Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tekanan darah adalah darah yang dihasilkan oleh tekanan terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Darah yang dipompa oleh jantung akan mengalir ke dalam pembuluh darah arteri.
Pada saat darah mengalir ke dalam arteri, arteri meregang namun karena sifatnya yang
elastisitas arteri akan kembali ke ukuran semula dan dengan demikian darah akan
mengalir ke daerah yang lebih distal. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung atau
cardiac output (CO) dikali total peripheral resistance (TPR). Curah jantung normal
adalah 5 liter/menit dan dipengaruhi oleh usia, posisi tubuh, olahraga, obat-obatan
2008, h. 26).
Ketika jantung kita berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada
kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju dan melalui arteri.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah. Ini disebut
tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung relaks di antara dua denyut nadi.
Ini disebut tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik per tekanan
Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seseorang yang
sedang ketakutan atau habis beraktivitas fisik berat akan memiliki tekanan darah yang
Ginjal memegang peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan darah, yang
singkatnya RAAS. Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang dan
setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin.
hati) menjadi Angiotensin I (AT I). Zat ini diubah oleh enzim ACE (Angiotensin
Converting Enzyme, yang disintesa antara lain di paru-paru) menjadi zat aktif
Angiotensin II. AT II ini antara lain berdaya vasokonstriktif kuat dan menstimulasi
sekresi hormon aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi garam dan air.
Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah naik lagi menjadi normal (Hoan dan
Di samping regulasi hormonal tersebut dangan RAAS, masih terdapat beberapa faktor
Gambar 2.1 Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) (Tjay H, Rahardja dan Kirana, 2007)
A. Hipotensi
Hipotensi (tekanan darah rendah) timbul akibat penurunan curah jantung, atau
penurunan resistensi perifer. Penurunan curah jantung terjadi pada penyakit Addison,
Miokarditis, Infark miokard, dan Perikarditis dengan efusi, tekanan darah rendah juga
pengaturan otonom pada sindroma Shy-Drager. Tekanan darah rendah adalah kurang
B. Normotensi
Normotensi (tekanan darah normal) adalah tingkatan sistolik dan diastolik darah
seseorang yang masih dalam batas normal yaitu 120/80 mmHg (Sallika 2010, h. 141).
C. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap.
Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan darah sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg (Tuti dan Susirah 2005, h.
5).
2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup
yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun). Namun, banyak orang
yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya
tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada
Hipertensi adalah kondisi jika dimana tekanan darah sistole 140 mmHg atau lebih
tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi merupakan
penyakit multifaktor. Secara prinsip terjadi akibat peningkatan curah jantung atau akibat
adrenegik, aktivasi berlebihan dari sistem RAAS atau karena peningkatan sensitivitas
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok
1) Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
3) Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4) Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler (J. Corwin
2009, h. 487).
diastolik (angka bawah) adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah saat jantung
mengisi darah kembali, atau disebut juga tekanan arteri di antara denyut jantung (Tuti
Tekanan sistolik/
Kategori Tekanan diastolik/ mmHg
mmHg
Normal < 130 <85 span="">
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi ringan 140-159 90-99
Hipertensi
160-179 100-109
sedang
Hipertensi berat 180-209 110-119
Hipertensi
>210 >120
sangat berat
(Sumber: Hidangan Sehat Untuk penderita Hipertensi, 2005)
2. Berdasarkan etiologinya
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalah penyakit hipertensi yang tidak langsung disebabkan oleh
penyebab yang telah diketahui. Dalam bahasa sederhana atau menurut istilah orang
awam adalah hipertensi yang penyebabnya tidak atau belum diketahui (Bangun 2003,
h.3).
Mereka yang menderita hipertensi primer, tidak menunjukkan gejala apa pun. Pada
kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari
B. Hipertensi sekunder
Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi dan
kebiasaan seseorang (Bangun 2003, h.4). Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui
pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama
mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada
pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal,
dijumpai paling sering pada individu muda, terutama perempuan. Penurunan pasokan
darah ginjal akan memicu produksi renin ipsilateral dan meningkatakan tekanan darah.
