EVAPORASI
Kelompok 7-R
Anggota Kelompok:
Jessica Zivani Wahono (1506673252)
Meisy Radhista (1506673271)
Samuel Pangeran (1506746166)
Samson Patar Sipangkar (1506723774)
ii
Universitas Indonesia
4.1.1.2. Konversi Data Sirkulasi Alami ................................................... 12
4.1.2. Sirkulasi Paksa ................................................................................. 13
4.1.2.1. Data Pengamatan Sirkulasi Paksa .............................................. 13
4.1.2.2. Konversi Data Sirkulasi Paksa ................................................... 14
4.2. Pengolahan Data ............................................................................... 15
4.2.1. Tujuan 1: Mengamati perubahan variasi tekanan sistem terhadap laju
evaporasi air ..................................................................................... 15
4.2.1.1. Konveksi Alami .......................................................................... 15
4.2.1.2. Konveksi Paksa .......................................................................... 18
4.2.2. Tujuan 2: Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi dengan Perbedaan
Suhu.................................................................................................. 20
4.2.3. Tujuan 3: Membandingkan Keekonomisan ..................................... 22
4.2.4. Tujuan 4: Menghitung Neraca Energi .............................................. 23
BAB 5 ................................................................................................................... 27
ANALISIS ............................................................................................................ 27
5.1. Analisis Percobaan ........................................................................... 27
5.2. Analisis Perhitungan dan Hasil ........................................................ 27
5.2.1. Mengamati Pengaruh Variasi Laju Evaporasi terhadap Tekanan
Sistem ............................................................................................... 27
5.2.2. Variasi Laju Sirkulasi dengan Perbedaan Temperatur ..................... 29
5.2.3. Perbandingan keekonomisan sirkulasi alami dan sirkulasi paksa .... 29
5.2.4. Perhitungan neraca energi untuk sirkulasi alami dan paksa ............. 31
5.3. Analisis Kesalahan ........................................................................... 31
BAB 6 ................................................................................................................... 32
KESIMPULAN .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
iii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
1
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Universitas Indonesia
untuk mendapatkan larutan yang lebih pekat namun dapat juga langsung diambil
atau dipindahkan bila telah mencapai konsentrasi yang diinginkan.
Evaporator sebagai suatu sistem peralatan umumnya terdiri dari empat
bagian. Bagian pemanasan berisi media pemanas. Uap diumpankan di bagian ini.
Medium yang paling umum digunakan terdiri dari parallel tube tetapi ada pula yang
berbentuk pelat atau coil. Bagian berikutnya yaitu bagian pemekatan dan bagian
separasi yang akan memindahkan uap yang dihasilkan dari larutan . Bagian
berikutnya yaitu bagian pengembunan / kondensasi yang akan mengembunkan uap
yang terpisah. Selanjutnya pompa akan memberikan tekanan untuk meningkatkan
sirkulasi.
5
Universitas Indonesia
q = laju perpindahan kalor
6
Universitas Indonesia
uap mengalir melalui saluran yang terbentuk di antara pelat . Uap secara bergantian
akan mendaki dan jatuh secara paralel terhadap larutan yang akan dikonsentratkan.
Konsentrat dan uap akan diumpankan ke tahapan separasi dimana uap akan dikirim
ke kondenser. Plate evaporator umumnya diaplikasikan pada industri susu dan
fermentasi karena fleksibilitas tempatnya. Hal negatif dari jenis ini yaitu
terbatasnya kemampuan evaporator untuk larutan yang kental dan mengandung
solid
2.5.4. Multiple Effect Evaporator
Tidak seperti evaporator tahap tunggal, evaporator jenis ini dapat terdiri
atas lebih dari tujuh efek evaporator . Konsumsi energi untuk evaporator efek
tunggal sangatlah tinggi dan menghasilkan biaya tertinggi pada sistem evaporasi.
Penempatan evaporator secara bersamaan akan menghemat kalor dan
membutuhkan energi yang lebih sedikit. Penambahan satu evaporator dapat
menurunkan konsumsi energi hingga 50%. Penambahan dua evaporator dapat
menurunkan hingga 33% demikian seterusnya. Persamaan penghematan panas ini
juga dapat digunakan untuk mengestimasi berapa banyak yang bisa dihemat dengan
penambahan sejumlah efek tertentu. Jumlah efek pada multiple effect evaporator
biasanya dibatasi sampai tujuh karena bila lebih dari tujuh biaya yang dikeluarkan
akan tidak sebanding dengan energi yang bisa dihemat.
