DI AJUKAN OLEH :
Mahasiswa, Mahasiswa,
Menyetujui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan, Koordinator Kerja Praktik,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karuniaNya penyusun masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani,
Praktik (KP) adalah salah satu dari matakuliah wajib dengan bobot 2 sks yang
Teknik Universitas Palangka Raya sebagai salah satu syarat untuk mengambil
kemampuan yang dimiliki oleh penyusun. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk penulisan berikutnya.
Penyusun
I. JUDUL
PENGAMATAN TEKNIK PEKERJAAN PELEDAKAN DALAM
KEGIATAN PERTAMBANGAN DI PT. BORNEO INDOBARA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
II. PENDAHULUAN
2.1 KONSEP DASAR PELEDAKAN
Kegiatan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan yakni:
a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan
induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan
c. Membuat rekahan
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat
pembongkar batuan dalam industri pertambangan. Oleh karena itu perlu
dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, disamping juga merupakan
barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan
peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik
yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan guna mencapai pekerjaan
peledakan yang optimum:
a. Karakteristik batuan yang diledakkan
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan
c. Teknik dan metode yang diterapkan
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat
lubang tembak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak; dengan
penerapan metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan
peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
III. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan yang
melipah ruah baik itu berupa hasil hutanmaupun hasil tambang yang berupa
bijih, minyak bumi maupun mineral yang salah satunya adalah batubara.
Batubara merupakan bahan galian yang sangat penting sebagai bahan bakar
alternatif setelah minyak bumi. Mengingat yang semakin menipisnya
cadangan minyak bumi, maka sejak tahun 1980 pemerintah mencanangkan
penggunaan batubara secara optimal sebagai sumber energy untuk keperluan
industri dan rumah tangga sebagai pengganti minyak bumi, sehingga
disamping menjadi energi alternatif pengganti minyak bumi maka dengan
adanya penambangan batubara diharapkan dapat menambah devisa bagi
negara dan juga menambah pendapatan asli daerah. Maka saat ini banyak
bermunculan pengusaha-pengusaha swasta maupun pengusaha asing yang
menambhkan modalnya untuk kegiatan baik eksplorasi maupun ekploitasi
dalam bidang pertambangan batubara diwilayah negara Indonesia.
Indonesia sendiri memiliki cadangan batubara yang cukup besar terutama
yang terdapat di Kalimantan Timur, sehingga dengan adanya cadangan
batubara yang cukup besar tersebut Idonesia yang besar. Di Kalimantan
Timur ini banyak dijumpai perusahaan pertambangan yang mengusahakan
dan memanfaatkan batubara untuk memenuhi kebutuhan para domestik
maupun kebutuhan manca negara (komoditas ekspor), tapi mengingat
batubara adalah sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui mak batubara
tersebut dimanfaatkan secara efektif dan efisien sehingga mampu member
keuntungan yang maksimal.
PT. BORNEO INDOBARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
adalah salah satu perusahaan produsen batubara di Indonesia dimana
perusahaan ini menerapakan system tambang terbuka dengan metode open
pit. Kegiatan utama pada tahapan penambangan tersebut terdiri dari
pengupasan lapisan tanah penutup, pembongkaran dengan peledakan.
Pemuatan dan pengangkuatan dari lokasi penambangan ke lokasi
pengumpulan (stock pile).
Salah satu kegiatan penambangan adalah pengupasan lapisan tanah penutup
dengan cara pemboran dan peledakan. Dalam pekerjaannya, peledakan
merupakan metode yang dominan dalam penggalian batuan dan batubara.
Masalah yang sering timbul pada penambangan adalah tidak diperolehnya
geometris atau perhitungan yang tepat dalam kegiatan peledakan tersebut. Hal
ini menyebabkan kgiatan pembongkaran dengan peledakan tidak ekonomis
lagi. Dan biasanya masalah ini terjadi karena cara pembongkaran yang tidak
sesuai dengan pola pemboran dan peledakan yang dianjurkan dalam hal ini
dapat juga karena factor pengisian bahan peledak.
