Penyalahgunaan Narkoba
Oleh rudi qunsul | Rabu, 24 April 2013 jam 15:44:26
Lebih baik mencegah dari pada menyembuhkan. Mencegah para remaja maupun orang dewasa dari penyalahgunaan narkoba
sebetulnya tidak rumit sama sekali, asal kita tahu benar apa yang harus kita lakukan dan apa yang kita hadapi. Berikut adalah 7
langkah pencegahan untuk menghindarkan seseorang dari pemakaian dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya tersebut.
Sebagai orang tua, kita harus dapat menerangkan dengan menarik untuk menanamkan perilaku hidup bagi anak-anak kita.
Misalnya asupan makanan/minuman apa yang baik bagi tubuh mereka dan asupan makanan/minuman apa yang berbahaya bagi
tubuh mereka. Ini akan mempertajam kesadarannya akan tubuhnya sendiri yang harus ia rawat dengan baik bagian luar dan
dalamnya. Pengetahuan mengenal fungsi dan kekuatan/kelemahan tubuhnya sendiri, harus diberitahu.
Perilaku hidup sehat akan paling manjur hasilnya bila diajarkan sedari anak kita masih kecil, sedini mungkin. Karena apa saja
yang ia pelajari sewaktu kecil akan melekat selamanya di memori otaknya. Menanamkan kesadaran hidup sehat dengan berolah
raga secara rutin (yang tentunya harus juga diterapkan oleh kedua orang tua mereka), menjadi kelanjutan dari langkah
sebelumnya tadi.
Orang tua seyogianya menjadi role-model bagi anak-anak mereka, harus memberikan contoh yang baik bila ingin anaknya
berperilaku baik. Sering kali kita sebagai orang tua lupa bahwa anak kita belajar dari tingkah laku dan perilaku kita yang
mereka lihat dan perhatikan setiap harinya dari bayi sampai remaja. Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang
sehariannya berada paling dekat dengan mereka. Maka seharusnya kita tidak merokok atau minum minuman beralkohol bila
kita tidak mau anak-anak kita meniru kita atau bahkan mencoba-coba dan menyalahgunakan narkoba.
Memberikan pemahaman sedini mungkin akan adanya racun di alam sekeliling kita, akan sangat bermanfaat dan dapat
menyelamatkan anak-anak kita dari penggunaan zat-zat berbahaya. Penerangan bahwa ada racun pada tumbuh-tumbuhan
seperti jamur dan tumbuhan lainnya yang beracun, racun pada gigitan ular, sengatan ubur-ubur, dan binatang lainnya yang
berbisa, juga racun yang secara sengaja maupun tak sengaja diproduksi oleh manusia, seperti polusi asap dari knalpot mobil,
asap dan limbah beracun dari pabrik-pabrik, asap rokok, dlsb.
Mendidik meraka untuk sadar (aware) bahwa zat-zat yang sangat berbahaya bagi tubuh kita (bagi kelangsungan hidup kita) ada
di sekitar kita dan setiap zat yang membahayakan kesehatan kita harus dijahui (avoid) atau terkadang dimusnahkan. Jadi bila
suatu saat ia akan berhadapan dengan narkoba (biasanya ditawarkan oleh lingkungan teman-teman terdekatnya), maka kita
harapkan ia akan menolak untuk mengkonsumsi narkoba, zat yang asing yang dapat membahayakan kesehatan dan hidupnya.
Maka dari itu informasi mengenai racun di sekeliling kita, juga narkoba, harus diberikan kepada mereka sedetail dan sejelas
mungkin.
Memberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari setiap jenis narkoba merupakan kewajiban bila kita ingin
membentengi/menyelematkan anak-anak kita (atau pun orang lainnya) dari bahaya narkoba. Tanpa informasi yang akurat dan
jelas, seorang anak belum tentu menyadari narkoba yang ditawari temannya itu berbahaya bagi kehidupannya. Tetapi bila ia
mendapat informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya. Seharusnya pemberian
informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti
oleh setiap anak. Informasi mengenai jenis-jenis narkoba. Dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi organ-organ tubuh
kita serta dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki, menggunakan atau mengedarkan narkoba; Penyakit yang dapat
diderita sebagai akibat pemakaian narkoba (infeksi klep kanan jantung, kerusakan hati atau cirrhosis, HIV/AIDS, dan lainnya)
Hampir dapat dipastikan bila seorang sudah mendapatkan informasi mengenai narkoba yang akurat dan jelas, daya tarik
narkoba yang seindah apapun akan lansung amblas, sirna, dibandingkan dengan dashatnya dampak kerusakan yang akan
diakibatkan oleh zat-zat narkoba itu kepada penggunannya.
Bekerjasama dengan sekolah ataupun universitas di mana anak-anak kita menuntut ilmu, untuk merancang program
pemantauan, pencegahan, dan juga program penanggulangan narkoba secara holistic yang spesifik dengan pusat-pusat
pendidikan tersebut (yang sebetulnya hanya berbeda sedikit saja dari satu sekolah ke sekolah yang lainnya)
Kerjasama yang terkoordinir dengan baik yang melibatkan setiap sendi dalam kehidupan di sekolah ataupun kampus seperti:
Dosen, guru-guru, guru BK (bimbingan konseling), Osis, Satpam/security, penjaga kantin, dan karyawan lainnya di lingkungan
sekolah/kampus (yang sering mendapatkan para siswa/mahasiswanya memakai narkoba di WC/toilet), dan yang lainnya.
5. Tanggap lingkungan
Orang tua selalu tanggap lingkunga di rumah mereka sendri, di mana anak-anak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar
akan perubahan-perubahan kecil dari perilaku sang anak. Perubahan-perubahan masa puber dan peralihan anak menjadi remaja,
remaja menjadi dewasa, tidak sama dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai ter ekspos pada narkoba, atau yang
sudah kecanduan narkoba.
Kita sebaiknya bekerjasama dengan lingkungan rumah kita seperti dengan ketua RT, RW, dsb. Terutama dengan tetangga yang
mempunyai anak seusia atau yang lebih tua dari anak kita. Menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga selalu
mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi kita.
Kita bisa membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga lainnya yang juga melibatkan ketua RT untuk memantau
keamanan umum dan memantau bila ada anak-anak di RT kita yang disinyalir menggunkan narkoba. Bila sistem yang
dibangun bersama para tetangga itu kuat, dijamin gejala-gejala penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi dan
dapat tertanggulangi dengan cepat dan baik
Hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-anak kita, akan memungkinkan kita melihat gejala-
gejala awal pemakaian narkoba pada anak-anak kita. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua akan membuat anak merasa
nyaman dan aman, menjadi benteng bagi keselamatan mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.
Bila orang tua sering ribut, cekcok, maka itu bisa memengaruhi sang anak secara psikologis. Kegalauan ini bisa memancingnya
untuk mencoba narkoba dengan berbagai macam alasan yang dicarinya sendiri. Misalnya supaya diperhatikan, sikap masa
bodoh terhadap hidupnya, untuk mengatasi kemarahan, ketidaksenagan, atau kesedihan yang timbul dari melihat orang tua
mereka yang selalu bertengkar.
Ketujuh langkah itu sangat ampuh melindungi anak-anak kita dari godaan untuk mencoba zat-zat narkoba, asalkan ke tujuh
langkah pertama itu dijalankan dengan penuh komitmen, sungguh-sungguh, dan dengan sebaik-baiknya.
Mengenali Ciri-ciri Pengguna Narkoba
REP | 09 March 2014 | 02:07 Dibaca: 1358 Komentar: 0 1
Survey yang dilakukan oleh UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) menemukan
pada tahun 2008, sekitar 155 sampai 250 juta orang berusia Antara 15 – 64 tahun, telah
menggunakan zat illegal setidaknya 1 kali. Hal ini menggambarkan penyalahgunaan narkoba
secara global atau mendunia.