2.5.5. Analisis Keekonomisan
Kemampuan evaporator dikisarkan berdasarkan keekonomisan yang
dimilikinya. Hal ini didefinisikan sebagai banyaknya kilogram zat terlarut yang
terevaporasi per kilogram uap yang digunakan
Keekonomisan (Ec) dari sebuah evaporator dirumuskan dengan persamaan:
WE
EC = QC
dengan:
WE = air yang terevaporasi, kg
QC = uap yang terkondensasi dalam proses evaporasi air, kg
Apabila feed memasuki evaporator pada titik didihnya, dan tidak ada panas
yang terbuang, maka tiap 1 kg uap yang terkondensasi akan menguapkan 1 kg air
dan keekonomisannya, EC = 1. Pada kenyataanya, bagaimanapunsejumlah panas
akan dilepaskan ke lingkungan sehingga sejumlah tambahan uap, QL akan
terkondensasi. Selanjutnya Ec akan dirumuskan menjadi:
WE WE
EC = Q =
C +QL Q
Dan karena WE=QC maka,
WE 1
EC = W = QL
E +QL 1+
WE
7
Universitas Indonesia
terkondensasi dengan adanya kehilangan panas, QL, akan konstan. Sebagai
hasilnya, keekonomisannya, EC, akan lebih besar untuk sirkulasi paksa
dibandingkan sirkulasi alami.
8
Universitas Indonesia
BAB 3
PROSEDUR PERCOBAAN
9
Universitas Indonesia
3.4. Sirkulasi Alamiah
Mengikuti prosedur pendahuluan dan start-up seperti di atas.
Membuka V7 dan menyesuaikan C4 dan C5 sehingga menghasilkan laju
resirkulasi yang diinginkan pada F3.
3.5. Sirkulasi Paksa
Mengikuti prosedur pendahuluan dan start-up seperti di atas.
Membuka V7 dan menyesuaikan C4 dan C5 sehingga menghasilkan laju
resirkulasi yang diinginkan pada F
3.6. Prosedur Pengaturan Variabel
1. Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 10 L/hr; F1 = 40 x F2; F3 = 5 L/hr
2. Mencatat nilai L1; L2 dan L3, T3; T5; T7; dan T8, P2 serta jumlah
uap yang terkondensasi
3. Mengulangi prosedur di atas untuk sirkulasi alamiah dan sirkulasi
paksa, untuk P1=0, 100, dan 200 mmHg. Data diambil setiap 2
menit.
3.7. Percobaan yang Diujikan
3.7.1. Pengaruh Laju Evaporasi dengan Variasi Perbedaan Suhu Sistem
dengan Uap.
1. Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40 x F2; F3 = 5 lt/hr
2. Mencatat L2, T7, P2 setiap 2 menit, termasuk t = 0 menit
3. Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200
mmHg
3.7.2. Membandingkan Keekonomisan untuk Sirkulasi Alamiah dan Paksa
1. Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40 x F2
2. Mencatat L2, T7, P2, F3 setiap 2 menit, termasuk t = 0 menit
3. Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200
mmHg
3.7.3. Menghitung Neraca Energi Evaporator untuk Sirkulasi Alami dan
Paksa
1. Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40xF2; F3 = 5 lt/hr
2. Mencatat P2, L1, L2, L3, T3, T5, T8, setiap 2 menit, termasuk t = 0
menit
3. Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200
mmHg
10
Universitas Indonesia
BAB 4
PENGOLAHAN DATA
11
Universitas Indonesia
4.1.1.2. Konversi Data Sirkulasi Alami
Table 4.2. Data Konversi Sirkulasi Alami
Qc
P1 t L1 L2 L3 T3 T5 T7 T8 P2
(ml/
(kPa) (s) (m) (m) (m) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (kPa)
menit)
12
Universitas Indonesia
4.1.2. Sirkulasi Paksa
4.1.2.1. Data Pengamatan Sirkulasi Paksa
Table 4.3. Data Pengamatan Sirkulasi Paksa
P1 t L1 L2 L3 T3 T5 T7 T8 P2 Qc
(mmHg) (s) (m) (m) (m) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (lb/in2) (ml)
13
Universitas Indonesia
4.1.2.2. Konversi Data Sirkulasi Paksa
Table 4.4. Data Konversi Sirkulasi Paksa
Qc
P1 t L1 L2 L3 T3 T5 T7 T8 P2
(ml/
(kPa) (s) (m) (m) (m) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (kPa)
menit)
14
Universitas Indonesia
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Tujuan 1: Mengamati perubahan variasi tekanan sistem terhadap laju
evaporasi air
Langkah Pengolahan Data:
1. Menghitung tekanan steam rata-rata (P2) dan mencari suhu steam (Ts) pada
tekanan tersebut dengan menggunakan steam table.
