Anda di halaman 1dari 10

PAPILOMA LARING

I. PENDAHULUAN
Papiloma laring merupakan tumor proliferatif yang sering dijumpai pada
saluran nafas anak. Papiloma laring ini pertama kali dikenal sebagai kutil di
tenggorok ( warts in the throat ) oleh Donalus pada abad ke 17. Mc Kenzi
memperkenalkan nama papiloma laring pada abad ke 19.5
Papiloma merupakan neoplasma laring jinak pada anak tetapi dapat juga
terjadi pada dewasa. Papiloma laring pada anak dapat menjadi masalah jika
menyumbat jalan nafas. Selain itu papiloma laring mempunyai kemampuan untuk
tumbuh kembali setelah pengangkatan dan meluas ke struktur trakeobronkial.1
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu papiloma laring juvenile
yang ditemukan pada anak biasanya multiple dan mengalami regresi pada waktu
dewasa, sedangkan pada orang dewasa tumor ini berbentuk tunggal, tidak
mengalami resolusi dan merupakan prekanker.2
Papiloma laring sering terjadi pada anak, penyanyi dan pengajar karena
salah guna suara.3

II. ANATOMI LARING


Laring merupakan bagian terbawah saluran nafas atas dan memiliki bentuk
yang menyerupai limas segitiga yang terpancung. Batas atas laring berupa aditus
laring dan batas bawah berupa batas caudal kartilago krikoid. Batas depannya
adalah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum epiglotis, ligamentum tiro
epiglotis, sudut antara kedua belah lamina kartilago krikoid. Laring laki-laki
dewasa terletak setinggi vertebra servikalis 3-6. Pada anak dan wanita sedikit
lebih tinggi. Laring dibagi 3 bagian yaitu supraglotis, glotis dan subglotis.5
Pita suara terletak pada rongga laring,meluas dari dasar ventrikel morgagni
kebawah sampai setinggi kartilago krikoid dengan jarak 0,8-2 cm. Perdarahan
laring berasal dari a. laringis superior dan a. laringis inferior. Persarafan oleh
cabang-cabang nervus vagus yaitu n. laringis superior dan n. laringis inferior.5

1
III. EPIDEMIOLOGI
Papiloma laring banyak dijumpai pada usia anak antara18 bulan sampai 7
tahun dan jarang dijumpai pada orang dewasa. Menurut Lee,di AS terdapat 1500
sampai 2500 kasus baru setiap tahunnya. Pada anak-anak angka insiden
diperkirakan 4,3 kasus/100.000 populasi dan pada dewasa 1,8/100.00 populasi.
Peneliti dari Denmark mendapatkan angka insiden pada anak-anak sama seperti di
AS. Menurut jenis kelamin, perbandingan juvenile papiloma laring pada laki-laki
dan perempuan sama banyak sedangkan pada dewasa lebih sering dijumpai pada
laki-laki dengan perbandingan 4 : 1. di bagian THT FK USU / RSUP H. Adam
Malik Medan sejak Nopember 2001 sampai dengan Nopember 2002 ditemukan 6
kasus papiloma laring, 4 orang kasus pada anak dan 2 orang kasus pada dewasa.5,9
Sedangkan dibagian THT RSCM ditemukan 14 kasus antara 1993 sampai
1997 dengan usia antara 2,5 sampai 18 tahun.2

IV. ETIOLOGI
Etiologi papiloma laring tidak diketahui dengan pasti, diduga Human
Papiloma Virus ( HPV ) tipe 6 dan 11 berperan terhadap terjadinya papiloma
laring. Diduga ada hubungan antara infeksi HPV genital pada ibu hamil dan
papiloma laring pada anak. Hal ini terbukti dengan adanya HPV tipe 6 dan 11
pada kondiloma genital walaupun penemuan di atas menunjukkan peran infeksi
virus pada papiloma laring, tetapi ada faktor lain yang berperan, mengingat
papiloma laring dapat menghilang spontan saat pubertas. Teori yang melibatkan
faktor hormonal sebagai salah satu penyebab pertama kali dikemukakan oleh
Holinger. Terdapat beberapa faktor predisposisi papiloma laring yaitu sosial
ekonomi rendah dan Hygene yang buruk, infeksi saluran nafas kronik dan
kelainan imunologis.5