Bisa Anda bayangkan berapa jumlah jutaan orang yang telah memakai zat adiktif di saat ini.
Jumlahnya pasti bertambah. Sedangkan zat yang dimaksud di dalam survey tersebut, terdiri dari;
opioda, kanabis, kokain, stimulan tipe amfetamin, halusinogen, ekstasi, dan lainnya.
BNN telah menyampaikan, bahwa diperkirakan di tahun 2014, jumlah pengguna narkoba akan
menyampai angka 5,1 juta orang. Seperti diketahui penggunaan narkoba telah banyak
menyebabkan over dosis, kehilangan keluarga, kehilangan pekerjaan, kehilangan produktivitas, ,
bunuh diri, tindakan kekerasan, menjadi pelupa, terjangkit virus HIV/AIDS dan tidak sedikit
yang berakhir kematian. Sebelum nasi menjadi bubur, sebaiknya Anda mengetahui jenis-jenis
narkoba, efek narkoba, dan ciri-ciri penggunanya.
Ditekankan kembali definisi dari ADIKSI : “Adiksi merupakan PENYAKIT yang menyerang
fungsi OTAK, bersifat KRONIS dan memiliki resiko kambuh yang tinggi, khas ditandai
dengan pencarian dan penggunaan KOMPULSIF, meskipun mengetahui memiliki
konsekuensi yang membahayakan.” ADIKSI bukan sebuah karakter, gangguan personality atau
kegagalan MORALITAS, tapi merupakan masalah KESEHATAN.
2. Opioid, disebut zat analgesic yang menurunkan rasa nyeri dan cenderung
menginduksi tidur. Contoh zat: heroin, morfin, opium, dan Demerol.
4. Halusinogen, zat yang menghasilkan distorsi sensori yang hidup dan nyata,
mengubah suasana hati dan berpikir.
Pertama, Kokain, bentuknya berupa bubuk berwarna putih. Amfetamin berbentuk kapsul atau
tablet, contohnya ekstasi. Metafetamin biasanya berupa tepung atau gumpalan Kristal berwarna
putih kekuningan, tidak berbau dan rasanya pahit, contoh zat; Sabu-sabu.
Kokain digunakan dengan cara disedot melalui hidung, dihisap, disuntikan. Efek kokain yang
digunakan dengan cara disedot atau dihirup dapat berlangsung 15 – 30 menit, tapi jika dihisap
dengan rokok hanya berlangsung 5 – 10 menit. Untuk mempertahakan rasa mabuk, seseorang
harus menambah dosisnya, inilah yang menyebabkan penyalahgunaan berlebihan, menggunakan
berulang kali dalam tempo relatif singkat dan dengan dosis yang semakin meningkat.
Amfetamin dapat digunakan melalui cara oral, disedot melalui hidung setelah tabletnya
dihancurkan/dihaluskan, dihisap/dirokok dan disuntikkan setelah tabletnya dilarutkan dalam air.
Metafetamin juga bisa digunakan melalui oral, dihisap lewat hidung dan disuntik.
Pengguna zat ini menginginkan efek euphoria, meningkatnya energy dan daya tahan tubuh,
berbicara lancar, meningkatkan kesiagaan mental, merasa bahagia dan bertenaga, lepasnya
hambatan social, adanya perasaan pintar, kemampuan dan kuasa yang tak realistis, meningkatnya
sensasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan, meningkatnya gairah seksual. Banyak dari
pengguna pun suka ramah terhadap orang lain.
Efek yang didapat dari memakai ekstasi, ialah perasaan kehangatan emosional yang meningkat,
meningkatnya empati terhadap diri dan orang lain, penyimpangan persepsi waktu, meningkatya
sensasi, dan penyimpangan halusinasi visual.