2. Menghitung perbedaan suhu ∆Ts dengan menggunakan persamaan dan
melakukan perhitungan rata-rata ∆Ts
∆𝑇𝑆 = 𝑇𝑆 − 𝑇7
3. Membuat grafik yang menghubungkan level tangki kondensat (𝐿2) di
sumbu- y terhadap waktu (t) di sumbu-x. Kemudian menentukan slope (𝑆2)
dari grafik yang terbentuk.
4. Menghitung laju penguapan rata-rata (E) untuk setiap nilai tekanan dengan
menggunakan persamaan:
𝐸 = 60. 𝑆. 𝐶2
di mana (𝐶2) adalah faktor kalibrasi untuk tangki kondensat, yaitu sebesar
17.6 kg/m.
5. Membuat grafik yang menghubungkan laju penguapan rata-rata (E) di
sumbu-y terhadap tekanan sistem (𝑃1) di sumbu-x.
6. Melakukan langkah penghitungan di atas untuk variasi tekanan 100 mmHg
dan 200 mmHg pada percobaan sirkulasi alamiah dan sirkulasi paksa.
Berikut ini adalah steam tables yang dapat digunakan dalam pencarian
suhu steam masing-masing tekanan sistem (P1).
Tabel _. Hasil Pengolahan Data Konveksi Alami pada Tekanan 100 mmHg
Qc
P1 P2 L2 T7 Ts ΔTe
t (s) (mL/min Qc rata-rata
(kPa) (kPa) (m) (°C) (°C) (°C)
)
16
Universitas Indonesia
T sat (°C) 80.3343
Tabel _. Hasil Pengolahan Data Konveksi Alami pada Tekanan 200 mmHg
Qc
P1 P2 L2 T7 Ts ΔTe
t (s) (mL/min Qc rata-rata
(kPa) (kPa) (m) (°C) (°C) (°C)
)
Berikut adalah grafik L2 vs waktu sesuai yang disebutkan pada tahap pengolahan
data.
0.06
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700
t (sekon)
17
Universitas Indonesia
4.2.1.2. Konveksi Paksa
Tabel _. Hasil Pengolahan Data Konveksi Paksa pada Tekanan 100 mmHg
Qc
P1 P2 L2 T7 Ts ΔTe
t (s) (mL/min Qc rata-rata
(kPa) (kPa) (m) (°C) (°C) (°C)
)
18
Universitas Indonesia
Tabel _. Hasil Pengolahan Data Konveksi Paksa pada Tekanan 200 mmHg
Qc
P1 P2 L2 T7 Ts ΔTe
t (s) (mL/min Qc rata-rata
(kPa) (kPa) (m) (°C) (°C) (°C)
)
0 0.50 104 72.32 -31.68 0
120 0.58 104 0.00 - 150
104.00
240 0.64 105 0.00 - 110
105.00
26.66 34.47 360 0.73 104 0.00 - 120 95
104.00
480 0.79 105 0.00 - 120
105.00
600 0.85 104 0.00 - 70
104.00
0.06
0.04
0.02
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700
t (sekon)
200 mmHg 100 mmHg 0 mmHg
Linear (200 mmHg) Linear (200 mmHg) Linear (100 mmHg)
Linear (100 mmHg) Linear (100 mmHg) Linear (0 mmHg)
19
Universitas Indonesia
Sehingga dapat diplot grafik pengaruh tekanan terhadap laju evaporasi
sebagai berikut.
0.9
0.8
E (kg/s)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
P1 (kPa)
4.2.2. Tujuan 2: Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi dengan Perbedaan Suhu
Langkah Pengolahan Data:
1. Menghitung tekanan steam rata-rata (𝑃2 ) dan mencari suhu steam (𝑇𝑆 )
pada tekanan tersebut dengan menggunakan steam table.
