeks dan untuk mendeteksi adanya thrill.
Lakukan observasi abdomen sebelum anda melakukan palpasi pada abdomen. Carilah adanya
pembengkakan atau gerakan. Lalu anda dapat menanyakan apakah ada nyeri tekan. Setelah palpasi pada
keempat kuadran abdomen, tentukanlah secara sitematis letak dan ukuran hati, limpa, ginjal, dan
kandung kemih. Pemeriksaan lokomotorik dan sistem saraf lebih bersifat observasi daripada manipulasi.
Lakukanlah palpasi fontanel anterior pada bayi. Fontanel biasanya menutup pada pertengahan tahun
kedua. Perhatkan apakah fontanel berdenyut seperti biasanya. Anda dapat menghitung frekuensi denyut
jantung berdasarkan frekuensi denyut fontanel. Terakhir yaitu melakukan pemeriksaan dengan cahaya.
Periksalah mata, kemudian gendang telinga dan terakhir tenggorokan. Jangan memaksakan sesuatu pada
anak. Sebelum selesai, anda perlu memeriksa tekanan darah jika anda menduga adanya penyakit ginjal

Page | 4
atau jantung. Pemeriksaan fisik umum telah selesai. Selama itu, anda mungkin telah melakukan
observasi atau pemeriksaan spesifik, misalnya memeriksa testis di skrotum, adanya denyut femoralis,
pergerakan sendi panggul, sifat benjolan yang tidak lazim, adanya tanda pubertas dan lain-lain.2\
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran
fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur
(meteran). Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :3,4
1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibanding dengan umur. Misalnya, BB terhadap usia
atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut
tergolong normal untuk anak seusianya.
2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa
memperhatikan berapa umur anak yang diukur.

Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukkan keadaan
pertumbuhan pada masa balita adalah berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan
lingkar dada.3,4
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk
memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan
mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan
karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang mencukupi misalnya
produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada
hari kesepuluh.3,4 Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan,
dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan
kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) akan
tetapi, apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan
dalam kelompok makrosomia. Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah
sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 – 600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar
350 – 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 – 350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat
diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara
pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan.
Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia
(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt).3,4

Page | 5
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi
baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah
1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang
sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan
pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-
laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20
tahun.3,4
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan
otak. Laju tumbuh pesat pada enam bulan pertama bayi, dari 35 cm saat lahir menjadi 43 cm pada 6
bulan. Laju tumbuh kemudian berkurang, hanya 46,5 cm pada usia 1 tahun dan 49 cm pada usia 2 tahun.
Selanjutnya berkurang menjadi drastis hanya bertambah 1 cm sampai usia 3 tahun dan bertambah lagi
kira-kira 5 cm sampai usia remaja/dewasa. Oleh karena itu manfaat pengukuran lingkaran kepala hanya
terbatas sampai usia 3 tahun, kecuali bila diperlukan seperti pada kasus hydrocephalus.5 Apabila
ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.4
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm
dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak
berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak
dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan anak prasekolah.3,4
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya
dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (insicura substernalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan
pada bayi dengan posisi berbaring.3,4
Kartu Menuju Sehat merupakan gambaran kurva berat badan anak berusia 0-5 tahun terhadap
umurnya. Kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan cataan yang penting untuk
diingat dan diperhatikan oleh ibu/petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian
ASI, dll. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat yang penting untuk memantai tumbuh kembang anak.
Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus mengintepretasikan tumbuh
kembang anak kepada ibunya sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara
menimbang teratur setiap bulan. Di dalam KMS juga terdapat 4 patokan sederhana perkembangan

Page | 6
psikomotoriknya agar ibu dapat mengetahui juga tingkat perkembangan anaknya yaitu kemampuan
duduk (5-9,5 bulan), berjalan kurang lebih sepuluh langkah tanpa bantuan (9-18,5 bulan), mengucapkan
sepatah kata (10-21 bulan), dan kemampuan berbahasa beberapa kata (18,5-3 tahun).4