Penggunaan zat golongan stimulant ini dapat membuat pupil mata membesar, meningkatnya
suhu badan, denyut jantung dan tekanan darah, sakit kepala, kesulitan tidur, mudah cemas,
gelisah, mudah tersinggung, sakit perut dan mual, selera makan berkurang dan kehilangan berat
badan, meningkatnya agresi dan kekerasan, menurunnya respon seksual (terjadi pada dosis
tinggi) dan halusinasi atau paranoid.
Pengguna zat ini memang bisa dikenali dari berat tubuh yang menurun, tapi ada beberapa kasus,
pengguna stimulan tidak mengalami efek penurunan badan. Pengguna zat stimulant bisa tidak
tidur selama 24 jam, bahkan lebih, tapi setelah itu wajah dan tubuh mereka akan terlihat
kelelahan dan tidak berdaya. Jelas, mereka lebih sering minum air putih atau minum
penyegar/energy daripada makan, karena mereka sulit untuk mengunyah makanan yang masuk di
mulut mereka.
Pemakain berlebihan akan menyebabkan kesulitan fokus, meskipun mereka sangat aktif. Banyak
pengguna zat ini berasal dari status social menengah ke atas, sebut saja sabu-sabu, harga 1 gram
saja bisa mencapai Rp.1.600.000,-. Tidak heran para pengguna banyak berstatus pekerja dari
berbagai profesi dan pengguna dari keluarga kaya. Dan sekarang di Indonesia, pemakaian
narkoba tertinggi adalah jenis Sabu-sabu.
Pengunaan zat stimulant sangat bisa menimbulkan kecanduan (adiksi), setelah mengalami
kelelahan, mereka akan mencari lagi zat tersebut dengan alasan untuk memunculkan daya tahan
tubuh kembali. Pengguna zat juga tidak suka bersosialisai kecuali dengan ‘komunitas’nya,
mereka lebih memilih menyendiri, sibuk beraktivitas sendiri maupun sibuk berpikir, namun
semakin lama menggunakan zat, daya pikir bisa melambat dan aktivitas pun mulai tak terarah.
Cara bicara mereka pun ke mana-mana, sering tidak nyambung, dan sering juga pengguna
mengalami cadel atau terbata-bata berbicara.
Bagi pengguna kokain, ciri-ciri juga bisa dikenali melalui hidung yang memerah, dan hidung
yang suka mimisan (karena menyedot terlalu keras). Pengguna Sabu-sabu juga bisa dikenali
dengan melihat kamarnya yang tidak rapi, terdapat bong (seperti botol plastik atau kaca), korek
api yang sudah tidak sempurna bentuknya (bagian atas dicopot) dan juga suka mengumpulkan
sedotan. Tidur berkepanjangan (setelah efek habis).
Melihat efek samping dari Depresan, pengguna dapat dikenali dengan cara bicara yang cadel,
gagap, terbata-bata, atau malas diajak bicara. Lebih suka tidur. Mata sering merem, meski tidak
dalam keadaan tidur atau di tempat tidur. Berjalan sempoyongan. Malas melakukan aktivitas,
namun ada juga penggunaan dari jenis tersebut (Benzodiazepine), justru membuat pengguna
tetap beraktivitas, bahkan ada yang menjadi lebih pintar setelah menggunakannya (misalnya zat
Lexotan).
Selain itu, Benzodiazepine sering disalahgunakan pemakai yang sebelumnya menggunakan zat
Stimulan. Hal ini supaya mereka dapat tidur atau agar bisa ‘slow down’.
3. Opioid. Di Indonesia yang sering digunakan adalah jenis Heroin dan opioid
yang paling
sering disalahgunakan – awalnya digunakan sebagai obat nyeri yang potensi adiktifnya kurang
dari morfin – ternyata menghasilkan efek 5 sampai 8 kali lebih kuat dari Morfin dan bekerja
lebih cepat, bahkan lebih adiktif. Zat ini digunakan dengan cara dihisap (di-drag) dan disuntik.
