Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh
Dosen Pembimbing
Prof. Veronica Komalawati,.S.H.,M.H
Dr. Supraba Sekarwati W, S.H.,C.N
A. Pengertian Perjanjian
perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 1
adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Ahli hukum lain mengemukakan
bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal yang menimbulkan perikatan berupa suatu rangkaian perkataan yang
B. Syarat-Syarat Perjanjian
Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan
oleh undang- undang, sehingga ia diakui oleh hukum (legally concluded contract).
Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, syarat- syarat sah perjanjian adalah
sebagai berikut :
(consensus)
1
Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, hal.1.
Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, seia sekata pihak-pihak mengenai
pokok perjanjian. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki
oleh pihak yang lainnya. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak
sudah dewasa, artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin
yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat
ditentukan.
Kata “causa” berasal dari bahasa Latin artinya “sebab”. Sebab adalah suatu
membuat perjanjian. Tetapi yang dimaksud dengan causa yang halal dalam
Pasal 1320 KUHPerdata itu bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau
yang mendorong orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam arti “isi
perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh
pihak-pihak.
Syarat pertama dan kedua Pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat Subjektif, karena
melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian. Jika syarat ini tidak
diancam pembatalan sebelum lampau waktu lima tahun (Pasal 1454 KUHPerdata).
Syarat ketiga dan keempat Pasal 1320 KUHPerdata disebut syarat Objektif, karena
mengenai sesuatu yang menjadi objek perjanjian. Jika syarat ini tidak dipenuhi,
Analisa :
Pengecatan Rumah Sakit sudah mencakup ke empat syarat sah perjanjian, untuk
syarat pertama dan kedua jelas terpenuhi karena adanya kesepakatan antara para
pihak tentang isi perjanjian yang akan dilaksanakan yaitu pengerjaan pengecatan dan
kata sepakat tidak disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya unsur paksaan, penipuan,
dan kekeliruan. Sedangkan syarat ketiga dan keempat juga terpenuhi mengenai objek
perjanjian yang sudah jelas dan dibuat oleh para pihak dimana tidak bertentangan
Sebagian besar dari peraruran hukum mengenai perjanjian bermuara dan mempunyai
dasar pada asas-asas hukum. Asas-asas hukum merupakan dasar atau pokok karena
bersifat fundamental. Lebih lanjut, asas-asas dikenal dalam hukum perjanjian klasik
adalah:
berisi apa pun asalkan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
undang-undang.
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:2
2. Asas Konsensualisme
Yaitu perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (konsensus) dari para
pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat dibuat secara bebas tidak terikat bentuk
tertentu dan perjanjian itu telah lahir pada detik tercapainya kata sepakat dari para
pihak. Dengan kata lain perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-
hal yang pokok dan tidaklah diharuskan adanya suatu formalitas tertentu (Subekti,
1985:15)
Asas pacta sunt servanda dipatuhi sebagai sebuah prinsip yang menetapkan bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.3
2
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perencanaan Kontrak, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 4.
3
Herlien Budiono, 2009, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hal.30-31.
4. Asas Kepribadian (Personalitas)
Asa kepribadian disimpulkan dari pasal 1315 KUH Perdata yang berbunyi “Pada
umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta
Perikatan hukum yang yang dilahirkan oleh suatu perjanjian harta mengikat orang-
orang yang membuat perjanjian itu dan tidak mengikat orang lain.
Pada janji ini, seseorang membuat suatu perjanjian yang isinya menjanjikan
b. Perjanjian Garansi
Seseorang membuat perjanjian dengan orang lain sebut saja A dan B. dalm
perjanjian ini, A menjanjikan bahwa orang lain C akan berbuat sesuatu dan A
kesusilaan.
maka perjanjian itu lahir pada saat diterimanya suatu penawaran (offerte). Pada
saat itulah yang dapat dianggap sebagai detik lahirnya kesepakatan. Karena
perjanjian sudah lahir maka tak dapat lagi ia ditarik kembali jika tidak seizin pihak
lawan. Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengakui asas kebebasan
berkontrak dengan menyatakan, bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah
mengikat para pihak sebagai undang-undang, demikian pula pada Perjanjian Kontrak
konsensus dari para pihak itu, maka kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat
dinyatakan seseorang dalam suatu hubungan menjadi hukum bagi kedua belah pihak.
Asas inilah yang menjadi kekuatan mengikatnya perjanjian. Ini bukan kewajiban
D. Unsur-Unsur Perjanjian
Apabila persyaratan perjanjian yang diuraikan di atas diamati maka dapat dilihat
Para ahli (Sudikno Martokusumo, Mariam Darus, Satrio) bersepakat bahwa unsur-unsur
a. Unsur Esensialia,
b. Unsur Naturalia,
c. Unsur Aksidentalia.
Unsur pertama lazim disebut dengan bagian inti perjanjian, unsur kedua dan ketiga
Unsur Esensialia adalah unsur yang mutlak harus ada untuk terjadinya perjanjian, agar
perjanjian itu sah dan ini merupakan syarat sahnya perjanjian. 4 Jadi keempat syarat
dalam Pasal 1320 KUHPerdata merupakan unsur esensialia. Dengan kata lain, sifat
(constructieve oordeel)
Unsur Naturalia adalah unsur yang lazim melekat pada perjanjian, yaitu unsur yang
sendirinya dianggap ada dalam perjanjian. Unsur ini merupakan sifat bawaan (natuur)
Unsur Aksidentalia artinya unsur yang harus dimuat atau dinyatakan secara tegas di
dalam perjanjian oleh para pihak. Misalnya, jika terjadi perselisihan, para pihak telah
Analisa :
suatu perjanjian atau bukan, memiliki akibat hukum atau tidak. Pada perjanjian
4
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung:Citra
Aditya, 2010, Hlm.67
dalam suatu perjanjian sesuai yang diuraikan oleh Abdulkadir Muhammad5 sudah
terpenuhi, yaitu :
1. Ada pihak-pihak
Pihak yang dimaksud adalah subyek perjanjian yang paling sedikit terdiri
dari dua orang atau badan hukum dan mempunyai wewenang untuk
2. Ada persetujuan
suatu perundingan.
Hal ini berarti bahwa perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau
5
Abdulkadir Muhamad, 1992, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bandung, hal.78.
Syarat menurut undang-undang, agar suatu perjanjian atau kontrak menjadi
sah.