Gambar 1. Kartu Menuju Sehat.4


Uji skrining yang paling sering digunakan adalah development denver screening test (DDST).
DDST memberikan penilaian empat domain perkembangan pribadi-sosial, penyesuaian motorik halus,
bahasa dan motorik kasar sejak lahir sampai umur 6 tahun. Uji ini dilakukan dalam waktu 20-30 menit
tanpa pelatihan yang luas dan peralatan yang mahal. DDST telah dikritik karena kurang
mengidentifikasi anak dengan ketidakmampuan perkembangan anak khususnya masalah bahasa. Uji ini
bukan untuk meramalkan akan tetapi untuk mendeteksi kemampuan anak di bawah normal dengan umur
sebayanya. Selain itu DDST bukan pula tes diagnostik atau tes IQ.2 Uji ini kemudian diterbitkan
kembali sebagai DDST-II dengan seksi bahasa yang sangat dipetluas. DDST-II dilaporkan mempunyai
sensitivitas yang lebih besar terutama untuk keterlambatan bahasa.4,6 Tes Denver II dapat dipakai untuk
berbagai tujuan sebagai berikut:7
1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai usianya;
2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat;

Page | 7
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan adanya
kelainan perkembangan;
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan;
5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.
Tes Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari
usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor sebagai
berikut:7,8
1. Personal Social, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi;
2. Fine Motor Adaptive, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan
benda-benda kecil, serta pemecehan masalah;
3. Language, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa;
4. Gross motor, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya.
Setelah menyelesaikan Tes Denver II kita perlu melakukan tes perilaku untuk membantu
pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif, dan memperoleh taksiran kasar bagaimana
seorang anak menggunakan kemampuannya. Ada pun alat-alat pokok yang digunakan dalam Tes
Denver II adalah sebagai berikut.7
1. Alat peraga: benang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil dengan botol susu,
cangkir kecil dengan pegangan, kismis (sekarang diganti manik-manik), botol kecil berwarna
kuning dengan tutup berdiameter 8 cm, kubus warna merah-kuning-hijau-biru (rusuk 2,5 cm dan
masing-masing 2 buah), lonceng kecil, bola tenis, pensil merah, dan kertas folio putih.
2. Lembar formulir DDST II yang dapat dilihat pada gambar.
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: normal, abnormal, meragukan dan tidak
dapat dites. Penjelasannya adalah sebagai berikut :7
1. Abnormal
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau
lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

Page | 8
2. Meragukan
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak
ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3. Tidak dapat dites
a. Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
4. Normal
a. Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak berwarna putih (dekat tanda 50%),
dengan ketentuan sebagai berikut.7
1. L = Lulus / Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua / pengasuh
melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item yang
bertanda L);
2. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua / pengasuh
melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut (item yang
bertanda L);
3. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan
dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya (khusus item
tanpa tanda L);
4. Tak = Tak ada kesempatan (No = No Opportunity). Anak tidak mempunyai kesempata n untuk
melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang bertanda L).
Sebelum melakukan tes ini, kita harus mengetahui usia anak terlebih dahulu. Untuk usia anak,
kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.8
1. Tulis tanggal, bulan, dan tahun diadakannya tes;
2. Kurangi tanggal pemeriksaan dengan tanggal lahir anak dengan cara bersusun;
3. Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan di
depannya;
4. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan, dan hari;
5. Ubah usia anak ke dalam satuan bila perlu

Page | 9
6. Jika pada saat pemeriksaan usia anak lahir prematur di bawah 2 tahun, anak lahir 2 minggu atau
lebih cepat, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan
jumlah minggu tersebut.

Ada pun interpretasi dari nilai Denver II sebagai berikut.2


1. Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari
25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
2. OK
Lulus, Gagal, atau menolak item yang dipotong garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75,
karena item di sebelah kanan garis usia adalah tugas untuk anak yang lebih tua.
3. Caution
Gagal atau menolak item yang dipotong garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-
75 dan ke-90.
4. Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri
garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin
adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu.