Keadaan ini perlu dicurigai jika hipertensi terjadi mendadak, secara umum sukar
diterapi tetapi kembali normal dengan penghambat ACE, jika berat atau meningkat, dan
hipokalemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan renin yang rendah
akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air. Biasanya disebabkan
adenoma jinak soliter atau hyperplasia adrenal bilateral. Diagnosis dibantu dengan
pemindaian tomografi computer (CT) atau pencitraan resonansi magnetik (MR), dan
4) Sindrom chusing disebabkan oleh hyperplasia adrenal bilateral yang disebabkan oleh
pertiga kasus, dan tumor adrenal primer pada sepertiga kasus. Perlu dicurigai jika
terdapat hipertensi bersama dengan obesitas, kulit tipis, kelemahan otot, dan
osteoporosis. Diagnosis diketahui dengan pemeriksaan kortisol urin 24 jam dan tes
6) Feokromositoma disebabkan oleh tumor sel kromafin asal neural yang mensekresikan
katekolamin, 90% berasal dari kelenjar adrenal. Kurang lebih 10% terjadi di tempat lain
dalam rantai simpatis, 10% dari tumor ini ganas, dan 10% adenoma adrenal adalah
takikardia, berkeringat, atau edema paru karena gagal jantung (Gray 2002, h.63).
pertama, lebih sering pada ibu muda, diperkirakan karena aliran uteroplasental yang
kurang baik dan umumnya terjadi pada trimester terakhir atau awal periode postpartum.
Terdapat proteinuria, peningkatan kadar urat serum, dan pada kasus yang berat
menyebabkan sindrom pre-eklamsia. Kelahiran akan mengakhiri hipertensi (Gray 2002,
h.63).
8) Akibat obat. Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah
pil kontrasepsi oral (OCP), dengan 5% perempuan mengalami hipertensi dalam 5 tahun
sejak memulai penggunaan. Perempuan usia lebih tua (>35 tahun) lebih mudah
terkena, begitu pula dengan perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama
hamil. Obat lain yang berkaitan dengan hipertensi termasuk siklosporin, eritropoietin,
Seseorang yang menderita hipertensi akan memilik penderitaan yang lebih berat
lagi jika semakin banyak faktor risiko yang menyertai. Hampir 90% penderita hipertensi
tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Para ahli membagi dua kelompok faktor
risiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor
Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain sebagai berikut:
a. Ras
Suku berkulit hitam berisiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di amerika, penderita
hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan penderita berkulit putih
b. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia
seseorang, risiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon (Sutomo 2009, h.20).
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31 tahun, sedangkan
pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause) (Dalimartha 2008, h.22).
c. Riwayat keluarga
Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang salah satu orang tuanya mengidap
hipertensi, memiliki risiko 25% menderita hipertensi juga. Apabila kedua orang tuanya
menderita hipertensi, 60% keturunanya menderita hipertensi juga (Sutomo 2009, h.20).
Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu
telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
d. Jenis kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan. Hal itu
seperti stress, kelelahan, dan pola makan yang tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada
a. Kegemukan
hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan
tubuh yang mengandung lemak lebih dari yang dibutuhkan untuk memelihara fungsi
Jika kita terlalu gemuk, pengurangan berat badan dapat menurunkan tekanan
darah sampai tingkatan tertentu. Dr. William B. Kannel, Kepala Bagian Pencegahan
Amerika Serikat, menyatakan bahwa kelebihan berat badan adalah salah satu
Diperkirakan sebanyak 70% kasus baru penyakit hipertensi adalah orang dewasa
yang berat badannya sedang bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan
seseorang bertambah, volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung
untuk memompa darah juga bertambah. Sering kali kenaikan volume darah dan beban
pada tubuh yang bertambah berhubungan dengan hipertensi, karena semakin besar
bebannya, semakin berat pula kerja jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh.
Kemungkinan lain adalah dari faktor produksi insulin, yakni suatu hormon yang
diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula dalam darah. Jika berat badan
bertambahnya natrium dalam tubuh, volume cairan dalam tubuh juga akan bertambah.
Semakin banyak cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan darah semakin tinggi
penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Akibatnya arteri menyempit dan perlu
tekanan lebih besar untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh (Sutomo 2009, h.21).