Dengan perencanaan yang baik yang mencakup pemilihan alat bor yang
tepat, penentuan geometri peledakan, pola pemboran, pola peledakan dan
pemilihan bahan pledak serta pelaksanaan dilapangan yang sesuai dengan
prosedur dan pengawasan yang bertanggung jawab akan sangat menentukan
keberhasilan proses pembongkaran sehingga akan diperoleh ukuran boulder
atau fragmentasi yang dibutuhkan.
V. MANFAAT
Diharapkan hasil penyusunan laporan kerja praktik dengan judul
“Pengamatan Teknik Pekerjaan Peledakan Dalam Kegiatan Penambangan di
PT. Borneo Indobara Provinsi Kalimantan Selatan” dapat menjadi bahan
referensi bagi pembaca terutama penyusun sebagai syarat dalam penyusunan
tugas akhir.
Lubang ledak
Bidang Bebas
Batas bidang bebas
Gambar 1.1 Proses pecah batuan pada peledakan
9.2 POLA PEMBORAN DAN POLA PELEDAKAN
a. Pola Pemboran (Drilling Patern)
Hasil dari peledakan tergantung dari mutu pemboran antara lain:
- Keteraturan letak lobang bor
Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak pada
posisi (tempat) yang sudah direnacanakan.
Untuk itu didalam pelaksanaan lobang bor dirancang dengan
pola yang teratur, sehingga bahan peledak dapat terdistribusi
secara merata.
- Penyimpangan arah dan sudut lobang bor
Pada pemboran miring posisi lubang Bor perlu dicermati,
walaupun letak lobang bor sudah sempurna, bila posisi alat bor
tidak sejajar dengan alat bor sebelumnya maka dasar lobang
tidak akan sejajar.
Penyimpangan arah dan sudut pemboran dipengaruhi:
• Struktur batuan
• Keteguahan (stiff ness) batang bor
• Kesalahan “collaring” (awal pemboran)
• Kesalahan posisi alat bor
- Kedalaman dan kebersihan lobang bor
Permukaan (lantai) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga
kedalaman lobang bor tidakakan sama seluruhnya
b. Pola Peledakan
Perlu diperhatikan dalam pemilihan kombinasi dari pola pemboran
dan pola peledkan untuk mendapatkan “fragmentation” dan arah
lemparan (tumpukan/muck pile) yang diharapkan. Peledakan
dengan “delay” ditunjukkan dengan nomor yang akan meledak,
dapat:
- mengurangi getaran yang timbul (ground vibration),
- airblast,
- memperkecil fragmentasi dsb
Free Face : Permukaan batuan yang berhubungan langsung dengan
udara.
Floor : Lantai/kaki yang sudah ada atau yang akan direncanakan
ada. Floor harus selalu rata untuk kemudahan transportasi dan
sedikit bersudut untuk penirisan air sewaktu diperlukan.
Toe : Bagian batuan yang tertinggal antara floor dengan free face
berupa tonjolan.
3. Burden
Burden adalah jarak dari lubang peledakan ke bidang bebas
yang terdekat. Penentuan burden tergantung pada densitas batuan,
densitas bahan peledak (bahan peledak yang digunakan), diameter
bahan peledak atau diameter lubang peledakan, dan fragmentasi
yang dibutuhkan. Peledakan dengan jumlah row (baris) yang
banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan
yang digunakan. Bila peledakan digunakan delay detonator dari
tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face
yang baru.
4. Spacing
Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam baris (row)
yang sama, tegak lurus terhadap burden, baik untuk nomor delay
yang sama maupun beda waktu delaynya. Distribusi energi
optimum diperoleh apabila jarak lubang sebanding dengan dimensi
burden dikalikan 1,15 dan polanya disusun dengan konfigurasi
yang berselang-seling. Jika spacing lebih kecil daripada burden,
cenderung mengakibatkan stemming injection yang lebih dini.
5. Stemming
Stemming adalah penempatan material isian (cutting pemboran)
diatas bahan peledak pada lubang peledakan untuk menahan
energi, mencegah terjadinya gelombang tekanan udara (air blast)
dan batuan melayang (flying rock) yang disebabkan tekanan gas-
gas hasil ledakan. Ukuran stemming secara umum dapat ditentukan
dengan cara dimensi burden dikalikan dengan 0,7. Di lapangan,
biasanya material stemming yang digunakan adalah cutting
pemboran, yang menjadi masalah adalah pada saat musim hujan;
untuk mengisi lubang ledak dengan material stemming, susah
karena basah. Lubang ledak yang basah membutuhkan material
stemming yang lebih banyak untuk pengungkungan energi bahan
peledak daripada lubang ledak yang kering, karenanya perlu
ditentukan pengungkungan relatif (relative confinement = RC) dari
suatu bahan peledak sehingga energi dapat tertahan dengan baik.
Faktor pengungkungan relatif bersifat sangat spesifik terhadap
lokasi, tergantung pada kondisi geologi disekitar lubang peledakan.
Secara umum pengungkungan relatif harus lebih besar dari 1,4
untuk mencegah hilangnya energi yang terkungkung secara
berlebihan.
6. Subdrilling
Subdrilling merupakan jarak pemboran lubang peledakan yang
berada di bawah dasar teras (jenjang). Subdrilling perlu untuk
menghindari problem tonjolan (toe) pada lantai, karena dibagian
ini merupakan tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan
demikian gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar
jenjang akan bekerja secara maksimum. Peledakan dengan
subdrilling memberikan tegangan tarik yang cukup besar pada
dasar jenjang, selain itu juga mengurangi keterikatan dengan
bagian lainnya yang menyebabkan bagian dasar mudah hancur dan
tidak terjadi tonjolan (toe). Secara umum panjang subdrilling dapat
ditentukan paling tidak 0,3 ~ 0,5 kali panjang burden.
7. Kedalaman Lubang Ledak
Merupakan dimensi tinggi teras ditambahkan dengan dimensi
panjang subdrilling
8. Volume Hasil Ledakan
Volume hasil ledakan merupakan dimensi burden (B) dikalikan
dengan jarak lubang dalam satu row yang sama (S) serta dikalikan
dengan ketinggian teras (H). Satuan volume hasil ledakan
dinyatakan dalam bank cubic metric (BCM), untuk mendapatkan
volume dalam satuan Ton, dikalikan dengan densitas batuan.
9. Kepadatan Pengisian
Kepadatan pengisian merupakan jumlah bahan peledak setiap
satuan panjang, sama dengan 0,000785 dikalikan dengan densitas
bahan peledak dikalikan dengan kuadrat diameter bahan peledak.
10. Blasting Ratio
Blasting ratio adalah jumlah berat bahan peledak setiap volume
hasil ledakan. Penerapan blasting ratio dilapangan jarang tepat
karena pengaruh pengisian bahan peledak.
11. Konfigurasi Pola Lubang Peledakan
Hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat
batuan, sifat-sifat bahan peledak, tinggi jenjang dan hasil yang
diinginkan. Pada umumnya ada tiga jenis pola peledakan yang
sering diterapkan, yaitu pola persegi panjang (rectangular), pola
bujur sangkar (square), dan pola selang-seling (staggered).
X. PENUTUP
Dengan adanya proposal kerja praktik dengan judul “Pengamatan Teknik
Pekerjaan Peledakan Dalam Kegiatan Penambangan di PT. Borneo Indobara
Provinsi Kalimantan Selatan” yang kami ajukan, sekiranya dari perusahaan
dapat menerimanya.
Dan apabila judul yang kami ambil tidak sesuai dengan keadaan
perusahaan saat ini ataupun ada permasalahan lain sehingga judul kerja
praktik kami tidak diterima, maka kami berharap agar perusahaan dapat
memberikan kami masukan-masukan lain untuk kegiatan kerja praktik.
Juli-Agustus 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan dan Pengolahan Data
3 Penyusunan Laporan
4 Presentasi Laporan
Pengalaman Pelatihan :
Pengalaman Organisasi :
Demikian riwayat hidup saya buat dengan sebenar – benarnya dan dengan
sejujur - jujurNya.
2001 – 2002 : TK Pkstaria Sungai Bahar Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi
Pengalaman Pelatihan :
Pengalaman Organisasi :
Demikian riwayat hidup saya buat dengan sebenar – benarnya dan dengan
sejujur - jujurNya.
XIII. PENUTUP
Demikianlah proposal kerja praktik ini kami ajukan, besar harapan kami
agar proposal kerja praktik ini dapat diterima dan kami di ijinkan untuk
dengan rencana yang telah kami buat. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya kepada kita semua. Atas bantuan dan kerjasamanya kami