Berikut adalah penilaian keseluruhan tes :9


1. Normal : tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
2. Suspect : satu atau lebih D dan/atau dua atau lebih banyak C atau D
3. Untestable : interpretasi ini diberikan jika terdapat 1 atau lebih skor “Terlambat” (1 D) dan/atau
2 atau lebih “Peringatan” (2 C). Dalam hal ini T atau P harus disebabkan oleh penolakan (R) dan
bukan Gagal (G)
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: skrining ulang dilakukan 1 sampai 2
minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.8

Page | 10
Gambar 2. Formulir Tes Denver II.7

Page | 11
Gambar 3. Petunjuk Pelaksanaan Tes Denver II.7

Page | 12
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan dengan menyuntikkan vaksin kedalam
tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk melindungi tubuh dari penyakit tertentu. Vaksin bekerja
dengan mempersiapkan tubuh untuk memerangi penyakit. Setiap suntikan imunisasi yang diberikan
mengandung kuman mati atau yang dilemahkan, atau bagian darinya, yang menyebabkan penyakit
tertentu. Tubuh akan dilatih untuk memerangi penyakit dengan membuat antibodi yang mengenali
bagian-bagian kuman secara spesifik. Kemudian akan timbul respon tubuh yang menetap atau dalam
jangka panjang. Jadi, ketika terpapar pada penyakit yang sebenarnya, antibodi telah siap pada
tempatnya dan tubuh tahu cara memeranginya sehingga anak tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut
sebagai imunitas (ketahanan tubuh terhadap penyakit tertentu). Vaksin dikembangkan untuk membantu
sistem pertahanan tubuh yang bersifat spesifik ditujukan terhadap mikroba dan penyakit tertentu. Tujuan
utama pemberian imunisasi adalah agar tubuh menjadi kebal terhadap penyakit dan dapat mengurangi
mortalitas (kematian) serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi. Macam-macam imunisasi :10
1. Imunisasi Aktif.
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif
membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif juga dapat di
bagi 2 macam:
 Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di peroleh sembuh
dari suatu penyakit.
 Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di
dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum). Pada orang yang mengalami
luka kecelakaan. Contah lain adalah: terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama
masakandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
 Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh ibu
yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
 Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan
serumuntuk mencegah penyakit tertentu.
Page | 13
Jenis-jenis imunisasi: 11

1. Imunisasi BCG
Vaksin ini agar tubuh bayi kebal terhadap bakteri tuberkulosis (TBC). BCG diberikan sekali
sebelum anak berumur dua bulan.

2. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis (batuk rejan) dan
tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi fatal. DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan
interval minimal empat minggu. Imunisasi ini juga diwajibkan pemerintah.

3. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman
penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak dengan kebutuhan khusus, misalnya
sudah mendapat suntikan DPT.

4. Imunisasi Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah
memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari
penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini
diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18
bulan dan 5 tahun.

5. Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus.
ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup
untuk mendapatkan kekebalan penuh.

Page | 14
6. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan
mata berair. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu
maupun kedua kelenjar liur utama, meningitis, pembengkakan buah zakar yang berakibat
kemandulan.

7. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini
bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan
anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat
harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan
Pedvax.

8. Imunisasi Meningitis
Imunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup besar. Imunisasi
dilakukan bagi bayi dibawah usia satu tahun hingga balita. Imunisasi ini mencegah terjadinya
infeksi meningitis atau lapisan otak yang banyak terjadi pada bayi dan balita.

9. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.

10. Imunisasi HBV


Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah infeksi hati yang
bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang
wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter
dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang
sesuai petunjuk dokter.

Page | 15
11. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering
menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

12. Imunisasi Tipa


Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau
paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama tiga-lima tahun dan harus diulang
kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang
diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul.

13. Imunisasi Hepatitis A


Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila
terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2
bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin
hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan.