Faktor ini dipercaya para dokter sebagai faktor genetik. Glukosa hasil sintesa
makanan akan diangkut oleh darah ke seluruh tubuh lalu diubah menjadi sumber
energi. Agar glukosa bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh dibutuhkan insulin. Namun,
ada beberapa orang yang kurang mampu merespon insulin sehingga tubuh
mengatasi resistensi insulin. Kondisi ini akan mengarah ke diabetes tipe II. Inilah
kenyataan mengapa diabetes sangat berkaitan dengan hipertensi (Sutomo 2009, h.21).
Faktor ini merupakan salah satu langkah mengatasi faktor pertama dan kedua.
Apabila seseorang yang kurang aktivitas fisik (olahraga), frekuensi denyut jantung
menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi
d. Merokok
Hipertensi juga dapat dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang
penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat
h.23).
e. Sensitivitas natrium
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebihan dengan
Beberapa orang lebih sensitif terhadap natrium. Tubuh mereka akan menahan
natrium di dalam tubuh sehingga terjadi retensi air dan peningkatan tekanan darah.
Usia pun mempengaruhi kemampuan tubuh menahan natrium. Semakin tua umur
seseorang, maka tubuhnya semakin sensitif terhadap natrium (Sutomo 2009, h.21).
f. Kalium rendah
sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, natrium yang berlebihan di dalam tubuh tidak
Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol. Hubungan alkohol dan
meningkat dua kali lipat jika mengonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih (Sutomo 2009,
h.22).
h. Stres
Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stres datang, tetapi sifatnya hanya
sementara. Stres juga bisa memicu seseorang berperilaku buruk yang bisa
A. Komplikasi
Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi diantaranya sebagai berikut
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di
dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan
2) Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang
sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja
jantung secara umum. Tanda-tanda adanya komplikasi yaitu sesak nafas, nafas putus-
putus (pendek), dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki (Dalimartha
2008, h.13-15).
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang
ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah.
Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke dan kematian (Dalimartha 2008,
h.13-15).
4) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna
darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan daya permeabilitas dinding
yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan
B. Penyakit penyerta
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang juga sering diikuti
penyakit lain yang menyertai dan memperburuk kondisi organ penderita. Penyakit yang
sering kali menjadi penyerta dari penyakit hipertensi antara lain sebagai berikut.
Penyakit ini perlu segera ditangani sehingga kadar gula darah penderita terkontrol.
Hal itu dapat menjauhkan penderita dari komplikasi sehingga tidak memperberat
kerusakan organ yang ditimbulkan hipertensi selain kerusakan akibat diabetes itu
memanfaatkan maksimal insulin yang tersedia dalam darah sehingga glukosa darah
tidak dapat seluruhnya masuk ke jaringan tubuh. Keadaan ini banyak terjadi pada
hipertensi yang pada akhirnya dapat merusak lapisan pembuluh darah (endotelium)
darah. Oleh karena itu, metabolisme dalam tubuh yang terganggu dan naiknya tekanan
4) Rematik
Jenis penyakit rematik sangat beragam, bahkan mencapai lebih 100 jenis, dari
yang ringan sampai yang berat. Ada jenis yang merusak berbagai macam organ tubuh
5) Gout/Hiperurisemia/Asam urat
Gout dapat menyebabkan penyakit rematik, gout dipengaruhi oleh makanan yang
banyak mengandung purin, seperti hati, lompa, ginjal, jeroan, otak, sardine, jantung,
kerang, kacang tanah, kedelai, bayam, buncis, dan kembang kol (Dalimartha 2008,
h.13-15).
Purin dalam bahan makanan oleh tubuh akan dimetabolisme menjadi asam urat.
Serangan rematik gout terjadi akibat konsentrasi asam urat di dalam darah meninggi
atau disebut juga hiperurisemia. Gout dapat merusak organ tubuh misalnya penurunan
fungsi ginjal, memicu perlekatan trombosit pada pembuluh darah, dan mengendap pada
darah, termasuk pembuluh darah jantung. Komplikasi hipertensi akan bertambah parah
1) Riwayat Hipertensi orang tuanya (faktor genetik). Hal itu penting mengingat 70-80%
2) Pengobatan yang sedang dijalaninya pada saat itu. Ada beberapa obat-obatan yang
penyakit ginjal, serta faktor risiko terjadinya hipertensi, misalnya rokok, alkohol, stres,
data berat badan juga perlu diberitahukan ke dokter (Dalimartha 2008, h.20).