2. Menghitung titik didih (𝑇7 ) rata-rata.
3. Menghitung perbedaan temperatur steam dengan titik didih rata-rata
dengan menggunakan persamaan:
∆𝑇𝑆 = 𝑇𝑆 − 𝑇7,𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒
4. Menghitung laju alir feed rata-rata dan laju sirkulasi (𝐹2 dan 𝐹3 ).
5. Menghitung rasio sirkulasi R dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐹3
𝑅=
𝐹2
6. Memplot grafik yang menghubungkan level kondensat (𝐿2 ) sebagai
sumbu-y dengan waktu (t) sebagai sumbu-x. Lalu menentukan slope (𝑆2 )
dari grafik yang terbentuk tersebut.
7. Menghitung laju penguapan rata-rata (E) dengan menggunakan
persamaan berikut ini:
𝐸 = 60. 𝑆. 𝐶2
dengan nilai 𝐶2 adalah faktor kalibrasi untuk tangki kondensat, yaitu
sebesar 17,6 kg/m.
8. Memplot grafik yang menghubungkan log laju penguapan rata-rata (log E)
20
Universitas Indonesia
sebagai sumbu-y terhadap log suhu (log T) sebagai sumbu-x.
9. Melakukan langkah-langkah di atas untuk variasi tekanan 0 mmHg, 100
mmHg, dan 200 mmHg pada percobaan sirkulasi alamiah dan sirkulasi
paksa.
Hasil Perhitungan
Perhitungan feed rata-rata dan laju sirkulasi telah ditetapkan bahwa nilai
keduanya berlangsung secara konstan, yaitu:
𝐹3 = 28 𝑙𝑡/ℎ𝑟
𝐹2 = 10 𝑙𝑡/ℎ𝑟
maka,
𝐹3 28
𝑅= = = 2.8
𝐹2 10
21
Universitas Indonesia
Grafik Hubungan log E terhadap log ΔT
0.2
0
-0.2
y = 83.987x - 164.97
-0.4 R² = 0.5793
log E
-0.6
-0.8 y = -0.404x - 0.5476
R² = 0.7335
-1
-1.2
-1.4
0 0.5 1 1.5 2 2.5
log ΔT
22
Universitas Indonesia
Konveksi Alami Konveksi Paksa
P1
𝒅𝑳𝟐 𝑾𝑬 𝑸𝒄 𝒅𝑳𝟐 𝑾𝑬 𝑸𝒄
(kPa) Ec Ec
(m) (kg) (kg) (m) (kg) (kg)
0.00 0.06 0.968 0.106 9.146 0.04 0.686 0.102 6.751
6
Ec
4
y = -0.01x + 4.5455
2
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
P1 (kPa)
23
Universitas Indonesia
dimana 𝐶1, 𝐶2, 𝐶3adalah konstanta kalibrasi masing-masing tangki, yaitu
sebesar 110 kg/m, 17.6 kg/m, dan 17.6 kg/m.
4. Menghitung neraca massa dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑊𝐹 = 𝑊𝐸 + 𝑊𝐶
Menghitung neraca energi dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑊𝐹. ℎ𝐹 + 𝑄. 𝐻𝑆 = 𝑊𝐸. ℎ𝐸 + 𝑊𝐶. ℎ𝐶 + 𝑄. ℎ𝑆
dimana:
𝑊𝐹 = massa air masukan ke evaporator (kg)
𝑊𝐸 = massa air terevaporasi (kg)
𝑊𝐶 = massa air konsentrat (kg)
𝑄 = massa steam terkondensasi (kg)
ℎ𝐹 = entalpi umpan pada 𝑇5 (kJ/kg)
ℎ𝐸 = entalpi uap air keluar dari evaporator 𝑇3(kJ/kg)
ℎ𝐶 = entalpi konsentrat pada 𝑇8 (kJ/kg)
𝐻𝑆 = entalpi steam masuk jaket evaporator pada P2 (kJ/kg)
ℎ𝑆 = entalpi kondensat keluar dari jaket evaporator (kJ/kg)
5. Menghitung kesalahan relatif dari neraca massa dengan menggunakan
persamaan berikut:
Hasil Perhitungan :
Sirkulasi Alami
P1 P2 T3 T5 T8 HE Hf hC HS hS Q
(kPa) (kPa) (°C) (°C) (°C) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kg)
0.00 62.05 102.17 70.50 42.50 2678.98 295.16 177.98 2654.58 363.54 0.1058
13.33 48.26 103.50 71.67 37.50 2681.06 300.07 157.08 2643.75 336.85 0.1
26.66 34.47 103.50 72.00 37.00 2681.06 301.45 157.08 2630.06 302.80 0.11
24
Universitas Indonesia
Sirkulasi Paksa
HE Hf hC HS hS Q
P1 P2 T3 T5 T8
(kPa) (kPa) (°C) (°C) (°C) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kg)
0.00 62.05 103.50 73.17 79.83 2681.06 306.36 334.30 2654.58 363.54 0.102
13.33 48.26 103.67 73.83 79.83 2681.32 309.12 334.30 2643.75 336.85 0.103
26.66 34.47 103.67 74.50 79.83 2681.32 311.79 334.30 2630.06 302.80 0.095
Langkah kedua adalah menghitung massa air umpan, air di tanki kondensat
dan konsentrat (WF, WE, WC). Dari data didapat nilai masing-masing untuk setiap
tekanan adalah:
Sirkulasi Alami
Sirkulasi Paksa
Langkah ketiga ialah menghitung kesalahan relatif untuk mass balance dan energy
balance.
