Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU BUNUH DIRI

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


RISIKO BUNUH DIRI (RBD)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Bunuh diri adalah tindakan sengaja membunuh diri sendiri . Menyakiti diri adalah
istilah lebih luas mengacu pada disengaja keracunan diri sendiri secara sengaja atau
cidera , yang mungkin tidak memiliki niat fatal atau hasil (WHO, 2014) .

2. Faktor Predisposisi
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak pendapat tentang
penyebab dan atau alasan termasuk hal-hal berikut.
a. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau
gagal melakukan hubungan yang berarti.
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
e. Tangisan minta tolong.
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut:
a. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia,
dan penyalahgunaan zat.

b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko
penting untuk perilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut (Cook
dan Fontaine, 1987).
a. Penyebab bunuh diri pada anak
1) Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
2) Situasi keluarga yang kacau.
3) Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
4) Gagal sekolah.
5) Takut atau dihina di sekolah.
6) Kehilangan orang yang dicintai.
7) Dihukum orang lain.
b. Penyebab bunuh diri pada remaja.
1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
4) Perasaan tidak dimengerti orang lain.
5) Kehilangan orang yang dicintai.
6) Keadaan fisik.
7) Masalah dengan orang tua.
8) Masalah seksual.
9) Depresi.
c. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.
1) Self-ideal terlalu tinggi.
2) Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.
3) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang
orangtua.
4) Kompetisi untuk sukses.
d. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.
1) Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
2) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
3) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
4) Kesepian dan isolasi sosial.
5) Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.
6) Sumber hidup bergantung.
3. Faktor Presipitasi
a. Psikososial dan klinik
1) Keputusasaan.
2) Ras kulit putih.
3) Jenis kelamin laki-laki.
4) Usia lebih tua.
5) Hidup sendiri.
b. Riwayat
1) Pernah mencoba bunuh diri.
2) Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
3) Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
c. Diagnosis
1) Penyakit medis umum.
2) Psikosis.
3) Penyalahgunaan zat.
4. TANDA DAN GEJALA
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana
bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal
dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang
menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari
lingkungan sosial. Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri
sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan
tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental
pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/
kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru
dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan
kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian
antisosial.
5. RENTANG RESPONS

Keterangan:
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin, dan
kesadaran diri meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
c. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk
umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit,
dan menggigit jari.
e. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
6. POHON MASALAH

7. MEKANISME KOPING
Seorang klien mungkin menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mengatasi
perasaan mencederai diri, termasuk mengingkari, rasionalisasi, regresi, dan berpikir
magis. Mekanisme koping ini mungkin dialami oleh seseorang dan mencederai diri.
Mekanisme koping ini mempertahankan seseorang dari respons emosional yang kuat
terhadap peristiwa kehidupan yang merupakan ancaman serius bagi ego. Jika
mekanisme koping hilang maka depresi yang mendasari akan muncul dan
menyebabkan perilaku bunuh diri. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan dari
mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin merupakan upaya terakhir untuk
mendapatkan bantuan yang cukup untuk bias mengatasi masalah. Bunuh diri yang
berhasil merupakan kegagalan total dari mekanisme koping yang adaptif.
8. STRATEGI PELAKSANAAN
8.1.STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)
1) Kondisi Klien
DO:
Klien tampak sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat
verbal maupun nonverbal.
DS:
Klien mengatakan sudah tidak sanggup untuk hidup, rasanya ingin mati saja.
2) Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
3) Tujuan
- Klien dapat tetap aman dan selamat
- Klien dapat mendapatkan perlindungan dari lingkungan
- Klien dapat mengungkapkan perasaan
- Klien dapat mengungkapkan penyelesaian masalah yang baik
4) Tindakan Keperawatan
- Perkenalkan diri dengan klien
- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
- Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
- Bersifat hangat dan bersahabat.
- Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
5) SP 1 Pasien
a. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di
ruang Mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
“Bagaimana perasaan A hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan
selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”
b. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan
bencana ini A merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan
kepercayaan diri? Apakah A merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah
daripada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A
berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa
A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?” Jika pasien telah
menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan
keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan:
“Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup”.
“Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan A sekarang?”
“Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
( jangan meninggalkan pasien )
8.2.STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)
1) Kondisi Klien
DO:
Klien tampak sedih dan tidak ada semangat.
DS:
Klien mengatakan dirinya tidak berguna lagi.
2) Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
3) Tujuan
- Klien dapat tetap aman dan selamat
- Klien dapat mendapatkan perlindungan dari lingkungan
- Klien dapat mengungkapkan perasaan
- Klien dapat mengungkapkan penyelesaian masalah yang baik
4) Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
- Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
- Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
- Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
- Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
c. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain).
d. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
e. Awasi klien secara ketat setiap saat.
5) SP 2 Pasien
a. Fase orientasi
“Halo A. Masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan A hari ini? O...
jadi A merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah A ada perasaan
ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas
tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa
lama? Dimana? Disini saja ya? OK A!
b. Fase Kerja
“Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup.” Saya perlu memeriksa seluruh isi
kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan A.
“Nah A, karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
“Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya AA harus langsung
minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang
besuk. Jadi usahakan A jangan pernah sendirian ya”
c. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus A. Bagaimana apakah
masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada perasaan atau
dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain.
Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri saya akan ketemu B lagi, untuk
membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini
saja.
8.3.STRATEGI PELAKSANAAN (SP 3)
1) Kondisi Pasien
DO:
Klien tampak sedih dan murung.
DS:
Klien mengatakan segala sesuatu akan lebih baik jika tanpa saya. Saya adalah
orang yang selalu membawa musibah.
2) Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
3) Tujuan:
- Klien dapat melakukan kegiatan sehari-harinya untuk mengatasi rasa ingin
bunuh dirinya.
- Klien dapat perlindungan dari lingkungannya.
4) Tindakan Keperawatan
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
- Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gunting, garpu,
pisau, silet, tali pinggang, dan gelas)
- Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
- Perawat menjelaskan pada pasien bahwa perawat akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
5) SP 3 Pasien
a. Fase Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat pagi A, masih ingat dengan saya? Saya adalah Perawat Eka, hari
ini saya yang akan bertugas mulai pukul 07.00 sampai 14.00”
Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan A hari ini? Masihkah ada keinginan untuk bunuh
diri? Apa hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!”
Kontrak
“Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah
A saat ini. Untuk waktunya mungkin sekitar 10 menit, bagaimana A?
Mau disini saja atau diluar?”
b. Fase Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan):
“Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya? Wow, banyak juga ya A. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut A cara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan A. Sekarang kita buat rencana kegiatan
untuk mengatasi perasaan A ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.
c. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan A setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi objektif
“Apa cara mengatasi masalah yang A gunakan? Coba A melatih cara yang
A pilih tadi” Coba dalam satu hari ini, A menyelesaikan masalah dengan
cara yang dipilih A tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi
disini untuk membahas pengalaman A menggunakan cara yang dipilih”.
Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatihkan kepada klien sesuai dengan
hasil tindakan yang telah dilakukan)
“Baiklah A, mulai sekarang mbak tidak perlu gelisah dan dapat
menggunakan kegiatan tersebut untuk mengatasi perasaan ketika ingin
bunuh diri”
Kontrak yang akan datang
“Tidak terasa sudah 10 menit ya A kita berbincang-bincang. Besok kita
akan bertemu lagi ya untuk mengidentifikasi pengalaman yang
menyenangkan”
“Kira-kira besok saya akan mengunjungi A pukul 10.00 pagi,
bagaimana?”
“Bagaimana kalau tempatnya disini saja? Baiklah kalau begitu saya
permisi dulu ya A. Selamat pagi.”
8.4.STRATEGI PELAKSANAAN (SP 4)
1) Kondisi Klien
DO:
Klien tampak tersenyum ketika saya dating menghampirinya.
DS:
Klien mengatakan perasaanya lebih lega dari hari-hari sebelumnya, namun
masih ada sedih di hatinya.
2) Diagnosa Keperawatan: Risiko Bunuh Diri
3) Tujuan
- Klien dapat melakukan kegiatan sehari-harinya untuk mengatasi rasa ingin
bunuh dirinya.
4) Tindakan Keperawatan
- Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis.
5) SP 4 Pasien
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi A, bagaimana perasaannya hari ini? Masihkah ada
keinginan bunuh diri? Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri?
Bagus! Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi
masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama? Di sini saja yah?”
b. Fase Kerja
Apakah A sudah bisa menggunakan cara yang A pilih untuk mengatasi
masalahnya? Coba A ceritakan apa yang A rasakan ketika menggunakan
cara tersebut?
c. Fase Terminasi
Baik A, besok adalah hari terakhir saya disini. Saya harap A dapat
mengontrol emosi A. Dan saya berharap A bisa menggunakan cara yang
sudah A pilih bersama saya dalam mengatasi masalah yang A hadapi.
Tidak terasa hari berlalu begitu cepat, sampai ketemu besok ya A.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G., & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:

EGC

Yusuf, Ah & Nihayati, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika

Ridhawati, S. (2014, October 14). LP Jiwa 7 Diagnosa. Scribd. Retrieved from


https://www.scribd.com/doc/242937649/LP-JIWA-7-Diagnosa

Suryanto, L. (2011, September 16). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Risiko Bunuh Diri.
Retrieved from https://www.scribd.com/doc/65133588/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-
Dengan-Risiko-Bunuh-Diri

Budi, S. (2014, March 17). Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa: Resiko Bunuh Diri.
Slideshare. Retrieved from https://www.slideshare.net/setiwanlilikbudi/laporan-pendahuluan-
dan-sp-resiko-bunuh-diri

Anda mungkin juga menyukai