cukup, minimal setelah 5 menit berbaring. Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring,
duduk, dan berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan dengan interval waktu antara 5-10
2.2.7 Pencegahan
natrium tinggi seperti ikan asin, serta makanan yang diawetkan dan mengandung zat
monosodium glutamate, seperti ikan sarden, daging kalengan, sayur kalengan, serta jus
Natrium dapat menyebabkan penumpukan cairan tubuh yang pada banyak orang
berlemak, daging kambing, susu full cream, dan kuning telur. Menghindari
pengkonsumsian daging kambing, buah durian, serta minuman berkafein seperti kopi
3) Obesitas
Menurunkan kelebihan berat badan karena orang gemuk lebih beresiko terkena
Olahraga seperti lari, aerobik, atau bersepeda yang dilakukan secara teratur dapat
membantu menurunkan tekanan darah. Keadaan ini dapat dilakukan apabila mendapat
izin atau nasehat dari dokter. Karena aerobik membutuhkan tenaga yang tidak sedikit.
Untuk penderita yang sudah berumur, atau 45 tahun ke atas biasanya dianjurkan jalan
pagi 30-45 menit, 3-4 kali per minggu, dilakukan secara teratur (Utami 2009, h.12-14).
7) Stres
Mengendalikan stres dengan melakukan latihan relaksasi seperti meditasi dan yoga
8) Memeriksa tekanan darah secara periodik. Apalagi, jika memang memiliki riwayat
keturunan hipertensi, harus lebih waspada akan terkena hipertensi pada usia muda.
Untuk itu, pemeriksaan setiap bulan sekali sangat dianjurkan, atau sewaktu-waktu jika
terjadi keadaan yang tidak sewajarnya, misalnya pusing atau gejala-gejala sakit yang
3) Memperkirakan prognosis,
1) Panel evaluasi awal hipertensi yang dilakukan segera setelah didiagnosis hipertensi
2) Panel hidup sehat dengan hipertensi yang meliputi panel dasar (pemeriksaan berguna
untuk memantau keberhasilan terapi) dan panel lanjut (pemeriksaan untuk deteksi dini
1. Bloker beta
Seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung dan tekanan darah
dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal adregenik. Efek samping bloker beta
2. Diuretik
Diuretik dan diuretic tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif (Patrick 2005,
h.139).
Vasodilator yang menurunkan tekanan darah. Efek samping: muka merah, edema
pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin) (Patrick 2005, h.139).
4. Inhibitor enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzyme[ACE])
Bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskuler, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping di antaranya
kurang komprehensif. Efeknya dalam fungsi ginjal pada hipertensi renovaskular sama
6. Antagonis
7. Obat-obatan lain
Misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa, atau moksonidin yang lebih
Gangguan vaskular ginjal adalah suatu kelainan yang terjadi pada pembuluh arteri
ginjal yang disebabkan oleh hipertensi dan juga sebaliknya (Mary 2008, h.51).
Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada
Gangguan vaskular tersebut dapat meliputi stenosis arteri ginjal, yaitu penyempitan
pembuluh arteri yang menyuplai darah ke ginjal. Penyempitan dapat disebabkan oleh
aneurisma, trombosis, dan emboli. Akibat suplai darah ke ginjal mengalami penurunan,
maka perfusi ginjal yang tidak cukup menyebakan peningkatan sekresi renin dan sistem
Apabila tidak ditangani, hal ini akan menambah perubahan patologis pada kedua ginjal.
Sekitar 5% dari semua kasus hipertensi disebabkan oleh stenosis arteri ginjal (Mary
2008, h.51).
nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri ginjal, arteriola, dan glomeruli. Hipertensi
merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir. Sekitar 10% individu
pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit ginjal tahap akhir (Mary 2008,
h.52).
Pada nefrosklerosis benigna, pembuluh darah arteri ginjal tampak tebal, lumen
menyempit, dan ada kapiler glomerular yang sklerotik dan kempis. Perubahan vaskular
ini dapat menyebabkan suplai darah ke ginjal berkurang. Tubulus ginjal juga mengalami
atrofi. Pada nefrosklerosis benigna, tanda dan gejalanya juga ringan seperti proteinuria.