25
Universitas Indonesia
Konveksi Alami
Neraca Massa Neraca Energi
P1 sistem (mmHg)
KR % KR KR % KR
0 0.12 12.00 0.44 44.00
Konveksi Paksa
Neraca Massa Neraca Energi
P1 sistem (mmHg)
KR % KR KR % KR
0 0.3493 34.93 0.0309 6.48
26
Universitas Indonesia
BAB 5
ANALISIS
Pengambilan data percobaan dilakukan pada dua kondisi aliran, yaitu pengambilan
data aliran alami dan aliran paksa. Pada percobaan aliran alami, valve C5 dibuka
dan disesuaikan bukaannya untuk mendapatkan maksimum steady recirculation
rate, yang dapat dibaca pada F3. Sedangkan untuk aliran paksa, prosedurnya sama
dengan aliran alami namun valve V7 dibuka lalu valve C4 dan C5 disesuaikan
bukaannya untuk dapat menghasilkan laju alir aliran yang diinginkan pada
flowmeter.
Data-data yang diambil adalah P1, P2, F2, F3, L1, L2, L3, T3, T5, T7, T8, t serta
Qc. Pengambilan data didasarkan pada variasi nilai P1, yaitu 0 mmHg, 100 mmHg,
dan 200 mmHg. Data-data diatas diambil setiap 2 menit sekali. Untuk satu kali
percobaan dengan satu variasi P1 diambil data sebanyak 6 kali, yaitu pada saat t =
0 menit hingga t = 10 menit.
27
Universitas Indonesia
Grafik Hubungan L2 terhadap Waktu
0.12
y = 9E-05x + 0.0494
0.10
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700
t (sekon)
0.06
0.04
0.02
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700
t (sekon)
200 mmHg 100 mmHg 0 mmHg
Linear (200 mmHg) Linear (200 mmHg) Linear (100 mmHg)
Linear (100 mmHg) Linear (100 mmHg) Linear (0 mmHg)
0.2
0
-0.2 y = 83.987x - 164.97
R² = 0.5793
-0.4
log E
-0.6
-0.8 y = -0.404x - 0.5476
-1 R² = 0.7335
-1.2
-1.4
0 0.15 0.3 0.45 0.6 0.75 0.9 1.05 1.2 1.35 1.5 1.65 1.8 1.95 2.1
log ΔTe
Pada grafik terlihat bahwa konveksi alami memiliki nilai log yang lebih
besar. Secara teoritis, akan lebih besar laju evaporasi pada sirkulasi paksa karena
sirkulasi paksa memberikan asupan kalor tambahan pada sistem melalui sirkulasi
cairan jenuh (konsentrat) yang merupakan hasil pemisahan dari uap dari kolom
evaporasi. Sirkulasi ini memiliki suhu yang lebih tinggi daripada feed. Dengan
kalor yang dibawa oleh sirkulasi tersebut, evaporasi akan semakin cepat.
6
Ec
4
y = -0.01x + 4.5455
2
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
P1 (kPa)
30
Universitas Indonesia
yang semakin besar dan perpindahan panas yang lebih baik yang terjadi pada
evaporator.
31
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN
32
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
33
Universitas Indonesia