Digunakan pemakai agar mendapatkan euphoria yang diikuti oleh rasa sejahtera. Menghilangkan
rasa nyeri, menumpulkan emosi, mengantuk atau menenangkan, keadaan terjaga dan keadaan
mengantuk yang saling bergantian, terakhir; mengimpikan sesuatu.
Efek samping penggunaan ini, yaitu; mual dan muntah, kebingungan, pernafasan lambat,,
sembelit, penglihatan ganda atau kabur, pupil mengecil, pusing, pingsan, rasa mengambang, otot
kaku, ruam, gatal dan bintik merah pada kulit, wajah memerah, mulut kering, lemah, agitasi,
nafsu makan berkurang dan hilang daya ingat atau melemah.
Anda jangan terkecoh, menganggap ciri pemakai Heroin adalah bertubuh kurus. Karena banyak
juga pemakai zat ini tidak mengalami efek penurunan badan. Ciri lainnya, yaitu; suka berbohong,
pandai membujuk, tidak berpakaian rapi, namun ada juga yang berpakaian rapi. Banyak juga
pengguna yang tidak suka mandi, dan ada juga yang masih menjaga penampilannya. Suka
menjual barang pribadi, keluarga, bahkan barang yang bukan miliknya atau mencuri. Pemalas.
Hidung suka meler (keluar cairan atau ingusan). Suka menggaruk hidung dan bagian tubuh lain.
Penyendiri. Tidak suka bersosialisasi. Minder. Muka kuyu dan cekung. Bagi pengguna cara
disuntik, sering membawa aqua gelas atau air putih bersamaan dengan jarum, tissue, dan ikat
pinggang. Biasanya di tangan pengguna Heroin suntik terdapat bekas suntik, luka, garis “track”
(garis bekas suntik), kulit merah atau biru (bekas suntikan). Suka tidur atau merem. Mempunyai
“akal seribu” untuk mendapatkan zat ini. Semaunya. Tidak ada empati.
Paling mudah mengenali pengguna Heroin saat putus zat (Sakaw), seperti suka gelisah, tidak
mau makan, muntah, kram, nyeri otot atau pegal-pegal, berkeringat, hidung berair, suka
menguap, batuk, diare, demam dan juga menggigil, gerakan menendang (kaki) saat tidur, lemas.
Emosi atau cepat marah. Tidak mau diajak bicara.
yang dikenal. Kemudian, Jamur dan LSD atau Speed (biasanya berbentuk kertas, seperti
perangko). Pengguna golongan zat ini menginginkan efek; meningkatnya penghayatan sensoris –
warna-warna lebih terang, bayangan visual lebih tajam, pendengaran lebih jelas, pengecapan luar
biasa. Selain itu, bisa memberikan efek ; gambaran mental lebih hidup ; persepsi ruang dan
waktu berubah ; sukacita, kegembiraan; hilangnya rasa realitas, halusinasi, intrsopeksi; asyik
dengan pemikiran, pengalaman-pengalaman atau objek-objek yang remeh; intensitas perasaan.
Efek samping dari pemakaian Halusinogen; rasa mual; sering muntah; berkeringat; rasa dingin
dan menggigil; “Bad trip” – halusinasi menakutkan, kebingungan, paranoia, disorentasi, depresi,
panic ; pupil melebar; sulit fokus, konsentrasi dan berpikir; denyut jantung meningkat; hilang
selera; sulit tidur; mulut kering; tremor/gemetaran.
Pemakaian zat ini bisa mengakitbatkan keadaan psikosis mirip Skizofrenia paranoid terhadap
individu/pengguna yang rentan.
Bisa dikenali saat pengguna memakai zat ini, ciri-cirinya adalah suka senyum-senyum sendiri,
mudah tertawa, punya dunia sendiri, tampak bahagia, tetapi ada juga yang mengalami sebaliknya
(Bad Trip), seperti bersedih, merasa banyak bersalah dan tidak berarti, terus memikirkan dirinya
sendiri, emosional, memunculkan ketakutan atau paranoia yang tanpa disadari. Kerap, zat ini
digunakan saat momen-momen tertentu (misal: pesta ulang tahun atau liburan di Bali atau
sekedar menyenangkan diri).