Efek samping pemberian imunisasi :12

 BCG
i. Reaksi normal
o Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu
akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan
garis tengah 10 mm.
o Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang
kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat
apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa
kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut
tengah 3-7 mm.
ii. Reaksi berat
o Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang
lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada

Page | 16
leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu
dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
iii. Reaksi yang lebih cepat
o Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses
pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak
tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut
telah terinfeksi BCG.
 DPT
i. Panas
o Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat
imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 sampai 2 hari.
Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan
dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
ii. Rasa sakit di daerah suntikan
o Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
iii. Peradangan
o Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin
disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak
steril karena:
 Telah tersentuh,
 Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang
tidak steril.
 Sterilisasi kurang lama.
 Pencemaran oleh kuman.
iv. Kejang-kejang
o Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi disebabkan
oleh komponen dari vaksin DPT.
 Polio
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada
gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

Page | 17
 Campak
Efek samping vaksin campak :
o panas dan kemerahan.
o Anak-anak mungkin panas selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu
penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan.

Gambar 4. Jadwal Imunisasi Anak.


Diagnosis
Berdasarkan dari skenario, dikatakan bahwa anak perempuan yang berusia 8 bulan belum dapat
duduk sendiri, yang pada Tes Denver II dapat kita bahwa anak tersebut Gagal (F). Intepretasi dari tes ini
adalah Delay. Akan tetapi intepretasi tersebut hanya berlaku untuk 1 item sedangkan untuk memastikan

Page | 18
intepretasi harus dilakukan terhadap item-item yang lain pula pada aspek motorik kasar yang berdektana
pula dengan garis usia kronologisnya. Oleh karena itu yang dapat disimpulkan dari tes ini adalah anak
tersebut mengalami keterlambatan pada aspek motorik kasar.

Penatalaksanaan
Penanganan dapat diberikan secara medika mentosa ataupun non medika mentosa. Penaganan
secara medika mentosa dapat berupa multivitamin yang dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi anak
yang berpengaruh pada perkembangannya. Penanganan secara medika mentosa dapat berupa edukasi
terhadap orang tua anak yang dapat berupa pemberian latihan.

Prognosis
Prognosis yang dapat dipastikan adalah baik karena keterlambatan motoric dapat diatasi dengan
latihan serta pemberian nutrisi yang cukup untuk membantu perkembangan anak.

Kesimpulan
Bayi berumur 8 bulan yang belum bisa duduk sendiri mengalami perkembangan motorik kasar
yang lambat. Hal ini diketahui dengan tes denver, dimana seharusnya anak berumur 5-7 bulan sudah
bisa duduk sendiri. Keterlambatan pada perkembangan motorik kasar ini dapat diatasi dengan pemberian
nutrisi yang adekuat dan latihan pada bayi tersebut. Karena itu dokter harus memberikan edukasi
terhadap orangtua bayi tersebut.

Daftar Pustaka
1. Abdurrahman N. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Cetakan ke-3. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. Hal 45.
2. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Jakarta: EGC; 2008. h 1-7.
3. Nursalam. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika; 2005.
4. Soetjiningsih. Tumbuh kembang pada anak. Jakarta : EGC; 2005
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi ke-1. Jakarta: Sagung
Seto; 2008
6. Stephen SA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Dalam: Samik W, penyunting. Pertumbuhan dan
perkembangan. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2013. p.45-85

Page | 19
7. Nugroho HSW. Petunjuk praktis Denver Developmental Screenning Test. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008. p. 4-8, 16-20.
8. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004. p. 84.
9. Meadow SR, Newell SJ. Lecture Notes on Pediatrics. 7th ed. Jakarta: Erlangga; 2009
10. Cahyono B. Vaksinasi Cara Cegah Atasi Penyakit Infeksi. Yogyakarta. Kanisius; 2010. Hal 73-
8.
11. Wahab S. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC;2005. Hal 109-13.
12. Yusna D, Hartanto H. Dasar-dasar Pediatri. Jakarta. EGC; 2008. Hal 107-18.

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai