Anda di halaman 1dari 10

ANALISI PERJANJIAN KERJASAMA

Diajukan sebagai tugas Hukum kontrak dan Hukum Persaingan Usaha

Disusun oleh

Andina Prabandari (110120150010)

Dosen Pembimbing
Prof. Veronica Komalawati,.S.H.,M.H
Dr. Supraba Sekarwati W, S.H.,C.N

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


KONSENTRASI HUKUM KESEHATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
Analisis Perjanjian Kerjasama Kontrak Pelaksanaan Pengerjaan

Pengecatan Rumah Sakit

A. Pengertian Perjanjian

Pada pasal 1313 KUHPerdata merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu

perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 1

Namun para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai

pengertian perjanjian, Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian

adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Ahli hukum lain mengemukakan

bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

suatu hal yang menimbulkan perikatan berupa suatu rangkaian perkataan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

B. Syarat-Syarat Perjanjian

Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan

oleh undang- undang, sehingga ia diakui oleh hukum (legally concluded contract).

Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, syarat- syarat sah perjanjian adalah

sebagai berikut :

1. Adanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian

(consensus)

1
Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, hal.1.
Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, seia sekata pihak-pihak mengenai

pokok perjanjian. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki

oleh pihak yang lainnya. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak

ada paksaan, kekhilafan atau pun penipuan.

2. Ada kecakapan pihak- pihak untuk membuat perjanjian (capacity)

Pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia

sudah dewasa, artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin

walaupun belum 21 tahun.

3. Ada suatu hal tertentu (object)

Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek perjanjian, prestasi

yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat

ditentukan.

4. Ada suatu sebab yang halal (legal cause)

Kata “causa” berasal dari bahasa Latin artinya “sebab”. Sebab adalah suatu

yang menyebabkan orang membuat perjanjian, yang mendorong orang

membuat perjanjian. Tetapi yang dimaksud dengan causa yang halal dalam

Pasal 1320 KUHPerdata itu bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau

yang mendorong orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam arti “isi

perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh

pihak-pihak.

Syarat pertama dan kedua Pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat Subjektif, karena

melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian. Jika syarat ini tidak

dipenuhi, perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbar). Tetapi jika tidak dimintakan


pembatalan kepada Hakim, perjanjian itu tetap mengikat pihak-pihak, walaupun

diancam pembatalan sebelum lampau waktu lima tahun (Pasal 1454 KUHPerdata).

Syarat ketiga dan keempat Pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat Objektif, karena

mengenai sesuatu yang menjadi objek perjanjian. Jika syarat ini tidak dipenuhi,

perjanjian batal demi hukum (nietig, void).

Analisa :

Dalam perjanjian yang di lampirkan, perjanjian Kontrak Pelaksanaan Pengerjaan

Pengecatan Rumah Sakit sudah mencakup ke empat syarat sah perjanjian, untuk

syarat pertama dan kedua jelas terpenuhi karena adanya kesepakatan antara para

pihak tentang isi perjanjian yang akan dilaksanakan yaitu pengerjaan pengecatan dan

kata sepakat tidak disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya unsur paksaan, penipuan,

dan kekeliruan. Sedangkan syarat ketiga dan keempat juga terpenuhi mengenai objek

perjanjian yang sudah jelas dan dibuat oleh para pihak dimana tidak bertentangan

dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

C. Asas-asas Hukum Perjanjian

Sebagian besar dari peraruran hukum mengenai perjanjian bermuara dan mempunyai

dasar pada asas-asas hukum. Asas-asas hukum merupakan dasar atau pokok karena

bersifat fundamental. Lebih lanjut, asas-asas dikenal dalam hukum perjanjian klasik

adalah:

1. Asas Kebebasan Berkontrak (Contracts Vrijheid)


Yaitu asas ini memperbolehkan setiap masyarakat untuk membuat perjanjian yang

berisi apa pun asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan

undang-undang.

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:2

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian.

b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaa, dan persyaratannya.

d. Menentukan bentuk perjanjian yaitu secara tertulis atau lisan.

2. Asas Konsensualisme

Yaitu perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (konsensus) dari para

pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat dibuat secara bebas tidak terikat bentuk

tertentu dan perjanjian itu telah lahir pada detik tercapainya kata sepakat dari para

pihak. Dengan kata lain perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-

hal yang pokok dan tidaklah diharuskan adanya suatu formalitas tertentu (Subekti,

1985:15)

Terdapat pengecualian dalam asas konsensualisme yakni bahwa dalam perjanjian

tertentu oleh undang-undang ditetapkan adanya formalits tertentu.

3. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda dipatuhi sebagai sebuah prinsip yang menetapkan bahwa

semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya.3

2
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perencanaan Kontrak, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 4.
3
Herlien Budiono, 2009, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hal.30-31.
4. Asas Kepribadian (Personalitas)

Asa kepribadian disimpulkan dari pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi “Pada

umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta

ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri”

Perikatan hukum yang yang dilahirkan oleh suatu perjanjian harta mengikat orang-

orang yang membuat perjanjian itu dan tidak mengikat orang lain.

Dalam asas kepribadian berlaku dua pengecualian sebagai berikut:

a. Janji untuk pihak ketiga

Pada janji ini, seseorang membuat suatu perjanjian yang isinya menjanjikan

hak-hak bagi orang lain.

b. Perjanjian Garansi

Seseorang membuat perjanjian dengan orang lain sebut saja A dan B. dalm

perjanjian ini, A menjanjikan bahwa orang lain C akan berbuat sesuatu dan A

menjamin C pasti akan melaksanakannya. Akan tetapi jika C tidak

melaksanakan sesuatu hal yang disebutkan dalm perjanjian ini maka A

bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban C tersebut. Perjanjian ini

lazim dipraktekan di perbankan.

5. Asas Itikad Baik

Itikad baik memiliki dua arti yaitu:

a. Perjanjian yang dibuat harus memperhatikan norma-norma kepatutan dan

kesusilaan.

b. Perjanjian yang dibuat harus mencerminkan suasana batin yang tidak

menunjukkan adanya kesengajaan untuk merugikan pihak lain.


Analisa :

Pada Perjanjian Kontrak Pelaksanaan Pengerjaan Pengecatan Rumah Sakit sesuai

dengan Asas Konsensualisme perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan,

maka perjanjian itu lahir pada saat diterimanya suatu penawaran (offerte). Pada

saat itulah yang dapat dianggap sebagai detik lahirnya kesepakatan. Karena

perjanjian sudah lahir maka tak dapat lagi ia ditarik kembali jika tidak seizin pihak

lawan. Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengakui asas kebebasan

berkontrak dengan menyatakan, bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah

mengikat para pihak sebagai undang-undang, demikian pula pada Perjanjian Kontrak

Pelaksanaan Pengerjaan Pengecatan Rumah Sakit ini, otomatis dengan adanya

konsensus dari para pihak itu, maka kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat

perjanjian sebagaimana layaknya undang-undang (pacta sunt servanda). Apa yang

dinyatakan seseorang dalam suatu hubungan menjadi hukum bagi kedua belah pihak.

Asas inilah yang menjadi kekuatan mengikatnya perjanjian. Ini bukan kewajiban

moral, tetapi juga kewajiban hukum yang pelaksanaannya wajib ditaati.

D. Unsur-Unsur Perjanjian

Apabila persyaratan perjanjian yang diuraikan di atas diamati maka dapat dilihat

unsur-unsur perjanjian yang terkandung didalamnya.

Para ahli (Sudikno Martokusumo, Mariam Darus, Satrio) bersepakat bahwa unsur-unsur

perjanjian itu terdiri dari :

a. Unsur Esensialia,

b. Unsur Naturalia,
c. Unsur Aksidentalia.

Unsur pertama lazim disebut dengan bagian inti perjanjian, unsur kedua dan ketiga

disebut bagian non inti perjanjian.

Unsur Esensialia adalah unsur yang mutlak harus ada untuk terjadinya perjanjian, agar

perjanjian itu sah dan ini merupakan syarat sahnya perjanjian. 4 Jadi keempat syarat

dalam Pasal 1320 KUHPerdata merupakan unsur esensialia. Dengan kata lain, sifat

esensialia perjanjian adalah sifat yang menentukan perjanjian itu tercipta

(constructieve oordeel)

Unsur Naturalia adalah unsur yang lazim melekat pada perjanjian, yaitu unsur yang

tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam dengan

sendirinya dianggap ada dalam perjanjian. Unsur ini merupakan sifat bawaan (natuur)

atau melekat pada perjanjian. Misalnya penjual harus menjamin cacat-cacat

tersembunyi kepada pembeli.

Unsur Aksidentalia artinya unsur yang harus dimuat atau dinyatakan secara tegas di

dalam perjanjian oleh para pihak. Misalnya, jika terjadi perselisihan, para pihak telah

menentukan tempat yang di pilih.

Analisa :

Unsur-unsur perjanjian diperlukan untuk mengetahui apakah yang dihadapi adalah

suatu perjanjian atau bukan, memiliki akibat hukum atau tidak. Pada perjanjian

Kontrak Pelaksanaan Pengerjaan Pengecatan Rumah Sakit, unsur-unsur yang terdapat

4
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung:Citra
Aditya, 2010, Hlm.67
dalam suatu perjanjian sesuai yang diuraikan oleh Abdulkadir Muhammad5 sudah

terpenuhi, yaitu :

1. Ada pihak-pihak

Pihak yang dimaksud adalah subyek perjanjian yang paling sedikit terdiri

dari dua orang atau badan hukum dan mempunyai wewenang untuk

melakukan perbuatan hukum berdasarkan undang-undang.

2. Ada persetujuan

Persetujuan dilakukan antara pihak-pihak yang bersifat tetap dan bukan

suatu perundingan.

3. Ada tujuan yang hendak dicapai.

Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan dari pihak kehendaknya tidak

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang.

4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan.

Hal itu dimaksudkan bahwa prestasi merupakan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh pihak-pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian.

5. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan.

Hal ini berarti bahwa perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau

tertulis. Hal ini sesuai ketentuan undang-undang yang menyebutkan

bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan

mengikat dan bukti yang kuat.

6. Ada syarat-syarat tertentu

5
Abdulkadir Muhamad, 1992, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bandung, hal.78.
Syarat menurut undang-undang, agar suatu perjanjian atau kontrak menjadi

sah.

Anda mungkin juga menyukai