Apa pun jenis narkoba yang digunakan, Anda bisa mengenali ciri-ciri secara umum pengguna
narkoba. Rata-rata pengguna memiliki antisosial yang tinggi. Perubahan perilaku yang drastis.
Cara berpikir yang menyimpang. Semaunya. Selalu menganggap dirinya benar dan mencari
pembenaran-pembenaran. Pemakai narkoba biasanya tidak suka menggunakan media social
secara rutin. Tidak suka diperintah. Senang berkumpul sesama pemakai. Mudah cemas dan
gelisah. Emosional. Pandai berbohong. Sensitive. Suka bermasalah, misal relationship, teman, di
pekerjaan, di sekolah. Kulit kering. Perubahan pupil. Wajah yang tidak segar. Pelupa. Dan selain
antisosial, tidak sedikit pengguna narkoba yang Narsis dan memasang “dinding tebal dan tinggi”.
Memang tidak mudah menghadapi pengguna narkoba. Mereka tidak bisa sembuh sendiri.
Mereka harus diobati secara medis dan direhabilitasi. Setelah mengenali jenis narkoba, efek
penggunaan, efek samping dan ciri penggunanya, diharapkan masyarakat dapat mengetahui
tindakan yang akan dilakukan. Agar semua dapat diatasi secara cepat dan tidak berlarut-larut
atau terjadinya kecanduan menahun. Selalu memberi mereka kasih sayang dan dukungan yang
besar.
Melangkahlah ke pusat pelayanan masyarakat, dokter psikiater, dan bisa juga langsung ke tempat
rehabilitasi, bukan melangkah ke kantor polisi, dukun, ustad atau pun pesantren. Di tempat
rehabilatasi, pengguna akan diperiksa kesehatannya, lalu, diobati secara medis terlebih dahulu
oleh psikiater, selanjutnya akan dibantu oleh tenaga professional; Konselor adiksi, tenaga
spiritual dan staf adiksi yang telah berpengalaman. Proses masuk rehabilitas ini akan saya tulis
di tulisan berikutnya.
Komentar : 1
Corbis
Narkotika (Ilustrasi)
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis sejumlah
karakteristik orang-orang yang bisa jadi akan terkena narkoba. BNN menyebutnya sebagai
beresiko tinggi. Mereka adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam
penggunaan narkoba, tetapi mempunyai resiko untuk terlibat hal tersebut. Biasanya mereka
disebut potensial user (calon pemakai, golongan rentan).
Pada anak-anak ciri–cirinya biasanya sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan,
sering sakit, mudah kecewa, mudah murung, sudah merokok sejak sekolah dasar, agresif
dan destruktif, sering berbohong, mencuri atau melawan tata tertib.
Pada remaja, ciri–cirinya, mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai
citra diri negative, mempunyai sifat sangat tidak sabar, diliputi rasa sedih (depresi) atau
cemas (ansietas), cenderung melakukan resiko tinggi dan bahaya. Dan juga cenderung
memberontak, tidak mau mengikuti peraturan dan tata nilai yang berlaku, kurang taat
beragama, berteman dengan penyalahgunaan narkoba, motivasi belajar rendah, tidak suka
kegiatan ekstra kulikuler, cenderung merusak diri sendiri.
Sedangkan hubungan dengan keluarga, ciri–cirinya, orangtua kurang komunikatif dengan
anak, terlalu mengatur anak, terlalu meuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi
diluar kemampuannya, kurang memberiakn perhatian pada anak karena terlalu sibuk,
kurang harmonis, sering bertengkar.
Nah, waspadalah, bisa jadi ciri-ciri ini bisa menimpa Anda dan keluarga.