V. PATOFISIOLOGI
Papiloma virus adalah suatu spesies yang sangat spesifik dan tidak
menginfeksi spesies lainnya, bahkan pada percobaan yang dilakukan
dilaboratorium. Manusia merupakan satu-satunya reservoir bagi HPV. Papiloma
virus adalah virus yang tidak berkapsul dengan bentuk simetris icosahedral

2
dengan mempunyai 72 kapsomer yang mengelilingi genom yang berisi DNA
sirkulasi rantai ganda dengan kira-kira 8000 pasang basa.
Papiloma virus diduga mempunyai 2 model replikasi, model pertama adalah
replikasi stabil dari genom episoma pada basal sel; yang lainnya tidak diketahui
degan jelas vegetative. Replikasi terjadi pada sel yang berbeda untuk
menghasilkan virus baru. Walaupun semua sel yang mengalami lesi berisi genom
virus, ekspresi gen virus berhubungan erat dengan deferensiasi sel. Kebanyak gen
virus inaktif sampai terjadi infeksi keratinosit pada lapisan basal. Produksi
partikel virus hanya bisa terjadi pada keratinosit yang mengalami diferensiasi
berat. Bagaimanapun produksi virus hanya terjadi pada permukaan epitel dimana
sel berhubungan dengan lingkungan.
Lesi yang disebabkan oleh HPV diduga berasal dari proliferasi keratinosit basal
yang terinfeksi. Infeksi khususnya terjadi ketika sel basal pada host terpapar
dengan infeksi yang terjadi melalui adanya gangguan barier epitel, misalnya
terjadi selama hubungan intim atau setelah terjadinya abrasi kulit ringan. Infeksi
HPV tidak bersifat sitolitik, kebanyakan partikel virus dilepaskan sebagai akibat
dari terjadinya degenerasi dari sel yang mengalami deskuamasi. HPV bias hidup
berbulan-bulan dan pada suhu rendah tanpa adanya host, bagaimanapun individu
dengan menderita penyakit kutil pada telapak kaki bias menyebarkan virus dengan
berjalan tanpa alas kaki.
Multiplikasi virus terjadi di nucleus dengan akibat sel yang terinfeksi akan
menunjukkan atypia nucleus tingkat tinggi. Koilocytosis (dari bahasa Yunani
Koilos, berarti kosong) menggambarkan gabungan dari halo perinuklear dengan
nucleus pyknotic atau shrunken (rasinoid) dan benda khas yang dihasilkan oleh
infeksi HPV.
Genom HPV terdiri dari DNA sirkular episomal yang terpisah dari nucleus sel
host pada benigna atau lesi HPV resiko rendah, seperti infeksi yang disebabkan
oleh HPV tipe 6 dan 11. Genom dengan infeksi HPV resiko tinggi disebabkan
oleh HPV tipe 16 dan 18 yang bergabung ke dalam DNA sel host pada lesi
maligna. Masuknya genom virus ke dalam genom sel host dianggap sebagai tanda
transformasi maligna. Protein HPV E6 dan E7 adalah serotype resiko tinggi yang

3
menginaktifasi protein supresor tumor pada host yaitu p53 dan Rb yang akan
menyebabkan proliferasi sel irregular pada host dan transformasi maligna.8,9

VI. GEJALA KLINIS


Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara. Kohen ( 1980 )
menemukan 90% kasus terjadi perubahan suara. Suara serak merupakan
gejala dini dan keluhan yang paling sering dikemukakan pabila tumor tersebut
terletak di pita suara. Papiloma laring dapat membesar, kadang-kadang dapat
mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang menyebabkan stridor dan sesak.8,9
Sumbatan saluran nafas atas dapat dibagi 4 derajat berdasarkan kriteria
Jackson. Jackson 1 ditandai dengan sesak, stridor, inspirasi ringan, retraksi
suprasternal, tanpa sianosis. Jackson II adalah sesuai dengan Jackson I tapi lebih
berat yaitu disertai retraksi supra dan infra klavikula, sianosis ringan dan pasien
tanpak mulai gelisah. Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai
retraksi intrakostal, epikastrium, dan sianosis lebih jelas. Sedangkan Jackson IV
ditandai dengan gejala Jackson III disertai dengan wajah tang tampak tegang dan
terkadang gagal nafas.4

4
Gambar 1

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

5
VII. DIAGNOSA
Diagonis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang teliti, pemeriksaan
fisik,dengan laringoskopi lansung atau tak langsung serta dibuktikan dengan
pemeriksaan histopatologis. Pada anamnesis jika terdapat suara serak dan suara
tangisan abnormal pada anak dengan atau tanpa riwayat infeksi yang telah diobati
tetapi tidak ada perubahan,maka perlu dicurigai suatu papiloma laring. Biasanya
terdapat stridor inpirasi dan pada pemeriksaan laringoskopi langsung tampak
gambaran tumor yang menyerupai kembang kol.kemerahan, rapuh, dan mudah
berdarah, serta pertumbuhan eksofilik. Penyebaran ke trakea dan paru diidenfikasi
melalui foto thorak dan CT Scan. Pada foto thorak dapat terlihat gambaran
kavitas.2
Pada anak dapat dipertimbangkan pemakaian flexible fibreoptic
nasopharyngoscopy.2

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis sulit pada fase awal. Sering disalah diagnosis dengan laringo-
trakeobronkitis, asma bronchial, laringomalasia, paralysis pita suara, atau kista
laring kongenital.2

IX. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi papiloma laring adalah mempertahankan jalan nafas,
memelihara kualitas suara dan menghilangkan massa papiloma.4
Umumnya terapi dapat dikatagorikan sebagai berikut2:
a. Bedah
b. Medikamentosa
c. Imunologis
d. Terapi fotodinamik
Terapi bedah harus berdasarkan prinsip pemeliharaan jaringan normal
untuk mencegah penyulit seperti stenosis laring. Prosedur bedah ditujukan untuk
menghilangkan papiloma dan atau memperbaiki dan mempertahankan jalan nafas.
Beberapa teknik yang digunakan antara lain trakeostomi, laringofisure,
mikrolaringoscopi langsung, mikrolaringoscopi dan ekstirpasi dengan forceps,

6
mikrocauter, mikrolaringoscopi dengan diatermi, mikrolaringoscopi dengan
ultrasonografi, kriosurgery, carbon diokside laser surgery. Pada kasus papiloma
laring yang berulang, terapi bedah pilihan adalah pengangkatan tumor dengan
laser CO2.2
Sebelum pemakaian laser berkembang, digunakan alat-alat operasi bedah
mikro konvensional untuk mengangkat papiloma dari pita suara. Cara kerjanya
adalah dangan memotong dan mengangkat massa dengan catatan jangan sampai
merusak pita suara. Keuntungan memakai cara ini adalah jaringan tidak terbakar
yang bisa mengakibatkan jaringan parut dan fungsi pita suara terganggu. Tetapi
alat ini tidak dapat mencapai mikrospot pinpoint yang dapat di capai dengan
pemakaian laser.4
Pemberian obat pernah dilaporkan baik digunakan secara sendiri maupun
bersama dengan tindakan bedah. Obat yang digunakan antara lain anti virus,
hormon ( dietilstilbestrol ), steroid, dan podofilin topical. Tetapi
medikamentosa ini tidak terlalu bermanfaat. Methotrexate merupakan agen
kemoterapi yang disebut antimentabolisme. Kerjanya adalah menghambat enzim (
reduksi dihydrofolate ) yang diperlukan sel tumor untuk berkembang. Sel-sel
normal tubuh yang ikut terpapar, akan menimbulkan efek samping ( gangguan
darah, hati, ginjal, diare, rambut rontok, dan lain-lain ). Beberapa penelitian
melaporkan hasil yang baik pada beberapa pasien dengan papiloma laring yang
rekuren. Cidofovir adalah anti virus yang digunakan pada infeksi-infeksi yang
disebabkan oleh virus. Penggunaan yang teratur telah menunjukkan hasil yang
baik. Untuk mengobati papiloma laring, cidofovir digunakan secara suntikan
langsung ke dalam papiloma ( secara local ) pada saat dilakukan endoskopi. Efek
samping dilaporkan tidak begitu bermakna dan beberapa pasien mengalami
perbaikan setelah beberapa kali suntikan.6
Terapi imunologi untuk papiloma laring umumnya hanya suportif
menggunakan interferon . Rekombinan alfa 2b digunakan untuk pengobatan
kondiloma, ca servik, papilomatosis laringeal 5. Interferons (in-ter-FEER-ons)
dihasilkan secara alami oleh tubuh untuk melawan infeksi dan tumor. Bahan
sintentiknya juga tersedia.6