Nokturia dapat terjadi karena kemampuan tubula untuk mengonsentrasi urine juga
berkurang. Walaupun insufisiensi ginjal yang terjadi ringan, pasien ini memiliki risiko
arteriola, kapiler glomerular, serta atrofi tubula yang tersebar. Selain itu, terjadi
Nefrosklerosis maligna adalah kondisi kedaruratan medis. Tekanan darah yang tinggi
harus diturunkan untuk menghindari kerusakan ginjal yang permanen dan kerusakan
organ tubuh yang vital, misalnya otak dan jantung. Tanda dan gejalanya sama dengan
2.4.1 Kreatinin
Merupakan produk akhir metabolisme keratin otot dan keratin fosfat (protein),
diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin.
Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan
penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker,
konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan
kadar kreatinin yaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin, aminoglikosid, dan lain-
pertama pembentukan kreatinin, yang terjadi di ginjal, glisin bergabung dengan arginin
untuk membentuk guanidinoasetat. Dalam reaksi ini, gugus guanidium pada arginin
(gugus yang juga membentuk urea), dipindahkan ke glisin, dan molekul arginin sisanya
S-adenosilmetionin (SAM) untuk membentuk keratin (Gambar 2.2) (Dawn 2000, h.610).
Keratin mengalir melalui darah menuju ke jaringan lain, terutama otot dan otak,
tempat zat ini bereaksi dengan ATP untuk membentuk keratin fosfat yang berenergi
tinggi. Reaksi ini yang dikatalisis oleh keratin fosfokinase (CK, juga disingkat sebagai
CPK), bersifat reversible. Dengan demikian, sel dapat menggunakan keratin fosfat
Keratin fosfat, yang berfungsi sebagai simpanan fosfat berenergi tinggi (dalam
jumlah kecil) yang cepat menghasilkan ATP dari ADP, berperan penting dalam otot
yang berkontraksi. Senyawa ini juga membawa fosfat berenergi tinggi dari mitokondria,
tempat pembentukan ATP, ke filament myosin, tempat ATP digunakan untuk kontraksi
Kreatin fosfat adalah senyawa yang tidak stabil. Kreatin fosfat membentuk struktur
cincin secara spontan menjadi kreatinin (Gambar 2.2). Kreatinin tidak dapat dimetabolis
lebih lanjut. Senyawa ini diekskresikan melalui urin. Pada individu dengan diet terbatas,
ekskresi kreatinin mencerminkan hilangnya senyawa yang menyediakan gugus metal
Penentuan kreatinin dalam urine dan serum dapat dilakukan dengan menggunakan
panjang gelombang 555 nm. Metode enzimatis ini memberikan hasil yang selektif
walaupun memerlukan waktu analisis yang lama, dan sensitivitasnya kurang baik
karena kreatinin dideteksi secara tidak langsung berdasarkan jumlah ammonia yang
Reaksi Jaffe merupakan metode yang paling popular untuk penentuan kreatinin
dalam urin dan serum. Dalam metode ini, kreatinin direaksikan dengan asam pikrat
pada suasana basa yang membentuk senyawa berwarna merah-orange dan dideteksi
h.158).
kerusakan organ sasaran (untuk mendeteksi penyakit ginjal primer) serta memberikan
darahnya berada pada tingkat perbatasan. Informasi ini mempengaruhi prognosis dan
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Provinsi Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur : Surabaya.
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan fisiologis dan Patologis. Salemba
Medika : Jakarta.
Huliana, Mellyna. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Puspa Swara : Jakarta
Lintang, Sari, Letta, 2003. Gambaran Fraksi Protein pada Preeklamsia dan Hamil Normotif di
RSUP. H. Adam Malik- RSUD. Dr. Pirngadi Medan, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Nurkhanifah, Dian., 2013. “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas Normal pada Ny.
R di BPS Ny. E desa Kagok Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal 2013”,Karya Tulis Ilmiah STIkes Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal.
Nursalam., 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian dalam Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson., 1995. Patofisiologi, buku 2 edisi ke-4. EGC : Jakarta.
Saifuddin Bari Abdul., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, edisi pertama cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba Medika : Jakarta.
Wahab, Samik. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 3, Edisi 15. EGC : Jakarta.
Yulaikhah, Lily., 2006. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta