Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Narkotika
Secara etimologi, kata Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu Narke yang artinya
terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Orang Amerika menyebutnya dengan nama
narcotic, di Malaysia dikenal dengan istilah dadah sedangkan di Indonesia disebut Narkotika.
(Andi Hamzah, 1986 : 224).
Menurut vide Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 2882 Tahun 1970, narkotika
atau obat bius diartikan secara umum sebagai semua bahan obat yang umumnya mempunyai
efek kerja bersifat membiuskan (dapat menurunkan kesadaran), merangsang (meningkatkan
prestasi kerja), menagihkan (meningkatkan ketergantungan), dan menghayal (halusinasi).
Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1.Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Pengaturan tindak pidana narkotika di Indonesia

a) Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP


b) Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang PengesahanUnited Nation Convention
Against Illicit Traffic in Naarcotic Drug and Pshychotriphic Suybstances 19
88 ( Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan
Psikotrapika, 1988)
c) Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai pengganti UU RI
No. 22 tahun 1997.
3. jenis-jenis Narkotika yang termasuk dalam UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika
Dalam UU No. 35/2009 jenis-jenis narkotika adalah tanaman papever, opium mentah,
opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman koka, daun koka,
kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja, garam-garam atau
turunannya dari morfin dan kokaina. Bahan lain, baik alamiah, atau sitensis maupun semi
sitensis yang belum disebutkan yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina
yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika, apabila penyalahgunaannya dapat
menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan, dan campuran- campuran atau sediaan-
sediaan yang mengandung garam-garam atau turunan-turunan dari morfina dan kokaina, atau
bahan-bahan lain yang alamiah atau olahan yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai
narkotika.
4. Untuk pelaku penyalahgunaan Narkotika dapat dikenakan Undang-undang No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Sebagai pengguna
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 116 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun.
b) Sebagai pengedar
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 81 dan 82 Undang-undang No. 35 tahun 2009
tentang narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 + denda.
c) Sebagai produsen
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 113 Undang-undang No. 35 tahun 2009,
dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun/ seumur hidup/ mati + denda.
5. Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika membagi narkotika
menjadi tiga golongan, sesuai dengan pasal 6 ayat 1 :
a) Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b) Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c) Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
6. Dalam UU No 35 Tahun 2009 diatur jenis hukuman kepada para pelaku tindak pidana
yang berbeda tergantung kepada Golongan narkotika yang sebgaimana telah dicantumkan
dalam lampiran UU tersebut.

a) Ketentuan pidana untuk narkotika golongan I dalam pasal 111 ayat 1 “Setiap orang
yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 112 ayat 1 “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

b) Untuk narkotika golngan II Pasal 117 ayat 1 “ Setiap orang yang tanpa hak atau
melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.
Pasal 118 ayat 1 “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”.

c) Untuk narkotika golongan III pasal 122 “Setiap orang yang tanpa hak atau
melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00
(empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 123 ayat 3 “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.

Anda mungkin juga menyukai