7
Terapi fotodinamik merupakan suatu dari perangkat terbaru dalam tata
laksana papilomatosis laring rekuren. Terapi ini menggunakan dihematoporphyrin
ether (DHE) yang tadinya dikembangkan untuk terapi kanker. Jika diaktifasi
dengan cahaya dengan panjang gelombang panjang yang sesuai (630 nm), DHE
menghasilkan agen sitotoksin yang secara selektif menghancurkan sel-sel yang
mengandung substansi tersebut.2
Indole-3-carbinol, derivate alami dari sayur seperti kol dan brokoli telah
dilaporkan dapat mengubah gambaran pertumbuhan dari papiloma. Hal ini
merupakan cara yang aman dan dapat ditoleransi dengan baik dan terbukti
menjadi pengobatan tambahan pada beberapa pasien.6

X. KOMPLIKASI
Pada umumnya papiloma laring pada anak dapat sembuh spontan ketika
pubertas tetapi dapat meluas ke trakea, bronkus, dan paru, diduga sebagai akibat
tindakan trakeostomi, ekstirpasi yang tidak sempurna. Meskipun jarang, radiasi
diduga menjadi faktor yang mengubah papiloma laring menjadi ganas.1,2,5

XI. PROGNOSIS
Prognosis papiloma laring umumnya baik. Angka rekurensi dapat
mencapai 40%. Sampai saat ini belum diketahui faktor yang mempengaruhi
rekurensi pada papiloma. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat diduga
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap rekurensi. Penyebab kematian
biasanya karena penyebaran ke paru.2

XII. KESIMPULAN
Papiloma merupakan neoplasma laring jinak pada anak tetapi dapat juga
terjadi pada dewasa. Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu papiloma
laring juvenile yang ditemukan pada anak biasanya multiple dan mengalami
regresi pada waktu dewasa, sedangkan pada orang dewasa tumor ini berbentuk
tunggal, tidak mengalami resolusi dan merupakan prekanker. Etiologi papiloma
laring tidak diketahui dengan pasti. Diduga Human Papiloma Virus (HPV) tipe 6
dan 11. Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara kadang kadang dapat

8
mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik,
dengan laringoskopi langsung atau tak langsung serta dibuktikan dengan
pemeriksaan histopatologis. Sering di salah diagnosis dengan laringo-trakeo-
bronkitis, asma bronchial, laringomalasea, paralysis pita suara, atau kista laring
kongenital. Umumnya terapi melalui pembedahan, medikamentosa, imunologis
dan terapi fotodinamik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price Sylvia A, Wilson LM, Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi dan


Diferensiasi Sel. Dalam: Patofisiologi Konsep klinis Proses Penyakit. Edisi
4. Penerbit EGC, Jakarta,1995. Hal 121

9
2. Supriyatno B, Amalia L, Papiloma laring pada Anak Dalam:
www.kalbefarma.com/files/cdk/files/144-06papilomalaringpadaanak.pdf.html
Diakses Tanggal 21 September 2008.
3. Hermani B, Abdurahman H, Tumor Laring. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke 5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2001: hal 156-60.
4. Sjamsjoehidayat, Dejong W, Papiloma Laring Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah; EGC, Jakarta, 2002.
5. T. Siti Hajar Haryuna, Anestesi Umum Pada Penatalaksanaan Papiloma
Laring secara Bedah Mikrolaring Dalam:
www.libraryusu.ac.id/download/fk/tht-siti%20hajar2.pdf.com. Diakses
tanggal 21 September 2008.
6. Mansjoer Soewarni, Klasifikasi, Efek Farmakologi dan Indikasi
Interferon. Dalam: www.libraryusu.com . diakses tanggal 21 September
2008.
7. Unknown. Laryngeal Papiloma. Dalam :
http//www.ucdvoice.org/papiloma.html. Diakses tanggal 22 September 2008.
8. Peter A Gearhart, MD, Human Papillomavirus. Available from URL:
http://www.emedicine.com/MED/topic 1037.htm
9. Mc Clay JE, Recurrent Respiratory Papillomatosis. Available from URL:
http://www.emedicine.com/MED/topic 594.htm

10

Anda mungkin juga menyukai